FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Oleh :
M. RADIFAN
060501071
Ekonomi Pembangunan
Medan
2010
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
Hari :
Tanggal :
Nama : M. Radifan
NIM : 060501071
Konsentrasi : Perencanaan
FERTILITAS DI INDONESIA
Tanggal
Pembimbing Skripsi,
( Drs. Rujiman, MA )
NIP. 19510421 198203 1 002
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
Hari :
Tanggal :
Nama : M. Radifan
Nim : 060501071
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentarsi : Perencanaan
Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FERTILITAS DI INDONESIA
Penguji I Penguji II
Nama : M. Radifan
Nim : 060501071
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Konsentarsi : Perencanaan
Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FERTILITAS DI INDONESIA
Tanggal Dekan,
The purpose of this study is to analyze the factors that affect fertility or
Total Fertility Rate (TFR) of 33 provinces in Indonesia in 2007. The independent
variables that used in this study are GDP per capita, life expectacy at birth,
education index, percentage of women which 15-49 years old are using
contraception, and urbanization rate.
Data used in this research is secondary data in the form of a cross section
obtained from the Central Statistics Agency (BPS) in 2007. Research method that
used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.
The result of the study shows that simultaneously, all of the independent
variables are significant in influencing Total Fertility Rate (TFR) 33 provinces in
Indonesia. As partial, regression result shows that education index and percentage
of women which 15-49 years old are using contraception have influence on Total
Fertility Rate (TFR) 33 provinces in Indonesia in 2007 and both are statistically
significant at alpha 5% and 1%.
Kata kunci : Angka kelahiran total, PDRB perkapita, angka harapan hidup
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis guna memenuhi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari
pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud. Untuk itu, pada kesempatan ini
kepada :
1. Dengan rasa hormat kepada kedua orang tuaku Khairul, SE dan Rita Sufleni
yang telah mendukung dengan do’a dan kasih sayang yang ternilai.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Penasehat Akademik selama
7. Bapak H.B. Tarmizi, SE, MSi selaku dosen penguji I dan Bapak Paidi
Hidayat,SE, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi saran
9. Kepada saudaraku, uni Rikha Sarah, uda M. Iqsas Fadillah dan adikku Aina
10. Kepada sahabat-sahabatku dan juga anak-anak EP’06 terima kasih atas
pengetahuan.
Penulis
( M. Radifan)
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
Ekonomi ............................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4.5 PDRB perkapita atas Harga Konstan Indonesia tahun 2007 ............. 77
4.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir di Indonesia Tahun 2007 ............ 80
Lampiran Judul
6 Tingkat Urbanisasi
The purpose of this study is to analyze the factors that affect fertility or
Total Fertility Rate (TFR) of 33 provinces in Indonesia in 2007. The independent
variables that used in this study are GDP per capita, life expectacy at birth,
education index, percentage of women which 15-49 years old are using
contraception, and urbanization rate.
Data used in this research is secondary data in the form of a cross section
obtained from the Central Statistics Agency (BPS) in 2007. Research method that
used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.
The result of the study shows that simultaneously, all of the independent
variables are significant in influencing Total Fertility Rate (TFR) 33 provinces in
Indonesia. As partial, regression result shows that education index and percentage
of women which 15-49 years old are using contraception have influence on Total
Fertility Rate (TFR) 33 provinces in Indonesia in 2007 and both are statistically
significant at alpha 5% and 1%.
Kata kunci : Angka kelahiran total, PDRB perkapita, angka harapan hidup
PENDAHULUAN
daya yang melekat, dan pewujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya
(Lucas,1982:1).
Jumlah penduduk di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 yaitu sebesar 236.400.000 jiwa.
Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen bila dibandingkan dengan
tahun 2007 dengan jumlah penduduk 232.900.000 jiwa. Pada tahun 2007,
302.711.006 jiwa.
banyaknya bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu
dilahirkan setiap wanita. Kebaikan dari teknik ini adalah merupakan ukuran
untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan angka kelahiran
menurut kelompok umur, berbeda dengan teknik yang lain yang perhitungannya
tidak memisahkan antara penduduk laki-laki dan perempuan serta tingkat usia
Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost)
nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan
kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga
tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar
kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesuburan. Semakin
kesehatan yang dapat diwakili dengan angka harapan hidup dan penggunaan alat
kontrasepsi bagi wanita usia 15-49 yang berstatus kawin. Keduanya berpengaruh
satu negara yang paling banyak penduduknya. Adapun jumlah penduduk dan
Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 1.1
Dari data yang terdapat pada tabel 1.1 di atas maka dapat kita lihat
berkurangnya jumlah penduduk Indonesia setiap tahun. Hal ini tentunya juga
tidak lepas dari pengaruh tiap provinsi yang ada di Indonesia. Dimana, setiap
terjadi antar provinsi ini juga disebabkan oleh faktor urbanisasi. Dengan
Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang berkaitan dengan faktor-faktor
Fertilitas di Indonesia”.
Indonesia?
fertilitas di Indonesia?
fertilitas di Indonesia?
dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji secara empiris.
berikut:
di Indonesia.
pengetahuan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fertilitas
yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas
ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan
Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
(Mantra, 2003:145).
perempuan unuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi hanya
mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat
melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada
hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai
seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.
kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri
dari :
hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau
Dimana :
karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan
CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
B : Jumlah kelahiran
Tahun
Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat
daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau
sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini
c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate
(ASFR)
tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut:
lain.
pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga,
ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada
Dimana:
cermat dari GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk ke
terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut
laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa
reproduksinya
2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi
bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat
fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total
TFR = 5 (i = 1,2,…..)
Dimana:
Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk
seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran
a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan
wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan
CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak
CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah
5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan
CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat
pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di
Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan
namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar.
khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR
selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga, tidak
Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini,
Pada abad ke -20, nampaknya fertilitas telah turun di banyak Negara baik
penurunan pada fertilitas juga dibarengi dengan penurunan pada mortalitas, hal ini
demografi”.
Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi
stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali
kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap
demografi.
Tabel 2.1
Tingkat Kelahiran
I II III
Tingkat Kematian
A B C D E
Dari gambar 2.1 diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di bagi atas
tiga tahap yaitu I,II dan III. Pada transisi pertama (pre-transitional) yaitu dari A
pertumbuhan sedang atau tinggi. Pada transisi ke dua ini dibagi lagi menjadi tiga
tahap yaitu :
cenderung meningkat.
rendah dan tidak berubah atau menurunnya hanya sedikit, sedangkan angka
dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Di tingkat inilah kelahiran dan
17. Pada sekitar tahun 1665 penduduk dunia diperkirakan sebesar 500 juta atau ½
Milyar. Penduduk dunia kemudian menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu 200
tahun yaitu pada tahun 1850. Dalam jangka waktu 80 tahun kemudian penduduk
dunia menjadi dua kali lipat lagi, yaitu pada tahun 1930. Sedangkan untuk
kita melihat adanya penemuan Penicillin pada tahun 1930 dan program kesehatan
masih tetap tinggi sehingga membuat selisih antara kedua angka tersebut makin
Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798
(seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan
berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari
kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu
makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Hal ini jelas
128, 256, and the substance as 1,2,3,4,5,6,7,8,9. In two centuries the population
and in two thousand years the difference would be almost incalculable… (Mantra,
2003:51)
preventive checks, dan positive checks. Preventive checks dapat dibagi menjadi
dua, yaitu: moral restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri) yaitu
segala usaha untuk mengekang nafsu seksual, dan vice pengurangan kelahiran
promiscuity, adultery.
Tabel 2.2
kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung
Positive checks dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu: vice dan misery.
Vice (kejahatan) ialah segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti
kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemic, bencana alam, kelaparan,
menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumya gagasan yang dicetuskan
Malthus dalam abad ke-18 pada masa itu dianggap sangat aneh. Asumsi yang
mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah
penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat diterima oleh akal sehat. Dunia baru
( Amerika, Afrika, Australia, dan Asia) dengan sumber daya alam yang
berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa
Barat). Mereka mempekirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan
dapat dihabiskan. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut:
4. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standard hidup
penduduk dinaikkan. Hal ini tidak dapat diperhitungkan oleh Malthus (Mantra,
2003:53).
berbeda-beda tetapi dalam satu hal mereka mempunyai pendapat yang sama yaitu
tetap. Menurut seorang tabib Inggris Thomas Jarold, daya biak (kemampuan
tenaga rohani dan jasmaninya. Karena itu, menurut pendapatnya, orang tidak usah
khawatir akan ketidak seimbangan antara jumlah penduduk dan bahan makanan,
mengingat bertambahnya kemajuan yang kini dapat dicapai oleh manusia yang
itu akan berkurang, ceteris paribus. Jika jumlah penduduk itu bertambah dan
berikut :
yang tidak mempunyai keturunan lagi. Begitu juga dalam keadaan yang
sedangkan bila bahan-bahan penghidupan itu mudah didapatkan maka hal ini akan
dinyatakan sebagai “Hukum yang agung dan nyata dari penduduk” atau (”The real
and the great law of human population”). Ia mengira, bahwa secara empiris ia
yang tinggi bersamaan dengan daya biak yang rendah. manusia adalah jenis
hewan yang paling maju dan kemampuan menurunkan keturunan adalah paling
semakin berkuranglah daya biaknya, sehingga akhirnya akan sampai kepada suatu
stasioner.
diperbaharui oleh Arsene Dumont. Inti dari teori Dumont ini adalah bahwa setiap
kedudukan sosialnya sepanjang hal itu masih dapat dilakukan. Dan hal ini
diwariskan oleh orang secara turun-temurun kepada keturunnnya. Setiap orang tua
lebih baik daripada yang telah dimilikinya. Yang mengharapkan keadaan yang
dalam permulaan abad ke-20 masih terdapat teori-teori lain mengenai masalah
penduduk. Prof. Gini yang teori nya disebut orang teori evolusi-sosial meneyebut
pendapatnya adalah sama dengan siklus hidup individu. Ada suatu masa
permulaan, dimana orang tumbuh dengan cepat menjadi besar yang kemudian
konsekuensi daripada ini penduduk bangsa itu akan tumbuh dalam jumlah yang
besar dan sejalan dengan ini, organisasi-organisasi dalam masyarakat pun akan
bertambahnya jumlah penduduk, tekanan hidup akan terasa dan ekspansi akan
bersifat biologi. Gini percaya bahwa faktor yang fundamental dalam berkurangya
penduduk adalah faktor biologi, yang tidak dapat ditandingi oleh faktor-faktor
sosial dan ekonomi. Permulaan pengurangan kelahiran itu akan berlaku pada
kelas-kelas sosial yang tinggi untuk selanjutnya meluas kepada kelas-kelas sosial
(Abdurachim,1973:21).
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai
moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan
…the only way to avoid that scenario is to bring the birth rate under
Menurut kelompok ini (yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul
Ehrlich). Pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya
Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah
tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Tiap
minggu lebih dari seratus juta bayi lahir di dunia, ini berarti satu juta lagi mulut
yang harus diberi makan. Mungkin pada permulaan abad ke-19 orang masih dapat
mengatakan bahwa apa yang diramalkan Malthus tidak mungkin terjadi tetapi
sekarang beberapa orang percaya bahwa hal itu terjadi dengan mengatakan “it has
angkasa menunjukkan bahwa bumi kita terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar
di ruang angkasa dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang
terbatas. Pada suatu saat, kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan
Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971,
menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai
makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini
lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun 1990 Ehrlich
bersama istrinya merevisi buku tersebut dengan judul yang baru “The Population
Explotion” yang isinya bahwa bom penduduk yang dikhawatirkan tahun 1968,
yang parah karena sudah terlalu banyaknya penduduk sangat merisaukan mereka.
…the poor are dying of hunger, while rich and poor alike are dying from
Pandangan mereka (Ehrlich dan Hardin) tentang masa depan dunia ini
sangat suram, namun demikian isu kependudukan ini sangat penting bagi seluruh
(Mantra,2003:53-54).
Pada tahun 1972, Meadow menerbitkan sebuah buku dengan judul “The
Limit to Growth”. Bagi penganut Malthus, buku ini merupakan karya yang
terbaik yang pernah diterbitkan, tetapi bagi penentang teori Malthus buku ini
dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang
masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipta) oleh
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beropersasi pada
suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB yang masih ada unsur inflasi
Dengan kata lain PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah
seluruh nilai barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi
didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga
Harga konstan artinya produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu.
Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga
konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat
perkapita.
PDRB perkapita diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun disuatu
wilayah atau daerah. Statistik ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator
kemakmuran, walaupun ukuran ini belum dapat diperoleh dari hasil bagi antara
disajikannya PDRB perkapita seluruh daerah kabupaten/ kota maupun antara satu
Metode tahap pertama dapai di bagi dalam dua metode yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah perhitungan dengan
menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan
berasal dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung dapat
a. Metode langsung :
1. Pendekatan produksi
dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan
c. Industri pengolahan
e. Bangunan
i. Jasa-jasa
j. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai
biaya (intermediate cost), yaitu bahan baku dari luar yang dipakai dalam
proses produksi. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut
2. Pendekatan pendapatan
oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah
tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bungamodal,
3. Pendekatan pengeluaran
akhir yang dilakukan dari suatu barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyedian produksi barang dan jasa
c. Konsumsi pemerintah
e. Perubahan stok adalah selisih antara awal tahun dengan akhir tahun dari
produksi.
Metode tidak langsung adalah suatu cara untuk menghitung nilai tambah
alokator yang digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat
data yang tersedia. Pada hakekatnya, pemakaian kedua metode tersebut akan
saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong
bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi
dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b) bila
waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal.
memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta
merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan
tersebut.
Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya
kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Di samping itu orang tua juga
tak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar
dengan income, biaya (langsung maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan
children dalam kaitan membuat latent demand menjadi efektif. Menurut Bulatao,
demand for children dipengaruhi (determined) oleh berbagai faktor seperti biaya
anak, pendapatan keluarga dan selera, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut ini :
Sumber : Mundiharno :7
Gambar 2.2
Model Robinson
praktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi,
di nilai dengan menilai angka harapan hidup. Angka harapan hidup suatu umur
didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur tepat X dalam situasi mortalitas
misalnya, merupakan rata-rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang
baru lahir. Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan indikator yang baik
kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dan masyarakat, karena dapat dipandang
sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara
kesehatan suatu masyarakat yakni dengan angka kematian bayi dan angka harapan
lelakinya berumur panjang, untuk menjaganya di hari tua dan meneruskan nama
keluarga. Sering kali seorang wanita harus beranak enam atau lebih supaya pasti
bahwa satu anak laki-laki dapat hidup sampai dewasa. Sebuah penelitian yang
pentingnya kepastian anak-anak dapat hidup terus sampai dewasa pada dorongan
untuk membina keluarga kecil. Dimana angka kematian sangat tinggi, disitu orang
tua berusaha mempunyai anak sebanyak mungkin. Dimana pada angka kematian
rendah dan angka harapan hidup atau umur perkiraan 50 tahun atau lebih, disitu
Adalah terdiri dari dua bagian, dimana bobot dua pertiganya untuk
kemampuan baca tulis dan bobot sepertiganya adalah untuk masa bersekolah
Indeks pendidikan =
yang merata adalah dengan melihat tinggi randahnya persentase penduduk yang
melek huruf. Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat
Masa bersekolah bruto dapat melebihi 100 persen hal ini dikarenakan
siswa yang tua dapat kembali bersekolah. Indeks Angka Melek Huruf ini dibatasi
dari yang berusia sekolah dasar, sekolah menegah, dan sekolah tingkat lanjut
terdaftar untuk belajar di sekolah yang satuannya dalam persen (Todaro, 2004
pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang
digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Sehingga hal ini
seandainya harga relatif atau biaya anak-anak meningkat akibat dari, misalnya,
pekerjaan, atau adanya undang-undang mengenai batas usia minimum bagi anak-
anak-anak “tambahan”.
kuantitas anak, atau memberi kesempatan kepada istri dan ibu untuk bekerja demi
adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan fertilitas dalam hal ini
pandangan hidup dan tata nilai orang sedemikian rupa sehingga ia tidak begitu
saja lagi menerima tata cara bertingkah laku tradisional orang tuanya atau tokoh
orang tua yang lain. Orang berpendidikan atau pandai baca-tulis lebih terbuka
pada pikiran-pikiran baru dan lebih banyak mempuyai kesempatan untuk bertemu
muka dengan “penyalur perubahan” seperti para perencana bidang kesehatan atau
pilihan antara bekerja dan membesarkan anak. Pendidikan yang lebih tinggi
mungkin pula berarti kehidupan ekonomi yang lebih terjamin, dan ini biasanya
berarti keluarga yang lebih kecil. Semua penjelasan ini menolong kita memahami
Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seseorang wanita
karena pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita melahirkan anak cukup
besar. Salah satu cara untuk menekan laju penduduk adalah melalui program
2.7.1 Kontrasepsi
b. Suntik
Alat Kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim, terbuat dari plastik halus
tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan
2.7.2 Kaitan antara Wanita umur 15-49 tahun yang menggunakan alat
Kingsley Davis dan Judith Blake yakni penurunan fertilitas diakibatkan oleh
adalah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Palmore dan Bulatao, dengan teori
sebagainya.
perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada. Pada gambar berikut
Gambar 2.3
1. Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk kota ; kota menjadi lebih padat
sebagai akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil kenaikan fertilitas
penghuni kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari desa yang
2. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai akibat dari
kota.
dalam suatu wilayah. Adapun perhitungannya dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana:
penduduk yang terpusat di suatu daerah perkotaan tertentu dapat diukur dengan
menggunakan primacy index, yaitu indeks yang menunjukkan dominasi suatu kota
melalui empat kota terbesar atau bisa juga dengan 11 kota terbesar sesuai dengan
K1
PI4 =
K2+K3+K4
usaha atau kegiatan di bidang transportasi, perdagangan dan jasa timbul dari
perguruan tinggi.
lancar.
yaitu sistem keruangan atau spatial system sebagai suatu titik tolak. Paradigma
yang dimaksud didasarkan pada pandangan adanya suatu sistem keruangan yang
lengkap (complete spatial system) yang melihat pusat dan tepi (core and
dalam pusat yang dinamis dan daerah tepi yang statis, teori ini menekankan
pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurut teori ini gerak langkah
kapasitas inovasi dan perubahan yang tinggi. Wilayah ini memiliki jaringan
yang terdiri dari pusat wilayah dan daerah tepi dapat digambarkan seperti gambar
dibawah ini. Sistem keruangan dalam paradigma ini dibagi dalam pusat wilayah
atau inti wilayah dengan simbol (I), dan daerah tepi dengan simbol (D). Pusat
wilayah ini memiliki potensi aktivitas ekonomi dan penanaman modal (E),
D
D
E S
M P
D
D
Gambar 2.4
Paradigma Urbanisasi
Keterangan :
E = aktivitas ekonomi
P = kekuatan politik
M = migrasi
penanaman modal di pusat wilayah banyak menarik modal daerah tepi untuk
dikembangkan di kota atau di pusat wilayah. Arusnya akan lebih besar arus
oleh daya tarik kota, karena adanya berbagai potensi pengembangan yang
ekonomi yaitu yang disebut dengan istilah growth pole atau ”kutub
pengaruh dalam pengembangan tata ruang dan pengembangan wilayah. Ini berarti
dapat terjadi adanya perubahan-perubahan nilai sosial ekonomi dari suatu tempat
tertentu, atau kota-kota tertentu yang berada dalam wilayah kutub pertumbuhan
itu.
konsentrasi industri pada suatu tempat tertentu yang semuanya saling berkaitan
melalui hubungan antara input dan output serta industri utama (propulsive
industry).
setiap wilayah pusat pertumbuhan karena melalui faktor ini akan diciptakan
a. Scale economics yaitu semacam keuntungan yang dapat timbul karena wilayah
beroperasi dengan skala besar karena adanya jaminan sumber bahan baku dan
pasar.
antar industri sehingga kebutuhan bahan baku dan pemasaran dapat dipenuhi
c. Urbanization yang timbul karena fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang
Kota disini diartikan sebagai central place yang menjadi badan penyalur
atau media penyalur yang efektif, dan kutub pertumbuhan disini diartikan sebagai
’engine’ of growth).
Dengan adanya teori kutub pertumbuhan ini maka arus migran dari tepi
pusat dan sebaliknya akan banyak terjadi, sehingga baik urbanisasi dalam artian
terhadap inovasi, budaya, dan teknologi baru dari kota, dan ini akan dapat
akan menekan penduduk terutama dapat ditelusuri pada pemikiran Arthur Lewis
Disektor pedesaan terjadi kelebihan supply tenaga kerja karena jumlah penduduk
yang besar tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang tersedia. Over supply
tenaga kerja ini ditandai dengan produk marginalnya yang nilainya nol dan tingkat
upah riil yang rendah. Nilai produk marginal nol artinya fungsi produksi di sektor
semakin rendah tingkat produktivitas tenaga kerja (Output per tenaga kerja).
Qp = Fp (Np)
mengurangi jumlah output di sektor tersebut, karena proporsi tenaga kerja kerja
terlalu banyak dibandingkan proporsi input lain seperti tanah dan kapital. Akibat
over supply tenaga kerja ini, upah atau tingkat pendapatan di pertanian/pedesaan
YP
Titik optimal
Increasing Fq ‘= 0
Titik optimal
return
Fq ‘< 0
NP
0
Gambar 2.5
kondisi pasar buruh seperti ini membuat produktivitas tenaga kerja sangat tinggi
dan nilai produk marginal dari tenaga kerja positif, yang menunjukkan bahwa
fungsi produksi belum mencapai titik yang optimal yang dapat dicapai. Tingginya
produktivitas membuat tingkat upah riil per pekerja di sektor perkotaan tersebut
juga tinggi.
perkotaan menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor
kedua. Maka terjadilah suatu proses migrasi dan urbanisasi. Tenaga kerja yang
urbanisasi tersebut. para kaum urban yang telah pindah dari desa ke kota banyak
oleh beberapa peneliti terdahulu melelui penelitian dalam bentuk jurnal ataupun
tersebut menjadi kajian yang digunakan penulis di daftar pustaka. Adapun para
kontrasepsi bagi wanita kawin usia 15-49 tahun, dan tingkat urbanisasi
Tingkat kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup saat lahir tidak
• Pendapatan
• Kesehatan
Jumlah • Pendidikan
Fertilitas
penduduk
• Penggunaan alat kontrasepsi wanita
• Tingkat urbanisasi
Kerangka Konseptual
penelitian bahwa independen yang terdiri dari Pendapatan (X1), Kesehatan (X2),
Pendidikan (X3), Penggunaan alat kontrasepsi wanita kawin umur 15-49 tahun
(X4), dan Tingkat urbanisasi (X5) mempengaruhi variabel dependen yaitu TFR
(Y).
METODE PENELITIAN
Harapan Hidup Saat Lahir, Indeks Tingkat Pendidikan, Wanita Kawin Umur 15-
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk cross section yang diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan
dengan penelitian ini, yakni melalui Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.
Selain itu data juga diperoleh melalui media internet serta surat kabar yang
Rate (TFR), PDRB Perkapita, Angka Harapan Hidup Saat Lahir, Tingkat
Di mana:
α = Intercept
βi = Koefisien regresi
(Persen)
µ = Term of error
Total (TFR) digunakan model Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk
regresi linear berganda. Adapun spesifikasi model penelitian ini sebagai berikut:
<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada PDRB perkapita (X1) sebesar 1
<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada Angka harapan hidup saat lahir
<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada Indeks Tingkat Pendidikan (X3)
<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada Wanita Berumur 15-49 yang
ceteris paribus.
<0 Artinya jika terjadi kenaikan pada Tingkat Urbanisasi (X5) sebesar
terhadap variabel dependen . Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0< R2 ≤1). Jika
bebas kecil terhadap variabel terikat. Nilai R2 dapat diperoleh dengan rumus:
(independen) terhadap variabel terikat (dependen). Bila nilai t-hitung > t-tabel
maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak (Ha diterima), hal ini berarti
terhadap variabel dependen. Sebaliknya, bila nilai t-hitung < t-tabel pada tingkat
independen yang diuji tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap
(bi − b )
t-hitung =
Sbi
Dimana:
dependen.
demikian, hasil uji F yang signifikan akan menyebabkan nilai R2 yang diperoleh
secara statistik tidak sama dengan nol (R2≠0). Pengujian ini menggunakan
F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen
R 2 (k − 1)
F-hitung =
( )
1 − R 2 (n − k )
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah sampel
3.7.1 Multikolinearity
mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2, F-hitung, t-
10%
independen
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model regresi
E (µ i : µ j ) = 0 i ≠ j
Dw-hitung = ∑ (e − e
t t −1 )2
∑e
2
t
Kurva Durbin-Watson
Keterangan :
1. Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) adalah jumlah rata-rata anak
yang dilahirkan setiap wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan
3. Angka harapan hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani
oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu, dinyatakan dalam tahun.
dengan menggunakan indikator tingkat buta huruf dengan rata-rata lama sekolah,
perkotaan di suatu Negara pada suatu tahun tertentu dinyatakan dalam persen.
pulau besar maupun kecil. Indonesia diapit oleh dua benua yaitu Australia dan
Asia serta dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia. Jarak
antara dua tempat di Indonesia dari barat ke timur adalah 5110 km sedangkan dari
Indonesia merupakan Negara bahari dengan luas lautnya sekitar 7,9 juta
kilometer persegi (km2) (termasuk daerah Zona Ekonomi Ekslusif) atau 81 persen
dari luas keseluruhan dan mempunyai garis pantai nomor dua terpanjang di dunia
setelah Kanada. Luas daratan Indonesia sekitar 1,91 juta km2. Mempunyai
puluhan atau mungkin ratusan gunung api dan sungai. Sehubungan dengan letak
yang dikelilingi beberapa samudera, serta banyak terdapat gunung berapi yang
Indonesia terletak antara 6008' Lintang Utara dan 11015' Lintang Selatan
dan antara 94045' Bujur Timur dan 141005' Bujur Timur. Negara kesatuan yang
berbentuk republik ini sejak tahun 2005 dibagi menjadi 33 provinsi dengan
adanya tambahan 3 provinsi baru yaitu Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Irian
Barat. Pada tahun 2007, provinsi-provinsi tersebut terdiri dari 370 kabupaten, 95
penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin bertiup dari
Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim
kemarau. Sebaliknya, pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang
banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga
terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2006,
suhu udara rata-rata berkisar antara 23,44 derajat Celcius sampai 28,68 derajat
Celcius. Suhu udara maksimum terjadi di stasiun Perak-Jawa Timur, yaitu sebesar
tahun 2006 rata-rata berkisar antara 70,70 persen (DKI Jakarta-Maritim Tanjung
compotition, changes there in and the components of such changes which maybe
(change of states)”.
kondisi masyarakat di daerah tersebut baik secara kultural ataupun secara sosial.
dari segi kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan juga migrasi dimana
Karakteristik Penduduk
-jumlah
-persebaran
-komposisi
G penduduk
Peoses Demografi :
-kematian
Hhht
-kelahiran
-migrasi
-sosiologi
-antropologi
Gambar : 4.1
Hubungan variabel demografi dengan variabel demografi dan hubungan
variabel demografi dan variabel non demogfrafi
demografi dan apabila bergabung dengan variabel non demgrafi maka akan
lingakaran I dan lingkaran II, mengartikan adanya hubungan timbal balik antara
mendalam hubungan antara variabel demografi dan variabel non demografi yang
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 adalah sebesar 205,1 juta
jiwa. Jumlah penduduk tahun 2000 ini tidak mencakup penduduk tidak bertempat
tinggal tetap sebesar 421.399 jiwa. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005
adalah 218,9 juta jiwa dan meningkat menjadi 228,5 juta jiwa pada tahun 2008.
Laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang cukup cepat sejak tahun
1980, yaitu dari 1,97 persen selama periode 1980-1990 menjadi 1,45 persen per
tahun selama periode 1990-2000, kemudian menurun lagi menjadi 1,36 persen per
Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara. Seperti yang dapat dilihat dari Tabel 4.1
berikut ini :
Penduduk (ribu)
No Nama Provinsi
2000 2005 2007
1 N.A. Darussalam 3929,3 4032,5 4223,8
2 Sumatera Utara 11642,6 12451,0 12834,4
3 Sumatera Barat 4248,5 4567,2 4697,8
4 Riau 4948,0 4835,9 5071,0
5 Jambi 2407,2 2650,5 2742,2
6 Sumatera Selatan 6210,8 6815,9 7020,0
7 Bengkulu 1455,5 1566,1 1616,7
8 Lampung 6730,8 7087,4 7289,8
9 Kep. Bangka Belitung 900,0 1074,8 1106,7
10 Kep. Riau - 1278,9 1392,9
11 DKI. Jakarta 8361,0 8892,3 9064,6
12 Jawa Barat 35724,0 39150,6 40329,1
13 Jawa Tengah 31223,0 31873,5 32380,3
14 D. I. Yogyakarta 3121,1 3365,5 3434,5
15 Jawa Timur 34766,0 36481,8 36895,6
16 Banten 8098,1 9071,1 9423,4
17 Bali 3150,0 3405,4 3479,8
18 Nusa Tenggara Barat 4008,6 4149,1 4292,5
19 Nusa Tenggara Timur 3823,1 4279,5 4448,9
20 Kalimantan Barat 4016,2 4037,2 4178,5
21 Kalimantan Tengah 1855,6 1969,7 2028,3
22 Kalimantan Selatan 2984,0 3296,6 3396,7
23 Kalimantan Timur 2451,9 2887,1 3024,8
24 Sulawesi Utara 2000,9 2143,8 2186,8
25 Sulawesi Tengah 2176,0 2312,0 2396,2
26 Sulawesi Selatan 8050,8 7489,7 7700,3
27 Sulawesi Tenggara 1820,3 1945,1 2031,5
28 Gorontalo 833,5 936,3 960,3
29 Sulawesi Barat - 985,7 1016,7
30 Maluku 1166,3 1264.8 1302,0
31 Maluku Utara 815,1 914,1 944,3
32 Papua Barat - 688,2 716,0
33 Papua 2213,8 1934,7 2015,6
Indonesia 205132,0 219852,0 225619,0
Sumber : Statistik Indonesia 2007, BPS
besar penduduk masih terpusat di pulau Jawa. Data tahun 2008 menunjukkan
sekitar 58% penduduk tinggal di Pulau Jawa. Dari jumlah tersebut, 17,91 persen
penduduk tinggal di provinsi Jawa Barat, 14,28 persen di Jawa Tengah, dan 16,23
persen di jawa Timur. Sementara, Luas Pulau Jawa secara keseluruhan hanya
Tabel 4.2
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
perempuan
35-39
laki-laki
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Gambar 4.2
Piramida Penduduk Indonesia
agar pendapatan masyarakat naik secara real dan tingkat pemerataannya semakin
baik sesuai dengan yang digariskan dalam GBHN dan UUD 1945 yaitu mencapai
ketahun, disajikan melalui PDB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha
secara berkala pertumbuhannya. Jika terjadi pertumbuhan yang positif , hal ini
mengalami kenaikan sebesar 6,60 persen, angka lebih tinggi jika dibandingkan
Adapun sektor yang mengalami kenaikan yaitu sektor Listrik, Gas, dan
Air Bersih yaitu 10,40 persen, sektor konstruksi yaitu 8,61 persen, sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu 8,46 persen, sektor Keuangan dan jasa
Perusahaan yaitu 7,99 persen dan sektor jasa-jasa yaitu 6,60 persen.
Variabel demografi yang terdiri dari fertilitas, mortalitas dan migrasi juga
barang dan jasa dan mereka yang sedang aktif mencari nafkah (teori-teori
mengkonsumsi dan tidak memproduksi suatu barang dan jasa dilihat dari
M.Sc).
total atau TFR karena terdapat keungggulan pada pengukuran ini yang tidak ada
pada pengukuran fertilitas yang lain. Yang diukur pada TFR ini adalah seluruh
wanita usia15-49 tahun yang melahirkan bayi lahir hidup dihitung berdasarkan
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Bengkulu
Papua
Jambi
Bali
Sumatera Barat
Gorontalo
Riau
Banten
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat
Maluku
Papua Barat
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
Jawa Barat
Sulawesi Utara
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Naggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
DKI Jakarta
Sumatera Selatan
Kep. Riau
Kalimantan Selatan
Gambar 4.3
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur
memiliki TFR tertinggi sebesar 4.2 yang dimana rata-rata wanita usia 15-49
tahun mempunyai anak sekitar 4 orang anak. Tingginya angka TFR di NTT ini
tidak terlepas dari pengaruh Pendapatan perkapita di NTT yang termasuk kedua
yang TFR terkecil terdapat pada Provinsi D. I. Yogyakarta dengan TFR sebesar
1.8 yang artinya rata-rata wanita usia 15-49 tahun mempunyai anak dengan
Sementara itu pada Provinsi Sumatera Utara mempuyai TFR sebesar 3,8
yang dimana rata-rata ibu mempunyai anak 3 sampai 4 orang anak. Berdasarkan
tabel diatas dapat kita ketahui bahwa rata-rata wanita di Indonesia mempunyai
anak sebesar 2,8 orang anak hal ini dapat dikatakan bahwa rata-rata anak yang
lahir di Indonesia sekitar 2-3 orang saja dan hal ini hampir sesuai seperti
peningkatan yang cukup signifikan tetapi jika pertumbuhan penduduk tidak bisa
ekonomi maka dalam hal ini tidak dapat mengangkat tingkat kemakmuran
masyarakat.
Untuk itu PDBR perkapita sebagai salah satu alat pengukur tingkat
Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Barat, masing-masing 7,01 persen, 7,99 persen,
mempunyai PDRB terbesar. Nilai PDRB DKI Jakarta atas Rp 36.733.181 dasar
harga konstan pada tahun 2007 sebesar rupiah. Provinsi dengan PDRB terkecil
adalah Gorontalo dengan nilai PDRB Rp 2.435.835. Besaran PDRB per kapita
suatu daerah tergantung pada besaran PDRB suatu penduduk. Berdasarkan PDRB
per kapita atas dasar harga konstan dengan migas, Kalimantan Timur, DKI
Jakarta, Riau dan Kepulauan Riau merupakan provinsi yang mempunyai besaran
PDRB per kapita DKI Jakarta lebih kecil dari Kalimantan Timur karena
jumlah penduduk DKI Jakarta lebiuh besar dari Kalimantan Timur. Berdasarkan
harga berlaku, PDRB perkapita dengan migas di Kalimantan Timur, DKI Jakarta,
Riau dan Kepulauan Riau masing-masing sebesar 70,1 juta rupiah, 62,5 juta
35000000
30000000
25000000
20000000
15000000
10000000
5000000
Bali
Bengkulu
Riau
Banten
Sulawesi Tenggara
Papua
Lampung
Kalimantan Barat
Maluku
Papua Barat
Nusa Tenggara Barat
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Jambi
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Sumatera Utara
DKI Jakarta
Kep. Riau
Sumatera Barat
Gorontalo
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kep. Bangka Belitung
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Naggroe Aceh Darussalam
Sumatera Selatan
Gambar 4.4
PDRB Perkapita Provinsi di Indonesia Tahun 2007
Rata-rata hidup seseorang dapat dilihat melalui indikator kesehatan yakni Angka
Harapan Hidup. Angka harapan hidup menunjukkan seberapa jauh usia seseorang
kualitas hidup orang itu baik. Kualitas hidup orang tidak terlepas dari kesehatan
yang baik pula. Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan pengetahuan akan
pada akhirnya membuat orang sehat. Pada kaitannya dengan penurunan akan
kelahiran.
Papua
Jawa Timur
Lampung
Banten
Bengkulu
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Riau
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Bali
Sumatera Barat
Sulawesi Barat
Kep. Riau
DKI Jakarta
Maluku
Papua Barat
Naggroe Aceh Darussalam
Sulawesi Selatan
Jawa Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Gambar 4.5
Angka Harapan Hidup di Indonesia Tahun 2007
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat kita lihat bahwa Angka Harapan
Hidup yang paling rendah adalah pada Provinsi Nusa Tenggara Barat 66.0 dimana
usia rata-rata orang di Provinsi tersebut adalah 66 tahun. Rendahnya rata-rata usia
memadai terutama bagi masyarakat miskin dan yang tinggal di daerah terpencil
seperti di NTB serta serta perilaku hidup sehat yang belum menjadi budaya dalam
Jakarta sebesar 75.8 yang artinya rata-rata usia hidup orang disana sebesar 75-76
tahun. Hal ini diakibatkan karena pelayanan kesehatan yang baik, merata, akses
adalah tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Merujuk
pada amanat UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 31 ayat 2), maka melalui
Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), dan berbagai program pendukung lainnya
yang pada akhirnya akan menciptakan SDM yang tangguh, yang siap bersaing di
bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Makin rendah persentase penduduk
rata-rata lama sekolah dan tingkat buta huruf dalam bentuk persen dan dirata-
maka semakin rendah tingkat kesuburan orang tersebut hal ini berarti bahwa
Tabel 4.7
Indeks Tingkat Pendidikan Indonesia tahun 2007
Bali
Bengkulu
Riau
Banten
Sulawesi Tenggara
Papua
Lampung
Kalimantan Barat
Maluku
Papua Barat
Nusa Tenggara Barat
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Jambi
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Sumatera Utara
DKI Jakarta
Kep. Riau
Sumatera Barat
Gorontalo
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kep. Bangka Belitung
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Naggroe Aceh Darussalam
Sumatera Selatan
Gambar 4.6
Indeks Pendidikan Tahun 2007
yang paling tinggi adalah papua yakni sebesar 86,925 menunjukkan bahwa
pendidikan pada penduduk Papua sangat rendah hal ini dikarenakan terbatasnya
akses atas kebutuhan dasar pendidikan, putus sekolah karena alasan anak harus
angka 51,505 yang pengaruhnya tidak terlepas dari ketersediaan dan kualitas
pendidik yang memadai, kesejahteraan pendidik yang cukup baik, fasilitas belajar
penyuluhan kepada wanita usia produktif 15-49 tahun untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seseorang wanita
karena pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita melahirkan anak cukup
besar. Salah satu cara untuk menekan laju penduduk adalah melalui program
Keluarga Berencana (KB). Pada tahun 2007, proporsi wanita usia 15-49 tahun
yang berstatus kawin dan sedang menggunkan alat KB adalah sebesar 57,43
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Bengkulu
Papua
Jambi
Bali
Sumatera Barat
Gorontalo
Riau
Banten
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat
Maluku
Papua Barat
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
Jawa Barat
Sulawesi Utara
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Naggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
DKI Jakarta
Sumatera Selatan
Kep. Riau
Kalimantan Selatan
Gambar 4.7
Wanita 15-49 Tahun Yang Memakai Kontrasepsi
Pada tabel diatas dapat kita ketahui bahwa penduduk wanita yang paling
kontrasepsi adalah Papua Barat sebesar 28,29. Sementara pada Provinsi Sumatera
utara banyaknya yang memakai alat kontrasepsi wanita usia 15-49 tahun sebesar
45,03. Jumlah ini menunjukkan bahwa penduduk Sumut masih cukup tinggi
1,2
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Bengkulu
Papua
Jambi
Bali
Sumatera Barat
Gorontalo
Riau
Banten
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat
Maluku
Papua Barat
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
Jawa Barat
Sulawesi Utara
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Naggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
DKI Jakarta
Sumatera Selatan
Kep. Riau
Kalimantan Selatan
Gambar 4.8
Tingkat Urbanisasi di Indonesia Tahun 2007
kesempatan untuk bekerja lebih baik daripada mereka kembali ke desanya dimana
tidak begitu banyak lapangan kerja yang tersedia. Sehingga dengan melakukan
Urbanisasi maka kehidupan mereka jauh lebih baik selain itu juga daerah
Timur yakni 0.156 persen. Penyebab masih rendahnya tingkat urbanisasi di NTT
adalah peluang dan kesempatan untuk kerja kecil sehingga membuat penduduk
yang ingin melakukan urbanisasi tidak menjadikan NTT untuk dijadikan pilihan
4.8 Pembahasan
Dari analisa yang dilakukan maka diperoleh hasil yang diperlihatkan oleh
Tabel 4.9
Hasil Regresi
Variabel Terikat (Y) : Total Fertility Rate (TFR)
Variabel Koefisien Std. Error t-statistik Prob.
C 8.581030 3.945501 2.174890 0.0386
X1 0.042532 0.046510 0.914466 0.3686
X2 -0.911164 0.946160 -0.963013 0.3441
X3 -0.590014 0.213812 -2.759494 0.0103
X4 -0.519767 0.107240 -4.846775 0.0000
X5 -0.139553 0.083873 -1.663865 0.1077
2
R 0.664037
Adjust R2 0.601822
DW-stat 1.839270
F-statistik 10.67321
Prob(F-statistic) 0.000010
Sumber : Data Diolah dari Data Sekunder BPS, 2007
a. PDRB perkapita
terhadap jumlah anak yang dimiliki oleh seorang ibu atau TFR di Indonesia.
Tanda positif pada koefisien ini tidak sesuai hipotesis. Hal ini sesuai dengan teori
dari Leibenstein dalam tesis nya, dimana dijelaskan bahwa apabila pendapatan
naik, maka akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk. Hanya pada titik
tertentu, jika melampaui titik tersebut maka kenaikan PDRB perkapita akan
sebesar 1 persen maka akan meningkatkan jumlah anak yang dimiliki oleh ibu di
jumlah anak yang dimiliki oleh ibu atau TFR di Indonesia dan tidak berpengaruh
jumlah anak yang dimiliki oleh ibu atau TFR di Indonesia dan berpengaruh nyata
pada tingkat kepercayaan 95% dengan besarrnya koefisien 0.590014 yang artinya
menurunkan jumlah anak yang dimiliki oleh ibu di Indonesia sebesar 0.59 persen,
cateris paribus.
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap jumlah anak yang dimiliki oleh ibu
atau TFR di Indonesia dan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99%
dengan besarnya koefisien 0.519767 yang artinya jika Wanita kawin umur 15-49
menurunkan jumlah anak yang dimiliki oleh ibu di Indonesia sebesar 0.52 persen,
cateris paribus.
e. Tingkat Urbanisasi
anak yang dimiliki oleh ibu atau TFR di Indonesia dan tidak berpengaruh nyata
sisanya sebesar 33.60 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
terhadap variabel dependen dengan variabel yang konstan. Dalam uji ini
Ho : bi = 0 (tidak signifikan)
Ha : bi ≠ 0 (signifikan)
Ho diterima
-2,056 0 0,914
provinsi di Indonesia pada α 5 % dengan t-hitung < t-tabel (0,914 < 2,056) dengan
Gambar 4.10
Kurva t-statistik variabel Angka Harapan Hidup (X2)
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
Hidup (X2) berpengaruh tidak signifikan terhadap Total Fertility Rate (TFR) di 33
provinsi di Indonesia pada α 5 % dengan -t-hitung > -t-tabel (-0,963 > -2,056) dengan
berpengaruh nyata terhadap Total Fertility Rate pada tingkat kepercayaan 95%.
Gambar 4.11
Kurva t-statistik variabel Indeks Tingkat Pendidikan (X3)
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
provinsi di Indonesia pada α 5 % dengan -t-hitung < -t-tabel (-2,759 < -2,056) dengan
berpengaruh nyata terhadap Total Fertility Rate (TFR) pada tingkat kepercayaan
95%.
kontrasepsi (X4)
Gambar 4.12
Kurva t-statistik variabel wanita kawin umur 15-49 tahun yang
menggunakan alat kontrasepsi (X4)
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
α5% dengan -t-hitung < -t-tabel (-4,846 < -2,779) dengan demikian hipotesa Ha
diterima artinya variabel Wanita kawin umur 15-49 Tahun yang menggunakan
alat kontrasepsi berpengaruh nyata terhadap Total Fertility Rate (TFR) pada
α 5 % = α, df = n – k – 1
= 33 – 6 – 1
Gambar 4.13
Kurva t-statistik variabel Urbanisasi (X5)
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
Indonesia pada α 5 % dengan -t-hitung > -t-tabel (-1,664 > -2,056) dengan demikian
α =1 %, n = 33, k = 6
= (6-1,33-6-1)
Gambar 4.14
Kurva F-statistik
Ho diterima
Ho ditolak
0 3,82 10.67321
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel Total Fertility Rate, pada
tingkat kepercayaan 99 %.
4.11.1 Multikolinearitas
berikut :
C X1 X2 X3 X4 X5
C 15.56698 -3.478231 -0.125944 0.173769 0.015327 -0.007470
X1 -3.478231 0.895218 -0.029069 -0.025686 -0.028502 -0.008127
X2 -0.125944 -0.029069 0.045716 -0.003367 0.011668 0.000749
X3 0.173769 -0.025686 -0.003367 0.007035 -0.001988 -0.002245
X4 0.015327 -0.028502 0.011668 -0.001988 0.011500 0.000663
X5 -0.007470 -0.008127 0.000749 -0.002245 0.000663 0.002163
Sumber : Data Diolah
Dari Tabel 4.4 Correlation Matrix tersebut dapat diketahui bahwa tidak
terdapat hubungan yang erat antar variabel. Cara lain yang dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2, Jika R-square
sebaliknya jika R square lebih besar daripada R adjusted, maka di dalam model
Autokorelasi terjadi apabila term of error (µ) dari peride waktu yang
variabel (ei.ji) ≠ 0 untuk i≠j dalam hal ini dapat dikatakan tidak memiliki masalah
dengan uji D-W (Durbin Waston Test). Dengan hipotesis sebagai berikut :
k = 5 ; n = 33; α = 5 %
• dl = 1,13
• 4 – dl = 4 – 1,13 = 2.87
• du = 1,81
• 4 – du = 4 – 1,81 = 2,19
Gambar 4.15
Kurva Durbin Watson
Inconclusive
Dari Gambar 4.15 Di atas dapat dilihat bahwa nilai DW-hitung adalah
sebesar 1,83927 dan berada pada posisi du < DW< 4–du yaitu 1,81 < 1,839 < 2,19
Autokorelasi.
5.1 Kesimpulan
harapan hidup, Indeks tingkat pendidikan, wanita berumur 15-49 tahun yang
menggunakan alat kontrasepsi dan tingkat urbanisasi terhadap Total Fertility Rate
kesimpulan yaitu :
2. Variabel Indeks Tingkat Pendidikan (X3) dan Persentase wanita berumur 15-
Indeks Tingkat Pendidikan dan Persentase wanita berumur 15-49 tahun yang
3. Variabel PDRB perkapita (X1), Angka harapan hidup saat lahir (X2) dan
kontrasepsi.
Brown, Lester R. 1986. Kembali di Simpang Jalan, Cetakan Kedua. Jakarta : CV.
Rajawali Jakarta.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan
Eviews dalam Ekonometrika. Medan : USU Press.
KONTRASEPSI
TINGKAT URBANISASI
HASIL REGRESI
CORRELATION MATRIX
LGANGH LGPDRBKON
C LGINDEX LGURB LGWANITA
ARDUP S
C 15.56698 -3.478231 -0.125944 0.173769 0.015327 -0.007470
LGAN
GHAR -3.478231 0.895218 -0.029069 -0.025686 -0.028502 -0.008127
DUP
LGIND
-0.125944 -0.029069 0.045716 -0.003367 0.011668 0.000749
EX
LGUR
0.173769 -0.025686 -0.003367 0.007035 -0.001988 -0.002245
B
LGWA
0.015327 -0.028502 0.011668 -0.001988 0.011500 0.000663
NITA
LGPD
RBKO -0.007470 -0.008127 0.000749 -0.002245 0.000663 0.002163
NS
Nama : M. Radifan
NIM : 060501071
Fakultas : Ekonomi
Sumatera Utara.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
( M. Radifan )
NIM : 060501071