Anda di halaman 1dari 43

MINI PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERTUMBUHAN EKONOMI DI PULAU PAPUA TAHUN
2015-2019

DOSEN PENGAMPU : Dwi Widiarsih, S.E., M.Sc

MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

TIKA AMANDA PUTRI (170302046)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan
kepada makhuk-Nya karena dengan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan mini
proposal skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Pulau Papua”. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang mendukung
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Orang tua dan seluruh keluarga


2. Rini Lofiana dan seluruh rekan Prodi Ekonomi Pembangunan Reguler B
angkatan tahun 2017
3. Divisi Market Return Checker PT. Nestle Indonesia, yang selalu berusaha
memberi izin dan supportnya di perkuliahan saya

Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat dan
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin. Penulis menyadari sepenuhnya akan
keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak
menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang
berkepentingan.

Pekanbaru, Desember 2020

Tika Amanda Putri

i
cover
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................7
2.1 Pertumbuhan Ekonomi................................................................................................7
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi.....................................................................7
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi...............................................................................9
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.........................17
2.4 Penelitian Terdahulu..................................................................................................22
2.5 Kerangka Pemikiran..................................................................................................24
2.6 Hipotesis Penelitian....................................................................................................26
BAB III.................................................................................................................................27
METODE PENELITIAN....................................................................................................27
3.1 Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................................27
3.2 Jenis dan Sumber Data..............................................................................................28
3.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................................................28
3.4 Definisi Operational Variabel...................................................................................29
3.4.1 Variabel Dependen..............................................................................................29
3.4.2 Variabel Independen...........................................................................................29
3.5 Teknik Analisis Data..................................................................................................30
3.5.1 Analisis Deskriptif dan Kuantitatif....................................................................30
3.5.2 Uji Asumsi Klasik................................................................................................31
3.5.4 Uji Hipotesis.........................................................................................................33

ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................36

iii
iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Laju Pertumbuhan Penduduk di Pulau Papua (%)………………..….3


Tabel 1.2 : Jumlah Penduduk yang Bekerja di Pulau Papua (%)………………..4
Tabel 1.3 : Angka Ketergantungan/Dependency Ratio di Pulau Papua (%)…….4
Tabel 1.4 : Laju Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Papua (%)……………………5

v
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Suatu perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan akan
perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang
dicapai pada masa sebelumnya. Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan
ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka
panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya
makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain
yaitu distribusi pendapatan.

Keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat


pertumbuhan ekonominya. Oleh sebab itu, setiap daerah selalu menetapkan target
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi didalam perencanaan dan tujuan
pembangunan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan
merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita


dalam jangka panjang (Boediono, 1985). Kata “perkapita” menunjukkan ada dua sisi
yang perlu diperhatikan, yaitu sisi output total-nya (GDP) dan sisi jumlah penduduk.
Proses kenaikan output perkapita, tidak bias tidak, harus dianalisa dengan jalan
melihat apa yang terjadi dengan output total disatu pihak, dan jumlah penduduk
dipihak lain. Sehingga menjelaskan apa yang terjadi dengan GDP total dan apa yang
terjadi pada jumlah penduduk. Oleh karena itu, posisi penduduk dalam pembangunan

1
ekonomi menjadi penting karena pertumbuhan ekonomi sendiri selalu terkait dengan
jumlah penduduk.

Indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah atau


provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB akan memberi suatu gambaran bagaimana
kemampuan daerah dalam mengelola serta memanfaatkan sumber daya yang ada.

Pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga


dapat sebagai penghalang bagi pertumbuhan ekonomi. Di negara maju pertumbuhan
penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena didukung oleh
investasi yang tinggi, teknologi yang tinggi dan lainlain. Akan tetapi di negara
berkembang, akibat pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan tidaklah
demikian, karena kondisi yang berlaku sama sekali berbeda dengan kondisi ekonomi
negara maju. Ekonomi negara berkembang modal kurang, teknologi masih sederhana,
tenaga kerja kurang ahli karena itu, pertumbuhan penduduk benar-benar dianggap
sebagai hambatan pembangunan ekonomi, dimana pertumbuhan penduduk yang cepat
memperberat tekanan pada lahan dan menyebabkan pengangguran dan akan
mendorong meningkatnya beban ketergantungan. Penyediaan fasilitas pendidikan dan
sosial secara memadai semakin sulit terpenuhi (Todaro, 1995).

Pertumbuhan penduduk sama dengan pertambahan jumlah angkatan kerja.


Pertambahan angkatan kerja tentunya harus seimbang dengan perluasan penyerapan
tenaga kerja, jika tidak seimbang akan meningkatkan angka pengangguran.
Pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat menjadi masalah di bidang
ketenagakerjaan, khususnya perluasan dan penciptaan tenaga kerja. Maka dari itu
sangat perlu lapangan kerja baru yang menyerap angkatan kerja yang tersedia sesuai
dengan tingkat pendidikan pada tenaga kerja dan usia tenaga kerja dan pastinya dari
tenaga kerja pada bidang tertentu memerlukan pendidikan formal atau informal guna
meningkatkan keterampilan bekerja.

2
Berikut ditampilkan data pertumbuhan penduduk di Pulau Papua dari tahun
2015-2019.

Tabel 1.1: Laju Pertumbuhan Penduduk di Pulau Papua (%)

Laju Pertumbuhan Penduduk (dalam persen)


 
2015 2016 2017 2018 2019
Provinsi Papua
2,65 2,61 2,59 2,57 2,55
Barat
Provinsi Papua 1,98 1,95 1,93 1,9 1,88
Pulau Papua 4,63 4,56 4,52 4,47 4,43
Sumber : Bps 2020

Menurut penelitian Neni Pancawati (2000), faktor penduduk merupakan


faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan
penduduk memberikan tekanan negatif terhadap pertumbuhan output (GDP). Hasil
yang sama didapatkan oleh Kelley dan Schmidt (1995), bahwa pertumbuhan
penduduk mempunyai hubungan negative dengan pertumbuhan pendapatan perkapita.

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis
besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut
telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur
15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja
disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga
kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas
20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak- anak jalanan
sudah termasuk tenaga kerja. Jumlah penduduk usia kerja yang bekerja di Pulau
Papua dapat dilihat di tabel dibawah ini.

3
Tabel 1.2 : Jumlah Penduduk yang Bekerja di Pulau Papua (%)
Jumlah
Tenaga
Tahun
Kerja
(Jiwa)
2015 2711549
2016 2779405
2017 2100130
2018 1779165
2019 1455464

Berdasarkan kelompok umur pada tahun 2019, sebagian besar penduduk


Pulau Papua termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 2.976.534 orang,
dan selebihnya 1.283.714 orang yang berusia dibawah 15 tahun dan 59.613 orang
berusia 65 tahun keatas. Sebagai akibat dari struktur penduduk yang demikian
besarnya. Angka ketergantungan (dependency ratio) Pulau Papua adalah 234,7. Hal
ini berarti bahwa setiap 1000 orang berusia produktif menanggung sekitar 479 orang
penduduk usia non produktif yaitu mereka yang berusia dibawah 15 tahun dan 65
tahun keatas, seperti terlihat pada table 1.3 dibawah ini

Tabel 1.3 : Angka Ketergantungan/Dependency Ratio di Pulau Papua (%)


Penduduk Penduduk
Penduduk Dependency
Tahun Usia (0- Usia (15-
Usia (65+) Ratio
14) 64)
2015 1245296 2711549 64065 48,29
2016 1254468 2779405 66889 47,54
2017 1263689 2846758 70114 46,85
2018 1273541 2912376 74041 46,27
2019 1283714 2976534 78669 45,77

Dependency ratio pada Pulau Papua dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
cenderung mengalami penurunan walaupun tidak signifikan. Peningkatan dependency

4
ratio akan menghambat pertumbuhan ekonomi karena tanggungan usia produktif akan
meningkat dengan demikian produktivitas masyarakat akan menurun.

Tabel 1.4 : Laju Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Papua (%)

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Provinsi
Provinsi
(Persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Papua Barat 4,15 4,52 4,02 6,25 2,66
Papua 7,35 9,14 4,64 7,37 -15,72
Pulau Papua 11,5 13,66 8,66 13,62 -13,06

Berdasarkan table 1.4 , selama tiga tahun terakhir (2017-2019) telah terjadi
pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif, dimana naik di tahun 2018 tumbuh sebesar
13,62 persen dan terjadi pertumbuhan ekonomi yang negative pada tahun 2019
sebesar -13,06 persen.

Dari uraian di atas dimana faktor-faktor kependudukan dapat mempengaruhi


pertumbuhan ekonomi, maka penulis tertarik untuk menganalisanya dalam bentuk
skripsi yang berjudul : “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Pulau Papua”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi
di Pulau Papua ?
2. Bagaimana pengaruh rasio beban tanggungan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi di Pulau Papua ?
3. Bagaimana pengaruh jumlah angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
di Pulau Papua ?

5
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan
ekonomi di Pulau Papua.
2. Untuk menganalisis pengaruh rasio beban tanggungan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi di Pulau Papua.
3. Untuk menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi di Pulau Papua.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Kegunaan Bagi Peneliti

1. Sebagai syarat untuk mengajukan penelitian


2. Sebagai pengembangan ilmu sumber daya manusia, peningkatan
pertumbuhan ekonomi, mengoptimalkan faktor-faktor kependudukan,
serta ilmu mikro dan makro.
1.4.2 Kegunaan Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang memilih variabel yang sama dengan penulis,
agar dapat menambahkan variabel lain yang mendukung permintaan kerja di
Provinsi Riau.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sadono Sukirno, 2012 : 9).

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan ekonomi yang berlaku


dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil semakin berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan
nasional riil pada suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan pendapatan
nasional riil pada tahun sebelumnya (Sadono Sukirno 2012: 29).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB atau PNB tanpa


memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau perbaikan sistem
kelembagaan atau tidak (Lincolyn Arsyad, 1997 : 11)

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti


(dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan
tertentu (Putong Iskandar, 2013 : 411).

Menurut Mankiw yang dikutip oleh Menik Fitriani Safari PDB sering
dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah
meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu
tertentu. Ada dua pendekatan untuk melihat besaran PDB, pertama melihat PDB
sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian. Cara lain melihat
PDB adalah sebagai pengeluarantotal atas output barang dan jasa perekonomian
(Putong Iskandar, 2013 : 411).

7
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang. Ada aspek yang perlu diperhatikan yaitu proses, output per kapita dan
jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu gambaran ekonomi pada suatu
saat. Disini dapat dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian yaitu melihat
bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu (Boediono,
1985:1).

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita. Ada dua
sisi hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya dan sisi jumlah
penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi jumlah penduduk. Jadi
proses kenaikan ouput per kapita, tidak bisa tidak, harus dianalisa dengan jalan
melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak dan jumlah penduduk di
lain pihak.

Aspek yang ketiga dari definisi pertumbuhan ekonomi adalah perspektif


waktu jangka panjang. Kenaikan output perkapita selama satu atau dua tahun, yang
kemudian diikuti dengan penurunan output per kapita bukan pertumbuhan ekonomi.
Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama untuk
mengalami kenaikan output per kapita.

Ada beberapa sumber strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan


ekonomi juga bagaimana cara mengklasifikasinya. Mengklasifikasinya menjadi
empat faktor : Faktor pertumbuhan berupa faktor-faktor fisik sumber daya alami,
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, jumlah barang-barang kapital dan
teknologi, dan faktor-faktor manajemen. Keempat faktor ini disebut faktor-faktor
penawaran dalam pertumbuhan ekonomi. Tersedianya lebih banyak dan lebih baik
sumber-sumber alami dan manusia, barang kapital, serta tingkat pengetahuan
teknologi yang lebih tinggi memungkinkan perekonomian memproduksi jumlah
output lebih besar. Selain itu untuk faktor-faktor manajemen, meskipun dipunyai
sumber dominan untuk pertumbuhan yang kuantitasnya cukup banyak serta dengan

8
kualitas cukup tinggi tetapi bila menejmen penggunaannya tidak menunjang maka
laju pertumbuhan ekonominya rendah (Faried Wijaya, 1990:264).

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dipahami bahwa pertumbuhan


ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang tercermin
dari kenaikan PDB atau PNB dalam jangka panjang tanpa memandang besar atau
kecilnya pertumbuhan penduduk dan semaksimal mungkin konsisten dengan
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Selain itu perubahan struktur ekonomi
dan pertumbuhan ekonomi yang pesat secara terus menerus memungkinkan negara-
negara industri maju memberikan segala sesuatu yang lebih kepada warga negaranya,
sumberdaya yang lebih banyak untuk perawatan kesehatan dan pengendalian polusi,
pendidikan universal untuk anak-anak, dan pensiun publik. Pada intinya unsur-unsur
pembahasan pertumbuhan ekonomi yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi terlihat dari semakin meningkatnya laju produk perkapita


terutama sebagai adanya perbaikan kualitas input yang meningkat efisiensi atau
produktivitas perunit input.

b. Pertumbuhan ekonomi dengan adanya perubahan struktur perekonomian yaitu dari


sektor perekonomian ke sektor industri dan jasa.

c. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan laju kenaikan pendapatan perkapita yang


tinggi di barengi dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat.

d. Pertumbuhan ekonomi terjadi karena adanya ekspansi negara maju dan adanya
kekuatan dalam hubungan internasional.

e. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya arus barang dan modal antar
bangsa.

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi


a. Teori Joseph Schumpeter

9
Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi
dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan
pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh
sebagai berikut :

 Diperkenalkan teknologi baru


 Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi
 Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-
pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.

Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai


analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak
berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan
tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan
untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan
mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan
meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan
meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akan
bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat akan bertambah tinggi. Kenaikan
tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih
banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Menurut pandangan
Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan ekonomi maka semakin terbatas
kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan
ekonomi menjadi bertambah lambat. Yang pada akhirnya akan tercapai keadaan tidak
berkembang (stationary state).

b. Teori Pertumbuhan Struktural

1. Teori Pembangunan Arthur Lewis

10
Dualisme Ekonomi Teori pertumbuhan struktural ini pada dasarnya
membahas proses pembangunan yang terjadi antara daerah perkotaan dan
pedesaan. Teori ini juga membahas pola investasi yang terjadi di sektor
modern dan termasuk juga sistem penetapan upah yang berlaku di sektor
modern. Teori ini pertama kali ditulis oleh Arthur Lewis dengan judul artikel
“Pembangunan Ekonomi dengan Penawaran Tenaga Kerja yang Tidak
Terbatas”. Pokok permasalahan yang dikaji Lewis adalah adanya asumsi
bahwa dalam perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi menjadi
dua struktur perekonomian yaitu perekonomian tradisional dan perekonomian
modern.

Teori ini mengatakan bahwa adanya pengangguran tidak kentara di


sektor pertanian mengakibatkan sektor industri berada dalam posisi untuk
berkembang secara cepat, tergantung hanya pada akumulasi modal. Laju
pertumbuhan tersebut akan lebih cepat dari pertumbuhan penduduk sehingga
pada akhirnya semua pengangguran tidak kentara akan terserap ke sektor
industri.

2. Teori Harrod-Domar

Akumulasi Modal Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari


analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah
tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak
membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Harrod-Domar
menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh
dan berkembang dalam jangka panjang (Steady Growth).

Teori Harrod-Domar menyebutkan bahwa investasi merupakan kunci


dalam pertumbuhan ekonomi. Investasi berpengaruh terhadap permintaan
agregat melalui penciptaan pendapatan dan penawaran agregat melalui
peningkatan kapasitas produksi.

11
Analisis Harrod-Domar menggunakan asumsi-asumsi berikut:

i. barang modal telah mencapai kapasitas penuh,

ii. tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional,

iii. rasio modal-produksi (capital-output ratio) nilainya tetap, dan

iv. perekonomian terdiri dari dua sektor.

Dalam analisisnya, walaupun pada suatu tahun tertentu barang-barang


modal sudah mencapai kapasitas penuh, maka kapasitas barang modal
menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya. misalkan pada tahun ke-0
pengeluaran agregat yaitu AE = C+I. Sementara itu jumlah barang modal pada
keseimbangan ini adalah K0. Adanya investasi menyebabkan jumlah barang
modal pada tahun ke-1 bertambah sehingga K1 = K0+I. Agar seluruh barang
modal digunakan sepenuhnya, pengeluaran agregat pada tahun tersebut harus
mencapai AE1=C+I+I. Dengan pengeluaran agregat ini kapasitas penuh
akan tercapai kembali.

Analisis tersebut menunjukkan bahwa dalam ekonomi dua sektor


investasi harus terus mengalami kenaikan agar perekonomian tersebut
mengalami pertumbuhan yang berkepanjangan. Pertambahan investasi
diperlukan untuk meningkatkan pengeluaran agregat.

c. Teori Dependensia

Teori dependensia berusaha menjelaskan penyebab keterbelakangan ekonomi


yang dialami oleh negara-negara berkembang. Asumsi dasar teori ini adalah
pembagian perekonomian dunia menjadi dua golongan, yang pertama adalah
perekonomian negara-negara maju dan kedua adalah perekonomian negara-negara
sedang berkembang.

12
Pada pendekatan ini, terdapat tiga aliran pemikiran yang utama, yaitu model
ketergantungan neokolonial, model paradigma palsu, serta tesis pembangunan-
dualistik :

1. Model ketergantungan neokononial menghubungkan keberadaan negara-


negara terbelakang terhadap evolusi sejarah hubungan internasional yang
tidak seimbang antara negara-negara kaya dengan negara miskin dalam sistem
kapitalis internasional.

2. Model paradigma palsu mencoba menghubungkan antara negara maju


dengan negara miskin melalui kebijakan-kebijakan yang sebenarnya akan
mendoktrin para pemimpin dan pembuat kebijakan di negara berkembang.
Dengan demikian, tanpa disadari mereka akan menelan konsep asing dan
model teoritis yang serba maju walaupun sebenarnya tidak cocok untuk
diterapkan di wilayahnya sendiri.

3. Tesis pembangunan-dualistik yang memandang dunia dalam dua kelompok


besar, yaitu negara-negara kaya dan miskin. Pada negara miskin terdapat
segelintir penduduk yang kaya di antara penduduk yang miskin.

d. Teori Neo-Klasik

Teori neo-klasik muncul untuk menjawab sanggahan teori dependensia yang


cenderung menggunakan pendekatan yang bersifat revolusioner. Para ekonom
penganut teori ini mengatakan bahwa semakin besar campur tangan pemerintah
dalam perekonomian maka semakin lambat laju pertumbuhan ekonomi yang dialami
oleh suatu negara. Para ekonom tersebut merekomendasikan agar NSB menuju sistem
perekonomian yang didasarkan pada pasar bebas. Namun, teori ini hanya tepat
diterapkan di negara-negara maju daripada negara sedang berkembang. Perbedaan
struktur masyarakat dan kelembagaan yang dimiliki oleh negara maju dan negara
sedang berkembang menyebabkan teori ini gagal dilaksanakan di negara-negara
sedang berkembang.

13
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan
faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan tersebut dapat dinyatakan
dengan persamaan:

Y = f (K, L, T)

Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi

K adalah tingkat pertumbuhan modal

L adalah tingkat pertumbuhan penduduk

T adalah tingkat perkembangan teknologi

Sumbangan terpenting dari teori pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah dalam


menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi tetapi dalam
sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan
empiris dalam menentukan peranan sebenarnya dari berbagai faktor produksi dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi.

Menurut teori neo-klasik, rasio modal-tenaga kerja yang rendah pada negara-
negara berkembang menjanjikan tingkat pengembalian investasi yang sangat tinggi.
Oleh sebab itu, reformasi pasar bebas akan memicu investasi yang lebih tinggi,
meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan standar kehidupan. Namun
kenyataannya, banyak negara berkembang yang tidak tumbuh atau hanya tumbuh
sedikit dan gagal menarik investasi asing. Perilaku tersebut memicu lahirnya konsep
teori pertumbuhan endogen.

e. Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal,
luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori

14
pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap
jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Namun para pakar
ekonomi klasik pada umumnya hanya menitikberatkan pada pengaruh pertambahan
penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi klasik diatas, dapat dikemukakan suatu teori
yang menjelaskan perkaitan diantara pendapatan per-kapita dan jumlah penduduk.
Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat
dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal akan lebih
tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin
banyak, hokum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi
produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya
pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat
pertumbuhannya.

1. Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith

“An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation”,
teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands. Teori Pertumbuhan
ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan :

 Pertumbuhan penduduk
 Pertumbuhan output total

Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut


ini.

 sumber-sumber alam
 tenaga kerja (pertumbuhan penduduk)
 jumlah persediaan

2. Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus

15
Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin
besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah
tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan
(hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan
seterusnya).

Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua,


empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saat
perekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.

f. Teori Pertumbuhan Endogen

Pengembangan teori pertumbuhan endogen berawal dari adanya penolakan


terhadap pendapat yang menyatakan bahwa teknologi yang memberi sumbangan bagi
pertumbuhan ekonomi bersifat eksogen. Dalam teori ini, teknologi dapat dipengaruhi
sehingga akan bersifat endogen. Teori ini menggunakan beberapa asumsi sebagai
berikut : Pertama, adanya eksternalitas dalam perekonomian dan Kedua imperfect
market dalam produksi intermediate input.

Menurut teori pertumbuhan endogen, sumber-sumber pertumbuhan


disebabkan adanya peningkatan akumulasi modal dalam arti yang luas. Modal dalam
teori ini tidak hanya modal fisik tetapi juga yang bersifat non-fisik berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi. Adanya penemuan baru berawal dari proses learning by
doing. Proses ini dapat memunculkan penemuan-penemuan baru yang meningkatkan
efisiensi produksi sehingga akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian,
kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.

16
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
2.1.3.1 Tenaga Kerja
A. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang termasuk angkatan kerja dan sudah
bekerja guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Simanjuntak mengelompokkan tenaga kerja menjadi dua
yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja yang bekerja
merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia.

Menurut Sukirno (2011), penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu


dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi.
Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan
tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Meski demikian hal tersebut
masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-
benar akan memberikan dampak positif atau negatif terhadap perkembangan
ekonominya.

Arthur Lewis dalam Boediono (1999), mengatakan bahwa proses


pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tenaga kerja bisa dipertemukan dengan kapital.
Pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan pertambahan tenaga kerja tergantung
pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara
produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut
dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor
penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

Menurut BPS, Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang
termasuk angkatan kerja dan yang termasuk bukan angkatan kerja. Penggolongan usia
kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15 tahun atau lebih.
Angkatan kerja sendiri terdiri dari mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang
mencari pekerjaan. Mereka yang sedang mencari pekerjaan itulah yang dinamakan

17
sebagai pengangguran terbuka. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan
angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, pensiunan
dan lain-lain.

Secara tidak langsung jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan


gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin besar lapangan kerja
yang tersedia maka akan semakin banyak angkatan kerja yang terserap. Dengan
terserapnya angkatan kerja maka total produksi di suatu daerah akan meningkat

B. Angkatan Kerja

Angkatan kerja (labor force) terdiri dari golongan yang bekerja dan
menganggur atau yang mencari pekerjaan. Angkatan kerja dapat dijelaskan dengan
beberapa definisi yaitu angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat
dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Selain itu angkatan kerja dapat
didefinisikan dengan penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun
sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan.

Menurut Mulyadi, angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang
sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produksi yaitu
produksi barang dan jasa. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah penduduk usia kerja, yaitu penduduk
yang berusia 15 tahun keatas yang memiliki pekerjaan maupun yang sedang mencari
pekerjaan.

Angkatan kerja yaitu tenaga kerja berusia 15 tahun yang selama seminggu
yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak
bekerja karena suatu alasan. Angkatan kerja terdiri dari pengangguran dan penduduk
bekerja. Pengangguran adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan atau mereka
yang mempersiapkan usaha atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa
tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah punya pekerjaan

18
tetapi belum mulai bekerja dan pada waktu bersamaan mereka tidak bekerja.
Penganggur dengan konsep ini disebut dengan pengangguran terbuka.

Sedangkan penduduk bekerja didefinisikan sebagai penduduk yang


melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam secara tidak
terputus selama seminggu yang lalu. Penduduk yang bekerja dibagi menjadi dua,
yaitu penduduk yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Setengah menganggur
merupakan penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja normal (kurang dari 35 jam
seminggu, tidak termasuk yang sementara tidak bekerja). Jumlah angkatan kerja yang
bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia.

Semakin bertambahnya lapangan kerja yang tersedia maka semakin


meningkatnya total produksi suatu negara, dimana salah satu indikator untuk melihat
perkembangan ketenagakerjaan di Indonesia adalah Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan suatu
ukuran proporsi penduduk usia kerja yang terlibat secara aktif dalam pasar tenaga
kerja baik yang bekerja maupun sedang mencari pekerjaan. TPAK dapat dinyatakan
untuk seluruh tenaga kerja yang ada atau jumlah tenaga kerja menurut kelompok
umur tertentu, jenis kelamin, tingkat pendidikan maupun desa-kota. TPAK diukur
sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja.
TPAK dapat mengindikasikan besaran ukuran relatif penawaran tenaga kerja (labour
supply) yang dapat terlibat dalam produksi barang dan jasa dalam perekonomian.
Secara umum, TPAK didefinisikan sebagai ukuran yang menggambarkan jumlah
angkatan kerja untuk setiap 100 penduduk usia kerja.

C. Bukan Angkatan Kerja

Golongan yang bukan angkatan kerja terdiri dari yang bersekolah, golongan
yang mengurus rumah tangga dan golongan lain yang menerima pendapatan.

19
Terdapat beberapa versi yang menjelaskan terkait definisi penduduk bukan
angkatan kerja diantaranya yaitu, menurut Ostinasia yang dimaksud dengan bukan
angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang kegiatannya tidak bekerja maupun
tidak mencari pekerjaan atau penduduk usia kerja dengan kegiatan sekolah, mengurus
rumahtangga dan lainnya.

Sedangkan dalam versi lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan


bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja berusia 10 tahun keatas yang selama
seminggu hanya berskeolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya dan tidak
melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan bekerja, sementara tidak bekerja atau
mencari kerja, oleh sebab itu kelompok ini sering dinamakan potential labor force.

Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja yang berusia 15 tahun ke atas yang
selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan
sebagainya dan tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan bekerja,
sementara tidak bekerja atau mencari kerja. Ketiga golongan dalam kelompok bukan
angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab
itu kelompok ini sering dinamakan potential labor force.

2.1.3.2 Angka Ketergantungan (Dependency Ratio)


Dependency ratio didefinisikan sebagai rasio antara kelompok penduduk
umur 0-14 tahun yang termasuk dalam kelompok penduduk belum produktif secara
ekonomis dan kelompok penduduk umur 65 tahun ke atas termasuk dalam kelompok
penduduk yang tidak lagi produktif dengan kelompok penduduk umur 15-64 tahun
termasuk dalam kelompok produktif.

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indicator


yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah
tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio
merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya
persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus

20
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang
semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk
yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
lagi.

Dependency ratio dapat dihitung dangan cara berikut :

¿
RK = P ( 0−14 ) + P 65+ P(15−64) ¿ x 100

RK : Rasio Ketergantungan

P(0-14) : Jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun)

P65+ : Jumlah penduduk usia tua (65 tahun keatas)

P(15-64) : Jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun)

2.1.3.3 Pertumbuhan Penduduk


Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat
dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi
menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Pertumbuhan penduduk
merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah soial ekonomi umumnya
dan masalah penduduk pada khususnya. Karena di samping berpengaruh terhadap
jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi suatu daerah atau negara maupun dunia.

Angka pertumbuhan penduduk adalah tingkat pertambahan penduduk suatu


wilayah atau negara dalam suatu jangka waktu tertentu, dinyatakan dalam persentase.

Di negara-negara maju pertumbuhan penduduk dapat mendorong


pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatnya jumlah penduduk maka tenaga kerja
akan meningkat dan pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat pula. Hal ini

21
dikarenakan peningkatan jumlah penduduk dibarengi dengan peningkatan kualitas
SDM, teknologi, dasn sebagainya. Sedangkan di negara-negara berkembang
peningkatan jumlah penduduk merupakan bencana, karena tidak dibarengi dengan
kualitas SDM yang dihasilkan sehingga dependency ratio yang harus ditanggung
penduduk produktiv semakin meningkat.

Menurut Maltus Jumlah penduduk di suatu negara akan menigkat sangat cepat
sesuai dengan deret ukur atau tingkat geometrik. Sementara, karena adanya proses
pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang
jumlahnya tetap, maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret
hitung atau deret aritmatik. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat
berpacu secara memadai dengan kecepatan pertambahan penduduk, maka pendapatan
per kapita cenderung terus mengalami penurunan sampai sedemikian rendahnya
sehingga segenap populasi harus bertahan pada kondisi sedikit di atas tingkat
subsisten. Satu- satunya cara untuk mengatasi masalah rendahnya taraf hidup yang
kronis tersebut adalah dengan “penanaman kesadaran moral” di kalangan segenap
penduduk dan kesediaan untuk membatasi jumlah kelahiran. Jika pendapatan agregat
dari suatu Negara meningkat lebih cepat maka pendapatan per kapita juga meningkat.
Seandainya pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada peningkatan pendapatan
total, maka dengan sendirinya pendapatan per kapita akan menurun. Bila makin
banyak penduduk maka saving dan investasi juga makin tinggi sehingga pendapatan
per kapita meningkat. Namun jika terlalu banyak saving, pendapatan per kapita bisa
menurun.

2.4 Penelitian Terdahulu


Penelitian oleh Yesika Resiana Barimbing dan Ni Luh Karmini (2015) dengan
judul “Pengaruh PAD, Tenaga Kerja dan Investasi terhadap pertumbuhan ekonomi
dan provinsi Bali”. Pendapatan asli daerah, tenaga kerja dan investasi secara
serempak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten atau
kota di Provinsi Bali. Pendapatan asli daerah dan tenaga kerja secara parsial

22
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten atau
kota di Provinsi Bali. Sedangkan Investasi berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten atau kota di Provinsi Bali.

Penelitian oleh Rini Sulistiawati (2012) dengan judul “Pengaruh Investasi


terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja serta kesejahteraan
masyarakat di Provinsi Indonesia”. Investasi berpengaruh tidak signifikan dan
mempunyai hubungan yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi di
Indonesia. Investasi berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif
terhadap penyerapan tenaga kerja provinsi di Indonesia. Berdasarkan pengujian
hipotesis, diperoleh pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan dan
mempunyai hubungan yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja provinsi di
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja berpengaruh tidak
signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat
Temuan tentang pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, penyerapan
tenaga kerja serta kesejahteraan masyarakat, memberikan dukungan analisis bagi
kepentingan pengembangan kebijakan dan perencanaan pemerintah. Secara khusus,
berguna sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan strategi di bidang
ketenagakerjaan.

Penelitian oleh Windy Ayu Astuti, Muhammad Hidayat dan Ranti Darwin
(2017) dengan judul “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Penduduk
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pelalawan”. Investasi memiliki
hubungan negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Pelalawan. Tenaga kerja memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pelalawan. Pertumbuhan penduduk memiliki
hubungan negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Pelalawan. Variabel investasi, tenaga kerja, dan pertumbuhan penduduk secara
bersamasama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Pelalawan.

23
Penelitian oleh Sayekti Suindiyah D (2011) dengan judul “Pengaruh Investasi,
Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Petumbuhan Ekonomi di
Provinsi Jawa Timur”. Dengan semakin meningkatnya investasi yang masuk ke Jawa
Timur khususnya investasi asing akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Jumlah tenaga kerja yang bekerja akan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi. Besarnya pengeluaran pemerintah akan
memberikan dukungan terhadap pelaksanaan pembangunan khususnya pembangunan
ekonomi di Jawa Timur, karena dengan semakin bertambahnya pengeluaran
pemerintah akan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Penelitian oleh Chairul Nizar, Abubakar Hamzah dan Sofyan Syahnur (2013)
dengan judul “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi
serta hubungannya terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDB) terhadap tingkat
kemiskinan secara langsung sangat kecil namun hubungannya negatif dan signifikan.
FDI, investasi pemerintah dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya pengaruh estimasi pertumbuhan
ekonomi hasil analisis variabel FDI, investasi pemerintah dan tenaga kerja terhadap
tingkat kemiskinan Indonesia juga tidak begitu besar namun hubungannya negatif dan
signifikan.

2.5 Kerangka Pemikiran


Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan ekonomi yang berlaku
dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil semakin berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan
nasional riil pada suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan pendapatan
nasional riil pada tahun sebelumnya (Sadono Sukirno 2012: 29).

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat


dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi

24
menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Pertumbuhan penduduk
merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah soial ekonomi umumnya
dan masalah penduduk pada khususnya. Karena di samping berpengaruh terhadap
jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi suatu daerah atau negara maupun dunia.

Dependency ratio didefinisikan sebagai rasio antara kelompok penduduk


umur 0-14 tahun yang termasuk dalam kelompok penduduk belum produktif secara
ekonomis dan kelompok penduduk umur 65 tahun ke atas termasuk dalam kelompok
penduduk yang tidak lagi produktif dengan kelompok penduduk umur 15-64 tahun
termasuk dalam kelompok produktif.

Tenaga kerja adalah setiap orang yang termasuk angkatan kerja dan sudah
bekerja guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Simanjuntak mengelompokkan tenaga kerja menjadi dua
yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja yang bekerja
merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia.

Menurut BPS, Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang
termasuk angkatan kerja dan yang termasuk bukan angkatan kerja. Penggolongan usia
kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15 tahun atau lebih.
Angkatan kerja sendiri terdiri dari mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang
mencari pekerjaan. Mereka yang sedang mencari pekerjaan itulah yang dinamakan
sebagai pengangguran terbuka. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan
angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, pensiunan
dan lain-lain.

25
Kerangka Pemikiran

Independen Dependen

Pertumbuhan Penduduk
(X1)

Angka Pertumbuhan Ekonomi (Y)


Ketergantungan/Depende
ncy Ratio(X2)

Jumlah Tenaga Kerja (X3)

Keterangan : : Pengaruh Parsial : Pengaruh Simultan

2.6 Hipotesis Penelitian


Secara empiris hipotesa adalah dugan sementara dari hasil pembahasan yang
menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Maka
berdasarkan pembahasan yang ada dan didukung oleh tinjauan pustakanya, penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut :

a. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Pertumbuhan Penduduk terhadap


Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Papua.

b. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Angka Ketergantungan


(Dependency Ratio) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Papua.

c. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Jumlah Tenaga Kerja terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Papua.

26
d. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Pertumbuhan Penduduk, Angka
Ketergantungan (Dependency Ratio) dan Jumlah Tenaga Kerja terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Melihat luasnya pembahasan mengenai faktor-faktor yang memperngaruhi
pertumbuhan ekonomi di pulau papua, dalam penelitian ini saya memfokuskan
variabel dependennya adalah pertumbuhan penduduk, dependency ratio (DR) dan

27
tenaga kerja. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sedangkan
analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis informasi kuantitatif.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Data adalah segala sesuatu yang diketahui atau dianggap mempunyai sifat
bisa memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau atau persoalan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data
penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain). Dalam penelitian ini, sumber data sekunder diperoleh
dari Badan Pusat Statistik. Data yang digunakan dikumpulkan secara runtut waktu
(time series) dari tahun 2015-2019.

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain :

a. Data pertumbuhan penduduk Pulau Papua Tahun 2015-2019

b. Data jumlah tenaga kerja Pulau Papua Tahun 2015-2019

c. Data dependency ratio Pulau Papua Tahun 2015-2019

d. Data pertumbuhan ekonomi Pulau Papua Tahun 2015-2019

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh
data penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari studi literatur baik dari buku, jurnal, penelitian yang relevan dalam
membantu menyusun penelitian ini, juga termasuk buku-buku terbitan intansi
pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Pulau Papua. Data-data ini diharapkan
dapat menjadi landasan pemikiran dalam melakukan penelitian.

28
3.4 Definisi Operational Variabel
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh tingkat pertumbuhan
penduduk dan dependency ratio dan tenaga kerja dengan menggunakan ketiga
variabel yang telah diadopsi dari literatur-literatur yang ada dan digunakan oleh para
peneliti sebelumnya. Dengan demikian, variabel-variabel yang digunakan adalah
sebagai berikut :

3.4.1 Variabel Dependen


Adalah variabel yang besarannya dipengaruhi oleh variabel lain. Di dalam
penelitian ini digunakan tingkat pertumbuhan ekonomi sebagai variabel tidak bebas.
Pertumbuhan ekonomi Pulau Papua digambarkan dengan nilai konstan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita atas harga konstan (dalam satuan
rupiah).

3.4.2 Variabel Independen


Adalah variabel yang nilainya berpengaruh terhadap variabel lain. Yang menjadi
variabel independen dalam penelitian ini adalah :

a. Tingkat Pertumbuhan Penduduk (X1)

Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk


dalam suatu wilayah dari tahun ke tahun dengan membandingkan penduduk
awal dan penduduk akhir, yang dinyatakan dalam satuan persen (%).

b. Dependency Ratio (Angka Ketergantungan) (X2)

Dependency Ratio merupakan rasio antara kelompok penduduk umur


0-14 tahun yang termasuk dalam kelompok penduduk belum produktif secara
ekonomis dan kelompok penduduk umur 65 tahun keatas yang termasuk
dalam kelompok penduduk yang tidak lagi produktif dengan kelompok

29
penduduk umur 15-64 tahun yang termasuk dalam kelompok produktif yang
dinyatakan dalam satuan persen (%).

Perhitungan dependency ratio dihitung dengan menggunakan rumus :

¿
RK = P ( 0−14 ) + P 65+ P(15−64) ¿ x 100

RK : Rasio Ketergantungan

P(0-14) : Jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun)

P(65+) : Jumlah penduduk usia tua (65 tahun keatas)

P(15-64) : Jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun)

c. Tenaga Kerja (X3)

Tenaga kerja dihitung dari jumlah penduduk usia produktif yang


bekerja (15-64) di Pulau Papua.

3.5 Teknik Analisis Data


3.5.1 Analisis Deskriptif dan Kuantitatif
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif
dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena-
fenomena yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Analisis deskriptif
dilakukan untuk menjelaskan hubungan masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis informasi


kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah
dengan metode statistika, yakni analisis menggunakan SPSS yang asal datanya dari
BPS (Badan Pusat Statistik).

30
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heterokedastisitas
dan Uji Autokorelasi.

a.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi


variabel terkait dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal/tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau
mendekati normal.

Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogrov Smirnov adalah dengan


membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan
distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah
ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal.
Penerapan pada uji Kolmogrov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi < 0,05
berarti data yang diuji tidak berdistribusi normal dan sebaliknya jika
signifikansi > 0,05 berarti data yang akan diuji berdistribusi normal (Santoso,
2002:35).

b.Uji Autokorelasi

Autokorelasi berarti terdapatnya korelasi antara anggota sampel atau


data pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu, sehingga munculnya
suatu datum yang dipengaruhi oleh datum sebelumnya. Autokorelasi muncul
pada regresi yang menggunakan data berkala (time series).

Untuk mengetahui suatu persamaan regresi ada atau tidaknya korelasi


dapat diuji dengan Durbin-Watson (DW) dengan aturan sebagai berikut :

1. Terjadi Autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW<-2)


2. Tidak terjadi Autokorelasi, jika berada di antara -2 atau +2 (-2<DW<+2)

31
3. Terjadi Autokorelasi negatif, jika nilai DW di atas -2 (DW>-2)

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas yaitu uji dalam asumsi klasik yang memiliki


tujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi dapat dikatakan baik
atau tidak. Secara konsep, multikolinearitas merupakan keadaan dimana
terdapat dua variabel yang saling berkorelasi, dalam artian apakah terdapat
kaitan serta hubungan antara variabel-variabel independennya. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi kasus multikolinearitas. Untuk mengetahui
apakah terdapat gejala multikolinearitas dapat dilihat dari dua hal berikut :

1. Melihat nilai variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika


nilai VIF berada diatas 10.
2. Mempunyai angka intolerance kurang dari 0,1. Angka tolerance yang
kecil sama dengan angka VIF yang besar (karena VIF = 1/ tolerance) jadi
dapat menunjukkan adanya multikolinearitas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heterokedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual


pada suatu periode pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan pola gambar scatterplot, regresi yang
tidak terjadi heteroskedastisitas jika titik-titik data menyebar di atas dan di
bawah atau angka 0, titik-titik data yang tidak mengumpul hanya diatas atau
dibawah saja, penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola
bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali, hasil
penyebaran titik-titik data tidak berpola.

32
3.5.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui dugaan sementara apakah terdapat
pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y. Pengujian ini menggunakan uji
signifikansi variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), baik secara
parsial dengan menggunakan uji t maupun simultan dengan uji F.

a. Uji Regresi Linear Berganda

Uji ini digunakan untuk meramalkan suatu keadaan (naik turunnya)


variabel dependen apabila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
pediktor yang dimanipulasi (dinaik-turunkan nilainya). Model persamaan
regresi linear berganda sebagaimana berikut :

Y = a + b1X1 + b1X2 + b1X3 + e

Dimana :

Y = Pertumbuhan Ekonomi

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = Pertumbuhan Penduduk

X2 = Dependency Ratio (DR)

X3 = Jumlah Tenaga Kerja

e = Error term (variabel pengganggu) atau residual

b. Uji secara parsial (uji t-statistik)

Uji ini memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh


masing-masing variabel independen atau bebasnya secara sendiri-sendiri
terhadap variabel dependen atau terikatnya. Uji (bi) dilakukan dengan statistik

33
t. Hal ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari
independennya.

H0 : bi = 0, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel


independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

Adapun kriteria pengujiannya yaitu :

1. Taraf signifikansi α = 5%. Asumsinya, apabila probabilitas t lebih besar


dari 0,05, maka tidak terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel dependen, begitu pula sebaliknya.

2. Membandingkan nilai t tabel dengan nilai t hitung, dengan dasar


pengambilan keputusan sebagai berikut :

- Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

- Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima.

c. Uji secara simultan (uji f-statistik)

Uji F memiliki tujuan untuk mengetahui apakah semua variabel


independen atau bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen atau terikat. Hipotesis
yang dirumuskan ialah sebagaimana berikut :

- H0 : b1 = b2 = b3 = 0, Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan


secara simultan terhadap variabel dependen
- H1 : b1 = b2 ≠ b3 ≠ 0, Artinya, secara simultan terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.

Adapun kriteria pengujiannya ialah sebagaimana berikut :

34
1. Taraf signifikansi α = 5%. Asumsinya, apabila probabilitas t lebih besar
dari 0,05, maka tidak terdapat pegaruh dari variabel independen terhadap
variabel dependen, begitu pula sebaliknya.
2. Membandingkan nilai F tabel dengan nilai F hitung, dengan dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut :
- Jika F hitung > F tabel, maka H0 di tolak
- Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima.

d. Uji Koefisien Determinasi R2 (Goodness of Fit)

Koefisien Determinasi (R2) merupakan besarnya kontribusi variabel


independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variasi perubahan dalam variabel dependen. Koefisien Determinasi (R2)
bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model di dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Sifat-sifat koefisien determinasi adalah :

1. Nilai koefisien determinasi antara 0 sampai dengan 1.

2. Koefisien determinasi sama dengan 0 berarti variabel dependen tidak dapat


ditafsirkan oleh variabel independen.

3. Koefisien determinasi sama dengan 1 atau 100% berarti variabel dependen


dapat ditafsirkan oleh variabel independen secara sempurna tanpa ada error.

4. Nilai-nilai determinasi bergerak antara 0 sampai dengan 1 mengindikasikan


bahwa variabel dependen dapat diprediksikan

35
DAFTAR PUSTAKA
Data. BPS Provinsi Papua Barat. Papua Barat Dalam Angka, beberapa
terbitan.
Data. BPS Provinsi Papua. Papua Dalam Angka, beberapa terbitan.
Boediono,1985, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta.
Gujarati, Damodar,1995, Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zain,
Erlangga, Jakarta
Mankiw, Gregory N.1999. Teori Makro Ekonomi, edisi keempat. Erlangga :
Jakarta.
Mudrajad Kuncoro, 2006, Ekonomika Pembangunan Teori , Masalah, dan
Kebijakan, STIM YKPN, Yogyakarta.

36
Iskandar, Putong. 2013. Economics, Pengantar Mikro dan Makro, Edisi
Kelima. Mitra Wacana Media : Jakarta.
Yesika Resiana Barimbing dan Ni Luh Karmini (2015). Pengaruh PAD,
Tenaga Kerja dan Investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan provinsi
Bali. Universitas Udayana Bali.
Sulistiawati, Rini. 2012. Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dan Penyerapan Tenaga Kerja serta kesejahteraan masyarakat di Provinsi
Indonesia. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Kewirausahaan Universitas
Kalimantan.
Ayu Astuti, Windy. Hidayat, Muhammad dan Darwin, Ranti. 2017. Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Kabupaten Pelalawan. Universitas Muhammadiyah Riau.
Suindiyah D, Sayekti. 2011. Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Petumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia, Surabaya.
Nizar, Chairul. dkk. 2013. Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap
Pertumbuhan Ekonomi serta hubungannya terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia. Universitas Udayana.
Sadono Sukirno, 2007, Ekonomi Pembangunan, Kencana Pers, Jakarta
Samuelsen, Paul A & William D. Nordhaus, (1993), Makro Ekonomi,
Erlangga, Jakarta.
Suparmoko, M, 2002, Pengantar Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta.
Todaro, Michael. (2000), Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta,
Erlangga.
Widarjono, Agus (2005), Ekonometrika, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama,
FE UII, Yogyakarta.

37

Anda mungkin juga menyukai