Anda di halaman 1dari 10

PELANGGARAN ETIKA BISNIS TERKAIT DENGAN

KASUS KORUPSI DI INDONESIA

(KASUS ANGELINA SONDAKH)

MATA KULIAH : ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI

NAMA : T

NIM : 18041023

D3 AKUNTANSI_SEMESTER 5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maraknya pelanggaran yang terkait dengan kasus korupsi di Indonesia saat ini telah memberikan citra
buruk bagi Indonesia di mata dunia internasional. Bukan hanya itu, tetapi budaya korupsi yang
merajalela telah menyengsarakan masyarakat Indonesia sendiri. Rakyat kecil yang tidak memiliki
kuasa seperti layaknya para petinggi negara dan pengusaha-pengusaha kaya, mejadi semakin terhimpit
hidupnya akibat tidak terwujudkannya “hak-hak” yang seharusnya menjadi milik masyarakat diambil
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hak-hak masyarakat yang dimaksud dalam hal ini
adalah dana yang seharusnya diperuntukan untuk baik kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan
kegiatan ekonomi, khususnya bisnis di Indonesia hilang dan telah menjadi hak pribadi.

Hubungan antara etika bisnis dengan korupsi yaitu praktek korupsi yang banyak terjadi merupakan
salah satu dari pelanggaran etika bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan
kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan
bahwa praktek korpusi adalah tindakan tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang
tidak berlaku jujur, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia
dikatakan tidak etis dan tidak bermoral.

Dalam makalah ini, penulis memfokuskan kajian tentang salah satu patologi birokrasi yaitu tentang
korupsi, di mana saat ini kasus korupsi yang ada di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Korupsi
merupakan sebuah masalah besar bagi negara yang mana dampak dari korupsi itu adalah kerugian yang
di alami oleh negara.
1.2 Teori Yang Digunakan

Teori Etika Teleologi, Dalam Aliran Egoisme Etis.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah yang saya angkat adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?

2. Apa hubungan korupsi dengan etika bisnis?

3. Gambaran umum tentang teori etika teleologi ?

4. Apa hubungan korupsi atau kasus yang diangkat dengan teori etika teleologi?

5. Bagaimana pembahasan kasus yang diangkat ?

6. Bagaimana pendapat penulis?

1.4 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang korupsi hubungannya
dengan etika bisnis. Selain itu makalah ini juga ingin memberikan contoh nyata dari perilaku korupsi
yang terjadi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun
pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan,
dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

2.2 Hubungan Korupsi Dengan Etika Bisnis

Hubungan korupsi dengan etika bisnis dapat dipahami dalam kehidupan pemerintahan sebagai suatu
keadaan, di mana jika etika dipegang teguh sebagai landasan tingkah laku dalam pemerintahan, maka
penyimpangan seperti korupsi tidak akan terjadi

Korupsi dan etika bisnis merupakan satu kesatuan. Jika kita sudah memahami betul apa saja yang harus
diperhatikan dalam berbisnis, maka tindakan korupsi tidak mungkin dilakukan. Tindakan korupsi jelas–
jelas melanggar etika bisnis, karena kegiatan tersebut sangatlah merugikan banyak pihak. Intinya kita
harus mengerti dulu apa saja etika dalam berbisnis, baru kita memulai bisnis. Agar bisnis kita tidak
melanggar peraturan.
2.3 Gambaran Umum Tentang Teori Etika Teleologi

1. Etika Teleologi

Berasal dari kata Yunani, telos = tujuan -> Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan
itu. Contoh: seorang anak kecil yang mencuri demi biaya pengobatan ibunya yang sedang sakit (tidak
dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan, melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Kalau
tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik). Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa etika teleologi
lebih situasional, karena tujuan dan akibat suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus
tertentu.Adapun Alirannya adalah:

– Egoisme Etis

Inti pandangan egoisme -> tindakan setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan
memajukan dirinya sendiri. Egoisme akan menjadi persoalan yang serius ketika cenderung menjadi
hedonistis ( ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai
kenikmatan fisik yg bersifat vulgar)

– Utilitarianisme

Berasal dari bahasa latin “utilis” -> Bermanfaat

Menurut teori ini, suatu tindakan atau perbuatan dikatakan baik jika membawa manfaat, tidak hanya 1
atau 2 orang saja melainkan bermanfaat untuk masyarakat. Dalam rangka pemikirannya, kriteria untuk
menentukan baik buruknya suatu tindakan atau perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah
orang yang terbesar.

2.4 Hubungan Korupsi Atau Kasus Yang Diangkat Dengan Teori Etika Teleologi

Dalam hubungan ini, teori etika teologi mengkaji apakah perilaku yang dinilai etis pada individu juga
dapat berlaku pada organisasi atau perusahaan bisnis. Berdasarkan teori teleologi kita dapat menyoroti
dan menilai apakah suatu keputusan atau tindakan yang diambil dalam dunia etika secara moral dapat
dibenarkan atau tidak. Dengan demikian etika bisnis membantu para pelaku bisnis untuk mencari cara
guna mencegah tindakan yang dinilai tidak seharusnya.
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Definisi Masalah

Persidangan Angelina Sondakh banyak menguak hal baru yang cukup mengejutkan publik. Mulai dari
gajinya yang sebesar RP20 juta per bulan, kegemarannya berbelanja online, sampai masalah rumah
tangganya dengan almarhum Adjie Massaid.

Semasa Adjie masih hidup, Angie disebut-sebut pernah meminta cerai. Hal ini tentu mengherankan,
karena pasangan selebriti sekaligus politisi itu selalu terlihat harmonis di layar kaca. Tapi Elza Syarief
yang pernah menjadi kuasa hukum Adjie membenarkannya. Menurut Elza, Angie dan Adjie memang
kerap bertengkar, dan pertengkaran itu disebabkan karena sifat boros Angie.“Saya enggak tahu kapan
dia mulai. Almarhum sering menegur (Angie), penggunaan uang besar,” kata Elza. “Malu sebagai
suami enggak bisa mendidik. Pernikahan mereka kan baru sebentar.”

Pernyataan senada juga dilontarkan Rufianus Hutauruk, salah satu pengacara M.Nazzarudin. Ia
menuding Angie suka bergaya hidup mewah, dan hal itulah yang menyebabkan rumah tangganya retak.
“Satu di antara penyebabnya (pertengkaran) adalah gaya hidup mewah Angie yang sulit diterima
Adjie,” katanya.

Menurut Elza, Adjie selalu ketakutan dengan sifat boros Angie, apalagi istrinya pernah dikabarkan
bagi-bagi uang di DPR. Hal itu membuatnya takut kalau keluarganya berurusan dengan KPK. “Adjie
pernah nanya ke saya, ‘Angie bagi-bagi uang di DPR pantas enggak sih tante dia begitu?’. Aku pusing
kan nanti kalau ditangkap KPK gimana? Kita yang malu. Adjie sangat takut soal itu,” katanya.

Tak hanya itu saja, Elza mengungkapkan bahwa Angie harus dibujuk dengan benda-benda mahal saat
ia ngotot ingin bercerai dari Adjie. Adjie sempat berniat membeli berlian untuk Angie agar hubungan
mereka membaik. “Aku kasih berlian, tapi gimana yah, gajiku pas-pasan. Ya sudah dibelikan Hermes
saja,” kata Elza menirukan ucapan Adjie dulu.

Elza menuturkan bahwa upaya Adjie berhasil dan rumah tangga mereka sempat membaik karena Adjie
membelikan barang kesukaan Angie. Namun hal itu tak berlangsung lama karena Angie kembali minta
cerai.
Angelina Sondakh Resmi Diberhentikan Di Demokrat

Partai Demokrat telah menggelar rapat pleno pada hari Kamis (23/2) lalu sebagai tindak lanjut
rekomendasi Dewan Kehormatan partai untuk memberhentikan kader yang bermasalah. Dari rapat
yang dipimpin oleh Ketua Umum PD Anas Urbaningrum tersebut, akhirnya diputuskan bahwa
Angelina Sondakh dipecat dari jabatannya sebagai wakil sekretaris jenderal Partai Demokrat. “DPP
memutuskan menindaklanjuti rekomendasi DK (Dewan Kehormatan) untuk memberhentikan Angelina
Sondakh sebagai pengurus DPP Partai Demokrat,” kata Andi Nurpati selaku juru bicara Partai
Demokrat.

Dengan keputusan rapat tersebut, Angelina Sondakh otomatis sudah tidak aktif lagi dalam Demokrat.
Walau begitu Andi mengakui bahwa belum ada surat keputusan pemecatan bagi Angie. “(Surat
pemecatan) segera akan dikeluarkan,” kata Andi menambahkan.

Selain Angie, kader partai lain yang juga diberhentikan adalah Sudewo. Sudewo sendiri adalah
Sekretaris Divisi Pembinaan dan Organisasi Partai Demokrat yang dipecat karena melakukan
pelanggaran Ad/ART.

Andi Nurpati lalu menuturkan bahwa sampai saat ini belum ada keputusan tentang siapa yang akan
mengganti posisi Angie dan Sudewo di Demokrtat. Menurut Andi, partai sendiri masih mencari-cari
seseorang yang tepat untuk mengisi kekosongan tersebut. “Segera diputuskan penggantinya. Kita
tunggu saja, pimpinan harus diberi waktu kesempatan mencari figur yang tepat,” ujarnya.

3.2 Analisis Masalah

1. Sinergi Pemerintah dan Masyarakat

Pemberantasan korupsi tidak cukup dilakukan melalui penegakan hukum saja. Penyelesaian korupsi
harus dilakukan secara kompak, ada sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Intinya, ada di tangan
pemerintah, namun jika tak ada dukungan masyarakat, maka pemberantasan korupsi menjadi “omong
kosong”.

Menurut beberapa artikel di media cetak, disebutkan bahwa pemimpin yang tegas sangat mendukung
penghentian korupsi. Namun, dia luput mengkaji kekolektifan kinerja pemerintah. Artinya,
pemerintahan tidak hanya ada satu atau dua orang saja, namun puluhan dan bahkan ratusan. Jika ingin
memberantas korupsi, seluruh aparat pemerintah harus berkomitmen memberantasnya.
2. Solusi Radikal

Korupsi merupakan extra ordinary crime, maka penanganannya harus dengan cara radikal. Jadi,
‘hukuman mati’ untuk koruptor harus dilegalkan. Meskipun belum ada terdakwa kasus korupsi dijatuhi
hukuman mati, tapi suatu saat pasal ini akan efektif dan harus diberlakukan di Indonesia. Sehingga,
hukuman mati menjadi solusi jitu untuk memberantas korupsi. Jika tak ada pemberlakuan hukuman
mati kepada koruptor, dan hukuman yang diberikan kepada mereka terlalu ringan, maka hal itu pasti
tidak akan menimbulkan efek jera. Untuk itulah, perlu pembenahan sistem hukum, sehingga tidak ada
lagi yang berani melakukan korupsi.

3. Sistem penggajian yang layak.

Aparat pemerintah harus bekerja dengan sebaik-baiknya. Dan itu sulit berjalan dengan baik bila gaji
mereka tidak mencukupi. Para birokrat tetaplah manusia biasa.

4. Larangan menerima suap dan hadiah.

Hadiah dan suap yang diberikan seseorang kepada aparat pemerintah pasti mengandung maksud
tertentu, karena buat apa memberi sesuatu bila tanpa maksud di belakangnya, yakni bagaimana agar
aparat itu bertindak menguntungkan pemberi hadiah.

5. Teladan pemimpin.

Pemberantasan korupsi hanya akan berhasil bila para pemimpin, terlebih pemimpin tertinggi, dalam
sebuah negara bersih dari korupsi. Dengan takwa, seorang pemimpin melaksanakan tugasnya dengan
penuh amanah.

6. Hukuman setimpal.

Pada dasarnya, orang akan takut menerima risiko yang akan mencelakakan dirinya, termasuk bila
ditetapkan hukuman setimpal kepada para koruptor. Berfungsi sebagai pencegah (zawajir), hukuman
setimpal atas koruptor diharapkan membuat orang jera dan kapok melakukan korupsi. Dalam Islam,
koruptor dikenai hukuman ta’zir berupa tasyhir atau pewartaan (dulu dengan diarak keliling kota,
sekarang mungkin bisa ditayangkan di televisi seperti yang pernah dilakukan), penyitaan harta dan
hukuman.
3.3 Pendapat Penulis Dalam Kasus yang diangkat

Dalam konteks ini, pemberantasan korupsi harus dilakukan secara maksimal oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). ‘Nakhoda’ kapal KPK harus berani, tegas, dan ‘cekatan’ dalam
memberantas korupsi. Tanpa tindakan tegas dari KPK, maka pemberantasan korupsi hanya akan
merupakan mimpi belaka. Jika dirumuskan, pemberantasan korupsi bisa dimulai dari pencegahan,
penindakan, termasuk dengan melibatkan peran masyarakat.

Pemberantasan korupsi harus difokuskan pada ‘perbaikan sistem’ (hukum, kelembagaan, ekonomi).
Selain itu, perbaikan kondisi manusia juga penting. Antara lain, melalui bimbingan dari segi moral,
kesejahteraan, di samping lewat pendidikan antikorupsi. Yang terpenting bukan sekadar ‘mencegah’,
tapi juga ‘menindak tegas’ koruptor.

Dalam Pertimbangan UU No. 30 Tahun 2002 UU. dibentuknya KPK , antara lain dikemukakan :

Pemberantasan korupsi sampai saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal, hal ini disebabkan
karena Lembaga Pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara
efektif dan efisien.Walaupun barangkali dalam Perundang-undangan tidak terdapat kelemahan, namun
karena Lembaga yang menangani belum efektif dan efisien maka praktek korupsi semakin merajalela.

Dalam rangka meningkatkan pengendalian intern maka dalam kurun waktu 43 tahun Undang-Undang
korupsi telah diganti sebanyak 4 kali, yaitu tahun 1960, 1971, 1999, dan 2001.

Dari 5 UU/Peraturan Pemberantasan Korupsi yang paling lengkap adalah Peraturan Pemberantasan
Korupsi tahun 1958, karena dalam Peraturan tersebut di lengkapi Badan Penilik Harta Benda yang
mempunyai kekuasaan untuk menyita barang yang diperoleh dari korupsi dan kekayaan yang setelah
diselidiki tidak sebanding dengan penghasilan mata pencahariannya. Kekusasaan Badan Penilik Harta
Benda dihilangkan pada Undang-Undang penggantinya (UU 1960).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tindakan korupsi dalam kegiatan bisnis merupakan salah satu masalah sistematik dalam prinsip etika
bisnis, hal ini dikarenakan akan ada pihak-pihak yang dirugikan, antara lain:

a. Efek suap yang utama adalah timbulnya ekonomi biaya tinggi dan berakibat makin tingginya tingkat
harga barang dan jasa karena harus menutup biaya yang tidak langsung berkaitan dengan proses
produksi barang dan jasa. Hal ini bisa merugikan konsumen

b. Korupsi meningkatkan ketidak-pastian karena persaingan pasar menjadi tidak sehat. Keberhasilan
bergantung pada kekuatan dan kesanggupan menyisihkan dana untuk suap, bukan peningkatan kualitas
produk dan jasa.

4.2 Saran

Untuk mencegah terjadinya tindakan korupsi dalam kegiatan bisnis perusahaan. Perlu dilakukan
tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ini dilihat dari dua sisi pihak yang berkepentingan yaitu:

1. Perusahaan (Pelaku Bisnis)

Yaitu dengan melakukan transformasi budaya perusahaan untuk menetapkan iklim etis (ethical
climaters) yang kondusif untuk menerapkan bisnis tanpa suap ataupun korupsi, menuntut perubahan
pada empat komponen utama perusahaan yang saling terkait yaitu: Struktur, Sistem, Prosedur, dan
Sumber Daya Manusia Perusahaan.

2. Pemerintah (Regulator)

a). Menerapkan sistem reward dan punishement.

b). Menghukum dengan tegas kedua pihak yang terlibat tindakan suap-menyuap bukan hanya pihak
yang disuap tetapi juga menghukum pihak yang menyuap.

DAFTAR PUSTAKA

http://hafiedzmizan.blogspot.co.id/

http://intanstemapal24.blogspot.co.id/2012/11/kasus-korupsi-dan-upaya-pemberantasan.html

Anda mungkin juga menyukai