Anda di halaman 1dari 11

Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal.

7-18
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang (RSMP) Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob

Weny Marita Sari


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palembang
Jl. Jendral Ahmad Yani, 13 Ulu, Palembang, Telp. (0711)510820, Fax. (0711)519408
*Penulis korespondensi: weny_m16@gmail.com

ABSTRAK
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang
sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa
organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta
mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat
disekitarnya. Proses pengolahan air limbah rumah sakit dengan sistem biofilter anaero-aerob
mampu menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan dapat menstabilkan pH.
Kadar BOD, COD, dan TSS juga dapat dipengaruhi oleh kepekatan air limbah. Semakin tinggi
tingkat pengenceran air limbah maka penurunan kadar BOD, COD, dan TSS juga akan
semakin tinggi.
Dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil terbaik yang didapat dalam
penelitian ini adalah pada laju alir 500 ml/menit dengan kepekatan 50% pengenceran dengan
analisa BOD sebesar 22,40 mg/l, COD sebesar 56,24 mg/l, dan TSS sebesar 12,71 mg/l. Nilai-
nilai tersebut telah sesuai dengan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Gubernur Sumsel No 18 Tahun 2005.
Kata Kunci :Air limbah, COD, BOD, TSS

PENDAHULUAN kemungkinan mengandung senyawa-senyawa


Rumah sakit juga merupakan instansi kimia lain serta mikroorganisme patogen yang
pelayanan kesehatan yang memiliki kegiatan dapat menyebabkan penyakit terhadap
pokok dalam pelayanan preventif, kuratif, masyarakat disekitarnya. Oleh karena potensi
rehabilitasi dan promosi. Rumah Sakit dampak air limbah rumah sakit terhadap
Muhammadiyah Palembang merupakan kesehatan masyarakat sangat besar, maka
rumah sakit yang dimiliki oleh Pimpinan setiap rumah sakit diharuskan mengolah air
Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan. limbahnya sampai memenuhi persyaratan
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang standar yang berlaku. Secara analisis ternyata
didirikan pada tanggal 14 April 1997. Rumah air limbah mempunyai sifat yang dapat
sakit ini memiliki fasilitas UGD ( Unit Gawat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu sifat
Darurat ) 24 jam, rawat jalan, rawat inap, fisik, kimia, dan biologis.
ICCU, ICU, dan kamar bedah. Selain itu,
rumah sakit ini juga ditunjang dengan Sifat Fisik Air Limbah
Laboratorium Patlogi Klinik, X-Ray, USG, Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat
ECG, Echocardiologi dan Fisioterapi. Air dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang
limbah yang berasal dari rumah sakit mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang
merupakan salah satu sumber pencemaran air penting adalah kandungan zat padat sebagai
yang sangat potensial. Hal ini disebabkan efek estetika dan kejernihan serta bau dan
karena air limbah rumah sakit mengandung warna juga temperatur.
senyawa organik yang cukup tinggi juga

8
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit… (Weny)
Sifat Kimia Air Limbah makhluk terkecil dalam air, untuk
Kandungan bahan kimia yang ada didalam air pertumbuhannya membutuhkan sumber energi
limbah dapat merugikan lingkungan melalui yaitu unsur karbon (C) yang dapat diperolah
berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat dari bahan organik yang berasal dari tanaman,
menghabiskan oksigen dalam limbah serta ganggang yng mati, maupun oksigen dari
akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak udara. Bahan organik tersebutoleh
sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu mikroorganisme akan diuraikan menjadi
akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2
merupakan bahan yang beracun. selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman dalam
air untuk proses fotosintesis membentuk
Sifat Biologi Air Limbah oksigen, dan begitu seterusnya.
Pemeriksaan biologis air limbah untuk
mengetahui apakah ada bakter-bakteri patogen Biochemical Oxygen Demand (BOD)
yang berada didalam air limbah. Keterangan Biochemical oxygen demand (BOD)
biologis ini diperlukan untuk mengukur menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
kualitas air terutama bagi air yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
dipergunakan untuk air minum. Selain itu juga memecah atau mengoksidasi bahan-bahan
untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah buangan didalam air. Jadi nilai BOD tidak
sebelum dibuang ke badan air. menunjukkan jumlah bahan organik yangyang
Senyawa-senyawa organik yang terdapat sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
dalam air limbah sangat bervariasi, maka dari relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
itu sangat sulit untuk menentukan kadarnya mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut.
secara langsung. Cara yang umum digunakan Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
dalampenentuan kadar bahan organik yang menentukan beban pencemaran akibat air
terkandung dalam air limbah adalah dengan buangan.
mengukur banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk menstabilkannya. Chemical Oxygen Demand (COD)
Oksigen merupakan parameter yang sangat Chemical oxygen demand (COD) adalah
penting dalam air. Sebagian besar makhluk suatu uji yang menentukan jumlah oksigen
hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk yang dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk
mempertahankan hidupnya, baik tanaman mengoksidasi senyawa kimia dan bahan-
maupun hewan air bergantung pada oksigen bahan organik yang terdapat dalam air. Uji
yang terlarut dalam air. Dalam pengolahan air COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan
limbah dikenal 3 (tiga) parameter utama yang oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD
digunakan untuk menentukan tingkat karena bahan-bahan yang stabil terhadap
pencemaran bahan organik dalam suatu badan reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut
air, yaitu : teroksidasi dalam uji COD.

Dissolved Oxygen (DO) Peranan Rumah Sakit dalam Pengelolaan


Dissolved Oxygen atau oksigen terlarut Limbah
adalah banyaknya kandungan oksigen didalam Rumah sakit merupakan sarana upaya
air. Kadar DO dipengaruhi oleh konsumsi perbaikan kesehatan yang melaksanakan
oksigen dari udara atmosfer melalui pelayanan kesehatan dan dapat dimnfaatkan
permukaan air, sehingga terjadi proses supply pula sebagai lembaga pendidikan tenaga
dan demand oxygen. Keseimbangan kadar DO kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan
dalam air secara ilmiah terjadi secara yang dilakukan rumah sakit berupa kegiatan
berkesinambungan. Mikroorganisme sebagai penyembuhan penderita dan pemulihan
9
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 7-18
keadaan cacat badan serta jiwa (Said dan yang kurang memadai, kesalahan penanganan
Ineza, 2002). peralatan dan bahan-bahan terkontaminasi,
Kegiatan rumah sakit menghasilkan serta penyediaan dan pemeliharaan sarana
berbagai macam limbah yang berupa benda sanitasi yang masih kurang.
cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah Pembuangan limbah yang berjumlah cukup
sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan besar ini sangat baik jika dilakukan dengan
lingkungan di rumah sakit yang bertujuan memisahkan limbah kedalam berbagai
untuk melindungi masyarakat dari bahaya kategori. Untuk masing-masing kategori
pencemaran lingkungan yang bersumber dari diterapkan cara pembuangan limbah yang
limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait berbeda. Jenis-jenis limbah rumah sakit
dalam penyelenggaraan kegiatan rumah sakit meliputi beberapa bagian berikut ini :
termasuk pengelolaan limbahnya, yaitu :
 Penanggung jawab rumah sakit a. Limbah Klinik
 Pengguna jasa pelayanan rumah sakit Limbah klinik dihasilkan selama pelayanan
 Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat pasien secara rutin, pembedahan, dan dan
memberikan saran-saran. di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini
 Para pengusaha dan swasta yang dapat kemungkinan berbahaya dan
menyediakan sarana dan fasilitas yang mengakibatkan resiko tinggi terinfeksi
diperlukan (Giyatmi, 2003). kuman pada masyarakat dan staff rumah
Sarana pengolahan atau pembuangan sakit. Oleh karena itu, perlu diberi label
limbah cair rumah sakit pada dasarnya yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh
berfungsi menerima limbah cair yang berasal limbah jenis ini adalah perban atau
dari berbagai alat sanitair, menyalurkan pembungkus yang kotor, cairan badan,
melalui instalasi saluran pembuangan anggota badan yang diamputasi, jarum-
selanjutnya melalui instalasi saluran jarum dan semprit bekas, kantung urin dan
pembuangan menuju instalasi pengolahan produk darah.
limbah cair.
b. Limbah Patologi
Jenis-jenis Limbah Rumah Sakit Dan Limbah patologi ini juga dianggap cukup
Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta beresiko tinggi dan sebaiknya diautoklaf
Lingkungan Masyarakat sebelum keluar dari unit patologi. Limbah
Limbah rumah sakit adalah semua limbah tersebut harus diberi label biohazard.
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan
kegiatan penunjang lainnya. Limbah cair c. Limbah Bukan Klinik
rumah sakit dapat mengandung bahan organik Limbah ini meliputi kertas-kertas
dan anorganik yang umumnya diukur dengan pembungkus atau kantong dan plastik yang
parameter DO, BOD, COD, dan lain-lain. tidak berkontak dengan cairan badan.
Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit,
atas sampah-sampah yang sudah membusuk, limbah tersebut cukup merepotkan karena
sampah yang mudah terbakar, dan lain-lain. memerlukan tempat yang besar untuk
Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar mengangkut dan membuangnya.
mengandung mikroorganisme patogen atau
bahan kimia beracun berbahaya yang dapat d. Limbah Dapur
menyebabkan penyakit infeksi dan dapat Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan
menyebar ke lingkungan rumah sakit yang dan air kotor.
disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan
10
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit… (Weny)
e. Limbah Radioaktif aeration/oxidation (aerasi kontak) dan
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan lainnya.
persoalan pengendalian infeksi dirumah
sakit, pembuangannya secara aman harus  Proses pengolahan air limbah secara
dilakukan dengan baik. biologis dengan lagoon atau kolam adalah
Teknologi Pengolahan Air Limbah dengan menampung air limbah pada suatu
Untuk mengolah air yang mengandung kolam yang luas dengan waktu tinggal
senyawa organik umumnya menggunakan yang cukup lama sehingga dengan aktivitas
teknologi pengolahan air limbah secara mikroorganisme yang tumbuh secara alami,
biologis atau gabungan antara proses biologis polutan yang ada dalam air akan terurai.
dengan proses kimia-fisika. Proses secara Salah satu contoh proses pengolahan air
biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi
aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik atau kolam stabilisasi (stabilization pond).
(tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan
aerobik. Teknologi Proses Pengolahan Air Limbah
Proses biologis aerobik biasanya Rumah Sakit
digunakan untuk pengolahan air limbah Teknologi pengolahan air limbah yang
dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, digunakan untuk mengolah air limbah rumah
sedangkan proses biologis anaerobik sakit pada dasarnya hampir sama dengan
digunakan untuk pengolahan air limbah teknologi proses pengolahan untuk air limbah
dengan beban BOD yang sangat tinggi. yang mengandung polutan organik lainnya.
Pengolahan air limbah secara biologis Dalam pemilihan jenis proses yang akan
aerobik secara garis besar dapat dibagi digunakan harus memperhatikan beberapa
menjadi 3 (tiga), yakni : faktor antara lain yakni :
 Proses biologis dengan biakkan tersuspensi  Kualitas limbah
(suspended culture), proses ini merupakan  Kualitas air hasil olahan yang diharapkan
sistem pengolahan limbah dengan  Jumlah air limbah
menggunakan aktivitas mikroorganisme  Lahan yang tersedia
untuk menguraikan senyawa polutan yang  Sumber energi yang tersedia
ada dalam air dan mikroorganisme yang
dibiakkan secara tersuspensi dalam suatu Tabel 1. Standard Baku Mutu Limbah Cair
reaktor. Adapun contoh proses pengolahan Bagi Kegiatan Tumah Sakit
dengan sistem ini antara lain proses lumpur Berdasarkan Peraturan Gubernur
aktif standar/konvensional (standard Sumatera Selatan Nomor 18 Tahun
activated sludge). 2005
Kadar Maksimum
 Proses biologis dengan biakkan melekat Parameter
(mg/L)
(attached culture), proses ini merupakan BOD 30
sistem pengolahan limbah dimana COD 80
mikroorganisme yang digunakan dibiakkan TSS 30
pada suatu media sehingga mikroorganisme pH 6-9
tersebut melekat pada permukaan media.
Adapun contoh teknologi pengolahan air
Beberapa proses pengolahan air limbah rumah
limbah dengan cara ini antara lain trickling
sakit yang sering digunakan yakni antara lain
filter atau biofilter, rotating biological
proses lumpur aktif (activated sludge
caontraktor (RBC), contact
process), reaktor putar biologis (rotating

11
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 7-18
biological cotractor, RBC), proses aerasi 1. Mikroorganisme anaerob yang digunakan
kontak (contact aeration process), proses adalah EM4 (effective Microorganisme 4 )
pengolahan dengan biofilter (up flow), serta yang merupakan komposisi bakteri
proses pengolahan dengan sistem biofilter probiotik aktif yang mampu bekerja secara
aerob dan anaerob. sinergis pada limbah domestik rumah sakit.
Komposisi bakteri jenis ini adalah
Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Nitrobacter sp,Nitrosomonas, Pseudomonas
Lumpur Aktif sp, Bacillus sp. Manfaat yang didapat dari
Pengolahan air limbah dengan proses lumpur bakteri jenis ini yaitu dapat menguraikan
aktif secara umu terdiri dari bak pengendap bahan organik ( protein, karbohidrat, dan
awal, bak aerasi, dan bak pengendap akhir, lemak ) secara biologis, menguraikan NH3
serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri dan NO secara anaerob, menghilangkan
patogen. bau, dan mampu menekan populasi bakteri
patogen.
Pengolahan Air Limbah Dengan Proses
Aerasi Kontak 2. Mikroorganisme aerob yang digunakan
Proses ini merupakan pengembangan dari adalah Microplus yang merupakan
proses lumpur aktif dan proses biofilter. komposisi bakteri probiotik murni dan
Pengolahan air limbah dengan proses aerasi bersifat aerob ( hidup dalam kondisi yang
kontak ini terdiri dari dua bagian yakni banyak oksigen ) dan dapat menguraikan
pengolahan primer dan pengolahan sekunder. bahan – bahan organik yang beracun (
limbah ) menjadi bahan organik sederhana
Keunggulan Proses Aerasi Kontak, yaitu : yang tidak mencemari lingkungan dan
 Pengelolaannya sangat mudah. menghilangkan bau limbah. Kandungan
 Biaya operasinya rendah. bakteri yang terdapat dalam Microplus
 Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, yaitu Nitrosomonas sp, Nitrobacter sp,
Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit. Aerobacter sp, Lactobaciilus, dan
 Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor Saccharomyses c. Manfaat yang didapat
yang dapat menyebabkan euthropikasi. dari bakteri jenis ini yaitu dapat
 Suplai udara untuk aerasi relatif kecil. menguraikan limbah organik ( protein,
karbohidrat, lemak, kandungan amoniak
METODE PENELITIAN dan nitritnya, dll ) secara biologis menjadi
Bahan bahan organik sederhana yang tidak
Limbah mencemari lingkungan, menghilangkan bau
Air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pada limbah organik secara biologis,
rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah menurunkan nilai COD, BOD, amoniak dll
domestik maupun air limbah yang berasal dari pada limbah organik, menjaga kestabilan
kegiatan klinis rumah sakit. pH. Nilai pH limbah pada bak aerasi sekitar
6,5 – 8 dengan menggunakan H2SO4 atau
Senyawa Khlor NaOH / CaCO3.
Senyawa khlor yang digunakan adalah kaporit
dalam bentuk solid yang berfungsi untuk Prosedur Penelitian
membunuh mikroorganisme patogen. 1. Air limbah yang berasal dari rumah sakit
ditampung didalam bak kontrol
Mikroorganisme Pengurai Limbah

12
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit… (Weny)
2. Dari bak kontol kemudian dialirkan menuju 6. Air olahan, yakni air yang keluar setelah
bak pengendap awal, untuk mengendapkan proses khlorinasi dan dapat langsung
partikel lumpur yang terdapat pada air dibuang ke sungai atau saluran umum.
limbah. Selain sebagai bak pengendap, juga
berfungsi sebagai bak pengontrol aliran dan Analisa Hasil Pengolahan Limbah
penampung lumpur atau zat padat lain yang Analisa hasil pengolahan limbah ini meliputi
terkandung dalam air limbah. pemeriksaan kadar BOD, COD, TSS, dan pH
yang akan dilakukan di Laboratorium Teknik
3. Air limpasan dari bak pengurai awal Kimia Universitas Muhammadiyah
selanjutnya dialirkan menuju bak biofilter Palembang. Sampel penelitian adalah air
anaerob dengan arah aliran dari atas limbah sebelum pengolahan dan air limbah
kebawah dan keatas (up flow). Didalam sesudah pengolahan
bak biofilter anaerob tersebut diisi dengan
batu split. Penguraian zat-zat organik yang HASIL DAN PEMBAHASAN
ada didalam air limbah dilakukan oleh Tabel 2. Hasil Penelitian
bakteri anaerob dan pada permukaan media Kandungan air limbah
Laju alir
filter akan tumbuh lapisan film No Kepekatan COD BOD TSS
(mL/menit) pH
mikroorganisme. Mikroorganisme inilah (mg/l) (mg/l) (mg/l)
yang akan menguraikan zat organik yang Limbah awal 97,85 48,20 171,00 7,52
Baku mutu limbah cair 80 30 30 6-9
terkandung dalam air limbah.
1 500 Tanpa 70,01 25,00 21,26 7,34
2 750 pengencer 72,36 26,80 24,37 7,22
4. Air limpasan dari bak biofilter anaerob 3 1000 an 74,12 27,60 26,13 7,21
selanjutnya dialirkan menuju bak biofilter 4 500 25% 62,25 22,70 17,42 7,15
aerob. Didalam bak biofilter aerob diisi 5 750 Pengencer 67,34 24,80 19,56 7,20
dengan media kerikil, serat ijuk, pasir 6 1000 an 68,98 27,90 20,33 7,02
kuarsa, dan karbon aktif yang berfungsi 7 500 50% 56,24 22,40 12,71 6,94
sebagai penyaring air limbah sambil 8 750 Pengencer 59,05 23,70 16,35 7,11
diaerasi atau dihembus dengan udara 9 1000 an 61,33 27,50 17,73 7,09
sehingga mikroorganisme aerob yang ada
dapat menguraikan zat organik yang ada Pembahasan
dalam air limbah sertah tumbuh dan Pengaruh Laju Alir Terhadap Penurunan
menempel pada permukaan media dimana Kadar BOD
hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi
penguraian zat organik. Proses ini
dinamakan aerasi kontak.
5. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak
pengendap akhir. Didalam bak ini endapan
yang terbentuk selanjutnya di pompa
kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
limpasan dialirkan menuju bak khlorinasi,
didalam bak ini air limbah dikontakkan Gambar 1. Pengaruh Laju Alir Terhadap BOD Tanpa
dengan senyawa khlor untuk membunuh Pengenceran
mikroorganisme yang masih terkandung
dalam air limbah. Pada Gambar 1 terlihat hubungan antara laju
alir terhadap nilai BOD tanpa melalui
pengenceran. Kadar BOD dengan kepekatan
13
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 7-18
tanpa pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 25,00 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 26,80 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 27,60 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar BOD juga
semakin rendah. Turunnya kadar BOD dalam
air limbah menunjukkan bahwa senyawa-
senyawa organik dalam limbah tersebut dapat
menurunkan kualitas limbah yaitu dengan Gambar 3. Pengaruh Laju Alir Terhadap BOD Dengan
mengkonsumsi kandungan oksigen terlarut 50 % Pengenceran
yang terdapat pada limbah melalui oksidasi
secara biologi. Pada Gambar 3 terlihat hubungan antara laju
alir terhadap nilai BOD dengan 50%
pengenceran. Kadar BOD dengan kepekatan
50% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 22,40 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 23,70 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 27,50 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar BOD juga
semakin rendah. Turunnya kadar BOD dalam
Gambar 2. Pengaruh Laju Alir Terhadap BOD Dengan air limbah menunjukkan bahwa senyawa-
25% Pengenceran senyawa organik dalam limbah tersebut dapat
menurunkan kualitas limbah yaitu dengan
Pada Gambar 2 terlihat hubungan antara laju mengkonsumsi kandungan oksigen terlarut
alir terhadap nilai BOD dengan 25% yang terdapat pada limbah melalui oksidasi
pengenceran. Kadar BOD dengan kepekatan secara biologi.
dengan 25% pengenceran pada laju alir 500
ml/menit sebesar 22,70 mg/l, pada laju alir Pengaruh Laju Alir Terhadap Penurunan
750 ml/menit sebesar 24,80 mg/l, sedangkan Kadar COD
pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 27,90
mg/l. Dilihat dari hasil analisa tersebut
semakin rendah laju alir maka kadar BOD
juga semakin rendah. Turunnya kadar BOD
dalam air limbah menunjukkan bahwa
senyawa-senyawa organik dalam limbah
tersebut dapat menurunkan kualitas limbah
yaitu dengan mengkonsumsi kandungan
oksigen terlarut yang terdapat pada limbah
melalui oksidasi secara biologi. Gambar 4. Pengaruh Laju Alir Terhadap COD Tanpa
Pengenceran

Pada Gambar 4 terlihat hubungan antara laju


alir terhadap nilai COD tanpa melalui
pengenceran. Kadar COD dengan kepekatan
tanpa pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
14
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit… (Weny)
sebesar 70,01 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 72,36 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 74,12 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar COD juga
semakin rendah. Turunnya kadar COD dalam
air limbah menunjukkan bahwa kebutuhan
oksigen total untuk mengoksidasi senyawa
organik dalam limbah cair, dimana senyawa
organik tersebut dapat mengurangi Gambar 6. Pengaruh Laju Alir Terhadap COD Dengan
konsentrasi okigen terlarut melalui suatu 50% Pengenceran
oksidasi kimia hingga kadar COD dalam
limbah menurun. Pada Gambar 6 terlihat hubungan antara laju
alir terhadap nilai COD dengan 50%
pengenceran. Kadar COD dengan kepekatan
50% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 56,24 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 59,05 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 61,33 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar COD juga
semakin rendah. Turunnya kadar COD dalam
air limbah menunjukkan bahwa kebutuhan
Gambar 5. Pengaruh Laju Alir Terhadap COD Dengan oksigen total untuk mengoksidasi senyawa
25% Pengenceran organik dalam limbah cair, dimana senyawa
organik tersebut dapat mengurangi
Pada Gambar 5 terlihat hubungan antara laju konsentrasi okigen terlarut melalui suatu
alir terhadap nilai COD dengan 25% oksidasi kimia hingga kadar COD dalam
pengenceran. Kadar COD dengan kepekatan limbah menurun.
25% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 62,25 mg/l, pada laju alir 750 Pengaruh Laju Alir Terhadap Penurunan
ml/menit sebesar 67,34 mg/l, sedangkan pada Kadar TSS
laju alir 1000 ml/menit sebesar 68,98 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar COD juga
semakin rendah. Turunnya kadar COD dalam
air limbah menunjukkan bahwa kebutuhan
oksigen total untuk mengoksidasi senyawa
organik dalam limbah cair, dimana senyawa
organik tersebut dapat mengurangi
konsentrasi okigen terlarut melalui suatu
oksidasi kimia hingga kadar COD dalam
limbah menurun. Gambar 7. Pengaruh Laju Alir Terhadap TSS Tanpa
Pengenceran

Pada Gambar 7 terlihat hubungan antara laju


alir terhadap nilai TSS tanpa melalui

15
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 7-18
pengenceran. Kadar TSS dengan kepekatan
tanpa pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 21,26 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 24,37 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 26,13 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar TSS juga semakin
rendah. Turunnya kadar TSS dalam air limbah
menunjukkan bahwa parameter – parameter
lain seperti BOD dan COD juga akan Gambar 9. Pengaruh Laju Alir Terhadap TSS Dengan
mengalami penurunan karena suspensi yang 50% Pengenceran
terdapat dalam partikel koloid merupakan
faktor penyebab tingginya konsentrasi BOD Pada Gambar 9 terlihat hubungan antara laju
dan COD. alir terhadap nilai TSS dengan 50%
pengenceran. Kadar TSS dengan kepekatan 50
% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 12,71 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 16,35 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 17,73 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar TSS juga semakin
rendah. Turunnya kadar TSS dalam air limbah
menunjukkan bahwa parameter – parameter
Gambar 8. Pengaruh Laju Alir Terhadap TSS Dengan lain seperti BOD dan COD juga akan
25% Pengenceran mengalami penurunan karena suspensi yang
terdapat dalam partikel koloid merupakan
Pada Gambar 8 terlihat hubungan antara laju faktor penyebab tingginya konsentrasi BOD
alir terhadap nilai TSS dengan 25% dan COD
pengenceran. Kadar TSS dengan kepekatan
25% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit Pengaruh Laju Alir Terhadap pH
sebesar 17,42 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 19,56 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 20,33 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar TSS juga semakin
rendah. Turunnya kadar TSS dalam air limbah
menunjukkan bahwa parameter – parameter
lain seperti BOD dan COD juga akan
mengalami penurunan karena suspensi yang
terdapat dalam partikel koloid merupakan
faktor penyebab tingginya konsentrasi BOD Gambar 10. Pengaruh Laju Alir Terhadap pH Tanpa
Pengenceran
dan COD.
Pada Gambar 10 terlihat hubungan antara laju
alir terhadap nilai pH tanpa melalui
pengenceran. Kadar pH dengan kepekatan
tanpa pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
16
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit… (Weny)
sebesar 7,34, pada laju alir 750 ml/menit pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 7,22, sedangkan pada laju alir 1000 sebesar 6,94, pada laju alir 750 ml/menit
ml/menit sebesar 7,21. Dilihat dari hasil sebesar 7,11, sedangkan pada laju alir 1000
analisa tersebut nilai pH yang didapat telah ml/menit sebesar 7,09. Dilihat dari hasil
sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair analisa tersebut nilai pH yang didapat telah
Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair
pemerintah yaitu sebesar 6 – 9. Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu sebesar 6 – 9.

KESIMPULAN
Proses pengolahan air limbah rumah sakit
dengan sistem biofilter anaero-aerob mampu
menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan
dapat menstabilkan pH.
Penurunan kadar BOD, COD, dan TSS
dipengaruhi oleh Laju Alir proses pengolahan
limbah. Semakin rendah laju alir proses maka
Gambar 11. Pengaruh Laju Alir Terhadap pH Dengan kadar BOD, COD, dan TSS akan semakin
25% Pengenceran rendah pula.
Kadar BOD, COD, dan TSS juga dapat
Pada Gambar 11 terlihat hubungan antara laju dipengaruhi oleh kepekatan air limbah.
alir terhadap nilai pH dengan 25% Semakin tinggi tingkat pengenceran air
pengenceran. Kadar pH dengan kepekatan limbah maka penurunan kadar BOD, COD,
25% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit dan TSS juga akan semakin tinggi.
sebesar 7,15, pada laju alir 750 ml/menit Dari hasil pengamatan, maka dapat
sebesar 7,20, sedangkan pada laju alir 1000 disimpulkan bahwa hasil terbaik yang didapat
ml/menit sebesar 7,02. Dilihat dari hasil dalam penelitian ini adalah pada laju alir 500
analisa tersebut nilai pH yang didapat telah ml/menit dengan kepekatan 50% pengenceran
sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair dengan analisa BOD sebesar 22,40 mg/l, COD
Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh sebesar 56,24 mg/l, dan TSS sebesar 12,71
pemerintah yaitu sebesar 6 – 9. mg/l. Nilai-nilai tersebut telah sesuai dengan
baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Gubernur Sumsel No 18
Tahun 2005.

DAFTAR PUSTAKA
Anita Rahmawati, Agnes dan Azizah, R.2002.
Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS dan
MPN Coliform Pada Air Limbah
Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di
RSUD Nganjuk.
Gambar 12. Pengaruh Laju Alir Terhadap pH Dengan
50% Pengenceran
Djuhaeni, Dr. Henny. Penanggulangan
Dampak Lingkungan Rumah Sakit.
Pada grafik terlihat hubungan antara laju alir
Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi
terhadap nilai pH dengan 50% pengenceran.
Jawa Barat.
Kadar pH dengan kepekatan 50%

17
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 7-18
Endress dan Hauser. COD, BOD, TOC and Sianita, Dwi. Kajian Pengolahan Limbah Cair
Colourimetric Analysers Effluent and industri Batik Kombinasi Aerob-Anaerob
Process Control In The Food and dan Penggunaan Koagulan Tawas.
Beverage Industry. Universitas Diponegoro.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara.


Kanisius. Yogyakarta.

Giyatmi. 2003. efektifitas pengolahan limbah


cair rumah sakit dr. sardjito yogyakarta
terhadap pencemaran radioaktif.
Yogyakarta : Pasca Sarjana Universitas
Gadjah mada.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


Republik Indonesia Nomor: Kep-
58/MENLH/12/1995 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
Khusnuryani, Arifah. 2008. Mikrobia Sebagai
Agen Penurun Posfat Pada Pengolahan
Limbah Cair Rumah Sakit. Seminar
Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi.
Yogyakarta.

Peraturan Menteri kesehatan No.


173/Menkes/Per/VII/1997 Tentang
Pengawasan pencemaran Air.
Departemen Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan No.


512/Menkes/Per/X/1990 Tentang
AMDAL Rumah Sakit. Departemen
Kesehatan RI.

Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor


18 Tahun 2005 tentang baku Mutu
Limbah Cair ( BMLC ) bagi Kegiatan
Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik,
dan Pertambangan Batubara.

Rhiti, Hyronimus. 2005. Kompleksitas


Permasalahan Linkungan Hidup.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai