Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakterial


yang bersifat sistemik, progrestif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Chairuddin, 2003)
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan


semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik.

Salah satu golongan penyakit reumatik yang menimbulkan gangguan


muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat mengakibatkan
perubahan otot hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang
menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnnya
usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak
selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya kejadian
reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik
bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu sindrom. Golongan
penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak,
namun semua menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para
ahli dibidang rematologi, rematik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda.
Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal
yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan serta adanya tiga tanda utama
yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak. (sonarto,1982)

Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal


menempati urutan kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola

1
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health,1996) dan
berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa rheumatoid arthritis menempati
urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et.al, 1991).
Sehingga perawat mengambil tema tentang asuhan keperawatan pada klien
rematoid artritis.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan


keperawatan pada klien dengan penyakit rematoid artritis.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Menjelaskan pengertian rheumatoid arthritis.


b. Menjelaskan etiologi rheumatoid arthritis
c. Menjelaskan manifestasi klinis rheumatoid arthritis
d. Menjelaskan patofisiologi rheumatoid arthritis
e. Menjelaskan pathway rheumatoid arthritis.
f. Menjelaskan komplikasi rheumatoid arthritis.
g. Menjelaskan pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis
h. Menjelaskan penatalaksanaan rheumatoid arthritis
i. Menjelaskan konsep pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan rheumatoid arthritis

1.2.3 MANFAAT

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami


tentang rheumatoid arthritis. Asuhan keperawatan secara teori pada klien
rheumatoid arthritis. Serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.

1.2.4 METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah studi


kepustakaan yaitu dengan menggali informasi melalui sarana berbagai buku

2
maupun literatur yang berkaitan dengan teori yang berhubungan dengan
patofisiologi penyakit rhematoid arthritis dan konsep askep pada pasien dengan
rheumatoid arthritis.

1.2.5 SISTEMATIKA

Untuk memperoleh gambaran mengenai laporan ini, penulis menggunakan


siatematika penulisan yang terdiri dari tiga bab yaitu :
1. BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan pustaka yang menguraikan tentang konsep rheumatoid
arthritis diantaranya akan membahas mengenai anatomi, fisiologi, struktur
anatomi sistem muskoloskeletal, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan serta konsep askep yang membahas tentang
pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi serta evaluasi.
3. BAB III Penutup yang mengemukakan simpulan dan saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pemikiran di masa yang akan datang.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KOSEP DASAR TEORI RHEUMATOID ARTHRITIS


2.1.1 Definisi
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakterial
yang bersifat sistemik, progrestif, cenderung kronik dan mengenai sendi
serta jaringan ikat sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
(Chairuddin, 2003). Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan,
pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan
sekitarnya (Adellia, 2011).

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon,


fasia, bursae dan persendian.
a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-
seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana
melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan
oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang
akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
1. Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan
lunak.
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan
kontraksi dan pergerakan )
4. Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema
topoiesis)
5. Menyimpan garam-garam mineral.Misalnya kalsium, fosfor.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok
berdasarkan bentuknya: Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri

4
dari satu batang dan dua epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan
tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous
atau trabecular )
1. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan
cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang
padat.
2. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang
padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.
3. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.
4. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di
sekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan
didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap
lutut).
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk
kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau
seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
1. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan
berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan sikap dan menghasilkan panas
2. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan,
saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten
saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
3. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya
tidak dibawah control keinginan.
c. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang
kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi
mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari

5
kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi
kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.
d. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal
dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat
suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan
penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada
pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane
synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan
tendon.
f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar
yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau
sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair
diketahui sebagai fasia dalam.
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung
dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak,
misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara
otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak
sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.

h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam
rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya
persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari
persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan

6
yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan
yang dilakukan.
1. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
2. Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
3. Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
4. Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan
fisiologis pada proses menjadi tua.
Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah
mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa
kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang
cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system
muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu
selama proses menjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu
kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah
total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan
prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan
subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah:
1. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm.
pada maturasi usia tua.
2. Lebar bahu menurun.
3. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

7
2.1.3 Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid artritis, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic

8
5. Faktor genetic serta faktor pemicu lingkungan

Pada saat ini, rheumatoid atritis diduga disebabkan oleh faktor


autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II :
faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma
atau group difterioid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang
rawan sendi penderita.

Kelainan yang dapat terjadi pada suatu rheumatoid atritis yaitu :

1. Kelainan pada daerah artikuler


a. Stadium I (stadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikuler
adalah :
- Otot : terjadi miopati
- Nodul subkutan
- Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada
pembuluh darah arteriol dan venosa
- Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aloiran
limfe sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas sistem
retikuloendotelial dan proliferasi yang mengakibatkan
splenomegaly
- Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi
leukosit
- Visera

Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara


pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-
antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung
& Raenah, 2008).

9
2.1.4 Manifestasi klinis

Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di
dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung
menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat (Purwoastuti, 2009).
Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim
ditemukan pada klien artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, penyakit ini memiliki
manifestasi klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun, dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.
2. Poliarhtritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs
distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
4. Arhtritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi
tulang dan dapat dilihat pada radiogram.
2.1.5 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ini tidak banyak berperan dalam diagnosis
artirits reumatoid, pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit
membantu untuk melihat prognosis pasien, seperti :
1. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat
2. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada
pasien lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit kolagen dan
sarkoidosis
3. Leukosit normal atau meningkat sedikit
4. Trombosit meningkat

10
5. Kadar albumin serum turun dan globulin
6. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun
7. Protein C-reaktif dan antibodi antinukleus (ANA) biasanya positif
8. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukkan inflamasi
9. Tes aglutinasi lateks menunjukkan kadar igG atau igM (faktor mayor
dari rheumatoid) tinggi. Makin tinggi iter, makin berat penyakitnya.
10. Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan
diagnosa dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen
menunjukkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi
yang terjadi kemudian dalam perjalanan penyakit tersebut (Mansjoer,
1999 dan Rosyidi 2013).
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
Arthtritis Reumatoid yaitu :
1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid
adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit
kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan
klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian
tentang patofisiologi penyakit, penyebab, dan prognosis penyakit,
semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat
yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit,
dan metode-metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang
diberikan oleh tim kesehatan
2. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan yaitu :
a. Aspirin, dengan ketentuan pasien umur <65 tahun dosisinya 3-4 x
1g/hr, kemudian dinaikkan 0.3-0,6 g per minggu sampai terjadi
perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl
b. Ibuprofen, naproksen, diklofenak, dan sebagainya 3.

11
3. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
arthtritis reumatoid ini. Jenis-jenis yang digunakan yaitu : klorokuin
(yang paling banyak digunakan, karena harganya yang terjangkau),
sulfasalazin, garam emas (gold standard bagi DMARD), obat
imunosupresif atau imunoregulator, dan kortikosteroid.
4. Rehabilitasi, tujuannya yaitu unttuk meningkatkan kualitas hidup
klien. Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :
a. Pemakaian alat bidai untuk mengistirahatkan sendi yang sakit,
kursi roda, sepatu dan alat
b. Terapi mekanik
c. Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi
d. Terapi mekanik
5. Pembedahan, pembedahan ini dilakukan jika berbagai cara telah
dilakukan dan tidak berhasil serta ada alasan yang cukup kuat,
sehingga dapat dilakukan pembedahan (Mansjoer, 1999 dan Lukman,
2009). Perawatan dan pengobatan tradisional atau obat luar juga bisa
kita berikan pada klien dengan Arthritis Reumatoid,yaitu sebagai
berikut :
a. Hindari faktor resiko seperti aktivitas yang berlebihan pada sendi,
faktor cuaca dan pola makan yang tidak sehat
b. Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup, seperti melakukan
senam rematik.
c. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan dan kompres dingin
dapat membantu meredakan nyeri.
d. Pertahankan berat badan agar tetap normal
e. Bila nyeri, lakukan relaksasi untuk mengurangi sakit
f. Mengurangi dan menghindari makanan yang mengandung purin,
seperti bir dan minuman beralkohol, daging, jeroan, kembang kol,
jamur, bayam, asparagus, kacang-kacangan, sayuran seperti daun

12
singkong (tidak semua jenis sayuran mempunyai efek kambuh
yang sama pada setiap orang)
g. Memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat, memakan
makanan seperti tahu untuk pengganti daging
h. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun sendi
i. Lakukan latihan gerak sendi/ senam rematik (Maryam, dkk., 2010)

Penatalaksanaan pada jurnal penelitian :

Pengaruh kompres hangat serei hangat terhadap penurunan


intensitas nyeri artritis rheumatoid pada lanjut usia. Berdurasi 20 menit
untuk pemberian kompres serei hangat tersebut pada daerah nyeri
tersebut. Dengan pemberian kompres hangat serei pada lanjut usia
pada penderita artritis rheumatoid terjadi penurunan intensitas nyeri
dikarenakan tanaman serei terkandung suatu enzim siklo-oksigenase
yang dapat mengurangi peradangan yang diserap melalui kulit pada
daerah meradang bengkak penderita artitis rheumatoid , serei memiliki
efek farmakologis rasa pedas bersifat hangat efek hangat merangsang
sistem effector sehingga mengeluarkan signal mengakibatkan
terjadinya vasodilatasi yang ini menyebabkan aliran darah kesetiap
jaringan khususnya yang mengalami radang dan nyeri bertambah,
sehingga terjadi penurunan nyeri sendi jaringan yang meradang.

2.1.7 Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan

ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat

antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan

penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs, DMRAD) yang

menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada artitis

reumatoid.

13
- Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran

jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan

lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati

akibat ketidakstabilan verterbra servikal dan neuropati iskemik

akibat vaskulitis. (Mansjoer, 2001). Vaskulitis (inflamasi

sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosis dan infark.

- Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup

jantung atau pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan

dan jantung dapat terganggu. Glaukoma dapat terjadi apabila

nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk

pada mata.

- Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari , depresi, dan stres keluarga dapat menyertai

eksaserbasi penyakit. (Corwin, 2009).

- Osteoporosis.

- Nekrosis sendi panggul.

- Deformitaas sendi.

- Kontraktur jaringan lunak

- Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).

2.1.8 Patofisiologi

Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar

ke struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan

sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang.

14
Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan

komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut.

Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium

hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang

menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut.

Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular

yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi

sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan

jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan

menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.

2.1.9 Pencegahan

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas

sehari – hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi

hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah

bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya

penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan,

menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu

seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak

memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan,

terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat

zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap

lentur

15
2.1.10 Pathway

Reaksi faktor R dengan Kekauan sendi Hambatan mobilitas fisik


antibody, faktor metabolic,
infeksi dengan
Reaksi peradangan Nyeri
kecenderungan virus

Synovial menebal Pannus Kurangnya informasi


tentang proses penyakit

Nodul Infiltrasi dalam Definisi pengetahuan


os.subcondria ansietas

Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada
kartilago artilikularis Kartilago nekronis

Gangguan body image


Kerusakan kartilago dan
Erosi kartilago
tulang

Mudah luksasi dan


Tendon dan ligament Adhesi pada permukaan
sublukasi
melemah sendi

Resiko cidera
Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa

Keterbatasan gerakan
Kekuatan sendi Ankilosis tulang
sendi

Hambatan mobilitas
Deficit perawatan diri
fisik

16
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTHRITIS

2.2.1 Pengkajian

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis

kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa

yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Riwayat Kesehatan

- Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

- Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien

mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi

c. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang

cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-

sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya

dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat

melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body

image dan harga diri klien.

d. Pemeriksaan Fisik

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan

stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan

simetris.Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu

17
senggang, pekerjaan, keletihan.Tanda : Malaise Keterbatasan rentang

gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

2. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat

intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna

kembali normal).

3. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan

ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ) Ancaman pada konsep diri,

citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).

4. Makanan/ cairan

Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi

makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah

( keterlibatan TMJ ). Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada

membran mukosa.

5. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan

pribadi. Ketergantungan.

6. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi

pada jari tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris.

18
7. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh

pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).

8. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit,

ulkus kaki.Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan

rumah tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan

membran mukosa.

9. Interaksi social

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;

perubahan peran; isolasi.

10. Penyuluhan/ pembelajaran

Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja )

Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis

tanpa pengujian.

Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.

Pertimbangan : DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.

Rencana Pemulanagan: Mungkin membutuhkan bantuan pada

transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah

tangga.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/

proses inflamasi, destruksi sendi.

19
2. Kerusakan Mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan

otot.

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran b.d perubahan

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan

penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

4. Kurang perawatan diri b.d kerusakan muskuloskeletal; penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurangnya pemahaman/

mengingat,kesalahan interpretasi informasi

2.2.3 Intervensi keperawatan

1. Nyeri b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/

proses inflamasi, destruksi sendi.

Tujuan : rasa nyeri berkurang

Kriteria Hasil:

- Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,

- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam

aktivitas sesuai kemampuan.

- Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,

- Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke

dalam program kontrol nyeri.

20
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri, catat lokasi dan 1. Membantu dalam menentukan

intensitas (skala 0-10). kebutuhan manajemen nyeri

Catat faktor-faktor yang dan keefektifan program

mempercepat dan tanda- 2. Matras yang lembut/ empuk,

tanda rasa sakit non verbal bantal yang besar akan

2. Berikan matras/ kasur mencegah pemeliharaan

keras, bantal kecil,. kesejajaran tubuh yang tepat,

Tinggikan linen tempat menempatkan stress pada

tidur sesuai kebutuhan sendi yang sakit. Peninggian

3. Tempatkan/ pantau linen tempat tidur

penggunaan bantl, karung menurunkan tekanan pada

pasir, gulungan trokhanter, sendi yang terinflamasi/nyeri

bebat, brace 3. Mengistirahatkan sendi-sendi

yang sakit dan

mempertahankan posisi

netral. Penggunaan brace

dapat menurunkan nyeri dan

dapat mengurangi kerusakan

pada sendi

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal

21
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan

otot.

Tujuan :

Kriteria Hasil :

- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan

kontraktur.

- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari

dan/ atau konpensasi bagian tubuh.

- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan

melakukan aktivitas

Intervensi Rasional
1. Evaluasi/ lanjutkan 1. Tingkat aktivitas/ latihan

pemantauan tingkat tergantung dari

inflamasi/ rasa sakit perkembangan/ resolusi dari

pada sendi peoses inflamasi

2. Pertahankan istirahat 2. Istirahat sistemik dianjurkan

tirah baring/ duduk jika selama eksaserbasi akut dan

diperlukan jadwal seluruh fase penyakit yang

aktivitas untuk penting untuk mencegah

memberikan periode kelelahan mempertahankan

istirahat yang terus kekuatan

menerus dan tidur 3. Mempertahankan/

malam hari yang tidak meningkatkan fungsi sendi,

terganmggu kekuatan otot dan stamina

22
3. Bantu dengan rentang umum. Catatan : latihan

gerak aktif/pasif, tidak adekuat menimbulkan

demikiqan juga latihan kekakuan sendi, karenanya

resistif dan isometris jika aktivitas yang berlebihan

memungkinkan dapat merusak sendi

4. Ubah posisi dengan 4. Menghilangkan tekanan

sering dengan jumlah pada jaringan dan

personel cukup. meningkatkan sirkulasi.

Demonstrasikan/ bantu Memepermudah perawatan

tehnik pemindahan dan diri dan kemandirian pasien.

penggunaan bantuan Tehnik pemindahan yang

mobilitas, mis, trapeze tepat dapat mencegah

robekan abrasi kulit

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan

dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas

umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Kriteria Hasil :

- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan

untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan

kemungkinan keterbatasan.

- Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi Rasional
1. Dorong pengungkapan 1. Berikan kesempatan untuk

23
mengenai masalah mengidentifikasi rasa takut/

tentang proses penyakit, kesalahan konsep dan

harapan masa depan. menghadapinya secara

2. Diskeusikan arti dari langsung

kehilangan/ perubahan 2. Mengidentifikasi

pada pasien/orang bagaimana penyakit

terdekat. Memastikan mempengaruhi persepsi diri

bagaimana pandangaqn dan interaksi dengan orang

pribadi pasien dalam lain akan menentukan

memfungsikan gaya kebutuhan terhadap

hidup sehari-hari, intervensi/ konseling lebih

termasuk aspek-aspek lanjut

seksual. 3. Isyarat verbal/non verbal

3. Diskusikan persepsi orang terdekat dapat

pasienmengenai mempunyai pengaruh

bagaimana orang mayor pada bagaimana

terdekat menerima pasien memandang dirinya

keterbatasan. sendiri

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampuan individual.

24
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Intervensi Rasional
1. Diskusikan tingkat fungsi 1. Mungkin dapat melanjutkan
umum (0-4) sebelum timbul aktivitas umum dengan
awitan/ eksaserbasi penyakit melakukan adaptasi yang
dan potensial perubahan diperlukan pada
yang sekarang diantisipasi. keterbatasan saat ini
2. Pertahankan mobilitas, 2. Mendukung kemandirian
kontrol terhadap nyeri dan fisik/emosional
program latihan 3. Menyiapkan untuk
3. Kaji hambatan terhadap meningkatkan kemandirian,
partisipasi dalam perawatan yang akan meningkatkan
diri. Identifikasi /rencana harga diri
untuk modifikasi
lingkungan.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis


dan kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/
mengingat,kesalahan interpretasi informasi.

Kriteria Hasil :

- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.


- Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi
gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan
aktivitas.

Intervensi Rasional
1. Tinjau proses penyakit, 1. Memberikan pengetahuan
prognosis, dan harapan dimana pasien dapat

25
masa depan. membuat pilihan
2. Diskusikan kebiasaan berdasarkan informasi
pasien dalam 2. Tujuan kontrol penyakit
penatalaksanaan proses adalah untuk menekan
sakit melalui diet,obat- inflamasi sendiri/ jaringan
obatan, dan program diet lain untuk mempertahankan
seimbang, l;atihan dan fungsi sendi dan mencegah
istirahat deformitas
3. Bantu dalam merencanakan 3. Memberikan struktur dan
jadwal aktivitas terintegrasi mengurangi ansietas pada
yang realistis,istirahat, waktu menangani proses
perawatan pribadi, penyakit kronis kompleks
pemberian obat-obatan,
terapi fisik, dan manajemen
stress

2.2.4 Implementasi
Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Intstruksi keperawatan diimplementasikan unutk membantu
klien memenuhi kebutuhan yang telah direncanakan.

2.2.5 Evaluasi
1. Prilaku yang adaptif sehubungan dengan adanya masalah konsep diri
2. Nyeri dapat berkurang
3. Mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari
4. Komplikasi dapat dihindari
5. Meningkatkan mobilitas
6. memahami cara perawatan di rumah

26
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis

27
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak
pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah
penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya.
Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat
lelah.

3.2 SARAN
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran
sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau
mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan rheumatoid
artritis, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan
yang baik dengan klien dan keluarga.
b. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan
rheumatoid artritis maka tugas perawat yang utama adalah sering
mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami rheumatoid
artritis.
c. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang
harmonis dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu
membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A.(2002), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskletal, Jakarta : EGC.

28
Carpenito, L. J. (2004), Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10, Jakarta :
EGC.

Doenges, M. E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Smeltzer, S. C. (2001), Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi


8,
Jakarta : EGC

Huda Nurarif , Amin,et al. 2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


dan Medis NANDA NIC NOC. Jogjakarta : Medication Jogja.

http://nisastikesnu.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-rheumatoid-
artritis.html diunduh tanggal : 3 Desember 2019

https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/06/makalah-askep-
rheumatoid-arthritis.html diunduh tanggal ; 3 Desember 2019

https://www.academia.edu/23928075/ASUHAN_KEPERAWATAN_ATRITIS_R
EUMATOID diunduh tanggal : 3 Desember 2019

29

Anda mungkin juga menyukai