LANDASAN DILAKUKANNYA DEMONSTRASI OLEH MAHASISWA DI
GEDUNG DPR/MPR RI Tuntutan demo mahasiswa di gedung DPR/MPR RI adalah penolakan mereka terhadap pasal-pasal kontroversi di RUU KUHP. Mahasiswa peduli terhadap nasib bangsanya, Mahasiswa menggelar aksi demo di sekitar Gedung DPR/MPR RI, Jakarta untuk mengingatkan anggota DPR yang baru dilantik itu agar selalu memegang janji dan sumpahnya sebagai wakil rakyat. Landasan demo mahasiswa adalah untuk merestorasi pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Lalu, ingin tetap menjaga kesatuan bangsa dengan penghapusan diskriminasi antaretnis, penghapusan kesenjangan ekonomi dan perlindungan perempuan. Massa juga menolak tentang surat edaran yang dikeluarkan KPAI dan Mendikbud tentang pelarangan pelajar turut serta melakukan aksi unjuk rasa. Padahal kebebasan berbicara dan berpendapat merupakan hak masyarakat, termasuk pelajar. Selain itu, mereka juga mengingatkan agar anggota DPR yang baru dilantik itu agar menjaga amanah rakyat, termasuk meminta agar hak rakyat berdemokrasi dan berpendapat dilindungi.
REALITA YANG TERJADI
Demo di berbagai daerah, kebanyakan aksi tersebut dilaksanakan di gedung wakil rakyat. Di Kalbar misalnya, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menggelar demo di depan Gedung DPRD Kalbar di Jalan Ahmad Yani Pontianak. Sekjen Solmadapar Kalbar, Heri dalam orasinya menyatakan, pihaknya menolak RUU KUHP dan RUU KPK serta meminta dikembalikannya legalitas lembaga anti rasuah tersebut. Di Sulteng, aksi ribuan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi digelar di kawasan Kantor DPRD Sulteng, Kota Palu. Aksi ini sempat berlangsung ricuh. Massa aksi terlihat kesal karena tak satu pun anggota DPRD Sulteng hingga pukul 11.48 WITA belum menemui mereka. Sementara di Sumbar ribuan mahasiswa juga demo di kantor DPRD Sumbar di Kota Padang. Seorang mahasiswa Muhammad Jalal saat orasi mengatakan kedatangan mahasiswa ke DPRD Sumbar untuk menyampaikan penolakan mereka. Tidak hanya tiga wilayah itu, gelombang demo juga terjadi di DPRD Sumatra Selatan, Palembang, DPRD Jawa Tengah di Kota Semarang, DPRD Sumatra Utara, Medan dan masih banyak lagi. Sementara di Jakarta, aksi di gedung DPR/MPR yang berujung bentrok antara aparat dan mahasiswa sempat menjatuhkan korban. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut ada 273 orang yang dirawat di 24 rumah sakit Jakarta. Yang menjadi pokok persoalan sehingga disuarakan oleh mahasiswa ini adalah penolakan terhadap RUU KUHP, UU KPK yang baru, RUU Permasyarakatan dan undang-undang lainnya. Tapi, dari sekian banyak tuntutan itu, RKUHP yang paling mencuat. Ada sejumlah pasal kontroversial di RUU KUHP yang dinilai bermasalah dan memantik demo ribuan mahasiswa di berbagai kota, antara lain: 1. Pasal RUU KUHP soal korupsi yang memuat hukuman yang lebih rendah daripada UU Tipikor. 2. Pasal RUU KUHP tentang penghinaan presiden dan wakil presiden yang mengancam pelaku dengan penjara maksimal 3,5 tahun. 3. Pasal RUU KUHP tentang makar yang bisa diancam hukuman mati, seumur hidup atau bui 20 tahun. 4. Pasal RUU KUHP soal penghinaan bendera 5. Pasal RUU KUHP soal alat kontrasepsi 6. Pasal RUU KUHP soal aborsi 7. Pasal RUU KUHP soal Gelandangan 8. Pasal RUU KUHP tentang Zina dan Kohabitasi 9. Pasal RUU KUHP soal Pencabulan 10. Pasal Pembiaran Unggas dan Hewan Ternak 11. Pasal RKUHP tentang Tindak Pidana Narkoba 12. Pasal tentang Contempt of Court Pasal di RUU KUHP tentang penghinaan terhadap badan peradilan atau contempt of court juga dikritik. 13. Pasal Tindak Pidana terhadap Agama 14. Pasal terkait Pelanggaran HAM Berat (pasal 598-599) Pada 20 September lalu, Presiden Joko Widodo meminta DPR untuk menunda pengesahan Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP). Dalam keterangan persnya, ia mengatakan, penundaan itu dilakukan setelah melihat berbagai kritik atas sejumlah pasal. Dan setelah mencermati masukan- masukan dari berbagai kalangan yang berkeberatan dengan sejumlah substansi- substansi RUU KUHP, Presiden Joko Widodo berkesimpulan masih ada materi- materi yang membutuhkan pendalaman lebih lanjut. Setelah serangkaian demo yang dilakukan diberbagai daerah, terutama aksi di Jakarta yang menyasar gedung DPR RI. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Bambang Soesatyo angkat suara. Ia mengatakan semua Rancangan Undang-Undang (RUU) yang ditolak mahasiswa sudah ditunda.
OPINI SAYA TERHADAP AKSI DEMONSTRASI MAHASISWA DI
BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA Menurut saya, RKUHP dan UU tersebut tidak di pertimbangkan kembali secara matang, terkesan kilat dan asal jadi (demi deadline dan kewajiban sebagai Lembaga legislatif). Maka tidaklah salah jika banyak asumsi publik yang kecewa dengan keputusan tersebut. Para mahasiswa sempat meminta untuk bertemu dengan pihak DPR ingin menyatakan penolakan atas RUU tersebut dengan prosedur yang baik sebelum melancarkan aksi demo, namun pihak DPR itu sendiri tidak memberikan tanggapan cenderung mengabaikan, sehingga aksi demo mahasiswa pun terjadi. Sebenarnya pihak DPR dan pemerintah harusnya bisa meredam dengan memberikan penjelasan dan menyediakan ruang diskusi publik agar tidak menyulut kebingungan masyarakat menambah bias tentang kejelasan pasal dan ayat - ayat RUU nya, jadi turunnya para mahasiswa ke jalan juga tidak bisa disalahkan. Para mahasiswa pun bangga bisa ikut aksi tersebut karena bisa ikut mewakili suara rakyat.