4 1706 1 PB PDF
4 1706 1 PB PDF
7-18
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang (RSMP) Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob
ABSTRAK
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang
sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa
organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta
mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat
disekitarnya. Proses pengolahan air limbah rumah sakit dengan sistem biofilter anaero-aerob
mampu menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan dapat menstabilkan pH.
Kadar BOD, COD, dan TSS juga dapat dipengaruhi oleh kepekatan air limbah. Semakin tinggi
tingkat pengenceran air limbah maka penurunan kadar BOD, COD, dan TSS juga akan
semakin tinggi.
Dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil terbaik yang didapat dalam
penelitian ini adalah pada laju alir 500 ml/menit dengan kepekatan 50% pengenceran dengan
analisa BOD sebesar 22,40 mg/l, COD sebesar 56,24 mg/l, dan TSS sebesar 12,71 mg/l. Nilai-
nilai tersebut telah sesuai dengan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Gubernur Sumsel No 18 Tahun 2005.
Kata Kunci :Air limbah, COD, BOD, TSS
8
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit… (Weny)
Sifat Kimia Air Limbah makhluk terkecil dalam air, untuk
Kandungan bahan kimia yang ada didalam air pertumbuhannya membutuhkan sumber energi
limbah dapat merugikan lingkungan melalui yaitu unsur karbon (C) yang dapat diperolah
berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat dari bahan organik yang berasal dari tanaman,
menghabiskan oksigen dalam limbah serta ganggang yng mati, maupun oksigen dari
akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak udara. Bahan organik tersebutoleh
sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu mikroorganisme akan diuraikan menjadi
akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2
merupakan bahan yang beracun. selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman dalam
air untuk proses fotosintesis membentuk
Sifat Biologi Air Limbah oksigen, dan begitu seterusnya.
Pemeriksaan biologis air limbah untuk
mengetahui apakah ada bakter-bakteri patogen Biochemical Oxygen Demand (BOD)
yang berada didalam air limbah. Keterangan Biochemical oxygen demand (BOD)
biologis ini diperlukan untuk mengukur menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
kualitas air terutama bagi air yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
dipergunakan untuk air minum. Selain itu juga memecah atau mengoksidasi bahan-bahan
untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah buangan didalam air. Jadi nilai BOD tidak
sebelum dibuang ke badan air. menunjukkan jumlah bahan organik yangyang
Senyawa-senyawa organik yang terdapat sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
dalam air limbah sangat bervariasi, maka dari relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
itu sangat sulit untuk menentukan kadarnya mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut.
secara langsung. Cara yang umum digunakan Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
dalampenentuan kadar bahan organik yang menentukan beban pencemaran akibat air
terkandung dalam air limbah adalah dengan buangan.
mengukur banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk menstabilkannya. Chemical Oxygen Demand (COD)
Oksigen merupakan parameter yang sangat Chemical oxygen demand (COD) adalah
penting dalam air. Sebagian besar makhluk suatu uji yang menentukan jumlah oksigen
hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk yang dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk
mempertahankan hidupnya, baik tanaman mengoksidasi senyawa kimia dan bahan-
maupun hewan air bergantung pada oksigen bahan organik yang terdapat dalam air. Uji
yang terlarut dalam air. Dalam pengolahan air COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan
limbah dikenal 3 (tiga) parameter utama yang oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD
digunakan untuk menentukan tingkat karena bahan-bahan yang stabil terhadap
pencemaran bahan organik dalam suatu badan reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut
air, yaitu : teroksidasi dalam uji COD.
11
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 7-18
biological cotractor, RBC), proses aerasi 1. Mikroorganisme anaerob yang digunakan
kontak (contact aeration process), proses adalah EM4 (effective Microorganisme 4 )
pengolahan dengan biofilter (up flow), serta yang merupakan komposisi bakteri
proses pengolahan dengan sistem biofilter probiotik aktif yang mampu bekerja secara
aerob dan anaerob. sinergis pada limbah domestik rumah sakit.
Komposisi bakteri jenis ini adalah
Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Nitrobacter sp,Nitrosomonas, Pseudomonas
Lumpur Aktif sp, Bacillus sp. Manfaat yang didapat dari
Pengolahan air limbah dengan proses lumpur bakteri jenis ini yaitu dapat menguraikan
aktif secara umu terdiri dari bak pengendap bahan organik ( protein, karbohidrat, dan
awal, bak aerasi, dan bak pengendap akhir, lemak ) secara biologis, menguraikan NH3
serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri dan NO secara anaerob, menghilangkan
patogen. bau, dan mampu menekan populasi bakteri
patogen.
Pengolahan Air Limbah Dengan Proses
Aerasi Kontak 2. Mikroorganisme aerob yang digunakan
Proses ini merupakan pengembangan dari adalah Microplus yang merupakan
proses lumpur aktif dan proses biofilter. komposisi bakteri probiotik murni dan
Pengolahan air limbah dengan proses aerasi bersifat aerob ( hidup dalam kondisi yang
kontak ini terdiri dari dua bagian yakni banyak oksigen ) dan dapat menguraikan
pengolahan primer dan pengolahan sekunder. bahan – bahan organik yang beracun (
limbah ) menjadi bahan organik sederhana
Keunggulan Proses Aerasi Kontak, yaitu : yang tidak mencemari lingkungan dan
Pengelolaannya sangat mudah. menghilangkan bau limbah. Kandungan
Biaya operasinya rendah. bakteri yang terdapat dalam Microplus
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, yaitu Nitrosomonas sp, Nitrobacter sp,
Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit. Aerobacter sp, Lactobaciilus, dan
Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor Saccharomyses c. Manfaat yang didapat
yang dapat menyebabkan euthropikasi. dari bakteri jenis ini yaitu dapat
Suplai udara untuk aerasi relatif kecil. menguraikan limbah organik ( protein,
karbohidrat, lemak, kandungan amoniak
METODE PENELITIAN dan nitritnya, dll ) secara biologis menjadi
Bahan bahan organik sederhana yang tidak
Limbah mencemari lingkungan, menghilangkan bau
Air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pada limbah organik secara biologis,
rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah menurunkan nilai COD, BOD, amoniak dll
domestik maupun air limbah yang berasal dari pada limbah organik, menjaga kestabilan
kegiatan klinis rumah sakit. pH. Nilai pH limbah pada bak aerasi sekitar
6,5 – 8 dengan menggunakan H2SO4 atau
Senyawa Khlor NaOH / CaCO3.
Senyawa khlor yang digunakan adalah kaporit
dalam bentuk solid yang berfungsi untuk Prosedur Penelitian
membunuh mikroorganisme patogen. 1. Air limbah yang berasal dari rumah sakit
ditampung didalam bak kontrol
Mikroorganisme Pengurai Limbah
12
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit… (Weny)
2. Dari bak kontol kemudian dialirkan menuju 6. Air olahan, yakni air yang keluar setelah
bak pengendap awal, untuk mengendapkan proses khlorinasi dan dapat langsung
partikel lumpur yang terdapat pada air dibuang ke sungai atau saluran umum.
limbah. Selain sebagai bak pengendap, juga
berfungsi sebagai bak pengontrol aliran dan Analisa Hasil Pengolahan Limbah
penampung lumpur atau zat padat lain yang Analisa hasil pengolahan limbah ini meliputi
terkandung dalam air limbah. pemeriksaan kadar BOD, COD, TSS, dan pH
yang akan dilakukan di Laboratorium Teknik
3. Air limpasan dari bak pengurai awal Kimia Universitas Muhammadiyah
selanjutnya dialirkan menuju bak biofilter Palembang. Sampel penelitian adalah air
anaerob dengan arah aliran dari atas limbah sebelum pengolahan dan air limbah
kebawah dan keatas (up flow). Didalam sesudah pengolahan
bak biofilter anaerob tersebut diisi dengan
batu split. Penguraian zat-zat organik yang HASIL DAN PEMBAHASAN
ada didalam air limbah dilakukan oleh Tabel 2. Hasil Penelitian
bakteri anaerob dan pada permukaan media Kandungan air limbah
Laju alir
filter akan tumbuh lapisan film No Kepekatan COD BOD TSS
(mL/menit) pH
mikroorganisme. Mikroorganisme inilah (mg/l) (mg/l) (mg/l)
yang akan menguraikan zat organik yang Limbah awal 97,85 48,20 171,00 7,52
Baku mutu limbah cair 80 30 30 6-9
terkandung dalam air limbah.
1 500 Tanpa 70,01 25,00 21,26 7,34
2 750 pengencer 72,36 26,80 24,37 7,22
4. Air limpasan dari bak biofilter anaerob 3 1000 an 74,12 27,60 26,13 7,21
selanjutnya dialirkan menuju bak biofilter 4 500 25% 62,25 22,70 17,42 7,15
aerob. Didalam bak biofilter aerob diisi 5 750 Pengencer 67,34 24,80 19,56 7,20
dengan media kerikil, serat ijuk, pasir 6 1000 an 68,98 27,90 20,33 7,02
kuarsa, dan karbon aktif yang berfungsi 7 500 50% 56,24 22,40 12,71 6,94
sebagai penyaring air limbah sambil 8 750 Pengencer 59,05 23,70 16,35 7,11
diaerasi atau dihembus dengan udara 9 1000 an 61,33 27,50 17,73 7,09
sehingga mikroorganisme aerob yang ada
dapat menguraikan zat organik yang ada Pembahasan
dalam air limbah sertah tumbuh dan Pengaruh Laju Alir Terhadap Penurunan
menempel pada permukaan media dimana Kadar BOD
hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi
penguraian zat organik. Proses ini
dinamakan aerasi kontak.
5. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak
pengendap akhir. Didalam bak ini endapan
yang terbentuk selanjutnya di pompa
kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
limpasan dialirkan menuju bak khlorinasi,
didalam bak ini air limbah dikontakkan Gambar 1. Pengaruh Laju Alir Terhadap BOD Tanpa
dengan senyawa khlor untuk membunuh Pengenceran
mikroorganisme yang masih terkandung
dalam air limbah. Pada Gambar 1 terlihat hubungan antara laju
alir terhadap nilai BOD tanpa melalui
pengenceran. Kadar BOD dengan kepekatan
13
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 7-18
tanpa pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 25,00 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 26,80 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 27,60 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar BOD juga
semakin rendah. Turunnya kadar BOD dalam
air limbah menunjukkan bahwa senyawa-
senyawa organik dalam limbah tersebut dapat
menurunkan kualitas limbah yaitu dengan Gambar 3. Pengaruh Laju Alir Terhadap BOD Dengan
mengkonsumsi kandungan oksigen terlarut 50 % Pengenceran
yang terdapat pada limbah melalui oksidasi
secara biologi. Pada Gambar 3 terlihat hubungan antara laju
alir terhadap nilai BOD dengan 50%
pengenceran. Kadar BOD dengan kepekatan
50% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 22,40 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 23,70 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 27,50 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar BOD juga
semakin rendah. Turunnya kadar BOD dalam
Gambar 2. Pengaruh Laju Alir Terhadap BOD Dengan air limbah menunjukkan bahwa senyawa-
25% Pengenceran senyawa organik dalam limbah tersebut dapat
menurunkan kualitas limbah yaitu dengan
Pada Gambar 2 terlihat hubungan antara laju mengkonsumsi kandungan oksigen terlarut
alir terhadap nilai BOD dengan 25% yang terdapat pada limbah melalui oksidasi
pengenceran. Kadar BOD dengan kepekatan secara biologi.
dengan 25% pengenceran pada laju alir 500
ml/menit sebesar 22,70 mg/l, pada laju alir Pengaruh Laju Alir Terhadap Penurunan
750 ml/menit sebesar 24,80 mg/l, sedangkan Kadar COD
pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 27,90
mg/l. Dilihat dari hasil analisa tersebut
semakin rendah laju alir maka kadar BOD
juga semakin rendah. Turunnya kadar BOD
dalam air limbah menunjukkan bahwa
senyawa-senyawa organik dalam limbah
tersebut dapat menurunkan kualitas limbah
yaitu dengan mengkonsumsi kandungan
oksigen terlarut yang terdapat pada limbah
melalui oksidasi secara biologi. Gambar 4. Pengaruh Laju Alir Terhadap COD Tanpa
Pengenceran
15
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 7-18
pengenceran. Kadar TSS dengan kepekatan
tanpa pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 21,26 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 24,37 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 26,13 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar TSS juga semakin
rendah. Turunnya kadar TSS dalam air limbah
menunjukkan bahwa parameter – parameter
lain seperti BOD dan COD juga akan Gambar 9. Pengaruh Laju Alir Terhadap TSS Dengan
mengalami penurunan karena suspensi yang 50% Pengenceran
terdapat dalam partikel koloid merupakan
faktor penyebab tingginya konsentrasi BOD Pada Gambar 9 terlihat hubungan antara laju
dan COD. alir terhadap nilai TSS dengan 50%
pengenceran. Kadar TSS dengan kepekatan 50
% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 12,71 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 16,35 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 17,73 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar TSS juga semakin
rendah. Turunnya kadar TSS dalam air limbah
menunjukkan bahwa parameter – parameter
Gambar 8. Pengaruh Laju Alir Terhadap TSS Dengan lain seperti BOD dan COD juga akan
25% Pengenceran mengalami penurunan karena suspensi yang
terdapat dalam partikel koloid merupakan
Pada Gambar 8 terlihat hubungan antara laju faktor penyebab tingginya konsentrasi BOD
alir terhadap nilai TSS dengan 25% dan COD
pengenceran. Kadar TSS dengan kepekatan
25% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit Pengaruh Laju Alir Terhadap pH
sebesar 17,42 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 19,56 mg/l, sedangkan pada
laju alir 1000 ml/menit sebesar 20,33 mg/l.
Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin
rendah laju alir maka kadar TSS juga semakin
rendah. Turunnya kadar TSS dalam air limbah
menunjukkan bahwa parameter – parameter
lain seperti BOD dan COD juga akan
mengalami penurunan karena suspensi yang
terdapat dalam partikel koloid merupakan
faktor penyebab tingginya konsentrasi BOD Gambar 10. Pengaruh Laju Alir Terhadap pH Tanpa
Pengenceran
dan COD.
Pada Gambar 10 terlihat hubungan antara laju
alir terhadap nilai pH tanpa melalui
pengenceran. Kadar pH dengan kepekatan
tanpa pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
16
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit… (Weny)
sebesar 7,34, pada laju alir 750 ml/menit pengenceran pada laju alir 500 ml/menit
sebesar 7,22, sedangkan pada laju alir 1000 sebesar 6,94, pada laju alir 750 ml/menit
ml/menit sebesar 7,21. Dilihat dari hasil sebesar 7,11, sedangkan pada laju alir 1000
analisa tersebut nilai pH yang didapat telah ml/menit sebesar 7,09. Dilihat dari hasil
sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair analisa tersebut nilai pH yang didapat telah
Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair
pemerintah yaitu sebesar 6 – 9. Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu sebesar 6 – 9.
KESIMPULAN
Proses pengolahan air limbah rumah sakit
dengan sistem biofilter anaero-aerob mampu
menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan
dapat menstabilkan pH.
Penurunan kadar BOD, COD, dan TSS
dipengaruhi oleh Laju Alir proses pengolahan
limbah. Semakin rendah laju alir proses maka
Gambar 11. Pengaruh Laju Alir Terhadap pH Dengan kadar BOD, COD, dan TSS akan semakin
25% Pengenceran rendah pula.
Kadar BOD, COD, dan TSS juga dapat
Pada Gambar 11 terlihat hubungan antara laju dipengaruhi oleh kepekatan air limbah.
alir terhadap nilai pH dengan 25% Semakin tinggi tingkat pengenceran air
pengenceran. Kadar pH dengan kepekatan limbah maka penurunan kadar BOD, COD,
25% pengenceran pada laju alir 500 ml/menit dan TSS juga akan semakin tinggi.
sebesar 7,15, pada laju alir 750 ml/menit Dari hasil pengamatan, maka dapat
sebesar 7,20, sedangkan pada laju alir 1000 disimpulkan bahwa hasil terbaik yang didapat
ml/menit sebesar 7,02. Dilihat dari hasil dalam penelitian ini adalah pada laju alir 500
analisa tersebut nilai pH yang didapat telah ml/menit dengan kepekatan 50% pengenceran
sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair dengan analisa BOD sebesar 22,40 mg/l, COD
Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh sebesar 56,24 mg/l, dan TSS sebesar 12,71
pemerintah yaitu sebesar 6 – 9. mg/l. Nilai-nilai tersebut telah sesuai dengan
baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Gubernur Sumsel No 18
Tahun 2005.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Rahmawati, Agnes dan Azizah, R.2002.
Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS dan
MPN Coliform Pada Air Limbah
Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di
RSUD Nganjuk.
Gambar 12. Pengaruh Laju Alir Terhadap pH Dengan
50% Pengenceran
Djuhaeni, Dr. Henny. Penanggulangan
Dampak Lingkungan Rumah Sakit.
Pada grafik terlihat hubungan antara laju alir
Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi
terhadap nilai pH dengan 50% pengenceran.
Jawa Barat.
Kadar pH dengan kepekatan 50%
17
Distilasi, Vol. 1 No. 1, Juni 2015, Hal. 7-18
Endress dan Hauser. COD, BOD, TOC and Sianita, Dwi. Kajian Pengolahan Limbah Cair
Colourimetric Analysers Effluent and industri Batik Kombinasi Aerob-Anaerob
Process Control In The Food and dan Penggunaan Koagulan Tawas.
Beverage Industry. Universitas Diponegoro.
18