Anda di halaman 1dari 1

Perusahaan Gagal Produksi Diusulkan Tidak Kena

PPN Font: Roboto Ukuran Font:


0 KOMENTAR - +

Oleh : Tempo.co
Rabu, 3 September 2008 14:49 WIB

TEMPO Interaktif , Jakarta: Pengusaha yang pajak gagal berproduksi diusulkan untuk tidak dikenakan pajak
pertambahan nilai (PPN). "Jika gagal berproduksi secara prinsip tidak ada PPN yang harus mereka pungut
dan setorkan, karena pembelian barang dimaksudkan untuk produksi, bukan konsumsi," kata ahli perpajakan
dari Tax Centre Universitas Indonesia Darussalam dalam rapat dengan Panitia Kerja Revisi UU PPN Komisi
Keuangan dan Perbankan DPR, hari ini.

Darussalam menyatakan pengenaan PPN terhadap perusahaan gagal produksi menyalahi prinsip prinsip
dasar PPN. "Pada prinsipnya PPN adalah pajak atas pengeluaran konsumsi,"katanya.

Menurutnya, pengusaha kena pajak yang membeli barang untuk tujuan produksi bukan pihak yang dibebani
PPN, tetapi pihak yang diberi kewajiban untuk memungut dan menyetorkan PPN sebesar nilai lebih pajak
keluaran atas pajak masukan.

Kemudian, saat pembubaran perusahaan, aktiva barang modal yang dipergunakan untuk produksi yang gagal
tersebut dialihkan merupakan objek PPN.

Darussalam yang juga pemilik biro konsultan pajak Danny Darussalam Tax center menilai ketentuan dalam
UU No 18 Tahun 2000 tentang PPN yang berlaku saat ini bahwa PKP diwajibkan untuk membayar kembali
pajak masukan yang telah dikreditkan tidak relevan. "Ini menyebabkan industri yang mempunyai risiko tinggi
untuk gagal berproduksi akan takut berinvestasi di Indonesia," katanya.

Ahli Perpajakan dari UI lainya Haula Rosdiana juga sepakat dengan usulan tersebut. Menurutnya, ketentuan
itu akan menyebabkan beban pajak yang besar karena PKP yang merugi harus menjual aktivanya, termasuk
barang modal dan terkena PPN pengalihan aktiva yang semula tidak untuk diperjual belikan.

Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan Andi Rahmat juga menilai usulan tersebut relevan. Menurutnya,
gagal produksi merupakan kondisi force major sehingga pengenaan pajak bagi PKP gagal berproduksi
dinilainya tidak mempunyai landasan berpikir yang bisa diterima karena. "Saya kira kita sepakat dan DPR
akan meloloskan itu," katanya.

Anda mungkin juga menyukai