PENDAHULUAN
1
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health,1996) dan
berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa rheumatoid arthritis menempati
urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et.al, 1991).
Sehingga perawat mengambil tema tentang asuhan keperawatan pada klien
rematoid artritis.
1.2 TUJUAN
1.2.3 MANFAAT
1.2.4 METODE
2
maupun literatur yang berkaitan dengan teori yang berhubungan dengan
patofisiologi penyakit rhematoid arthritis dan konsep askep pada pasien dengan
rheumatoid arthritis.
1.2.5 SISTEMATIKA
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
dari satu batang dan dua epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan
tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous
atau trabecular )
1. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan
cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang
padat.
2. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang
padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.
3. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.
4. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di
sekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan
didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap
lutut).
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk
kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau
seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
1. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan
berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan sikap dan menghasilkan panas
2. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan,
saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten
saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
3. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya
tidak dibawah control keinginan.
c. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang
kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi
mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari
5
kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi
kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.
d. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal
dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat
suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan
penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada
pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane
synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan
tendon.
f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar
yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau
sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair
diketahui sebagai fasia dalam.
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung
dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak,
misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara
otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak
sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.
h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam
rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya
persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari
persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan
6
yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan
yang dilakukan.
1. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
2. Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
3. Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
4. Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan
fisiologis pada proses menjadi tua.
Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah
mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa
kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang
cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system
muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu
selama proses menjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu
kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah
total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan
prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan
subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah:
1. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm.
pada maturasi usia tua.
2. Lebar bahu menurun.
3. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha
7
2.1.3 Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid artritis, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic
8
5. Faktor genetic serta faktor pemicu lingkungan
9
2.1.4 Manifestasi klinis
Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di
dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung
menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat (Purwoastuti, 2009).
Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim
ditemukan pada klien artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, penyakit ini memiliki
manifestasi klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun, dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.
2. Poliarhtritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs
distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
4. Arhtritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi
tulang dan dapat dilihat pada radiogram.
2.1.5 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ini tidak banyak berperan dalam diagnosis
artirits reumatoid, pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit
membantu untuk melihat prognosis pasien, seperti :
1. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat
2. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada
pasien lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit kolagen dan
sarkoidosis
3. Leukosit normal atau meningkat sedikit
4. Trombosit meningkat
10
5. Kadar albumin serum turun dan globulin
6. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun
7. Protein C-reaktif dan antibodi antinukleus (ANA) biasanya positif
8. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukkan inflamasi
9. Tes aglutinasi lateks menunjukkan kadar igG atau igM (faktor mayor
dari rheumatoid) tinggi. Makin tinggi iter, makin berat penyakitnya.
10. Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan
diagnosa dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen
menunjukkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi
yang terjadi kemudian dalam perjalanan penyakit tersebut (Mansjoer,
1999 dan Rosyidi 2013).
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
Arthtritis Reumatoid yaitu :
1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid
adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit
kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan
klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian
tentang patofisiologi penyakit, penyebab, dan prognosis penyakit,
semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat
yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit,
dan metode-metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang
diberikan oleh tim kesehatan
2. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan yaitu :
a. Aspirin, dengan ketentuan pasien umur <65 tahun dosisinya 3-4 x
1g/hr, kemudian dinaikkan 0.3-0,6 g per minggu sampai terjadi
perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl
b. Ibuprofen, naproksen, diklofenak, dan sebagainya 3.
11
3. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
arthtritis reumatoid ini. Jenis-jenis yang digunakan yaitu : klorokuin
(yang paling banyak digunakan, karena harganya yang terjangkau),
sulfasalazin, garam emas (gold standard bagi DMARD), obat
imunosupresif atau imunoregulator, dan kortikosteroid.
4. Rehabilitasi, tujuannya yaitu unttuk meningkatkan kualitas hidup
klien. Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :
a. Pemakaian alat bidai untuk mengistirahatkan sendi yang sakit,
kursi roda, sepatu dan alat
b. Terapi mekanik
c. Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi
d. Terapi mekanik
5. Pembedahan, pembedahan ini dilakukan jika berbagai cara telah
dilakukan dan tidak berhasil serta ada alasan yang cukup kuat,
sehingga dapat dilakukan pembedahan (Mansjoer, 1999 dan Lukman,
2009). Perawatan dan pengobatan tradisional atau obat luar juga bisa
kita berikan pada klien dengan Arthritis Reumatoid,yaitu sebagai
berikut :
a. Hindari faktor resiko seperti aktivitas yang berlebihan pada sendi,
faktor cuaca dan pola makan yang tidak sehat
b. Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup, seperti melakukan
senam rematik.
c. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan dan kompres dingin
dapat membantu meredakan nyeri.
d. Pertahankan berat badan agar tetap normal
e. Bila nyeri, lakukan relaksasi untuk mengurangi sakit
f. Mengurangi dan menghindari makanan yang mengandung purin,
seperti bir dan minuman beralkohol, daging, jeroan, kembang kol,
jamur, bayam, asparagus, kacang-kacangan, sayuran seperti daun
12
singkong (tidak semua jenis sayuran mempunyai efek kambuh
yang sama pada setiap orang)
g. Memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat, memakan
makanan seperti tahu untuk pengganti daging
h. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun sendi
i. Lakukan latihan gerak sendi/ senam rematik (Maryam, dkk., 2010)
2.1.7 Komplikasi
reumatoid.
13
- Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran
pada mata.
- Osteoporosis.
- Deformitaas sendi.
2.1.8 Patofisiologi
14
Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan
2.1.9 Pencegahan
sehari – hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi
lentur
15
2.1.10 Pathway
Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada
kartilago artilikularis Kartilago nekronis
Resiko cidera
Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa
Keterbatasan gerakan
Kekuatan sendi Ankilosis tulang
sendi
Hambatan mobilitas
Deficit perawatan diri
fisik
16
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTHRITIS
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
b. Riwayat Kesehatan
- Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-
d. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/ istirahat
stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
17
senggang, pekerjaan, keletihan.Tanda : Malaise Keterbatasan rentang
2. Kardiovaskuler
kembali normal).
3. Integritas ego
4. Makanan/ cairan
membran mukosa.
5. Hygiene
pribadi. Ketergantungan.
6. Neurosensori
18
7. Nyeri/ kenyamanan
8. Keamanan
membran mukosa.
9. Interaksi social
tanpa pengujian.
tangga.
19
2. Kerusakan Mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal
otot.
Kriteria Hasil:
20
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri, catat lokasi dan 1. Membantu dalam menentukan
mempertahankan posisi
pada sendi
21
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan
otot.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
kontraktur.
melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
1. Evaluasi/ lanjutkan 1. Tingkat aktivitas/ latihan
22
3. Bantu dengan rentang umum. Catatan : latihan
Kriteria Hasil :
kemungkinan keterbatasan.
Intervensi Rasional
1. Dorong pengungkapan 1. Berikan kesempatan untuk
23
mengenai masalah mengidentifikasi rasa takut/
keterbatasan. sendiri
24
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi Rasional
1. Diskusikan tingkat fungsi 1. Mungkin dapat melanjutkan
umum (0-4) sebelum timbul aktivitas umum dengan
awitan/ eksaserbasi penyakit melakukan adaptasi yang
dan potensial perubahan diperlukan pada
yang sekarang diantisipasi. keterbatasan saat ini
2. Pertahankan mobilitas, 2. Mendukung kemandirian
kontrol terhadap nyeri dan fisik/emosional
program latihan 3. Menyiapkan untuk
3. Kaji hambatan terhadap meningkatkan kemandirian,
partisipasi dalam perawatan yang akan meningkatkan
diri. Identifikasi /rencana harga diri
untuk modifikasi
lingkungan.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Tinjau proses penyakit, 1. Memberikan pengetahuan
prognosis, dan harapan dimana pasien dapat
25
masa depan. membuat pilihan
2. Diskusikan kebiasaan berdasarkan informasi
pasien dalam 2. Tujuan kontrol penyakit
penatalaksanaan proses adalah untuk menekan
sakit melalui diet,obat- inflamasi sendiri/ jaringan
obatan, dan program diet lain untuk mempertahankan
seimbang, l;atihan dan fungsi sendi dan mencegah
istirahat deformitas
3. Bantu dalam merencanakan 3. Memberikan struktur dan
jadwal aktivitas terintegrasi mengurangi ansietas pada
yang realistis,istirahat, waktu menangani proses
perawatan pribadi, penyakit kronis kompleks
pemberian obat-obatan,
terapi fisik, dan manajemen
stress
2.2.4 Implementasi
Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Intstruksi keperawatan diimplementasikan unutk membantu
klien memenuhi kebutuhan yang telah direncanakan.
2.2.5 Evaluasi
1. Prilaku yang adaptif sehubungan dengan adanya masalah konsep diri
2. Nyeri dapat berkurang
3. Mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari
4. Komplikasi dapat dihindari
5. Meningkatkan mobilitas
6. memahami cara perawatan di rumah
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
27
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak
pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah
penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya.
Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat
lelah.
3.2 SARAN
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran
sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau
mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan rheumatoid
artritis, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan
yang baik dengan klien dan keluarga.
b. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan
rheumatoid artritis maka tugas perawat yang utama adalah sering
mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami rheumatoid
artritis.
c. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang
harmonis dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu
membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
28
Carpenito, L. J. (2004), Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10, Jakarta :
EGC.
http://nisastikesnu.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-rheumatoid-
artritis.html diunduh tanggal : 3 Desember 2019
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/06/makalah-askep-
rheumatoid-arthritis.html diunduh tanggal ; 3 Desember 2019
https://www.academia.edu/23928075/ASUHAN_KEPERAWATAN_ATRITIS_R
EUMATOID diunduh tanggal : 3 Desember 2019
29