Anda di halaman 1dari 128

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI
MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


FERTILITAS DI INDONESIA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh :

M. RADIFAN

060501071
Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

2010

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI
MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Hari :
Tanggal :
Nama : M. Radifan
NIM : 060501071

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

FERTILITAS DI INDONESIA

Tanggal

Pembimbing Skripsi,

( Drs. Rujiman, MA )
NIP. 19510421 198203 1 002

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI
MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari :

Tanggal :
Nama : M. Radifan
Nim : 060501071
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentarsi : Perencanaan
Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

FERTILITAS DI INDONESIA

Ketua Departemen Pembimbing Skripsi

( Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec ) ( Drs. Rujiman, MA )


NIP. 19730408 199802 1 001 NIP. 19510421 198203 1 002

Penguji I Penguji II

( H.B. Tarmizi, SE, MSi ) ( Paidi Hidayat,SE,MSi )

NIP. 19530412 198103 1 006 NIP. 19750920 200501 1 002

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : M. Radifan
Nim : 060501071
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentarsi : Perencanaan
Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

FERTILITAS DI INDONESIA

Tanggal Ketua Departemen,

( Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec )


NIP. 19730408 199802 1 001

Tanggal Dekan,

( Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec )


NIP. 19550810 198303 1 004

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the factors that affect fertility or
Total Fertility Rate (TFR) of 33 provinces in Indonesia in 2007. The independent
variables that used in this study are GDP per capita, life expectacy at birth,
education index, percentage of women which 15-49 years old are using
contraception, and urbanization rate.
Data used in this research is secondary data in the form of a cross section
obtained from the Central Statistics Agency (BPS) in 2007. Research method that
used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.
The result of the study shows that simultaneously, all of the independent
variables are significant in influencing Total Fertility Rate (TFR) 33 provinces in
Indonesia. As partial, regression result shows that education index and percentage
of women which 15-49 years old are using contraception have influence on Total
Fertility Rate (TFR) 33 provinces in Indonesia in 2007 and both are statistically
significant at alpha 5% and 1%.

Demographic components are important in development process of a


country. So that, this components can be used as a benchmark of success in the
development of that country. Fertility is one of demographic components. The
others are mortality and migration.

Keyword : Total Fertility Rate , GDP percapita, life expectacy at birth,

education index, urbanization

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang


mempengaruhi tingkat fertilitas atau Angka kelahiran Total pada 33 provinsi di
Indonesia pada tahun 2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah
PDRB perkapita, angka harapan hidup saat lahir, indeks pendidikan, persentase
wanita 15-49 tahun yang berstatus kawin memakai alat kontrasepsi dan tingkat
urbanisasi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk cross section yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary
Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara serempak seluruh variabel
bebas berpengaruh signifikan terhadap angka kelahiran total pada 33 provinsi di
Indonesia. Secara parsial, hasil regresi menunjukkan bahwa indeks pendidikan
dan persentase wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang memakai alat kontrasepsi
mempunyai pengaruh terhadap angka kelahiran total pada 33 provinsi di
Indonesia pada tahun 2007 dan keduanya signifikansi secara statistik pada 5% dan
1%.
Komponen demografi merupakan hal yang penting dalam proses
pembangunan di suatu Negara. Oleh karena itu, komponen ini dapat dipergunakan
sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan di Negara tersebut. Fertilitas adalah
salah satu komponen demografi, selain itu juga ada komponen demografi yang
lain yaitu, mortalitas dan migrasi.

Kata kunci : Angka kelahiran total, PDRB perkapita, angka harapan hidup

saat lahir, indeks tingkat pendidikan, penggunaan kontrasepsi,


tingkat urbanisasi

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis guna memenuhi

syarat dalam memperoleh gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari

para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa mendatang.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan semua

pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud. Untuk itu, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Dengan rasa hormat kepada kedua orang tuaku Khairul, SE dan Rita Sufleni

yang telah mendukung dengan do’a dan kasih sayang yang ternilai.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, Ph.D selaku Sekretaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Penasehat Akademik selama

penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi.

Universitas Sumatera Utara


6. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak

membantu dan mengarahkan penulisan dan penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak H.B. Tarmizi, SE, MSi selaku dosen penguji I dan Bapak Paidi

Hidayat,SE, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi saran

dan kritik dalaam penyusunan skripsi.

8. Staf administrasi FE-USU yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan urusan-urusan administrasi selama perkulian .

9. Kepada saudaraku, uni Rikha Sarah, uda M. Iqsas Fadillah dan adikku Aina

Mardiah atas do’anya dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada sahabat-sahabatku dan juga anak-anak EP’06 terima kasih atas

sarannya dan juga dukungannya kepadaku.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

para pembaca serta memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan.

Medan, 27 April 2010

Penulis

( M. Radifan)

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT .................................................................................................i

ABSTRAK .................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR TABEL ......................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 5

1.3 Hipotesis .................................................................................. 6

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8

2.1 Fertilitas .................................................................................... 8

2.2 Transisi Demografi ................................................................... 14

2.3 Teori-teori Kependudukan ....................................................... 17

2.3.1 Teori Malthus ............................................................... 18

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Mazhab Fisiologi .......................................................... 21

2.3.3 Mazhab Psyco-Sosial ..................................................... 24

2.3.4 Teori Evolusi Sosial ....................................................... 24

2.3.5 Teori Malthusianisme .................................................... 25

2.4 Konsep Produk Domestik Regional Bruto ............................... 27

2.4.1 Pendapatan Regional ....................................................... 27

2.4.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku .................................... 28

2.4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan ................................... 28

2.4.4 Pendapatan perkapita ........................................................ 28

2.4.5 Metode Perhitungan Pendapatan Regional ...................... 29

2.4.6 Kaitan Pendapatan perkapita terhadap Fertilitas ................ 32

2.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir ............................................ 34

2.5.1 Kaitan angka harapan hidup terhadap fertilitas ................. 34

2.6 Indeks Tingkat Pendidikan ...................................................... 35

2.6.1 Indeks angka melek huruf ............................................... 35

2.6.2 Rata-rata lama sekolah .................................................... 36

2.6.3 Kaitan indeks tingkat pendidikan terhadap fertilitas........... 36

2.7 Wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi .. 38

2.7.1 Kontrasepsi ..................................................................... 38

2.7.2 Kaitan wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan

alat kontasepsi terhadap fertilitas ...................................... 39

2.8 Tingkat Urbanisasi ................................................................... 40

2.8.1 Dampak Positif urbanisasi ................................................ 42

2.8.2 Pendekatan konsep dan teori urbanisasi ............................ 42

Universitas Sumatera Utara


2.8.3 Kaitan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat

urbanisasi dan pengaruhnya pada fertilitas ........................ 47

2.9 Penelitian terdahulu ................................................................. 49

2.10 Kerangka konseptual ............................................................. 50

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 51

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 51

3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 51

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 51

3.4 Pengolahan Data ...................................................................... 52

3.5 Model Analisis ....................................................................... 52

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ................................ 55

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ................................. 55

3.6.2 Uji t-statistik ................................................................... 55

3.6.3 Uji F-statistik .................................................................. 57

3.7 Uji Penyimpangan asumsi klasik ............................................ 59

3.7.1 Multikolinearitas .............................................................. 59

3.7.2 Autokorelasi (serial correlation) ....................................... 60

3.8 Defenisi Operasional .............................................................. 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 63

4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia ...................................... 63

4.1.1 Lokasi dan Letak Geografis Indonesia .............................. 63

4.1.2 Kondisi Iklim ..................................................................... 64

4.1.3 Kondisi Demografi Indonesia ............................................ 64

4.1.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia ..................... 67

Universitas Sumatera Utara


4.1.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................. 70

4.1.6 Hubungan Variabel Demografi dengan Pembangunan

Ekonomi ............................................................................ 72

4.2 Perkembangan Angka Kelahiran Total di Indonesia .................. 73

4.3 Perkembangan PDRB Perkapita ............................................... 75

4.4 Perkembangan Angka Harapan Hidup Saat Lahir ................... 78

4.5 Perkembangan Indeks Pendidikan ........................................... 81

4.6 Perkembangan Jumlah Wanita berumur 15-49 tahun

yang menggunanakan alat kontrasepsi ..................................... 84

4.7 Perkembangan Tingkat Urbanisasi ......................................... 86

4.8 Pembahasan ............................................................................ 87

4.9 Interpretasi Model ................................................................... 88

4.10 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuain) .................................. 90

4.10.1 Koefisien Determinasi .................................................... 90

4.10.2 Uji Partial test (Uji t-satistik) .......................................... 90

4.10.3 Uji Keseluruhan (Uji F-satistik) ...................................... 94

4.11 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ........................................... 95

4.11.1 Multikolinearitas ............................................................ 95

4.11.2 Uji Autokorelasi ............................................................ 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 98

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 98

5.2 Saran ...................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Jumlah penduduk dan TFR di Indonesia (2004-2007) ........................ 4

2.1 Tahap Transisi Demografi ............................................................... 15

2.2 Pembatasan pertumbuhan Penduduk ................................................ 19

4.1 Penduduk Menurut Provinsi 2000-2007 ........................................... 68

4.2 Persentase Jumlah Penduduk Indonesia menurut kelompok

umur tahun 2007................................................................................ 69

4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia per sektor 2003-2007 ............ 72

4.4 Total Fertility Rate (TFR) Indonesia tahun 2007 .............................. 68

4.5 PDRB perkapita atas Harga Konstan Indonesia tahun 2007 ............. 77

4.6 Angka Harapan Hidup Indonesia tahun 2007 .................................... 79

4.7 Indeks Tingkat Pendidikan Indonesia tahun 2007 ............................ 82

4.8 Wanita 15-49 Tahun yang menggunakan alat kontrasepsi ................ 85

4.9 Hasil Regresi ................................................................................... 87

4.10 Correlation Matrix .......................................................................... 96

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Model Transisi Demografi ............................................................. 15

2.2 Model Robinson ............................................................................ 33

2.3 Kerangka Analisa Sosiologis Tentang Fertilitas: Freedman ........... 40

2.4 Paradigma Urbanisasi .................................................................... 44

2.5 Diminishing Return dalam Fungsi Produksi Sektor Pertanian ........ 48

2.6 Kerangka Konseptual .................................................................... 50

3.1 Kurva Uji t-statistik ........................................................................ 58

3.2 Kurva Uji F-statistik ....................................................................... 60

3.3 Kurva Durbin Watson .................................................................... 62

4.1 Hubungan Variabel Demografi dengan Variabel Demografi dan

Non Demografi .............................................................................. 66

4.2 Piramida Penduduk Indonesia ......................................................... 70

4.3 TFR Provinsi di Indonesia .............................................................. 72

4.4 PDRB perkapita provinsi di Indonesia tahun 2007 .......................... 78

4.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir di Indonesia Tahun 2007 ............ 80

4.6 Indeks Tingkat Pendidikan di Indonesia Tahun 2007 ...................... 82

4.7 Wanita 15-49 Tahun yang menggunakan alat kontrasepsi ................ 84

4.8 Tingkat Urbanisasi di Indonesia Tahun 2007 .................................. 86

4.9 Kurva t-statistik variabel PDRB perkapita (X1) .............................. 91

4.10 Kurva t-statistik variabel Angka harapan hidup (X2) ...................... 91

4.11 Kurva t-statistik variabel indeks tingkat pendidikan (X3) ................ 92

Universitas Sumatera Utara


4.12 Kurva t-statistik variabel wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan

Alat kontrasepsi (X4) ..................................................................... 93

4.13 Kurva t-statistik variabel tingkat urbanisasi .................................... 94

4.14 Kurva F-statistik ............................................................................. 95

4.15 Kurva Durbin Watson .................................................................... 97

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Total Fertility Rate (TFR) Provinsi Di Indonesia

2 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan

3 Angka Harapan Hidup

4 Indeks Tingkat Pendidikan

5 Wanita Berumur 15-49 Tahun Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi

6 Tingkat Urbanisasi

7 Hasil Regresi Correlation Matrix

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the factors that affect fertility or
Total Fertility Rate (TFR) of 33 provinces in Indonesia in 2007. The independent
variables that used in this study are GDP per capita, life expectacy at birth,
education index, percentage of women which 15-49 years old are using
contraception, and urbanization rate.
Data used in this research is secondary data in the form of a cross section
obtained from the Central Statistics Agency (BPS) in 2007. Research method that
used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.
The result of the study shows that simultaneously, all of the independent
variables are significant in influencing Total Fertility Rate (TFR) 33 provinces in
Indonesia. As partial, regression result shows that education index and percentage
of women which 15-49 years old are using contraception have influence on Total
Fertility Rate (TFR) 33 provinces in Indonesia in 2007 and both are statistically
significant at alpha 5% and 1%.

Demographic components are important in development process of a


country. So that, this components can be used as a benchmark of success in the
development of that country. Fertility is one of demographic components. The
others are mortality and migration.

Keyword : Total Fertility Rate , GDP percapita, life expectacy at birth,

education index, urbanization

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang


mempengaruhi tingkat fertilitas atau Angka kelahiran Total pada 33 provinsi di
Indonesia pada tahun 2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah
PDRB perkapita, angka harapan hidup saat lahir, indeks pendidikan, persentase
wanita 15-49 tahun yang berstatus kawin memakai alat kontrasepsi dan tingkat
urbanisasi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk cross section yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary
Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara serempak seluruh variabel
bebas berpengaruh signifikan terhadap angka kelahiran total pada 33 provinsi di
Indonesia. Secara parsial, hasil regresi menunjukkan bahwa indeks pendidikan
dan persentase wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang memakai alat kontrasepsi
mempunyai pengaruh terhadap angka kelahiran total pada 33 provinsi di
Indonesia pada tahun 2007 dan keduanya signifikansi secara statistik pada 5% dan
1%.
Komponen demografi merupakan hal yang penting dalam proses
pembangunan di suatu Negara. Oleh karena itu, komponen ini dapat dipergunakan
sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan di Negara tersebut. Fertilitas adalah
salah satu komponen demografi, selain itu juga ada komponen demografi yang
lain yaitu, mortalitas dan migrasi.

Kata kunci : Angka kelahiran total, PDRB perkapita, angka harapan hidup

saat lahir, indeks tingkat pendidikan, penggunaan kontrasepsi,


tingkat urbanisasi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam

pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran

penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber

daya yang melekat, dan pewujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya

untuk menskenario kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan.

Menurut Koestur (1995) adapun yang dimaksud dengan kuantitas

penduduk meliputi jumlah, struktur komposisi, dan pertumbuhan penduduk yang

ideal melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian,dan

persebaran penduduk yang merata.

Jumlah penduduk, komposisi umur, dan laju pertambahan atau

penurunan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian),

dan migrasi (perpindahan tempat) karena ketiga variabel tersebut merupakan

komponen–komponen yang berpengaruh terhadap perubahan penduduk

(Lucas,1982:1).

Jumlah penduduk di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat

dari jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 yaitu sebesar 236.400.000 jiwa.

Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen bila dibandingkan dengan

tahun 2007 dengan jumlah penduduk 232.900.000 jiwa. Pada tahun 2007,

Indonesia masuk dalam peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah

Universitas Sumatera Utara


Cina 1.326.526.463 jiwa, India 1.140.455.260 jiwa dan Amerika Serikat

302.711.006 jiwa.

Untuk menunjang keberhasilan pembangunan, juga untuk menangani

permasalahan penduduk antara lain meliputi jumlah, komposisi dan distribusi

penduduk maka diperlukan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk.

Pengendalian fertilitas merupakan salah satu cara untuk mengendalikan jumlah

penduduk. Dan pengendalian jumlah penduduk lainnya adalah mortalitas

(kematian) dan migrasi (perpindahan tempat).

Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk

menghasilkan kelahiran hidup merupakan salah satu faktor penambah jumlah

penduduk disamping migrasi masuk, tingkat kelahiran dimasa lalu mempengaruhi

tingginya tingkat fertilitas masa kini.

Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau

sekelompok wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan

banyaknya bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu

penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya,struktur umur, tingkat

pendidikan, umur pada waktu kawin pertama,banyaknya perkawinan, status

pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan.

Dalam melakukan pengukuran terhadap tingkat fertilitas, terdapat

beberapa persoalan yang dihadapi, sehingga pengukuran terhadap fertilitas ini

dilakukan melalui dua macam pendekatan yaitu Yearly Performance dan

Reproductive History yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa teknik

penghitungan yang masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahan. Salah satu

Universitas Sumatera Utara


teknik yang termasuk dalam pendekatan Yearly Performance adalah Total

Fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total.

Total Fertility Rate (TFR) merupakan jumlah rata-rata anak yang

dilahirkan setiap wanita. Kebaikan dari teknik ini adalah merupakan ukuran

untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan angka kelahiran

menurut kelompok umur, berbeda dengan teknik yang lain yang perhitungannya

tidak memisahkan antara penduduk laki-laki dan perempuan serta tingkat usia

produktif bagi wanita.

Banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kelahiran Total (TFR) yaitu

tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan penggunaan alat

kontrasepsi, dan tingkat urbanisasi. Tingkat pendapatan dapat diwakili oleh

pendapatan perkapita. Keterkaitan pada pendapatan terhadap fertilitas adalah

ketika pendapatan seseorang naik akan semakin besar pengaruhnya terhadap

penurunan fertilitas yang terjadi.

Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah.

Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost)

nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan

kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga

tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar

daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan “demand” terhadap anak menurun

atau dengan kata lain fertilitas turun.

Penelitian mengenai kaitan pendidikan wanita dengan kesuburan di

beberapa negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan adanya

kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesuburan. Semakin

Universitas Sumatera Utara


tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan. Di beberapa negara, meluasnya

kepandaian baca tulis disertai oleh turunnya kesuburan dengan tajam.

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi fertilitas adalah tingkat

kesehatan yang dapat diwakili dengan angka harapan hidup dan penggunaan alat

kontrasepsi bagi wanita usia 15-49 yang berstatus kawin. Keduanya berpengaruh

negatif terhadap tingkat fertilitas.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Indonesia merupakan salah

satu negara yang paling banyak penduduknya. Adapun jumlah penduduk dan

Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 1.1

Jumlah Penduduk dan Angka Kelahiran Total (TFR) di Indonesia


( 2004-2007)

TAHUN JUMLAH TFR


PENDUDUK (RIBUAN) (TAHUN)
2004 217,072.3 2.29
2005 219,204.7 2.27
2006 222,735.4 2.25
2007 225,642.0 2.23
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

Dari data yang terdapat pada tabel 1.1 di atas maka dapat kita lihat

bahwa jumlah penduduk Indonesia meningkat pada setiap tahunnya, sedangkan

Angka Kelahiran Total (TFR) menurun. Meskipun Angka Kelahiran Total

menurun di tiap tahunnya akan tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap

berkurangnya jumlah penduduk Indonesia setiap tahun. Hal ini tentunya juga

tidak lepas dari pengaruh tiap provinsi yang ada di Indonesia. Dimana, setiap

Universitas Sumatera Utara


provinsi pastinya juga memiliki angka kelahiran total yang berbeda-beda sesuai

dengan karakteristik masing-masing provinsi tersebut. Selain itu, perbedaan yang

terjadi antar provinsi ini juga disebabkan oleh faktor urbanisasi. Dengan

meningkatnya urbanisasi dapat menyebabkan penurunan angka kelahiran total.

Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang berkaitan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi angka kelahiran total tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Fertilitas di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh PDRB perkapita terhadap tingkat fertilitas di

Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh angka harapan hidup saat lahir terhadap tingkat

fertilitas di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh indeks tingkat pendidikan terhadap tingkat

fertilitas di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh persentase wanita berumur 15-49 tahun yang

menggunakan alat kontrasepsi terhadap tingkat fertilitas di Indonesia?

5. Bagaimana pengaruh urbanisasi terhadap tingkat fertilitas di Indonesia?

Universitas Sumatera Utara


1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah,

dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji secara empiris.

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai

berikut:

1. PDRB perkapita memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di

Indonesia , ceteris paribus.

2. Angka harapan hidup saat lahir memiliki pengaruh negatif terhadap

tingkat fertilitas di Indonesia , ceteris paribus.

3. Indeks tingkat pendidikan memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat

fertilitas di Indonesia , ceteris paribus.

4. Persentase wanita berumur 15-49 tahun yang menggunakan alat

kontrasepsi memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di

Indonesia , ceteris paribus.

5. Tingkat urbanisasi memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas

di Indonesia , ceteris paribus.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap

tingkat fertilitas di Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh angka harapan hidup saat lahir

terhadap tingkat fertilitas di Indonesia.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indeks tingkat pendidikan

terhadap tingkat fertilitas di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh persentase wanita berumur 15-

49 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi terhadap tingkat fertilitas

di Indonesia.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat urbanisasi terhadap

tingkat fertilitas di Indonesia.

1.5 Manfaat penelitian

1. Memberikan wawasan dan pandangan, khususnya bagi peneliti sendiri

untuk memahami secara mendalam akan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.

2. Memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.

3. Sebagai bahan studi atau tambahan literatur bagi mahasiswa/i fakultas

ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan serta sebagai

bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa yang

ingin melakukan penelitian selanjutnya.

4. Sebagai masukan bagi kalangan akademis, dimana hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fertilitas

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi

yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas

ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan

kelahiran pada perubahan penduduk.

Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu

terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda

kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya

(Mantra, 2003:145).

Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu

melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan

abstinensi atau menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang

perempuan unuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi hanya

menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth).

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran

mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat

melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada

hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai

resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan

seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.

Universitas Sumatera Utara


Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut,

maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua

macam pendekatan : pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly

Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History).

1. Yearly Performance (current fertility)

Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai

kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri

dari :

a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)

Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran

hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau

dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :

CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar

Pm : Penduduk pertengahan tahun

k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000

B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana,

karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan

jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan

CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan

Universitas Sumatera Utara


yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas. Jadi angka yang

dihasilkan sangat kasar.

b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)

Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita

yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai

berikut :

Dimana :

GFR : Tingkat Fertilitas Umum

B : Jumlah kelahiran

Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan

Tahun

Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat

daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau

sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini

adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur,

sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko melahirkan

yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.

c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate

(ASFR)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk

tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut:

jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang

lain.

Universitas Sumatera Utara


Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi

kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan

pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga,

ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada

kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

ASFR : Age Specific Fertility Rate

Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i

Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun

k : Angka konstanta 1.000

Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih

cermat dari GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk ke

dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis

perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita.

Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor. ASFR

ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi

selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).

Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang

terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut

belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara yang sedang

berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR.

Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk

keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.

Universitas Sumatera Utara


d. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR)

Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup

laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa

reproduksinya dengan catatan:

1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa

reproduksinya

2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.

Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah

perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat

Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan

menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi

bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat

fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total

atau TFR adalah sebagai berikut :

TFR = 5 (i = 1,2,…..)

Dimana:

ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur.

i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19.

Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk

seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran

menurut kelompok umur (Hatmadji, 2004 :63).

Universitas Sumatera Utara


2. Reproductive History (cummulative fertility)

a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan

CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa

wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan

CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak

ada referensi waktu.

Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas menurut

kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan umur

penduduk, terutama di negara sedang berkembang. Kemudian ada kecenderungan

semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah anak yang

dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap

sama dengan yang masih hidup.

b. Child Woman Ratio (CWR)

CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah

5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan

CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat

pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di

Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan

untuk daerah yang kecil-kecil.

Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh

kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara sedang

berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya

namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar.

Universitas Sumatera Utara


Kedua, dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak,

khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR

selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga, tidak

memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita.

Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini,

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti

PDRB perkapita, Angka Harapan Hidup, Indeks Tingkat Pendidikan, Wanita

berumur 15-49 tahun yang menggunakan Alat Kontrasepsi dan Tingkat

Urbanisasi dapat mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.

2.2. Transisi Demografi

Pada abad ke -20, nampaknya fertilitas telah turun di banyak Negara baik

di Negara maju ataupun di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Kemudian

penurunan pada fertilitas juga dibarengi dengan penurunan pada mortalitas, hal ini

mengakibatkan adanya transisi demografi, sehingga disebut dengan teori “ transisi

demografi”.

Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi

stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali

karena, baik tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke

keadaan di mana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi, sehingga

pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat rendah.

Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner

kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap

Universitas Sumatera Utara


kedua dan ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi

demografi.

Tabel 2.1

Tahap Tingkat Tingkat Pertambahan


kelahiran Kematian Alami
1. Stasioner Tinggi Tinggi Nol/ sangat
tinggi rendah

2. Awal Tinggi Lambat Lambat


perkembangan. menurun

3. Akhir Menurun Cepat


perkembangan. Menurun lebih
cepat dari
4. Stasioner rendah. Rendah tingkat kelahiran Nol/sangat
Rendah rendah
Lebih tinggi dari
5. Menurun. Rendah pada tingkat Negatif
kelahiran
Tahap Transisi Demografi

Tingkat Kelahiran

I II III

Tingkat Kematian

A B C D E

Sumber : Mantra, Ida Bagoes :42

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1

Model Transisi Demografi

Dari gambar 2.1 diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di bagi atas

tiga tahap yaitu I,II dan III. Pada transisi pertama (pre-transitional) yaitu dari A

ke B di mana tingkat kelahiran dan tingkat kematian masih sama-sama tinggi,

sedangkan angka perumbuhan penduduk sangat rendah.dilanjutkan pada transisi

ke dua (transitional) yaitu dari B ke E, dimana tingkat kematian dan kelahiran

menurun, kematian lebih rendah dari kelahiran, mengakibatkan tingkat

pertumbuhan sedang atau tinggi. Pada transisi ke dua ini dibagi lagi menjadi tiga

tahap yaitu :

a. Permulaan transisi (early transitional), yakni dari B ke C , ditandai dengan

tingkat kematian menurun, tetapi tingkat kelahiran semakin meninggi, malah

cenderung meningkat.

b. Pertengahan transisi (mid-transitional), yakni dari C ke D dimana tingkat

kelahiran dan kematian sama–sama menurun, tetapi penurunan kematian lebih

cepat dari tingkat kelahiran.

c. Akhir transisi (late transitional), yakni dari D ke E di mana tingkat kematian

rendah dan tidak berubah atau menurunnya hanya sedikit, sedangkan angka

kelahiran cenderung menurun, hal ini dapat diakibatkan karena sudah

banyaknya masyarakat yang mengetahui bagaimana cara mencegah kehamilan.

Sedangkan pada transisi ke tiga (post transitional), yaitu dari E ke F

dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Di tingkat inilah kelahiran dan

Universitas Sumatera Utara


kematian mendekati keseimbangan pertumbuhan penduduk, yang kemudian akan

kembali lagi ke transisi yang pertama.

2.3 Teori-teori Kependudukan

Penduduk dunia berkembang secara lambat sampai pertengahan abad ke

17. Pada sekitar tahun 1665 penduduk dunia diperkirakan sebesar 500 juta atau ½

Milyar. Penduduk dunia kemudian menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu 200

tahun yaitu pada tahun 1850. Dalam jangka waktu 80 tahun kemudian penduduk

dunia menjadi dua kali lipat lagi, yaitu pada tahun 1930. Sedangkan untuk

mencapai 4 Milyar kemudian, hanya diperlukan waktu 45 tahun.

Pertumbuhan penduduk yang makin cepat ini dapat dimengerti apabila

kita melihat adanya penemuan Penicillin pada tahun 1930 dan program kesehatan

masyarakat yang makin meningkat sejak tahun 1960-an. Dengan perkembangan

teknologi obat-obatan maka angka kematian menurun sedangkan angka kelahiran

masih tetap tinggi sehingga membuat selisih antara kedua angka tersebut makin

besar. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk makin cepat.

Pengaruh penemuan Penicillin dan program kesehatan masyarakat sangat

mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Sebagai contoh tahun 1850-1930, untuk

mencapai jumlah penduduk sebesar 1 Milyar, diperlukan waktu 80 tahun.

Sedangkan periode 1960-1975 hanya memerlukan waktu 15 tahun saja.

Pertumbuhan penduduk yang makin cepat tersebut, mengundang banyak

masalah sehingga teori-teori kependudukan kemudian berkembang dengan

pesatnya, pengemuka-pengemuka teori pada dasarnya bertitik tolak pada masalah

Universitas Sumatera Utara


kependudukan dalam kaitannya dengan masalah ekonomi, etik, agama,

pertahanan/politik dan sebagainya (Mantra, 2003: 51).

2.3.1 Teori Malthus

Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seseorang pendeta

Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798

lewat karangannya yang berjudul: “ Essai on Principle of Populations as it Affect

the Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculation of Mr.

Godwin, M. Condorcet, and Other Writers”, menyatakan bahwa penduduk

(seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan

berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari

permukaan bumi ini (Mantra, 2003:50).

Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan

kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu

Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan,

sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan

dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap

pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan

makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Hal ini jelas

diuraikan oleh Malthus sebagai berikut:

… Human species would increase as the number 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64,

128, 256, and the substance as 1,2,3,4,5,6,7,8,9. In two centuries the population

Universitas Sumatera Utara


would be to the means of subsistance as 236 to 9; in three centuries as 4096 to 13

and in two thousand years the difference would be almost incalculable… (Mantra,

2003:51)

Seperti telah disebutkan diatas, untuk dapat keluar dari permasalahan

kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut

Malthus pembatasan tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu

preventive checks, dan positive checks. Preventive checks dapat dibagi menjadi

dua, yaitu: moral restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri) yaitu

segala usaha untuk mengekang nafsu seksual, dan vice pengurangan kelahiran

seperti: pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksual,

promiscuity, adultery.

Tabel 2.2

Pembatasan Pertumbuhan Penduduk

Preventive Checks Positive Checks


(lewat penekanan kelahiran) (lewat proses kematian)
Moral Restraint Vice Vice (segala jenis Misery (keadaan
(pengekangan (usaha pencabutan nyawa) yang menyebabkan
diri) pengurangan kematian)
kelahiran)
- Segala - Penggug - Pembunuhan - Epidemic
usaha yang uran anak-anak - Bencana
mengekang kandungan - Pembunuhan alam
nafsu seksual - Homosek orang-orang cacat - Peperangan
- Perundin sual - Pembunuhan - kelaparan
gan - Promiscu orang-orang tua - Kekurangan
perkawinan ity pangan
- Adultery
- Pengguna
an alat-alat
kontrasepsi
Sumber : Mantra, Ida Bagoes :52

Universitas Sumatera Utara


Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian.

Apabila suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan

pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya

kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung

sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan.

Positive checks dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu: vice dan misery.

Vice (kejahatan) ialah segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti

pembunuhan anak-anak (infancitide), pembunuhan orang-orang cacat, dan orang-

orang tua. Misery (kemelaratan) ialah segala keadaan yang menyebabkan

kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemic, bencana alam, kelaparan,

kekurangan pangan dan peperangan.

Pendapat Malthus banyak mendapat tanggapan para ahli dan

menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumya gagasan yang dicetuskan

Malthus dalam abad ke-18 pada masa itu dianggap sangat aneh. Asumsi yang

mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah

penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat diterima oleh akal sehat. Dunia baru

( Amerika, Afrika, Australia, dan Asia) dengan sumber daya alam yang

berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa

Barat). Mereka mempekirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan

dapat dihabiskan. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut:

1. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang

menghubungkan daerah satu dengan yang lain sehingga pengiriman bahan

makanan ke daerah-daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


2. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi,

terutama dalam bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula

ditingkatkan secara cepat dengan mempergunakan teknologi baru.

3. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan-

pasangan yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah

dianjurkan oleh Francis Place pada tahun 1822.

4. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standard hidup

penduduk dinaikkan. Hal ini tidak dapat diperhitungkan oleh Malthus (Mantra,

2003:53).

2.3.2 Mazhab Fisiologi

Orang-orang yang termasuk golongan ini sebenarnya pendapatnya

berbeda-beda tetapi dalam satu hal mereka mempunyai pendapat yang sama yaitu

menyangkal dalil Malthus yang dikemukakannya sebagai suatu aksioma tanpa

penyelidikan bahwa kemampuan menurunkan keturunan suatu daya alam yang

tetap. Menurut seorang tabib Inggris Thomas Jarold, daya biak (kemampuan

menurunkan) pada manusia akan berkurang, semakin banyak ia mempergunakan

tenaga rohani dan jasmaninya. Karena itu, menurut pendapatnya, orang tidak usah

khawatir akan ketidak seimbangan antara jumlah penduduk dan bahan makanan,

mengingat bertambahnya kemajuan yang kini dapat dicapai oleh manusia yang

meminta lebih banyak pengorbanan tenaga rohani dan jasmani.

Yang hampir sama pendapatnya dengan Thomas Jarold adalah Michael

Thomas Sadler. Menurut pendapatnya, kemampuan menurukan keturunan orang

itu akan berkurang, ceteris paribus. Jika jumlah penduduk itu bertambah dan

Universitas Sumatera Utara


kemampuan menurunkan keturunan itu akan bertambah jika jumlah penduduk itu

berkurang. Disingkatkan gambaran pendapat M. T. Sadler itu adalah sebagai

berikut :

Bertambahnya jumlah penduduk = berkurangnya jumlah kemampuan melahirkan.

Berkurangnya jumlah pendduduk = bertambahnya kemampuan melahirkan.

Pada penduduk yang sedang naik jumahnya, bertambah banyaknya bahan

makanan berlangsung lebih cepat daripada bertambahnya orang. Keadaan ini

mengakibatkan naiknya tingkat kemakmuran penduduk itu. Meningkatnya

kemakmuran menyebabkan berkurangnya kemampuan meurunkan keturunan.

Banyaknya bahan makanan dan mudahnya keadaan penghidupan mempengaruhi

berkurangnya kemampuan menurunkan keturunan. Bukti-bukti itu ditemukan oleh

Sadler di Negara-negara dan kota-kota besar yang rapat penduduknya dengan

angka-angka kelahiran yang rendah dan banyaknya bangsawan-bangsawan inggris

yang tidak mempunyai keturunan lagi. Begitu juga dalam keadaan yang

sebaliknya. Sukarnya penghidupan dan kurangnya bahan makanan sangat besar

pengaruhnya terhadap bahan makanan menurunkan keturunan.

Dalil yang menyatakan bahwa kemampuan menurunkan keturunan akan

berkurang dalam meningkatnya kemakmuran, dengan tegas dipertahankan oleh

Thomas Doubleday pada tahun 1841. Menurut pendapatnya, sangat sukar

didapatkan bahan penghidupan, merupakan suatu perangsang dari daya biak

sedangkan bila bahan-bahan penghidupan itu mudah didapatkan maka hal ini akan

mengurangi kemampuan melahirkan. Berlakunya hukum ini dapat kita jumpai

pada seluruh alam hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara


Di negeri-negeri yang kaya dan makmur keadaan rakyatnya, maka

kemampuan menurukan keturunan sangat kecil, sedangkan negeri-negeri yang

rakyatnya miskin dimana keperluan hidupnya serba sukar didapatkan,

kemampuan melahirkan itu sangatlah besar. Keadaan tersebut oleh Doubleday

dinyatakan sebagai “Hukum yang agung dan nyata dari penduduk” atau (”The real

and the great law of human population”). Ia mengira, bahwa secara empiris ia

dapat membuktikan berlakunya hukum itu.

Herbert Spencer yang menyangkal dengan keras teori dari Malthus

menarik garis pemisah antara hewan dan manusia dalam memperkembangkan

keturunannya. Ia berpendapat bahwa manusia mengenal “Individu” dan

“Kemajuan Perseorangan”. Semakin banyak orang mempergunakan energi untuk

kemajuan dirinya, semakin berkuranglah energi yang dapat dipergunakan untuk

memperkembangkan keturunan. Karena itu, jenis hewan yang tingkat

kemajuannya rendah, daya biaknya tinggi, sebaliknya tingkat kemajuan individu

yang tinggi bersamaan dengan daya biak yang rendah. manusia adalah jenis

hewan yang paling maju dan kemampuan menurunkan keturunan adalah paling

rendah. semakin tinggi tingkat kemajuan sesuatu golongan penduduk, akan

semakin berkuranglah daya biaknya, sehingga akhirnya akan sampai kepada suatu

tingkatan, dimana kemampuan menurunkan keturunan itu hanya sekedar cukup

untuk mengkompensir jumlah kematian. Selanjutnya penduduk itu akan menjadi

stasioner.

Faedah dari adanya teori-teori golongan fisiologis ini adalah bahwa

orang-orang tidak lagi berpegang teguh, bahwa kemapuan menurunkan keturunan

Universitas Sumatera Utara


merupakan suatu daya yang tetap. Tetapi bukti-bukti daripada teori-teori itu sukar

didapat, jadi hanya merupakan suatu hipotesa belaka (Abdurachim, 1973:15-18).

2.3.3 Mazhab Psycho-Sosial

Menurut Nassau William Senior, bahwa cita-cita manusia untuk

memperbaiki kedudukannya dalam penghidupan sama kuatnya dengan keinginan

untuk menurunkan keturunan. Beberapa tahun kemudian teori Senior itu

diperbaharui oleh Arsene Dumont. Inti dari teori Dumont ini adalah bahwa setiap

orang mempunyai keinginan untuk memperbaiki kedudukan ekonomi dan

kedudukan sosialnya sepanjang hal itu masih dapat dilakukan. Dan hal ini

disebutnya Kapilaritas Sosial. Keinginan untuk maju dalam perjuangan hidup

diwariskan oleh orang secara turun-temurun kepada keturunnnya. Setiap orang tua

menghendaki agar anak keturunannya mempunyai kedudukan-kedudukan yang

lebih baik daripada yang telah dimilikinya. Yang mengharapkan keadaan yang

sebaliknya tidak pernah ada (Abdurachim, 1973:18-20).

2.3.4 Teori Evolusi Sosial

Disamping teori-teori golongan fisiologis dan golongan psycho-sosial

dalam permulaan abad ke-20 masih terdapat teori-teori lain mengenai masalah

penduduk. Prof. Gini yang teori nya disebut orang teori evolusi-sosial meneyebut

proses dari pertumbuhan penduduk bangsa sebagai “peredaran (siklus) bangun

dan runtuhnya penduduk”. Siklus dari pertumbuhan penduduk ini menurut

pendapatnya adalah sama dengan siklus hidup individu. Ada suatu masa

permulaan, dimana orang tumbuh dengan cepat menjadi besar yang kemudian

Universitas Sumatera Utara


disusul dengan masa pertumbuhan yang lambat dan menjadi tua, untuk

selanjutnya mengalami keruntuhan.

Tiap bangsa dalam usia mudanya mempunyai struktur masyarakat yang

sederhana dengan angka-angka kesuburan (kelahiran) yang tinggi. Sebagai suatu

konsekuensi daripada ini penduduk bangsa itu akan tumbuh dalam jumlah yang

besar dan sejalan dengan ini, organisasi-organisasi dalam masyarakat pun akan

tumbuh menjadi kompleks seperti terlihat dalam perkembangan kelas-kelas

sosialnya, pertumbuhan industri-industri dan aktivitas ekonominya. Dengan

bertambahnya jumlah penduduk, tekanan hidup akan terasa dan ekspansi akan

terjadi dengan melalui peperangan atau pendudukan daerah-daerah orang lain.

Pada akhir, kemudian akan terjadi pengurangan dalam pertumbuhan

penduduk yang disebabkan oleh kehilangan tenaga-tenaga produksif dalam

peperangan atau perpindahan. Sebab utama dari berkurangnya penduduk itu

bersifat biologi. Gini percaya bahwa faktor yang fundamental dalam berkurangya

penduduk adalah faktor biologi, yang tidak dapat ditandingi oleh faktor-faktor

sosial dan ekonomi. Permulaan pengurangan kelahiran itu akan berlaku pada

kelas-kelas sosial yang tinggi untuk selanjutnya meluas kepada kelas-kelas sosial

yang rendah. dengan demikian penduduk akan menjadi kecil jumlahnya

(Abdurachim,1973:21).

2.3.5 Teori Neo-Malthusianisme

Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai

diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih

radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusianism. Kelompok ini tidak

Universitas Sumatera Utara


sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan

moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan

menggunakan semua cara-cara “preventive checks” misalnya dengan penggunaan

alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan

(absortions). Paul Ehrlich mengatakan:

…the only way to avoid that scenario is to bring the birth rate under

control-perhaps even by force (Weeks, 1992).

Menurut kelompok ini (yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul

Ehrlich). Pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya

Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah

tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Tiap

minggu lebih dari seratus juta bayi lahir di dunia, ini berarti satu juta lagi mulut

yang harus diberi makan. Mungkin pada permulaan abad ke-19 orang masih dapat

mengatakan bahwa apa yang diramalkan Malthus tidak mungkin terjadi tetapi

sekarang beberapa orang percaya bahwa hal itu terjadi dengan mengatakan “it has

come true:it is happening”.

Di tahun 1960-an dan 1970-an photo-photo yang diambil dari tuang

angkasa menunjukkan bahwa bumi kita terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar

di ruang angkasa dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang

terbatas. Pada suatu saat, kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan

makanan, sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.

Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971,

menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai

Universitas Sumatera Utara


berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan

makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini

lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun 1990 Ehrlich

bersama istrinya merevisi buku tersebut dengan judul yang baru “The Population

Explotion” yang isinya bahwa bom penduduk yang dikhawatirkan tahun 1968,

kini sewaktu-waktu akan dapat meletus. Kerusakan dan pencemaran lingkungan

yang parah karena sudah terlalu banyaknya penduduk sangat merisaukan mereka.

Selanjutnya Ehrlich menulis:

…the poor are dying of hunger, while rich and poor alike are dying from

the by-products of affluence-pollution and ecological disaster (Weeks, 1992).

Pandangan mereka (Ehrlich dan Hardin) tentang masa depan dunia ini

sangat suram, namun demikian isu kependudukan ini sangat penting bagi seluruh

generasi terutama bagi penduduk di Negara maju (devel-oped world)

(Mantra,2003:53-54).

Pada tahun 1972, Meadow menerbitkan sebuah buku dengan judul “The

Limit to Growth”. Bagi penganut Malthus, buku ini merupakan karya yang

terbaik yang pernah diterbitkan, tetapi bagi penentang teori Malthus buku ini

dapat mempengaruhi manusia dalam melihat pesimisme. Tulisan Meadow

memuat hubungan antara variable lingkungan yaitu: penduduk, produksi

pertanian, produksi industri, sumber daya alam dan polusi.

2.4. Konsep Produk Domestik Regional Bruto

2.4.1. Pendapatan Regional

Universitas Sumatera Utara


Pendapatan regional netto adalah produk domestik regional netto atas

dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang

masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipta) oleh

seluruh penduduk di daerah tersebut.

2.4.2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai produk

barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beropersasi pada

suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB yang masih ada unsur inflasi

dinamakan PDRB atas dasar harga berlaku.

Dengan kata lain PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah

seluruh nilai barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi

didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga

tahun yang bersangkutan.

2.4.3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Harga konstan artinya produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu.

Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga

konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.

2.4.4. Pendapatan perkapita

Pendapatan perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan

yang digunakan secara langsung sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan.

Adanya peningkatan perekonomian dengan melambatnya perkembangan

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan penduduk, akan mengakibatkan terjadinya peningkatan PDRB

perkapita.

PDRB perkapita diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun disuatu

wilayah atau daerah. Statistik ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator

kemakmuran, walaupun ukuran ini belum dapat diperoleh dari hasil bagi antara

PDRB dengan penduduk pertengahan tahun bersangkutan. Jadi besarnya PDRB

perkapita tersebut sangat dipengaruhi oleh kedua variabel di atas. Dengan

disajikannya PDRB perkapita seluruh daerah kabupaten/ kota maupun antara satu

tahun dengan tahun berikutnya.

2.4.5. Metode Perhitungan Pendapatan Regional

Metode tahap pertama dapai di bagi dalam dua metode yaitu metode

langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah perhitungan dengan

menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan

berasal dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung dapat

dilakukan dengan menggunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi,

pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Metode tidak langsung

adalah perhitungan dengan mengalokasikan pendapatan nasional menjadi

pendapatan regional memakai berbagai macam indikator antara lain jumlah

produksi, luas areal sebagai alokatornya.

a. Metode langsung :

1. Pendekatan produksi

Pendekatan produksi merupakan cara perhitungan nilai tambah barang

dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan

Universitas Sumatera Utara


biaya antara dari total produk bruto sektor atau subsektor di suatu wilayah dalam

suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.

Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah

dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang seperti :

a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan

b. Pertambangan dan penggalian

c. Industri pengolahan

d. Listrik, gas dan air bersih

e. Bangunan

f. Perdagangan, hotel dan restoran

g. Pengangkutan dan komunikasi

h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

i. Jasa-jasa

j. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai

biaya (intermediate cost), yaitu bahan baku dari luar yang dipakai dalam

proses produksi. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut

sertanya berbagai faktor produksi dalam proses produksi.

2. Pendekatan pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, jumlah seluruh balas jasa yang diterima

oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah

dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian

tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bungamodal,

keuntungan, yang semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak

Universitas Sumatera Utara


langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen

penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

3. Pendekatan pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran adalah jumlah seluruh pengeluaran

akhir yang dilakukan dari suatu barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.

Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyedian produksi barang dan jasa

yang digunakan untuk :

a. Konsumsi rumah tangga

b. Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung

c. Konsumsi pemerintah

d. Pembentukan modal tetap bruto atau investasi

e. Perubahan stok adalah selisih antara awal tahun dengan akhir tahun dari

bahan yang ada dalam penyimpanan produsen ataupun dalam proses

produksi.

f. Ekspor netto adalah total ekspor dikurang impor. Pendekatan

pengeluaran juga menghitung apa yang diproduksi di wilayah tersebut

tetapi hanya menjadi konsumsi atau pengguna akhir.

b. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung adalah suatu cara untuk menghitung nilai tambah

suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam

masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai

alokator yang digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat

kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada

data yang tersedia. Pada hakekatnya, pemakaian kedua metode tersebut akan

saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong

peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan

merupakan koreksi dalam perbandingan bagi data mentah.

2.4.6. Kaitan Pendapatan Per Kapita terhadap Fertilitas

Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak

berkurang bila pendapatan meningkat. New household economics berpendapat

bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi

dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b) bila

pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya

waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal.

H. Leibenstein berpendapat bahwa anak dilihat dari 2 segi kegunaannya

(utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat

memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta

merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan

pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak

tersebut.

Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah.

Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya

naik. Sedangkan kegunannya turun sebab walaupun anak masih memberikan

kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Di samping itu orang tua juga

tak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar

Universitas Sumatera Utara


daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun

atau dengan kata lain fertilitas turun (Mundiharno, 1997 :5).

Robinson dan Harbinson menggambarkan kerangka analisis ekonomi

terhadap fertilitas. Pertimbangan ekonomi dalam menentukan fertilitas terkait

dengan income, biaya (langsung maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan

sebagainya. Menurut Bulatao, modernisasi berpengaruh terhadap demand for

children dalam kaitan membuat latent demand menjadi efektif. Menurut Bulatao,

demand for children dipengaruhi (determined) oleh berbagai faktor seperti biaya

anak, pendapatan keluarga dan selera, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2

berikut ini :

Sumber : Mundiharno :7

Gambar 2.2

Model Robinson

Selain itu, Easterlin berpendapat bahwa bagi negara-negara

berpendapatan rendah permintaan mungkin bisa sangat tinggi tetapi suplainya

Universitas Sumatera Utara


rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan. Hal ini

menimbulkan suatu permintaan “berlebihan” (excess demand) dan juga

menimbulkan sejumlah besar orang yang benar-benar tidak menjalankan praktek-

praktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi,

permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan

menimbulkan suplai “berlebihan” (over supply) dan meluasnya praktek keluarga

berencana (Mundiharno, 1997 :7-8).

2.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir

Secara umum, tingkat kesehatan penduduk di suatu wilayah yang dapat

di nilai dengan menilai angka harapan hidup. Angka harapan hidup suatu umur

didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh

seseorang yang telah berhasil mencapai umur tepat X dalam situasi mortalitas

yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir

misalnya, merupakan rata-rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang

baru lahir. Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan indikator yang baik

untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum.

Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan

kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dan masyarakat, karena dapat dipandang

sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara

keseluruhan. Kebijakan kesadaran masyarakat dalam membiasakan diri untuk

sehat, diperkirakan akan membantu memperpanjang angka harapan hidup.

2.5 Kaitan Angka Harapan Hidup terhadap Fertilitas

Ada dua petunjuk yang dapat digunakan untuk menilai keadaan

kesehatan suatu masyarakat yakni dengan angka kematian bayi dan angka harapan

Universitas Sumatera Utara


hidup. Apabila angka harapan hidup atau umur perkiraan naik, maka angka

kelahiran turun. Orang tua biasanya menginginkan setidaknya-tidaknya satu anak

lelakinya berumur panjang, untuk menjaganya di hari tua dan meneruskan nama

keluarga. Sering kali seorang wanita harus beranak enam atau lebih supaya pasti

bahwa satu anak laki-laki dapat hidup sampai dewasa. Sebuah penelitian yang

diadakan Harvard University di bawah pimpinan David Heer menekankan betapa

pentingnya kepastian anak-anak dapat hidup terus sampai dewasa pada dorongan

untuk membina keluarga kecil. Dimana angka kematian sangat tinggi, disitu orang

tua berusaha mempunyai anak sebanyak mungkin. Dimana pada angka kematian

rendah dan angka harapan hidup atau umur perkiraan 50 tahun atau lebih, disitu

setiap menurunnya angka kematian disertai menurunnya angka kelahiran. Lebih

besar lagi, dan dengan demikian memperlambat perkembangan penduduk secara

keseluruhan (Brown,1986: 165-166).

2.6 Indeks Tingkat Pendidikan

Adalah terdiri dari dua bagian, dimana bobot dua pertiganya untuk

kemampuan baca tulis dan bobot sepertiganya adalah untuk masa bersekolah

(Todaro, 2004 :69). Hal ini dapat dirumuskan adalah :

Indeks pendidikan =

masa bersekolah bruto)

2.6.1 Index Angka Melek Huruf

Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial

yang merata adalah dengan melihat tinggi randahnya persentase penduduk yang

melek huruf. Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat

dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun kemampuan membaca dan

Universitas Sumatera Utara


menulis yang dimiliki akan dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif

dalam proses pembangunan (BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat: 2007).

Masa bersekolah bruto dapat melebihi 100 persen hal ini dikarenakan

siswa yang tua dapat kembali bersekolah. Indeks Angka Melek Huruf ini dibatasi

hingga seratus persen (Todaro, 2004 :69). Rumusnya adalah:

Indeks kemampuan baca tulis orang dewasa =

2.6.2 Rata-rata lama sekolah

Rata-rata perkiraan lamanya penduduk untuk menyelesaikan pendidikan

dari yang berusia sekolah dasar, sekolah menegah, dan sekolah tingkat lanjut

terdaftar untuk belajar di sekolah yang satuannya dalam persen (Todaro, 2004

:69). Adapun rumusnya adalah :

Indeks masa bersekolah bruto =

2.6.3 Kaitan Indeks Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas

New household economics berpendapat bahwa bila pendapatan dan

pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang

digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Sehingga hal ini

dapat mengurangi angka kelahiran (Mundiharno, 1997 :7).

Serupa dengan teori tradisional perilaku konsumen, penerapan teori

fertilitas di Negara-negara berkembang memberikan pemahaman bahwa

seandainya harga relatif atau biaya anak-anak meningkat akibat dari, misalnya,

meningkatnya kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan dan

pekerjaan, atau adanya undang-undang mengenai batas usia minimum bagi anak-

anak yang hendak bekerja, maka keluarga-keluarga akan menginginkan sedikit

anak-anak “tambahan”.

Universitas Sumatera Utara


Para orang tua akan tergerak untuk mementingkan kualitas daripada

kuantitas anak, atau memberi kesempatan kepada istri dan ibu untuk bekerja demi

menunjang pemeliharaan anak. Dengan demikian, salah satu cara untuk

mendorong para keluarga agar menginginkan sedikit anak adalah dengan

memperbesar kesempatan di bidang pendidikan dan membuka lapangan-lapangan

pekerjaan berpenghasilan tinggi kepada kaum wanita.

Penelitian mengenai kaitan pendidikan dengan wanita dengan kesuburan

di beberapa Negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan bahwa

adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan fertilitas dalam hal ini

pada tingkat kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan

yang mengakibatkan penurunan pada fertilitas. Di beberapa Negara, meluasnya

kepandaian baca-tulis mengurangi anaknya kira-kira 1,5 atau kira-kira sepertiga.

Ada beberapa penjelasan yang diketengahkan mengenai peran

pendidikan dalam menurunkan besar keluarga. Pendidikan dapat mempengaruhi

pandangan hidup dan tata nilai orang sedemikian rupa sehingga ia tidak begitu

saja lagi menerima tata cara bertingkah laku tradisional orang tuanya atau tokoh

orang tua yang lain. Orang berpendidikan atau pandai baca-tulis lebih terbuka

pada pikiran-pikiran baru dan lebih banyak mempuyai kesempatan untuk bertemu

muka dengan “penyalur perubahan” seperti para perencana bidang kesehatan atau

penasehat program keluarga berencana. Pendidikan yang makan waktu lama

kemungkinan besar akan menyebabkan perkawinan tertunda dan membuka

pilihan antara bekerja dan membesarkan anak. Pendidikan yang lebih tinggi

mungkin pula berarti kehidupan ekonomi yang lebih terjamin, dan ini biasanya

berarti keluarga yang lebih kecil. Semua penjelasan ini menolong kita memahami

Universitas Sumatera Utara


mengapa ada kaitan yang sangat erat antara kaitan pendidikan wanita dan besar

keluarga (Brown, 1986:162).

2.7 Wanita Usia 15-49 Tahun yang Menggunakan Alat Kontrasepsi

Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seseorang wanita

karena pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita melahirkan anak cukup

besar. Salah satu cara untuk menekan laju penduduk adalah melalui program

Keluarga Berencana (KB).

2.7.1 Kontrasepsi

Obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsin (kehamilan). Jenis

kontrasepsi ada dua macam:

1. kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant)

a. Pil merupakan tablet yang yang diminum untuk mencegah kehamilan,

mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik, disebut juga sebagai

pil kombinasi, sedangkan jika hanya mengandung progesteron sintetik saja

disebut Mini Pil atau Pil Progestin.

b. Suntik

c. Implant merupakan kapsul berisi levenorgestrol dimasukkan di bawah kulit

lengan atas wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan.

2. kontrasepsi non hormonal (IUD, Kondom)

a. IUD/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim, terbuat dari plastik halus

dan fleksibel (polietilin) Yang beredar di Indonesia.

b. Kondom (karet KB)

Universitas Sumatera Utara


Salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet (lateks) berbentuk tabung

tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan

dilengkapi kantung untuk menampung sperma yang dikeluarkan pria pada

saat sanggama sehingga tidak tercurah ke dalam vagina.

2.7.2 Kaitan antara Wanita umur 15-49 tahun yang menggunakan alat

kontrasepsi dengan Fertilitas

Teori Bongaarts mengatakan bahwa penentu fertilitas adalah proporsi

wanita kawin 15-19 tahun, pemakaian kontrasepsi, aborsi, kemandulan, frekuensi

hubungan seksual, selibat permanen dan mortalitas janin. Kemudian menurut

Kingsley Davis dan Judith Blake yakni penurunan fertilitas diakibatkan oleh

adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi salah satunya

adalah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Palmore dan Bulatao, dengan teori

Contraceptive Choice berpendapat bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsi

dapat menjarangkan atau membatasi kelahiran.

Pada teori Malthus dan Neo-Malthus juga dijelaskan penggunaan alat

kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran. Menurut Malthus, pembatasan

pertumbuhan penduduk dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya

dengan melakukan vice restraint (pengurangan kelahiran) yakni melalui

penggunaan alat-alat kontrasepsi, pengguguran kandungan dan lain-lain

sebagainya.

Menurut Ronald Freedman yakni Intermediate variable sangat erat

hubungannya dengna norma-norma sosial/masyarakat. Jadi pada akhirnya

perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada. Pada gambar berikut

Universitas Sumatera Utara


ini akan memperlihatkan kaitan antara program keluarga berencana terhadap

tingkat fertilitas (Hatmadji,2004:75-76).

Sumber: Hatmadji Harjati, 2004

Gambar 2.3

Kerangka Analisa Sosiologis

2.8 Tingkat Urbanisasi

Menurut Kingsley Davis (1965), urbanisasi adalah jumlah penduduk

yang memusat di daerah perkotaan atau meningkatnya proporsi tersebut.

Menurut Prof. Drs Bintarto (1986 : 15) urbanisasi dapat dipandang

sebagai suatu proses dalam artian:

1. Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk kota ; kota menjadi lebih padat

sebagai akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil kenaikan fertilitas

penghuni kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari desa yang

bermukim dan berkembang di kota.

2. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai akibat dari

perkembangan ekonomi, budaya, dan teknologi.

Universitas Sumatera Utara


3. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi suasana kehidupan

kota.

Urbanisasi biasanya dapat diukur dengan melihat proporsi jumlah

penduduk yang tinggal menetap di daerah perkotaan. Untuk mengukur tingkat

urbanisasi di suatu daerah biasanya dengan menghitung perbandingan jumlah

penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk seluruhnya

dalam suatu wilayah. Adapun perhitungannya dapat dicari dengan rumus sebagai

berikut :

Dimana:

U = besarnya jumlah penduduk urban (perkotaan)

P = populasi/ jumlah penduduk keseluruhan

Pu = persentase penduduk yang tinggal di perkotaan

Sedangkan untuk mengetahui apakah suatu negara memiliki jumlah

penduduk yang terpusat di suatu daerah perkotaan tertentu dapat diukur dengan

menggunakan primacy index, yaitu indeks yang menunjukkan dominasi suatu kota

yang terbesar penduduknya dibanding kota-kota berikutnya. Indeks ini diukur

melalui empat kota terbesar atau bisa juga dengan 11 kota terbesar sesuai dengan

kegunaanya. Perhitungan indeks primacy dengan perbandingan empat kota

dihitung dengan rumus seperti di bawah ini:

K1
PI4 =
K2+K3+K4

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

PI4 = Primacy Index di empat kota terbesar

K1, K2..., K4 = jumlah penduduk kota terbesar pertama, kedua,dan seterusnya

2.8.1 Dampak positif urbanisasi.

Sebagai akibat dari cepatnya pertambahan penduduk yang ditunjang

dengan perkembangan ekonomi, transportasi dan pendidikan, frekuensi mobilitas

yang semakin meningkat, urbanisasi memiliki implikasi terhadap berbagai sektor

kehidupan (Bintarto, 1986 : 36) yaitu sebagai berikut:

a. Sektor ekonomi, struktur ekonomi menjadi lebih bervariasi. Bermacam-macam

usaha atau kegiatan di bidang transportasi, perdagangan dan jasa timbul dari

mereka yang bermodal kecil sampai yang bermodal besar.

b. Perkembangan di bidang wiraswasta juga tampak meluas misalnya saja

peternakan, kerajinan tangan dan lain lain.

c. Berkembangnya bidang pendidikan mulai tingkat sekolah dasar hingga

perguruan tinggi.

d. Meluasnya kota ke arah pinggiran kota sehingga transportasi menjadi lebih

lancar.

e. Meningkatnya harga tanah, baik di kota maupun pinggiran kota.

f. Berkembangnya industrialisasi sebab tenaga kerja murah dan melimpah,

pasaran meluas sehingga industri cenderung lebih berkembang.

2.8.2 Pendekatan Konsep dan Teori Urbanisasi

1. Teori Pusat Tepi ( Core and Periphery)

Universitas Sumatera Utara


Pendekatan teori mengenai urbanisasi menggunakan suatu paradigma

yaitu sistem keruangan atau spatial system sebagai suatu titik tolak. Paradigma

yang dimaksud didasarkan pada pandangan adanya suatu sistem keruangan yang

lengkap (complete spatial system) yang melihat pusat dan tepi (core and

periphery) sebagai satu sistem.

Konsep pusat-tepi dikemukakan oleh Friedman yang membagi dunia ini

dalam pusat yang dinamis dan daerah tepi yang statis, teori ini menekankan

analisanya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara

pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurut teori ini gerak langkah

pembangunan perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa

disekitarnya. Sebaliknya corak perkembangan daerah pedesaan tersebut juga

sangat ditentukan oleh arah pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek

interaksi antar daerah (spatial interaksi) sangat ditonjolkan. Friedman

mengusulkan adanya empat wilayah (region) yaitu:

1. Core-region, merupakan konsentrasi ekonomi metropolitan dengan memiliki

kapasitas inovasi dan perubahan yang tinggi. Wilayah ini memiliki jaringan

dari metropolis sampai ke daerah pedesaan.

2. Upward-Transisitin Region adalah daerah tepi dari pusat. Wilayah ini

mengandung sumber atau resource yang dapat dikembangkan.

3. Resource-Frontier Region merupakan daerah-daerah tepi yang digunakan

untuk pemukiman baru.

4. Downward-Transition Region merupakan daerah-daerah yang mengalami

stagnasi atau daerah-daerah yang mengalami kemunduran.

Universitas Sumatera Utara


Dari empat wilayah tersebut dapat diketahui daerah yang paling parah

keadaannya adalah Downward-Transition Region. Wilayah-wilayah semacam ini

dapat merupakan sumber migran bagi kota-kota terdekat.

Paradigma yang mendasarkan pada sistem keruangan atau spatial system

yang terdiri dari pusat wilayah dan daerah tepi dapat digambarkan seperti gambar

dibawah ini. Sistem keruangan dalam paradigma ini dibagi dalam pusat wilayah

atau inti wilayah dengan simbol (I), dan daerah tepi dengan simbol (D). Pusat

wilayah ini memiliki potensi aktivitas ekonomi dan penanaman modal (E),

kemampuan inovasi dibidang sosial-budaya dan teknologi (S), kekuatan di bidang

pemerintahan dan politik (P) dan daya dorong-tarik migrasi (M).

D
D

E S

M P

D
D

Gambar 2.4

Paradigma Urbanisasi

Keterangan :

I = pusat atau inti wilayah

Universitas Sumatera Utara


D = daerah tepi

E = aktivitas ekonomi

S = potensi sosial budaya

P = kekuatan politik

M = migrasi

Penjelasan mengenai skema diatas adalah sebagai berikut:

a. Banyaknya kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan serta kemungkinan

penanaman modal di pusat wilayah banyak menarik modal daerah tepi untuk

dikembangkan di kota atau di pusat wilayah. Arusnya akan lebih besar arus

ke pusat wilayah dibanding arus dari pusat wilayah ke daerah tepi.

b. Kemampuan inovasi di berbagai bidang yang dimiliki oleh pusat wilayah

banyak yang mengalir mempengaruhi daerah pedesaan atau daerah tepi.

c. Demikian pula halnya pengaruh pemerintahan pusat banyak yang mengarah

ke pedesaan baik berupa berbagai anjuran dan informasi pembangunan dan

pengembangan daerah pedesaaan dan daerah tepi.

d. Kemudian mengenai daya dorong-tarik migrasi yang dapat mempengaruhi

pola pemukiman dipusat wilayah maupun di daerah tepi banyak dipengaruhi

oleh daya tarik kota, karena adanya berbagai potensi pengembangan yang

tersimpan dipusat wilayah. Daya tarik inilah yang menyebabkan tingkat

urbanisasi menjadi semakin membesar.

2. Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole)

Universitas Sumatera Utara


Teori ini dikemukakan oleh Perroux (1950) yang mengamati adanya

suatu mekanisme-mekanisme yang menyebarluaskan aspek-aspek pengembangan

ekonomi yaitu yang disebut dengan istilah growth pole atau ”kutub

pertumbuhan”. Growth poles atau kutub-kutub pertumbuhan ini memiliki

pengaruh dalam pengembangan tata ruang dan pengembangan wilayah. Ini berarti

dapat terjadi adanya perubahan-perubahan nilai sosial ekonomi dari suatu tempat

tertentu, atau kota-kota tertentu yang berada dalam wilayah kutub pertumbuhan

itu.

Menurut Perroux, suatu pusat pertumbuhan didefenisikan sebagai suatu

konsentrasi industri pada suatu tempat tertentu yang semuanya saling berkaitan

melalui hubungan antara input dan output serta industri utama (propulsive

industry).

Konsentrasi dan saling berkaitan merupakan dua faktor penting dalam

setiap wilayah pusat pertumbuhan karena melalui faktor ini akan diciptakan

bebagai bentuk aglomerasi ekonomi yang dapat menunjang pertumbuhan industri-

industri yang bersangkutan melalui ongkos produksi (Sirojuzilam, 2005:10).

Keuntungan aglomerasi yang merupakan kekuatan utama bagi setiap

wilayah pusat pertumbuhan selanjutnya dibagi menjadi tiga jenis yakni:

a. Scale economics yaitu semacam keuntungan yang dapat timbul karena wilayah

kutub pertumbuhan memungkinkan industri yang tergabung didalamnya

beroperasi dengan skala besar karena adanya jaminan sumber bahan baku dan

pasar.

Universitas Sumatera Utara


b. Localization economics yang dapat timbul karena adanya saling keterkaitan

antar industri sehingga kebutuhan bahan baku dan pemasaran dapat dipenuhi

dengan ongkos yang minim .

c. Urbanization yang timbul karena fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang

dapat digunakan secara bersama-sama.

Kota disini diartikan sebagai central place yang menjadi badan penyalur

atau media penyalur yang efektif, dan kutub pertumbuhan disini diartikan sebagai

mesin-mesin wilayah yang memiliki tenaga penyebar perkembangan (the regional

’engine’ of growth).

Dengan adanya teori kutub pertumbuhan ini maka arus migran dari tepi

pusat dan sebaliknya akan banyak terjadi, sehingga baik urbanisasi dalam artian

perpindahan penduduk dari desa ke kota, maupun dalam artian tumbuhnya

wilayah perkotaan akan sangat mungkin terjadi.

Daerah-daerah pedesaan yang terisolasi akan menjadi lebih terbuka

terhadap inovasi, budaya, dan teknologi baru dari kota, dan ini akan dapat

memberikan suatu dorongan kepada penduduk desa untuk mengubah cara

hidupnya yang tradisional.

2.8.3 Kaitan antara Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Urbanisasi

dan pengaruhnya pada Fertilitas

Keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi yang akhirnya

akan menekan penduduk terutama dapat ditelusuri pada pemikiran Arthur Lewis

dan para pengikutnya. Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa

perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu

perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan

Universitas Sumatera Utara


perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.

Disektor pedesaan terjadi kelebihan supply tenaga kerja karena jumlah penduduk

yang besar tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang tersedia. Over supply

tenaga kerja ini ditandai dengan produk marginalnya yang nilainya nol dan tingkat

upah riil yang rendah. Nilai produk marginal nol artinya fungsi produksi di sektor

pertanian (sektor pedesaan) telah sampai pada tingkat berlakunya hukum

diminishing return, yakni semakin banyak orang bekerja disektor pertanian,

semakin rendah tingkat produktivitas tenaga kerja (Output per tenaga kerja).

Qp = Fp (Np)

Dalam kondisi seperti ini, pengurangan jumlah pekerja tidak akan

mengurangi jumlah output di sektor tersebut, karena proporsi tenaga kerja kerja

terlalu banyak dibandingkan proporsi input lain seperti tanah dan kapital. Akibat

over supply tenaga kerja ini, upah atau tingkat pendapatan di pertanian/pedesaan

menjadi sangat rendah.

YP

Titik optimal

Increasing Fq ‘= 0
Titik optimal
return
Fq ‘< 0

NP
0

Gambar 2.5

Universitas Sumatera Utara


Diminishing Return di dalam Fungsi Produksi Sektor Pertanian

Sebaliknya diperkotaan sektor industri mengalami kekurangan tenaga

kerja. Sesuai prilaku rasional pengusaha, yakni mencari keuntungan maksimal,

kondisi pasar buruh seperti ini membuat produktivitas tenaga kerja sangat tinggi

dan nilai produk marginal dari tenaga kerja positif, yang menunjukkan bahwa

fungsi produksi belum mencapai titik yang optimal yang dapat dicapai. Tingginya

produktivitas membuat tingkat upah riil per pekerja di sektor perkotaan tersebut

juga tinggi.

Perbedaan upah di sektor pertanian/desa dengan sektor industri di

perkotaan menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor

kedua. Maka terjadilah suatu proses migrasi dan urbanisasi. Tenaga kerja yang

pindah ke industri mendapat penghasilan yang lebih tinggi daripada sewaktu

masih bekerja di pertanian. Perpindahan ini secara tidak langsung akan

mengakibatkan penurunan penduduk pada pedesaan yang diakibatkan oleh proses

urbanisasi tersebut. para kaum urban yang telah pindah dari desa ke kota banyak

mengalami perubahan dalam hal menginginkan anak yang akhirnya akan

mengakibatkan penurunan pada fertilitas.

2.9 Penelitian Terdahulu

Dalam bagian ini peneliti memuat berbagai penelitian yang telah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya mengenai permasalahan yang sama

yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas yang pernah diangkat

oleh beberapa peneliti terdahulu melelui penelitian dalam bentuk jurnal ataupun

artikel. Dimana penelitian-penelitian tersebut menjadi inspirasi bagi penulis untuk

Universitas Sumatera Utara


dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis menjadikan penelitian terdahulu

tersebut menjadi kajian yang digunakan penulis di daftar pustaka. Adapun para

peneliti tersebut terdiri dari :

Penelitian yang dilakukan oleh Rujiman (2007) yang berjudul “Analisis

Faktor-faktor Penentu Fertilitas di Negara-negara Asia”. Dalam penelitian ini

dikatakan bahwa Pendapatan Perkapita, Tingkat pendidikan, Penggunaan alat

kontrasepsi bagi wanita kawin usia 15-49 tahun, dan tingkat urbanisasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas (TFR) di Asia. Sedangkan

Tingkat kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup saat lahir tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap fertilitas di Asia.

2.10 Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, metode penelitian dan tujuan

penelitian maka dapat dibuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :

• Pendapatan

• Kesehatan

Jumlah • Pendidikan
Fertilitas
penduduk
• Penggunaan alat kontrasepsi wanita

kawin umur 15-49 tahun

• Tingkat urbanisasi

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6

Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual di atas dapat dirumuskan hipotesis

penelitian bahwa independen yang terdiri dari Pendapatan (X1), Kesehatan (X2),

Pendidikan (X3), Penggunaan alat kontrasepsi wanita kawin umur 15-49 tahun

(X4), dan Tingkat urbanisasi (X5) mempengaruhi variabel dependen yaitu TFR

(Y).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam

mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji

hipotesis dari penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi fertilitas di Indonesia, yakni PDRB Perkapita, Angka

Harapan Hidup Saat Lahir, Indeks Tingkat Pendidikan, Wanita Kawin Umur 15-

49 Tahun yang Menggunakan Alat Kontrasepsi, dan Tingkat Urbanisasi pada 33

provinsi di Indonesia pada tahun 2007.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dalam bentuk cross section yang diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan

dengan penelitian ini, yakni melalui Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.

Selain itu data juga diperoleh melalui media internet serta surat kabar yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan

(Library Research) yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan

Universitas Sumatera Utara


kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, dan laporan-laporam penelitian

ilmiah yang ada hubungan dengan topik yang diteliti.

Sedangkan untuk teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah

melakukan pencatatan secara langsung data Angka Kelahiran Total/Total Fertility

Rate (TFR), PDRB Perkapita, Angka Harapan Hidup Saat Lahir, Tingkat

Pendidikan, Wanita Kawin Umur 15-49 Tahun yang Menggunakan Alat

Kontrasepsi, dan Tingkat Urbanisasi pada 33 provinsi di Indonesia pada tahun

2007 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provisi Sumatera Utara.

3.4 Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data penelitian, penulis menggunakan

program Eviews 5.1 dan software Microsoft Excel.

3.5 Model Analisis

Model Analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model

ekonometrika. Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadrat terkecil

biasa (Ordinary Least Square atau OLS).

Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan

analisis statistika yaitu persamaan linier berganda. Model persamaan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, X3, X4, X5 ) ................................................................. ( 1 )

Kemudian fungsi tersebut ditranformasikan ke dalam model persamaan

regresi linier berganda dengan spesifikasi menggunakan model sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Y = α + β1X1+ β2X2 +β3X3 + β4X4 + β5X5 + µ ................................... ( 2 )

Di mana:

Y = Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) (orang)

α = Intercept

βi = Koefisien regresi

X1 = PDRB perkapita (Rupiah)

X2 = Angka harapan hidup saat lahir (Tahun)

X3 = Indeks Tingkat Pendidikan (Persen)

X4 = Wanita kawin umur 15-49 Tahun menggunakan alat kontrasepsi

(Persen)

X5 = Tingkat Urbanisasi (Persen)

µ = Term of error

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian, logaritma digunakan

terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk menguji

pengaruh antar variabel penjelas (explanatory variabel) terhadap Angka kelahiran

Total (TFR) digunakan model Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk

regresi linear berganda. Adapun spesifikasi model penelitian ini sebagai berikut:

= α + β1 log X1 + β2 log X2 + β3 log X3 + β4 log X4 + β5 log X5 + µ ........(3)

Universitas Sumatera Utara


Bentuk hipotesis diatas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada PDRB perkapita (X1) sebesar 1

persen, maka Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (Y)

mengalami kenaikan, ceteris paribus.

<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada Angka harapan hidup saat lahir

(X2) sebesar 1 persen, maka Angka Kelahiran Total/Total Fertility

Rate (Y) mengalami penurunan, ceteris paribus.

<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada Indeks Tingkat Pendidikan (X3)

sebesar 1 persen, maka Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate

(Y) mengalami penurunan, ceteris paribus.

<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada Wanita Berumur 15-49 yang

Menggunakan Alat Kontrasepsi (X4) sebesar 1 persen maka Angka

Kelahiran Total/Total Fertility Rate (Y) mengalami penurunan,

ceteris paribus.

<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada Tingkat Urbanisasi (X5) sebesar

1 persen, maka Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (Y)

mengalami penurunan, ceteris paribus.

Universitas Sumatera Utara


3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar

kemampuan variabel independen secara bersama-sama memberi penjelasan

terhadap variabel dependen . Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0< R2 ≤1). Jika

R2 semakin besar (mendekati 1) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas

mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2

semakin kecil (mendekati 0) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel

bebas kecil terhadap variabel terikat. Nilai R2 dapat diperoleh dengan rumus:

3.6.2. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan

untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak

terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam

uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : bi = b ....................................................... b = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : bi ≠ b ........................................................... b ≠ 0 (ada pengaruh)

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel bebas

(independen) terhadap variabel terikat (dependen). Bila nilai t-hitung > t-tabel

maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak (Ha diterima), hal ini berarti

bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan)

terhadap variabel dependen. Sebaliknya, bila nilai t-hitung < t-tabel pada tingkat

Universitas Sumatera Utara


kepercayaan tertentu H0 diterima (Ha ditolak), hal ini berarti bahwa variabel

independen yang diuji tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap

variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

(bi − b )
t-hitung =
Sbi

Dimana:

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 : b = 0 H0 diterima (t*<t-tabel) artinya variabel independen secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

dependen.

Ha : b ≠ 0 Ha diterima (t*>t-tabel) artinya variabel independen secara

parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen

Universitas Sumatera Utara


3.6.3. Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh dari

semua variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.

Disamping menguji berarti tidaknya variabel-variabel bebas secara bersamaan, uji

F juga sekaligus menguji koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan. Dengan

demikian, hasil uji F yang signifikan akan menyebabkan nilai R2 yang diperoleh

secara statistik tidak sama dengan nol (R2≠0). Pengujian ini menggunakan

hipotesis sebagai berikut:

H0 :b1 = b2 ................................................. bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b1 ≠ b2 ................................................ i = 1 (ada pengaruh)

Universitas Sumatera Utara


Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan

F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat

diperoleh dengan rumus:

R 2 (k − 1)
F-hitung =
( )
1 − R 2 (n − k )

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen dan konstanta.

n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan :

H 0 : β1 = β 2 = 0 H0 diterima (F*<F-tabel) artinya variabel

independen (bebas) secara keseluruhan atau

bersama-sama tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen (terikat).

H a : β1 ≠ β 2 ≠ 0 Ha diterima (F*>F-tabel) artinya variabel

independen (bebas) secara keseluruhan atau

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel dependen (terikat).

Universitas Sumatera Utara


3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.7.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah

terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk

mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2, F-hitung, t-

hitung, dan standart error.

Adanya multikolinearity ditandai dengan:

• Standard error tidak terhingga dan R2 yang sangat tinggi.

• Tidak ada satupun t-statistik yang sign ifikan p ada α = 1 %, α = 5%, α =

10%

• Membandingkan R2 regresi pertama dengan R2 regresi variabel-variabel

independen

Universitas Sumatera Utara


3.7.2 Autokorelasi (Serial Correlation)

Serial Correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model regresi

linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat didalamnya distribusi

atau gangguan μi dilambangkan dengan:

E (µ i : µ j ) = 0 i ≠ j

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu:

1. Dengan menggunakan atau memplot grafik

2. Dengan D-W Test (Uji Durbin-Watson)

Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :

Dw-hitung = ∑ (e − e
t t −1 )2
∑e
2
t

Dengan hipotesis sebagai berikut :

H 0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

H a : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu

diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk

berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3

Kurva Durbin-Watson

Keterangan :

H0 : Tidak ada korelasi

DW<dl : Tolak H0 (ada korelasi positif)

DW>4-dl : Tolak H0 (ada korelasi negatif)

du<DW<4-du : Terima H0 (tidak ada korelasi)

dl ≤ Dw<4-du : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

(4-du) ≤ Dw ≤ (4-dl): Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

Universitas Sumatera Utara


3.8 Definisi Operasional

1. Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) adalah jumlah rata-rata anak

yang dilahirkan setiap wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan

angka kelahiran menurut kelompok umur, dinyatakan dalam orang.

2. PDRB perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu

wilayah atau provinsi di suatu negara, dinyatakan dalam ribu Rupiah.

3. Angka harapan hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani

oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu, dinyatakan dalam tahun.

4. Indeks Tingkat pendidikan adalah indeks yang didapatkan melalui perhitungan

dengan menggunakan indikator tingkat buta huruf dengan rata-rata lama sekolah,

dinyatakan dalam persen.

5. Wanita Berumur 15-49 yang Menggunakan Alat Kontrasepsi adalah

Banyaknya wanita usia produktif yang sedang menggunakan alat kontrasepsi

pada periode tertentu, dinyatakan dalam persen.

6. Tingkat urbanisasi adalah jumlah persentase penduduk yang tinggal di daerah

perkotaan di suatu Negara pada suatu tahun tertentu dinyatakan dalam persen.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia

4.1.1 Lokasi dan Letak Geografis Indonesia

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah pulau ± 17.508

pulau besar maupun kecil. Indonesia diapit oleh dua benua yaitu Australia dan

Asia serta dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia. Jarak

antara dua tempat di Indonesia dari barat ke timur adalah 5110 km sedangkan dari

utara ke selatan adalah 1888 km.

Indonesia merupakan Negara bahari dengan luas lautnya sekitar 7,9 juta

kilometer persegi (km2) (termasuk daerah Zona Ekonomi Ekslusif) atau 81 persen

dari luas keseluruhan dan mempunyai garis pantai nomor dua terpanjang di dunia

setelah Kanada. Luas daratan Indonesia sekitar 1,91 juta km2. Mempunyai

puluhan atau mungkin ratusan gunung api dan sungai. Sehubungan dengan letak

yang dikelilingi beberapa samudera, serta banyak terdapat gunung berapi yang

masih aktif, menyebabkan Indonesia sering dilanda gempa.

Indonesia terletak antara 6008' Lintang Utara dan 11015' Lintang Selatan

dan antara 94045' Bujur Timur dan 141005' Bujur Timur. Negara kesatuan yang

berbentuk republik ini sejak tahun 2005 dibagi menjadi 33 provinsi dengan

adanya tambahan 3 provinsi baru yaitu Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Irian

Barat. Pada tahun 2007, provinsi-provinsi tersebut terdiri dari 370 kabupaten, 95

kota, 6.131 kecamatan dan 73.408 desa.

Universitas Sumatera Utara


4.1.2 Kondisi Iklim

Di Indonesia dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan

penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin bertiup dari

Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim

kemarau. Sebaliknya, pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang

banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga

terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah

melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November.

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya

tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2006,

suhu udara rata-rata berkisar antara 23,44 derajat Celcius sampai 28,68 derajat

Celcius. Suhu udara maksimum terjadi di stasiun Perak-Jawa Timur, yaitu sebesar

37,400C sedangkan suhu udara minimum terjadi di stasiun Meteorologi-Sulawesi

Tenggara sebesar 18,20 0C.

Indonesia mempunyai kelembapan udara relative tinggi dimana pada

tahun 2006 rata-rata berkisar antara 70,70 persen (DKI Jakarta-Maritim Tanjung

Priok) sampai 86,20 persen (Papua-Meteorologi). Rata-rata curah hujan selama

tahun 2006 berkisar antara 1,50 mm (Sulawesi Tenggara/Meteorologi) sampai

2.890,90 mm (Sulawesi Utara-Kayuwato).

4.1.3 Kondisi Demografi Indonesia

Menurut Philip M. Hauser dan Duncan (1959) mengatakaan defenisi dari

demografi adalah sebagai berikut :

“Demography is the study of the size, territorial distribution and

compotition, changes there in and the components of such changes which maybe

Universitas Sumatera Utara


indentified as natality, territorial movement(migration), and social mobility

(change of states)”.

Yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah demografi

mempelajari jumlah, persebaran, territorial dan komposisi penduduk serta

perubahan-perubahan dan serta perubahan - perubahan itu yang biasanya timbul

karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilitas

sosial (perubahan status).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan

proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi : jumlah,

persebaran dan komposisi penduduk. Struktur ini selalu berubah-ubah, dan

perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi, yaitu : kelahiran

(fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk. Program kependudukan

di Indonesia sama dengan kebanyakan program kependudukan yang sedang

dijalankan di Negara lainnya yang ada di Indonesia yaitu meliputi : pengendalian

kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi, perpanjangan usia harapan hidup,

penyebaran penduduk yang seimbang dan pengembangan potensi penduduk

sebagai salah satu modal pembangunan di Indonesia kedepannya.

Komponen kependudukan tentunya akan menggambarkan bagaimana

kondisi masyarakat di daerah tersebut baik secara kultural ataupun secara sosial.

Kebijaksanaan kependudukan yang diterapkan di Indonesia juga harus melihat

dari segi kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan juga migrasi dimana

ketiga komponen ini merupakan komponen demografi yang saling berhubungan.

Selain variabel demografi yang mempengaruhi pekembangan penduduk tersebut,

namun ada juga dipengaruhi dengan faktor non demografi

Universitas Sumatera Utara


Variabel Demografi

Karakteristik Penduduk

-jumlah

-persebaran

-komposisi
G penduduk

Peoses Demografi :

-kematian
Hhht
-kelahiran

-migrasi

variabel dari disiplin lain

-sosiologi

-antropologi

-ekonomi -geografi -biologi

Sumber : Mantra, Ida Bagoes :5

Gambar : 4.1
Hubungan variabel demografi dengan variabel demografi dan hubungan
variabel demografi dan variabel non demogfrafi

Universitas Sumatera Utara


Variabel demografi terletak pada lingkaran I dan variabel non demografi

terletak pada lingkaran ke II. Variabel pertama menjelaskan mengenai variabel

demografi dan apabila bergabung dengan variabel non demgrafi maka akan

menghasilkan masalah kependudukan. Anak panah bermata dua, baik pada

lingakaran I dan lingkaran II, mengartikan adanya hubungan timbal balik antara

variabel-variabel tersebut. Dengan adanya hubungan timbal balik, akan

memberikan kebebasan kepada pakar ilmu sosial untuk menganalisis lebih

mendalam hubungan antara variabel demografi dan variabel non demografi yang

akhirnya menimbulkaan kajian-kajian demografi ekonomi.

4.1.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 adalah sebesar 205,1 juta

jiwa. Jumlah penduduk tahun 2000 ini tidak mencakup penduduk tidak bertempat

tinggal tetap sebesar 421.399 jiwa. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005

adalah 218,9 juta jiwa dan meningkat menjadi 228,5 juta jiwa pada tahun 2008.

Laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang cukup cepat sejak tahun

1980, yaitu dari 1,97 persen selama periode 1980-1990 menjadi 1,45 persen per

tahun selama periode 1990-2000, kemudian menurun lagi menjadi 1,36 persen per

tahun selama periode 2000-2008.

Laju pertumbuhan penduduk provinsi selama dua periode 1990-2000 dan

2000-2007 mengalami penurunan kecuali Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,

Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta,

Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,

Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara. Seperti yang dapat dilihat dari Tabel 4.1

berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 4.1
Penduduk menurut Provinsi 2000-2007

Penduduk (ribu)
No Nama Provinsi
2000 2005 2007
1 N.A. Darussalam 3929,3 4032,5 4223,8
2 Sumatera Utara 11642,6 12451,0 12834,4
3 Sumatera Barat 4248,5 4567,2 4697,8
4 Riau 4948,0 4835,9 5071,0
5 Jambi 2407,2 2650,5 2742,2
6 Sumatera Selatan 6210,8 6815,9 7020,0
7 Bengkulu 1455,5 1566,1 1616,7
8 Lampung 6730,8 7087,4 7289,8
9 Kep. Bangka Belitung 900,0 1074,8 1106,7
10 Kep. Riau - 1278,9 1392,9
11 DKI. Jakarta 8361,0 8892,3 9064,6
12 Jawa Barat 35724,0 39150,6 40329,1
13 Jawa Tengah 31223,0 31873,5 32380,3
14 D. I. Yogyakarta 3121,1 3365,5 3434,5
15 Jawa Timur 34766,0 36481,8 36895,6
16 Banten 8098,1 9071,1 9423,4
17 Bali 3150,0 3405,4 3479,8
18 Nusa Tenggara Barat 4008,6 4149,1 4292,5
19 Nusa Tenggara Timur 3823,1 4279,5 4448,9
20 Kalimantan Barat 4016,2 4037,2 4178,5
21 Kalimantan Tengah 1855,6 1969,7 2028,3
22 Kalimantan Selatan 2984,0 3296,6 3396,7
23 Kalimantan Timur 2451,9 2887,1 3024,8
24 Sulawesi Utara 2000,9 2143,8 2186,8
25 Sulawesi Tengah 2176,0 2312,0 2396,2
26 Sulawesi Selatan 8050,8 7489,7 7700,3
27 Sulawesi Tenggara 1820,3 1945,1 2031,5
28 Gorontalo 833,5 936,3 960,3
29 Sulawesi Barat - 985,7 1016,7
30 Maluku 1166,3 1264.8 1302,0
31 Maluku Utara 815,1 914,1 944,3
32 Papua Barat - 688,2 716,0
33 Papua 2213,8 1934,7 2015,6
Indonesia 205132,0 219852,0 225619,0
Sumber : Statistik Indonesia 2007, BPS

Universitas Sumatera Utara


Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun

tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Selama ini sebagian

besar penduduk masih terpusat di pulau Jawa. Data tahun 2008 menunjukkan

sekitar 58% penduduk tinggal di Pulau Jawa. Dari jumlah tersebut, 17,91 persen

penduduk tinggal di provinsi Jawa Barat, 14,28 persen di Jawa Tengah, dan 16,23

persen di jawa Timur. Sementara, Luas Pulau Jawa secara keseluruhan hanya

sekitar 7 Persen dari seluruh wilayah daratan di Indonesia.

Tabel 4.2

Persentase Jumlah Penduduk Indonesia


Menurut Kelompok Umur Tahun 2007
Golongan Umur Laki - laki Perempuan
Persen (%) Persen (%)
0–4 9,54 8,98
5–9 10,16 9,57
10 – 14 10,51 9,84
15 – 19 9,26 8,70
20 – 24 7,88 8,26
25 – 29 8,03 8,49
30 – 34 7,55 7,94
35 – 39 7,73 8,02
40 – 44 6,80 6,94
45 – 49 6,04 6,08
50 – 54 5,08 4,80
55 – 59 3,61 3,35
60 – 64 2,65 2,88
65 -69 2,02 2,30
70-74 1,52 1,86
75+ 1,60 1,99
JUMLAH 100,00 100,00
Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007

Universitas Sumatera Utara


75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44
perempuan
35-39
laki-laki
30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

-15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

Gambar 4.2
Piramida Penduduk Indonesia

4.1.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil

pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dibidang ekonomi. Pertumbuhan

tersebut merupakan gambaran tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha kebijakan yang

bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan cara memperluas

lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan

Universitas Sumatera Utara


ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran sektor ekonomi dari sektor

pertanian menjadi sektor sekunder dan tersier (BPS, 2007:2).

Dengan kata lain arah dan pembangunan ekonomi adalah mengusahakan

agar pendapatan masyarakat naik secara real dan tingkat pemerataannya semakin

baik sesuai dengan yang digariskan dalam GBHN dan UUD 1945 yaitu mencapai

Masyarakat Adil dan Makmur.

Untuk melihat perkembangan ekonomi tersebut secara rinci dari tahun

ketahun, disajikan melalui PDB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha

secara berkala pertumbuhannya. Jika terjadi pertumbuhan yang positif , hal ini

menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dibanding dengan tahun lalu.

Sebaliknya apabila negatif, hal ini menunjukkan adanya penurunan perekonomian

dibandingkan tahun lalu.

Kegiatan perekonomian di Indonesia dari tahun ke tahun terus

mengalami peningkatan, pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi Indonesia

mengalami kenaikan sebesar 6,60 persen, angka lebih tinggi jika dibandingkan

dengan tahun 2006 sebesar 6,16 persen.

Adapun sektor yang mengalami kenaikan yaitu sektor Listrik, Gas, dan

Air Bersih yaitu 10,40 persen, sektor konstruksi yaitu 8,61 persen, sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu 8,46 persen, sektor Keuangan dan jasa

Perusahaan yaitu 7,99 persen dan sektor jasa-jasa yaitu 6,60 persen.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3
Laju pertumbuhan Ekonomi Indonesia periode 2003 – 2007
Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (%)

Sektor/Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007


1. Pertanian 3,79 2,82 2,72 3,36 3,50
2. Pertambangan (1,37) (4,48) 3,20 1,70 1,98
3. Industri pengolahan 5,33 6,38 4,60 4,59 4,66
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4,87 5,30 6,30 5,76 10,40
5. Kontruksi 7,10 7,49 7,54 8,34 8,61
6. Perdagangan, Hotel & 5,45 5,70 8,30 6,42 8,46
Restoran
7. Transportasi & 12,19 12,38 12,76 14,38 14,38
telekomunikasi
8. Keuangan & jasa 6,73 7,66 6,70 5,47 7,99
Perusahaan
9. Jasa- jasa 4,41 5,38 5,16 6,16 6,60
PDB 4,78 5,03 5,69 5,51 6,32
Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2007

4.1.6 Hubungan Variabel Demografi dengan Pembangunan Ekonomi

Variabel demografi yang terdiri dari fertilitas, mortalitas dan migrasi juga

berhubungan dengan pembangunan ekonomi adapun hubungan tersebut karena

perubahan dalam angka kelahiran, kematian dan juga perpindahan penduduk

berdampak langsung pada dinamika kependudukan yaitu adanya perubahan

jumlah komposisi penduduk. Kemudian jumlah pertumbuhan dan komposisi

penduduk mempengaruhi kebutuhan penduduk terhadap mutu manusia yang dapat

dicerminkan oleh kesehatan, pendidikan keamanan. Dari segi ekonomi penduduk

dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :

1) Economically active population yaitu : para pekerja yang memperoleh

barang dan jasa dan mereka yang sedang aktif mencari nafkah (teori-teori

kebijaksanaan penduduk, Lalu burhan,M.Sc).

Universitas Sumatera Utara


2) Economically inactive population yaitu : bagi mereka yang tidak bekerja

dan tidak sedang mencari pekerjaan, dimana mereka ini hanya

mengkonsumsi dan tidak memproduksi suatu barang dan jasa dilihat dari

sudut pandang ekonomi (teori-teori kebijaksanaan penduduk, Lalu burhan,

M.Sc).

4.2 Perkembangan Angka Kelahiran Total atau TFR di Indonesia

Ukuran tingkat fertilitas yang umum digunakan adalah angka fertilitas

total atau TFR karena terdapat keungggulan pada pengukuran ini yang tidak ada

pada pengukuran fertilitas yang lain. Yang diukur pada TFR ini adalah seluruh

wanita usia15-49 tahun yang melahirkan bayi lahir hidup dihitung berdasarkan

angka kelahiran menurut kelompok umur.

4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Bengkulu

Papua
Jambi

Bali
Sumatera Barat

Gorontalo
Riau

Banten
Lampung
Kep. Bangka Belitung

Kalimantan Tengah

Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat

Maluku

Papua Barat
Jawa Tengah

Nusa Tenggara Barat

Kalimantan Timur
Jawa Barat

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta
Jawa Timur

Sulawesi Selatan

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Naggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah
DKI Jakarta
Sumatera Selatan

Kep. Riau

Kalimantan Selatan

Gambar 4.3

Total Fertility Rate (TFR) Provinsi di Indonesia Tahun 2007

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4
Total Fertility Rate (TFR) Indonesia tahun 2007

No Nama Provinsi TFR


1 N.A. Darussalam 3.1
2 Sumatera Utara 3.8
3 Sumatera Barat 3.4
4 Riau 2.7
5 Jambi 2.8
6 Sumatera Selatan 2.7
7 Bengkulu 2.4
8 Lampung 2.5
9 Kep. Bangka Belitung 2.5
10 Kep. Riau 3.1
11 DKI. Jakarta 2.1
12 Jawa Barat 2.6
13 Jawa Tengah 2.3
14 D. I. Yogyakarta 1.8
15 Jawa Timur 2.1
16 Banten 2.6
17 Bali 2.1
18 Nusa Tenggara Barat 2.8
19 Nusa Tenggara Timur 4.2
20 Kalimantan Barat 2.8
21 Kalimantan Tengah 3.0
22 Kalimantan Selatan 2.6
23 Kalimantan Timur 2.7
24 Sulawesi Utara 2.8
25 Sulawesi Tengah 3.3
26 Sulawesi Selatan 2.8
27 Sulawesi Tenggara 3.3
28 Gorontalo 2.6
29 Sulawesi Barat 3.5
30 Maluku 3.9
31 Maluku Utara 3.2
32 Papua Barat 2.9
33 Papua 3.4
Indonesia 2.2
Sumber: Badan Pusat Statistik 2007

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur

memiliki TFR tertinggi sebesar 4.2 yang dimana rata-rata wanita usia 15-49

tahun mempunyai anak sekitar 4 orang anak. Tingginya angka TFR di NTT ini

tidak terlepas dari pengaruh Pendapatan perkapita di NTT yang termasuk kedua

Universitas Sumatera Utara


paling kecil yakni sebesar Rp. 2.450.599. Hal ini membuat para orang tua

menginginkan banyak anak sebagai asset untuk kedepannya. Kemudian Provinsi

yang TFR terkecil terdapat pada Provinsi D. I. Yogyakarta dengan TFR sebesar

1.8 yang artinya rata-rata wanita usia 15-49 tahun mempunyai anak dengan

jumlah 1-2 orang anak.

Sementara itu pada Provinsi Sumatera Utara mempuyai TFR sebesar 3,8

yang dimana rata-rata ibu mempunyai anak 3 sampai 4 orang anak. Berdasarkan

tabel diatas dapat kita ketahui bahwa rata-rata wanita di Indonesia mempunyai

anak sebesar 2,8 orang anak hal ini dapat dikatakan bahwa rata-rata anak yang

lahir di Indonesia sekitar 2-3 orang saja dan hal ini hampir sesuai seperti

kebijakan pemerintah melalui Keluarga Berencana yakni rata-rata keluarga ideal

mempunyai anak sekitar 1-2 orang saja.

4.3 Perkembangan PDRB Perkapita

Dengan terjadinya pertumbuhan PDRB yang industri tinggi belum tentu

mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat, karena hal ini sangat tergantung

pada perkembangan jumlah penduduk walaupun pertumbuhan PDRB mengalami

peningkatan yang cukup signifikan tetapi jika pertumbuhan penduduk tidak bisa

ditekan bahkan lebih besar pertumbuhan penduduk daripada pertumbuhan

ekonomi maka dalam hal ini tidak dapat mengangkat tingkat kemakmuran

masyarakat.

Untuk itu PDBR perkapita sebagai salah satu alat pengukur tingkat

kemakmuran merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan jumlah penduduk.

Kemudian dalam kaitannya terhadap fertilitas apabila PDRB perkapita mengalami

Universitas Sumatera Utara


peningkatan maka boleh dikatakan adanya peningkatan kemakmuran dari

masyarakat kemudian yang terjadi pada fertilitas akan mengalami penurunan.

Dari sisi pertumbuhan, pada tahun 2007 seluruh provinsi mengalami

pertumbuhan PDRB positif, Provinsi yang pertumbuhan ekonominya (dengan

migas) diatas 7 persen adalah Kepulauan Riau, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Barat, masing-masing 7,01 persen, 7,99 persen,

7,96 persen, 7,52 persen dan 7,43 persen.

Dari 33 provinsi di Indonesia, DKI Jakarta merupakan provinsi yang

mempunyai PDRB terbesar. Nilai PDRB DKI Jakarta atas Rp 36.733.181 dasar

harga konstan pada tahun 2007 sebesar rupiah. Provinsi dengan PDRB terkecil

adalah Gorontalo dengan nilai PDRB Rp 2.435.835. Besaran PDRB per kapita

suatu daerah tergantung pada besaran PDRB suatu penduduk. Berdasarkan PDRB

per kapita atas dasar harga konstan dengan migas, Kalimantan Timur, DKI

Jakarta, Riau dan Kepulauan Riau merupakan provinsi yang mempunyai besaran

per kapita tertinggi.

PDRB per kapita DKI Jakarta lebih kecil dari Kalimantan Timur karena

jumlah penduduk DKI Jakarta lebiuh besar dari Kalimantan Timur. Berdasarkan

harga berlaku, PDRB perkapita dengan migas di Kalimantan Timur, DKI Jakarta,

Riau dan Kepulauan Riau masing-masing sebesar 70,1 juta rupiah, 62,5 juta

rupiah, 41,4 juta rupiah dan 37,2 juta rupiah.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Indonesia
tahun 2007

NO PROVINSI PDRB Perkapita


1 Naggroe Aceh Darussalam 8532088
2 Sumatera Utara 7775393
3 Sumatera Barat 7006092
4 Riau 17001395
5 Jambi 5205741
6 Sumatera Selatan 7872137
7 Bengkulu 4335452
8 Lampung 4485039
9 Kep. Bangka Belitung 8552842
10 Kep. Riau 24921649
11 DKI Jakarta 36733181
12 Jawa Barat 6793989
13 Jawa Tengah 4913801
14 DI Yogyakarta 5325762
15 Jawa Timur 7800779
16 Banten 6902711
17 Bali 6752442
18 Nusa Tenggara Barat 3812582
19 Nusa Tenggara Timur 2450599
20 Kalimantan Barat 6284710
21 Kalimantan Tengah 7767327
22 Kalimantan Selatan 7631654
23 Kalimantan Timur 32334164
24 Sulawesi Utara 6588273
25 Sulawesi Tengah 5710602
26 Sulawesi Selatan 5367670
27 Sulawesi Tenggara 4593440
28 Gorontalo 2435835
29 Sulawesi Barat 3509340
30 Maluku 2790769
31 Maluku Utara 2648775
32 Papua Barat 8288162
33 Papua 9513757
Indonesia 75224165
Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2007

Universitas Sumatera Utara


40000000

35000000

30000000

25000000

20000000

15000000

10000000

5000000

Bali
Bengkulu
Riau

Banten

Sulawesi Tenggara

Papua
Lampung

Kalimantan Barat

Maluku

Papua Barat
Nusa Tenggara Barat
Jawa Barat

Sulawesi Utara
Jambi

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Sumatera Utara

DKI Jakarta
Kep. Riau
Sumatera Barat

Gorontalo
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kep. Bangka Belitung

Jawa Tengah

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Timur
DI Yogyakarta
Jawa Timur

Sulawesi Selatan
Naggroe Aceh Darussalam

Sumatera Selatan

Gambar 4.4
PDRB Perkapita Provinsi di Indonesia Tahun 2007

4.4. Perkembangan Angka Harapan Hidup Saat Lahir

Rata-rata hidup seseorang dapat dilihat melalui indikator kesehatan yakni Angka

Harapan Hidup. Angka harapan hidup menunjukkan seberapa jauh usia seseorang

untuk hidup. Dimana semakin tinggi usia seseorang tersebut menunjukkan

kualitas hidup orang itu baik. Kualitas hidup orang tidak terlepas dari kesehatan

yang baik pula. Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan pengetahuan akan

pentingnya kesehatan membantu mengurangi dan menjauhi dari penyakit yang

pada akhirnya membuat orang sehat. Pada kaitannya dengan penurunan akan

fertilitas adalah semakin tinggi kesehatan seseorang maka semakin kecil

kelahiran.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6

Angka Harapan Hidup Indonesia tahun 2007

NO PROVINSI ANGKA HARAPAN HIDUP


SAAT LAHIR
1 Naggroe Aceh Darussalam 69.0
2 Sumatera Utara 71.6
3 Sumatera Barat 70.5
4 Riau 71.9
5 Jambi 70.3
6 Sumatera Selatan 70.9
7 Bengkulu 69.9
8 Lampung 70.9
9 Kep. Bangka Belitung 70.7
10 Kep. Riau 72.3
11 DKI Jakarta 75.8
12 Jawa Barat 70.3
13 Jawa Tengah 72.1
14 DI Yogyakarta 75.5
15 Jawa Timur 71.0
16 Banten 69.2
17 Bali 74.1
18 Nusa Tenggara Barat 66.0
19 Nusa Tenggara Timur 69.1
20 Kalimantan Barat 70.2
21 Kalimantan Tengah 71.7
22 Kalimantan Selatan 68.4
23 Kalimantan Timur 72.5
24 Sulawesi Utara 74.4
25 Sulawesi Tengah 68.2
26 Sulawesi Selatan 70.2
27 Sulawesi Tenggara 69.7
28 Gorontalo 69.2
29 Sulawesi Barat 70.2
30 Maluku 69.0
31 Maluku Utara 68.3
32 Papua Barat 69.0
33 Papua 69.3
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2007

Universitas Sumatera Utara


Angka Harapan Hidup
78
76
74
72
70
68
66
64
Angka Harapan Hidup
62
60
Jambi

Papua
Jawa Timur
Lampung

Banten
Bengkulu

Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
DI Yogyakarta

Gorontalo
Sulawesi Tengah
Riau

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Utara
Sumatera Selatan

Kalimantan Tengah

Maluku Utara
Bali
Sumatera Barat

Kep. Bangka Belitung

Sulawesi Barat
Kep. Riau

Nusa Tenggara Barat


Sumatera Utara

DKI Jakarta

Maluku

Papua Barat
Naggroe Aceh Darussalam

Sulawesi Selatan
Jawa Barat

Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat

Gambar 4.5
Angka Harapan Hidup di Indonesia Tahun 2007

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat kita lihat bahwa Angka Harapan

Hidup yang paling rendah adalah pada Provinsi Nusa Tenggara Barat 66.0 dimana

usia rata-rata orang di Provinsi tersebut adalah 66 tahun. Rendahnya rata-rata usia

hidup orang di Nusa Tenggara Barat menunjukkan masih kurangnya mutu,

ketersediaan, dan keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan yang belum

memadai terutama bagi masyarakat miskin dan yang tinggal di daerah terpencil

seperti di NTB serta serta perilaku hidup sehat yang belum menjadi budaya dalam

masyarakat baik karena faktor sosial ekonomi maupun karena kurangnya

pengetahuan di Provinsi tersebut dan lain-lain sebagainya.

Kemudian Provinsi terbesar Angka Harapan Hidupnya adalah DKI.

Jakarta sebesar 75.8 yang artinya rata-rata usia hidup orang disana sebesar 75-76

tahun. Hal ini diakibatkan karena pelayanan kesehatan yang baik, merata, akses

Universitas Sumatera Utara


yang mudah dan cepat dan lain-lain sebagainya. Dari data diatas maka rata-rata

angka harapan hidup masyarakat Indonesia berkisar antara 66 sampai 75 tahun.

4.5 Perkembangan Indeks Pendidikan

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan si suatu Negara

adalah tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Merujuk

pada amanat UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 31 ayat 2), maka melalui

jalur pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM

penduduk Indonesia. Program wajib belajar 6 tahun dan 9 tahun, Gerakan

Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), dan berbagai program pendukung lainnya

adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat peningkatan kualitas SDM,

yang pada akhirnya akan menciptakan SDM yang tangguh, yang siap bersaing di

era globalisasi. Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan pemberian

kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan,

terutama penduduk kelompok usia sekolah (umur 7-24 tahun).

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan

bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Makin rendah persentase penduduk

yang buta huruf menunjukkan keberhasilan program pendidikan, sebaliknya

makin tinggi persentase penduduk yang buta huruf mengindikasikan kurang

berhasilnya program pendidikan. Dan untuk melihat rata-rata lamanya pendidikan

penduduk dengan melihat dari rata-rata lama sekolah.

Untuk melihat rendahnya pendidikan seseorang dapat dilihat melalui

Index Pendidikan, dimana Index Pendidikan tersebut merupakan gabungan antara

rata-rata lama sekolah dan tingkat buta huruf dalam bentuk persen dan dirata-

ratakan. Semakin tinggi Index Pendidikan penduduk maka menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


rendahnya pendidikan penduduk tersebut dan sebaliknya. Kaitannya antara

pendidikan dengan fertilitas adalah bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang

maka semakin rendah tingkat kesuburan orang tersebut hal ini berarti bahwa

terjadinya penurunan pada fertilitas.

Tabel 4.7
Indeks Tingkat Pendidikan Indonesia tahun 2007

No Provinsi Buta Rata-Rata Indeks


Huruf Lama Sekolah
1 Naggroe Aceh Darussalam 4.87 8.3 61.615
2 Sumatera Utara 2.96 8.5 59.045
3 Sumatera Barat 3.51 8.2 58.270
4 Riau 2.47 8.2 56.190
5 Jambi 4.61 7.6 56.720
6 Sumatera Selatan 3.03 7.5 52.935
7 Bengkulu 5.44 7.8 59.630
8 Lampung 6.10 7.2 57.20
9 Kep. Bangka Belitung 4.76 7.2 54.52
10 Kep. Riau 3.97 8.9 63.565
11 DKI Jakarta 1.17 10.1 65.465
12 Jawa Barat 4.15 7.5 55.175
13 Jawa Tengah 10.09 6.8 62.680
14 DI Yogyakarta 11.14 8.6 76.03
15 Jawa Timur 11.34 6.9 65.805
16 Banten 4.24 7.7 56.605
17 Bali 12.68 7.6 72.86
18 Nusa Tenggara Barat 17.56 6.5 75.745
19 Nusa Tenggara Timur 11.47 6.4 62.94
20 Kalimantan Barat 9.39 6.6 60.03
21 Kalimantan Tengah 3.02 7.7 54.165
22 Kalimantan Selatan 5.33 7.3 56.285
23 Kalimantan Timur 3.87 8.7 62.115
24 Sulawesi Utara 1.06 8.7 56.495
25 Sulawesi Tengah 4.71 7.7 57.545
26 Sulawesi Selatan 12.28 7.2 69.560
27 Sulawesi Tenggara 8.36 7.7 64.845
28 Gorontalo 4.19 6.9 51.505
29 Sulawesi Barat 12.14 6.5 64.905
30 Maluku 2.84 8.5 58.805
31 Maluku Utara 4.78 7.8 58.310
32 Papua Barat 9.38 7.7 66.885
33 Papua 23.15 6.5 86.925

Universitas Sumatera Utara


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Bali
Bengkulu
Riau

Banten

Sulawesi Tenggara

Papua
Lampung

Kalimantan Barat

Maluku

Papua Barat
Nusa Tenggara Barat
Jawa Barat

Sulawesi Utara
Jambi

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Sumatera Utara

DKI Jakarta
Kep. Riau
Sumatera Barat

Gorontalo
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kep. Bangka Belitung

Jawa Tengah

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Timur
DI Yogyakarta
Jawa Timur

Sulawesi Selatan
Naggroe Aceh Darussalam

Sumatera Selatan

Gambar 4.6
Indeks Pendidikan Tahun 2007

Berdasarkan tabel dan gambar di atas bahwa Index Pendidikan penduduk

yang paling tinggi adalah papua yakni sebesar 86,925 menunjukkan bahwa

pendidikan pada penduduk Papua sangat rendah hal ini dikarenakan terbatasnya

akses atas kebutuhan dasar pendidikan, putus sekolah karena alasan anak harus

membantu orangtua mencari nafkah, masalah tingginya biaya pendidikan seperti

pengeluaran di luar iuran sekolah yang menghambat masyarakat miskin

menyekolahkan anaknya seperti di Provinsi Papua.

Index Pendidikan penduduk yang paling rendah adalah Gorontalo dengan

angka 51,505 yang pengaruhnya tidak terlepas dari ketersediaan dan kualitas

pendidik yang memadai, kesejahteraan pendidik yang cukup baik, fasilitas belajar

yang cukup tersedia terjadi di Provinsi Gorontalo. Rata-rata Index Pendidikan di

Indonesia adalah sebesar 59,63.

Universitas Sumatera Utara


4.6 Perkembangan Jumlah Wanita Berumur 15-49 Tahun yang

Mempergunakan Alat Kontrasepsi

Pembangunan di bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan

kehidupan manusia. Mempetimbangkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan

merupakan bagian yang sangat penting terutama dalam menekan jumlah

penduduk, maka program-program kesehatan telah dimulai atau bahkan lebih

diprioritaskan seperti pada program Keluarga Berencana yakni dengan melakukan

penyuluhan kepada wanita usia produktif 15-49 tahun untuk menggunakan alat

kontrasepsi.

Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seseorang wanita

karena pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita melahirkan anak cukup

besar. Salah satu cara untuk menekan laju penduduk adalah melalui program

Keluarga Berencana (KB). Pada tahun 2007, proporsi wanita usia 15-49 tahun

yang berstatus kawin dan sedang menggunkan alat KB adalah sebesar 57,43

persen. Angka ini menurun dibandingkan dua tahun terakhir.

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Bengkulu

Papua
Jambi

Bali
Sumatera Barat

Gorontalo
Riau

Banten
Lampung
Kep. Bangka Belitung

Kalimantan Tengah

Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat

Maluku

Papua Barat
Jawa Tengah

Nusa Tenggara Barat

Kalimantan Timur
Jawa Barat

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta
Jawa Timur

Sulawesi Selatan

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Naggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah
DKI Jakarta
Sumatera Selatan

Kep. Riau

Kalimantan Selatan

Gambar 4.7
Wanita 15-49 Tahun Yang Memakai Kontrasepsi

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8

Wanita Berumur 15-49 Tahun Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi

NO Provinsi Wanita 15-49 Thn Yang


Menggunakan Alat
Kontrasepsi
1 Naggroe Aceh Darussalam 42.80
2 Sumatera Utara 45.53
3 Sumatera Barat 48.37
4 Riau 54.17
5 Jambi 64.66
6 Sumatera Selatan 61.97
7 Bengkulu 67.30
8 Lampung 64.03
9 Kep. Bangka Belitung 63.57
10 Kep. Riau 51.20
11 DKI Jakarta 54.69
12 Jawa Barat 62.28
13 Jawa Tengah 60.65
14 DI Yogyakarta 56.11
15 Jawa Timur 59.65
16 Banten 56.64
17 Bali 67.22
18 Nusa Tenggara Barat 52.44
19 Nusa Tenggara Timur 34.35
20 Kalimantan Barat 61.26
21 Kalimantan Tengah 67.46
22 Kalimantan Selatan 63.27
23 Kalimantan Timur 55.80
24 Sulawesi Utara 67.07
25 Sulawesi Tengah 56.83
26 Sulawesi Selatan 43.67
27 Sulawesi Tenggara 46.61
28 Gorontalo 64.22
29 Sulawesi Barat 38.47
30 Maluku 30.09
31 Maluku Utara 41.90
32 Papua Barat 28.29
33 Papua 31.92
Sumber : BPS Statistik Indonesia 2007

Pada tabel diatas dapat kita ketahui bahwa penduduk wanita yang paling

banyak menggunakan alat kontrasepsi adalah Provinsi Kalimantan Tengah sebesar

Universitas Sumatera Utara


67,46 dan penduduk yang jumlahnya kedua tertinggi adalah Bengkulu dengan

jumlah pemakai 67,30 penduduk yang paling sedikit menggunakan alat

kontrasepsi adalah Papua Barat sebesar 28,29. Sementara pada Provinsi Sumatera

utara banyaknya yang memakai alat kontrasepsi wanita usia 15-49 tahun sebesar

45,03. Jumlah ini menunjukkan bahwa penduduk Sumut masih cukup tinggi

dalam memakai alat kontrasepsi. Rata-rata penduduk wanita Indonesia memakai

alat kontrasepsi sebesar 56,11.

4.7 Perkembangan Tingkat Urbanisasi

1,2

0,8

0,6

0,4

0,2

0
Bengkulu

Papua
Jambi

Bali
Sumatera Barat

Gorontalo
Riau

Banten
Lampung
Kep. Bangka Belitung

Kalimantan Tengah

Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat

Maluku

Papua Barat
Jawa Tengah

Nusa Tenggara Barat

Kalimantan Timur
Jawa Barat

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta
Jawa Timur

Sulawesi Selatan

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Naggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah
DKI Jakarta
Sumatera Selatan

Kep. Riau

Kalimantan Selatan

Gambar 4.8
Tingkat Urbanisasi di Indonesia Tahun 2007

Berdasarkan tabel diatas maka Provinsi yang paling besar Tingkat

urbanisasinya adalah DKI. Jakarta dengan angka 1 persen. Penyebab tingginya

angka Urbanisasi dikarenakan kebanyakan para kaum urban berharap mendapat

kesempatan untuk bekerja lebih baik daripada mereka kembali ke desanya dimana

tidak begitu banyak lapangan kerja yang tersedia. Sehingga dengan melakukan

Urbanisasi maka kehidupan mereka jauh lebih baik selain itu juga daerah

Universitas Sumatera Utara


perkotaan seperti Jakarta yang umumnya memiliki fasilitas yang lebih memadai

dan dibutuhkan oleh penduduk sehingga mengundang penduduk wilayah

perdesaan untuk berusaha di daerah perkotaan.

Provinsi yang paling sedikit tingkat urbanisasinya adalah Nusa Tenggara

Timur yakni 0.156 persen. Penyebab masih rendahnya tingkat urbanisasi di NTT

adalah peluang dan kesempatan untuk kerja kecil sehingga membuat penduduk

yang ingin melakukan urbanisasi tidak menjadikan NTT untuk dijadikan pilihan

urbanisasi. Rata-rata tingkat urbanisasi di Indonesia adalah sebesar 0.335.

4.8 Pembahasan

Dari analisa yang dilakukan maka diperoleh hasil yang diperlihatkan oleh

tabel berikut ini :

Tabel 4.9
Hasil Regresi
Variabel Terikat (Y) : Total Fertility Rate (TFR)
Variabel Koefisien Std. Error t-statistik Prob.
C 8.581030 3.945501 2.174890 0.0386
X1 0.042532 0.046510 0.914466 0.3686
X2 -0.911164 0.946160 -0.963013 0.3441
X3 -0.590014 0.213812 -2.759494 0.0103
X4 -0.519767 0.107240 -4.846775 0.0000
X5 -0.139553 0.083873 -1.663865 0.1077
2
R 0.664037
Adjust R2 0.601822
DW-stat 1.839270
F-statistik 10.67321
Prob(F-statistic) 0.000010
Sumber : Data Diolah dari Data Sekunder BPS, 2007

Model persamaan adalah sebagai berikut :

= α + β1 log X1 + β2 log X2 + β3 log X3 + β4 log X4 + β5 log X5 + µ .........(3)

Berdasarkan hasil regresi maka diperoleh hasil estimasi sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


= 8.581030 + 0.042532 log X1 − 0.911164 log X2 − 0.590014 log X3**

- 0.519767 log X4*** − 0.139553 log X5

*** signifikan pada derajat kepercayaan 1%

** signifikan pada derajat kepercayaan 5%

* signifikan pada derajat kepercayaan 10%

4.9 Interpretasi Model

Dari hasil estimasi di atas maka dapat dijelaskan pengaruh variabel

dependen terhadap variabel dependen sebagai berikut :

a. PDRB perkapita

PDRB perkapita mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan

terhadap jumlah anak yang dimiliki oleh seorang ibu atau TFR di Indonesia.

Tanda positif pada koefisien ini tidak sesuai hipotesis. Hal ini sesuai dengan teori

dari Leibenstein dalam tesis nya, dimana dijelaskan bahwa apabila pendapatan

naik, maka akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk. Hanya pada titik

tertentu, jika melampaui titik tersebut maka kenaikan PDRB perkapita akan

menurunkan tingkat fertilitas. Dan ketika pembangunan mencapai dalam tahap

maju maka laju pertumbuhan turun (Rismayadi, 2009:6).

Koefisien sebesar 0.042532 artinya jika PDRB perkapita meningkat

sebesar 1 persen maka akan meningkatkan jumlah anak yang dimiliki oleh ibu di

Indonesia sebesar 0.0425 persen, cateris paribus.

b. Angka Harapan Hidup Saat Lahir

Angka Harapan Hidup mempunyai pengaruh yang negatif terhadap

jumlah anak yang dimiliki oleh ibu atau TFR di Indonesia dan tidak berpengaruh

Universitas Sumatera Utara


nyata dengan besarrnya koefisien 0.911164 yang artinya jika Angka Harapan

Hidup meningkat sebesar 1 persen maka akan menurunkan TFR di Indonesia

sebesar 0.91 persen, cateris paribus.

c. Indeks Tingkat Pendidikan

Indeks Tingkat Pendidikan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap

jumlah anak yang dimiliki oleh ibu atau TFR di Indonesia dan berpengaruh nyata

pada tingkat kepercayaan 95% dengan besarrnya koefisien 0.590014 yang artinya

jika Index Tingkat Pendidikan meningkat sebesar 1 persen maka akan

menurunkan jumlah anak yang dimiliki oleh ibu di Indonesia sebesar 0.59 persen,

cateris paribus.

d. Wanita kawin umur 15-49 Tahun menggunakan alat kontrasepsi

Wanita kawin umur 15-49 Tahun menggunakan alat kontrasepsi

mempunyai pengaruh yang negatif terhadap jumlah anak yang dimiliki oleh ibu

atau TFR di Indonesia dan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99%

dengan besarnya koefisien 0.519767 yang artinya jika Wanita kawin umur 15-49

Tahun menggunakan alat kontrasepsi meningkat sebesar 1 persen maka akan

menurunkan jumlah anak yang dimiliki oleh ibu di Indonesia sebesar 0.52 persen,

cateris paribus.

e. Tingkat Urbanisasi

Tingkat Urbanisasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap jumlah

anak yang dimiliki oleh ibu atau TFR di Indonesia dan tidak berpengaruh nyata

dengan besarrnya koefisien 0.139553 yang artinya jika Tingkat Urbanisasi

meningkat sebesar 1 persen maka akan menurunkan TFR di Indonesia sebesar

0.14 persen, cateris paribus.

Universitas Sumatera Utara


4.10 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

4.10. 1. Koefesien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada Total Fertility Rate di Indonesia sebesar

0.664037. Artinya secara keseluruhan, variabel PDRB perkapita, Angka Harapan

Hidup, Index Tingkat Pendidikan, Wanita kawin umur 15-49 Tahun

menggunakan alat kontrasepsi, dan Tingkat Urbanisasi mampu menjelaskan

variasi perubahan variabel Total Fertility Rate sebesar 66.40 %. Sedangkan

sisanya sebesar 33.60 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam persamaan (error term).

4.10.2 Uji Parsial Test (t-stat)


Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk

mengetahui apakah masing – masing koefesien regresi signifikan atau tidak

terhadap variabel dependen dengan variabel yang konstan. Dalam uji ini

dipergunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = 0 (tidak signifikan)

Ha : bi ≠ 0 (signifikan)

a. Variabel PDRB Perkapita (X1)

Dari hasil analisa diketahui t-hitung = 0,914466

α 5 % = α, df = n – k – 1 = 33 – 6 – 1 = 26 maka t-tabel : 2,056

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.9
Kurva t-statistik variabel PDRB Perkapita (X1)
Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-2,056 0 0,914

Dari hasil regresi tersebut diketahui bahwa variabel PDRB Perkapita

(X1) berpengaruh tidak signifikan terhadap Total Fertility Rate (TFR) di 33

provinsi di Indonesia pada α 5 % dengan t-hitung < t-tabel (0,914 < 2,056) dengan

demikian hipotesa Ho diterima artinya variabel Indeks PDRB Perkapita tidak

berpengaruh nyata terhadap TFR pada tingkat kepercayaan 95%.

2. Variabel Angka Harapan Hidup Saat Lahir (X2)

Dari hasil analisa diketahui t-hitung -0.963013

α 5 % = α, df = n – k – 1 = 33 – 6 – 1 = 26 maka t-tabel : -2,056

Gambar 4.10
Kurva t-statistik variabel Angka Harapan Hidup (X2)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-2,056 -0,963 0 2,056

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil regresi tersebut diketahui bahwa variabel Angka Harapan

Hidup (X2) berpengaruh tidak signifikan terhadap Total Fertility Rate (TFR) di 33

provinsi di Indonesia pada α 5 % dengan -t-hitung > -t-tabel (-0,963 > -2,056) dengan

demikian hipotesa Ho diterima artinya variabel Angka harapan hidup tidak

berpengaruh nyata terhadap Total Fertility Rate pada tingkat kepercayaan 95%.

3. Variabel Indeks Tingkat Pendidikan (X3)

Dari hasil analisa diketahui t-hitung -2.759494

α 5 % = α, df = n – k – 1 = 33 – 6 – 1 = 26 maka t-tabel : -2,056

Gambar 4.11
Kurva t-statistik variabel Indeks Tingkat Pendidikan (X3)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-2,759 -2,056 0 2,056

Dari hasil regresi tersebut diketahui bahwa variabel Indeks Tingkat

Pendidikan (X3) berpengaruh signifikan terhadap Total Fertility Rate (TFR) di 33

provinsi di Indonesia pada α 5 % dengan -t-hitung < -t-tabel (-2,759 < -2,056) dengan

demikian hipotesa Ha diterima artinya variabel Indeks Tingkat Pendidikan

berpengaruh nyata terhadap Total Fertility Rate (TFR) pada tingkat kepercayaan

95%.

Universitas Sumatera Utara


4. Variabel wanita kawin umur 15-49 tahun yang menggunakan alat

kontrasepsi (X4)

Dari hasil analisa diketahui t-hitung -4.846775

α 1 % = α, df = n – k – 1 = 33 – 6 – 1 = 26 maka t-tabel : 2,779

Gambar 4.12
Kurva t-statistik variabel wanita kawin umur 15-49 tahun yang
menggunakan alat kontrasepsi (X4)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-4.846 -2,779 0 2,779

Dari hasil regresi tersebut diketahui bahwa variabel Wanita kawin

umur 15-49 Tahun yang menggunakan alat kontrasepsi (X4) berpengaruh

signifikan terhadap Total Fertility Rate (TFR) di 33 provinsi di Indonesia pada

α5% dengan -t-hitung < -t-tabel (-4,846 < -2,779) dengan demikian hipotesa Ha

diterima artinya variabel Wanita kawin umur 15-49 Tahun yang menggunakan

alat kontrasepsi berpengaruh nyata terhadap Total Fertility Rate (TFR) pada

tingkat kepercayaan 99%.

Universitas Sumatera Utara


5. Variabel Urbanisasi (X5)

Dari hasil analisa diketahui t-hitung -0.963013

α 5 % = α, df = n – k – 1

= 33 – 6 – 1

= 26 maka t-tabel : -1.663865

Gambar 4.13
Kurva t-statistik variabel Urbanisasi (X5)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-2,056 -1,664 0 2,056

Dari hasil regresi tersebut diketahui bahwa variabel Urbanisasi (X5)

berpengaruh tidak signifikan terhadap Total Fertility Rate (TFR) di 33 provinsi di

Indonesia pada α 5 % dengan -t-hitung > -t-tabel (-1,664 > -2,056) dengan demikian

hipotesa Ho diterima artinya variabel urbanisasi tidak berpengaruh nyata terhadap

Total Fertility Rate pada tingkat kepercayaan 95%.

4.10.3 Uji F-Statistik (Uji keseluruhan)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh dari

semua variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.

Berdasarkan estimasi diperoleh nilai F-hitung sebesar 10,67321

α =1 %, n = 33, k = 6

Universitas Sumatera Utara


df = (k-1,n-k-1)

= (6-1,33-6-1)

= (5,26) maka F-tabel = 3,82

Gambar 4.14
Kurva F-statistik

Ho diterima

Ho ditolak

0 3,82 10.67321

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima, dimana Fhitung > Ftabel

(10.67321 > 3,82), artinya variabel independen secara bersama-sama mampu

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel Total Fertility Rate, pada

tingkat kepercayaan 99 %.

4.11 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

4.11.1 Multikolinearitas

Untuk dapat mengetahui ada tidaknya multikolonieritas di dalam suatu

model maka dapat dilakukan dengan menggunakan Correlation Matrix, sebagai

berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 Correlation Matrix

C X1 X2 X3 X4 X5
C 15.56698 -3.478231 -0.125944 0.173769 0.015327 -0.007470
X1 -3.478231 0.895218 -0.029069 -0.025686 -0.028502 -0.008127
X2 -0.125944 -0.029069 0.045716 -0.003367 0.011668 0.000749
X3 0.173769 -0.025686 -0.003367 0.007035 -0.001988 -0.002245
X4 0.015327 -0.028502 0.011668 -0.001988 0.011500 0.000663
X5 -0.007470 -0.008127 0.000749 -0.002245 0.000663 0.002163
Sumber : Data Diolah

Dari Tabel 4.4 Correlation Matrix tersebut dapat diketahui bahwa tidak

terdapat hubungan yang erat antar variabel. Cara lain yang dapat digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2, Jika R-square

lebih kecil dari R adjusted maka tidak ditemukan multikokonieritas, namun

sebaliknya jika R square lebih besar daripada R adjusted, maka di dalam model

terdapat multikolonieritas. Berdasarkan hasil regresi pada penelitian ini R2 < R

adjusted (0,664< 0,602), sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model

penelitian ini tidak ditemukannya multikokonieritas.

4.11.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi apabila term of error (µ) dari peride waktu yang

berbeda berkolerasi. Dikatakan term of error mengalami korelasi serial apabila

variabel (ei.ji) ≠ 0 untuk i≠j dalam hal ini dapat dikatakan tidak memiliki masalah

masalah autokorelasi. Untuk mengetahui keberadaan autokorelasi dapat dilakukan

dengan uji D-W (Durbin Waston Test). Dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho :ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha :ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil regresi diperoleh DW hitung = 1.839270

k = 5 ; n = 33; α = 5 %

• dl = 1,13

• 4 – dl = 4 – 1,13 = 2.87

• du = 1,81

• 4 – du = 4 – 1,81 = 2,19

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai ada tidaknya autokorelasi dapat

dilihat pada kurva berikut ini :

Gambar 4.15
Kurva Durbin Watson

Inconclusive

Autokorelasi No Serial Correlation Autokorelasi

0 1,13 1,81 1,839 2 2,19 2,87

Dari Gambar 4.15 Di atas dapat dilihat bahwa nilai DW-hitung adalah

sebesar 1,83927 dan berada pada posisi du < DW< 4–du yaitu 1,81 < 1,839 < 2,19

ini berarti Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

Autokorelasi.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh PDRB Perkapita, Angka

harapan hidup, Indeks tingkat pendidikan, wanita berumur 15-49 tahun yang

menggunakan alat kontrasepsi dan tingkat urbanisasi terhadap Total Fertility Rate

(TFR) di 33 Provinsi di Indonesia, maka penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan yaitu :

1. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,664037. Nilai ini menggambarkan bahwa

secara bersama variabel bebas yang digunakan memiliki kemampuan

menjelaskan variasi perubahan Total Fertility Rate (TFR) adalah sebesar

66,4037%, sedangkan sisanya sebesar 33,5963% dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak disertakan dalam model estimasi.

2. Variabel Indeks Tingkat Pendidikan (X3) dan Persentase wanita berumur 15-

49 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi (X4) berpengaruh signifikan

terhadap Total Fertility Rate (TFR) di 33 provinsi di Indonesia pada masing-

masing α 5% dan 1%. Dengan demikian hipotesis Ha diterima artinya variabel

Indeks Tingkat Pendidikan dan Persentase wanita berumur 15-49 tahun yang

menggunakan alat kontrasepsi berpengaruh nyata terhadap Total Fertility Rate

(TFR) pada tingkat kepercayaan 95% dan 99%.

3. Variabel PDRB perkapita (X1), Angka harapan hidup saat lahir (X2) dan

Tingkat Urbanisasi (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap Total Fertility

Rate (TFR) di 33 provinsi di Indonesia pada α 5 %. Dimana, hipotesa Ha

diterima pada tingkat kepercayaan 95%.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

1. Perlunya peningkatan layanan pendidikan penduduk agar dapat memperoleh

tingkat pendidikan yang lebih baik, sehingga dapat menurunkan tingkat

kesuburan. Hal ini tentunya berdampak kepada penurunan fertilitas.

2. Perlunya peningkatan kesejahteraan pada pegawai Badan Koordinasi Keluarga

Berencana yang sangat membantu dalam menurunkan fertilitas melalui

kegiatan memberikan penyuluhan terhadap wanita dalam pemakaian

kontrasepsi.

3. Peran dari pemerintah tentunya sangat diharapkan dalam mengendalikan

Angka Fertilitas Total di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup dan taraf hidup masyarakat Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abdurachim, Iih. 1973. Pengantar Masalah Penduduk. Bandung : Penerbit


Alumni.

Barclay, George W. 1990. Teknik Analisa Kependudukan. Cetakan Kedua. Jakarta


: Rineka Cipta.

Biro Pusat Statistik. Indikator Kesejahteraan Rakyat di Indonesia. 2007.

Biro Pusat Statistik. Statistik Indonesia. 2007.

Brown, Lester R. 1986. Kembali di Simpang Jalan, Cetakan Kedua. Jakarta : CV.
Rajawali Jakarta.

Burhan, Lalu. 2009. Teori-teori Kebijaksanaan Kependudukan. (online), diakses


27 Desember 2009

Hatmadji, Sri Harjati. 2004. Dasar-dasar Demografi. Edisi 2004. Jakarta :


Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Lidya, Yesi. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengatuhi Tingkat Kematian


Bayi di kota Medan (tidak dipublikasikan).

Lucas, David dkk. 1990. Pengantar kependudukan, Cetakan Keempat.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Mundiharno. 1997. Beberapa Teori Fertilitas. (online), diakses 29 Desember


2009.

Universitas Sumatera Utara


Nazmi, Jahratun. 2009. Analisis Pengaruh Tingkat Urbanisasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (tidak dipublikasikan).

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan
Eviews dalam Ekonometrika. Medan : USU Press.

Purba, Sonder M. 2009.Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat


Kepadatan Penduduk di kota Medan (tidak dipublikasikan).

Rismayadi, Budi. 2009. Materi Kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan.


Jakarta:http://cdn.optmd.com/V2/67777/120587/index.html?g=&r=budiri
smayadi.tripod.com/ekbang.htm.

Ritonga, Abdurrahman dkk. 2003. Kependudukan dan Lingkungan Hidup,


Cetakan Kedua. Jakarta : Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Rujiman. 2007. Analisis Faktor-faktor Penentu Fertilitas di Negara-negara Asia,


Wahana Hijau, Medan.

Salladien. 2003. Strategi Pembangunan Kependudukan dan Kebijakan yang


ditempuh di Era Global. Malang : Departemen Pendidikan nasional
Universitas Negeri Malang.

Todaro, Michael P, dan Smith, Stephen C, 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia


Ketiga Edisi Kedelapan, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

Total Fertility Rate (TFR) Provinsi di Indonesia

No Nama Provinsi TFR


1 N.A. Darussalam 3.1
2 Sumatera Utara 3.8
3 Sumatera Barat 3.4
4 Riau 2.7
5 Jambi 2.8
6 Sumatera Selatan 2.7
7 Bengkulu 2.4
8 Lampung 2.5
9 Kep. Bangka Belitung 2.5
10 Kep. Riau 3.1
11 DKI. Jakarta 2.1
12 Jawa Barat 2.6
13 Jawa Tengah 2.3
14 D. I. Yogyakarta 1.8
15 Jawa Timur 2.1
16 Banten 2.6
17 Bali 2.1
18 Nusa Tenggara Barat 2.8
19 Nusa Tenggara Timur 4.2
20 Kalimantan Barat 2.8
21 Kalimantan Tengah 3.0
22 Kalimantan Selatan 2.6
23 Kalimantan Timur 2.7
24 Sulawesi Utara 2.8
25 Sulawesi Tengah 3.3
26 Sulawesi Selatan 2.8
27 Sulawesi Tenggara 3.3
28 Gorontalo 2.6
29 Sulawesi Barat 3.5
30 Maluku 3.9
31 Maluku Utara 3.2
32 Papua Barat 2.9
33 Papua 3.4
Indonesia

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan

NO PROVINSI PDRB Perkapita


1 Naggroe Aceh Darussalam 8532088
2 Sumatera Utara 7775393
3 Sumatera Barat 7006092
4 Riau 17001395
5 Jambi 5205741
6 Sumatera Selatan 7872137
7 Bengkulu 4335452
8 Lampung 4485039
9 Kep. Bangka Belitung 8552842
10 Kep. Riau 24921649
11 DKI Jakarta 36733181
12 Jawa Barat 6793989
13 Jawa Tengah 4913801
14 DI Yogyakarta 5325762
15 Jawa Timur 7800779
16 Banten 6902711
17 Bali 6752442
18 Nusa Tenggara Barat 3812582
19 Nusa Tenggara Timur 2450599
20 Kalimantan Barat 6284710
21 Kalimantan Tengah 7767327
22 Kalimantan Selatan 7631654
23 Kalimantan Timur 32334164
24 Sulawesi Utara 6588273
25 Sulawesi Tengah 5710602
26 Sulawesi Selatan 5367670
27 Sulawesi Tenggara 4593440
28 Gorontalo 2435835
29 Sulawesi Barat 3509340
30 Maluku 2790769
31 Maluku Utara 2648775
32 Papua Barat 8288162
33 Papua 9513757

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

ANGKA HARAPAN HIDUP

NO PROVINSI ANGKA HARAPAN HIDUP


SAAT LAHIR
1 Naggroe Aceh Darussalam 69.0
2 Sumatera Utara 71.6
3 Sumatera Barat 70.5
4 Riau 71.9
5 Jambi 70.3
6 Sumatera Selatan 70.9
7 Bengkulu 69.9
8 Lampung 70.9
9 Kep. Bangka Belitung 70.7
10 Kep. Riau 72.3
11 DKI Jakarta 75.8
12 Jawa Barat 70.3
13 Jawa Tengah 72.1
14 DI Yogyakarta 75.5
15 Jawa Timur 71.0
16 Banten 69.2
17 Bali 74.1
18 Nusa Tenggara Barat 66.0
19 Nusa Tenggara Timur 69.1
20 Kalimantan Barat 70.2
21 Kalimantan Tengah 71.7
22 Kalimantan Selatan 68.4
23 Kalimantan Timur 72.5
24 Sulawesi Utara 74.4
25 Sulawesi Tengah 68.2
26 Sulawesi Selatan 70.2
27 Sulawesi Tenggara 69.7
28 Gorontalo 69.2
29 Sulawesi Barat 70.2
30 Maluku 69.0
31 Maluku Utara 68.3
32 Papua Barat 69.0
33 Papua 69.3

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

INDEKS TINGKAT PENDIDIKAN

NO PROVINSI BUTA RATA-RATA INDEKS


HURUF LAMA
SEKOLAH
1 Naggroe Aceh Darussalam 4.87 8.3 61.615
2 Sumatera Utara 2.96 8.5 59.045
3 Sumatera Barat 3.51 8.2 58.270
4 Riau 2.47 8.2 56.190
5 Jambi 4.61 7.6 56.720
6 Sumatera Selatan 3.03 7.5 52.935
7 Bengkulu 5.44 7.8 59.630
8 Lampung 6.10 7.2 57.20
9 Kep. Bangka Belitung 4.76 7.2 54.52
10 Kep. Riau 3.97 8.9 63.565
11 DKI Jakarta 1.17 10.1 65.465
12 Jawa Barat 4.15 7.5 55.175
13 Jawa Tengah 10.09 6.8 62.680
14 DI Yogyakarta 11.14 8.6 76.03
15 Jawa Timur 11.34 6.9 65.805
16 Banten 4.24 7.7 56.605
17 Bali 12.68 7.6 72.86
18 Nusa Tenggara Barat 17.56 6.5 75.745
19 Nusa Tenggara Timur 11.47 6.4 62.94
20 Kalimantan Barat 9.39 6.6 60.03
21 Kalimantan Tengah 3.02 7.7 54.165
22 Kalimantan Selatan 5.33 7.3 56.285
23 Kalimantan Timur 3.87 8.7 62.115
24 Sulawesi Utara 1.06 8.7 56.495
25 Sulawesi Tengah 4.71 7.7 57.545
26 Sulawesi Selatan 12.28 7.2 69.560
27 Sulawesi Tenggara 8.36 7.7 64.845
28 Gorontalo 4.19 6.9 51.505
29 Sulawesi Barat 12.14 6.5 64.905
30 Maluku 2.84 8.5 58.805
31 Maluku Utara 4.78 7.8 58.310
32 Papua Barat 9.38 7.7 66.885
33 Papua 23.15 6.5 86.925

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5

WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN YANG MENGGUNAKAN ALAT

KONTRASEPSI

NO PROVINSI WANITA 15-49 THN YANG


MENGGUNAKAN ALAT
KONTRASEPSI
1 Naggroe Aceh Darussalam 42.80
2 Sumatera Utara 45.53
3 Sumatera Barat 48.37
4 Riau 54.17
5 Jambi 64.66
6 Sumatera Selatan 61.97
7 Bengkulu 67.30
8 Lampung 64.03
9 Kep. Bangka Belitung 63.57
10 Kep. Riau 51.20
11 DKI Jakarta 54.69
12 Jawa Barat 62.28
13 Jawa Tengah 60.65
14 DI Yogyakarta 56.11
15 Jawa Timur 59.65
16 Banten 56.64
17 Bali 67.22
18 Nusa Tenggara Barat 52.44
19 Nusa Tenggara Timur 34.35
20 Kalimantan Barat 61.26
21 Kalimantan Tengah 67.46
22 Kalimantan Selatan 63.27
23 Kalimantan Timur 55.80
24 Sulawesi Utara 67.07
25 Sulawesi Tengah 56.83
26 Sulawesi Selatan 43.67
27 Sulawesi Tenggara 46.61
28 Gorontalo 64.22
29 Sulawesi Barat 38.47
30 Maluku 30.09
31 Maluku Utara 41.90
32 Papua Barat 28.29
33 Papua 31.92

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

TINGKAT URBANISASI

NO PROVINSI TINGKAT URBANISASI


1 Naggroe Aceh Darussalam 0.380
2 Sumatera Utara 0.459
3 Sumatera Barat 0.299
4 Riau 0.366
5 Jambi 0.272
6 Sumatera Selatan 0.335
7 Bengkulu 0.284
8 Lampung 0.209
9 Kep. Bangka Belitung 0.409
10 Kep. Riau 0.794
11 DKI Jakarta 1
12 Jawa Barat 0.516
13 Jawa Tengah 0.405
14 DI Yogyakarta 0.591
15 Jawa Timur 0.408
16 Banten 0.528
17 Bali 0.507
18 Nusa Tenggara Barat 0.353
19 Nusa Tenggara Timur 0.156
20 Kalimantan Barat 0.269
21 Kalimantan Tengah 0.289
22 Kalimantan Selatan 0.381
23 Kalimantan Timur 0.565
24 Sulawesi Utara 0.373
25 Sulawesi Tengah 0.199
26 Sulawesi Selatan 0.302
27 Sulawesi Tenggara 0.218
28 Gorontalo 0.260
29 Sulawesi Barat 0.299
30 Maluku 0.287
31 Maluku Utara 0.245
32 Papua Barat 0.250
33 Papua 0.261

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7

HASIL REGRESI

Dependent Variable: LGTFR


Method: Least Squares
Date: 01/12/10 Time: 10:21
Sample: 1 33
Included observations: 33

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8.581030 3.945501 2.174890 0.0386


LGANGHARDUP -0.911164 0.946160 -0.963013 0.3441
LGINDEX -0.590014 0.213812 -2.759494 0.0103
LGPDRBKONS 0.042532 0.046510 0.914466 0.3686
LGURB -0.139553 0.083873 -1.663865 0.1077
LGWANITA -0.519767 0.107240 -4.846775 0.0000

R-squared 0.664037 Mean dependent var 1.033726


Adjusted R-squared 0.601822 S.D. dependent var 0.189423
S.E. of regression 0.119529 Akaike info criterion -1.247555
Sum squared resid 0.385752 Schwarz criterion -0.975463
Log likelihood 26.58466 F-statistic 10.67321
Durbin-Watson stat 1.839270 Prob(F-statistic) 0.000010

CORRELATION MATRIX
LGANGH LGPDRBKON
C LGINDEX LGURB LGWANITA
ARDUP S
C 15.56698 -3.478231 -0.125944 0.173769 0.015327 -0.007470
LGAN
GHAR -3.478231 0.895218 -0.029069 -0.025686 -0.028502 -0.008127
DUP
LGIND
-0.125944 -0.029069 0.045716 -0.003367 0.011668 0.000749
EX
LGUR
0.173769 -0.025686 -0.003367 0.007035 -0.001988 -0.002245
B
LGWA
0.015327 -0.028502 0.011668 -0.001988 0.011500 0.000663
NITA
LGPD
RBKO -0.007470 -0.008127 0.000749 -0.002245 0.000663 0.002163
NS

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : M. Radifan

NIM : 060501071

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi

Adalah benar telah membuat skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Fertilitas di Indonesia”, guna memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Medan, 14 Juni 2010

Yang membuat pernyataan,

( M. Radifan )
NIM : 060501071

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai