SKENARIO 1
Blok 6.3
Tutor :
dr. Nyimas Natasha Ayu Shafira, M.Pd.Ked
Anggota Kelompok :
Fraya Livia Ulima G1A113046
Sara Ashari G1A113047
Fiona Mazka G1A113048
Agus Fathammubin NST G1A113049
Putri Rahmadhanita G1A113050
Veragita Mayasari G1A113051
Wenny Oktaviani G1A113052
Argius Tumanggor G1A113053
Rabanimukram Desyauri G1A113054
Febriano Ramadhana N G1A113055
Tn. Y, 45 tahun, seorang wiraswasta yang diketahui usahanya mengalami kebangkrutan enam
bulan yang lalu, sejak 2 bulan terakhir ini mengeluh insomnia dan sering merasa cemas,
gelisah, jantung berdebar-debar kencang dan nyeri ulu hati.
Hubungan dengan istri juga mengalami gangguan, penderita mengalami ejakulasi dini dan
lekas marah. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan dokter tidak
menunjukkan adanya kelainan.
Tuntutan hidup yang besar membuat 2 minggu terakhir insomnia semakin parah, penderita
merasa semangatnya berkurang, kehilangat minat dan hal-hal yang membuatnya senang,
sosialisasi dan perawatan diri juga agak berkurang. Setelah mendapat pemeriksaan kesehatan
yang komprehensif, diagnosa Tn. Y ditegakkan berdasarkan PPDGJ sehingga dapat
dilakukan penatalaksanaan yang tepat. Dokter juga tidak lupa untuk menjelaskan prognosis
kasus ini pada Tn. Y.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Insomnia
Gangguan tidur di mana adanya kesulitan untuk masuk tidur, mempertahankan tidur, tidak
cukup tidur ditandai sering terbangun dan merasa lelah.
2. Cemas
3. Gelisah
4. Ejakulasi dini
5. Pemeriksaan komprehensif
Pemeriksaan kesehatan lengkap dan terkini untuk mendapatkan hasil diagnosa yang
terbaik.
6. PPDGJ
5. Mengapa kebangkrutan bisa menyebabkan cemas, gelisah, jantung berdebar dan nyeri ulu
hati?
11. Apa hubungan tuntutan kehidupan yang besar dengan semangat berkurang, kehilangan
minat dan hal-hal yang membuat senang, sosialisasi dan perawatan diri berkurang?
Adanya pemicu rasa stress pada Tn. Y menimbulkan gangguan pada fungsi saraf pusat.
Perubahan fungsional yang berubah itu adalah berbagai neurotransmitter dan sistem
pemberi signal intraneuronal, sehingga terjadi penurunan pelepasan norepinefrin dan
serotonin. Pelepasan neurotransmitter (khususnya serotonin) yang menurun itulah yang
menyebabkan tidak adanya perangsangan untuk tidur sehingga Tn. Y tetap terjaga
(insomnia).
Patofisiologi
Adanya stressor gangguan pikiran mempengaruhi sistem saraf pusat terjadi
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi signal
intraneuronal terjadi ketidakseimbangan pelepasan norepineprin dan serotonin
penurunan aktivitas norepineprin dan serotonin gangguan tidur insomnia
Adanya pemicu stress pada Tn.Y mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga timbul
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi signal
intraneuronal. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan pelepasan norepinefrin dan serotonin
(pelepasan menurun) yang menyebabkan penurunan aktivitas norepinefrin dan serotonin.
Pelepasan neurotransmitter (khususnya serotonin) yang menurun itulah yang
menyebabkan tidak adanya perangsangan untuk tidur sehingga Tn.Y tetap terjaga.
Penyebab dari gangguan tidur biasanya dibagi menjadi 3 kondisi, yakni kondisi medis,
kondisi psikiatri dan kondisi lingkungan.
Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksisatori pada batang otak bagian atas,
yang disebut sistem aktivasi retikular, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga
sehingga menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting
telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur disebabkan oleh
proses penghambatan aktif, hal ini terbukti bahwa pemotongan batang otak setinggi
regio midpontil menghasilkan otak dengan korteks yang tak pernah tidur. Dengan kata
lain, ada beberapa pusat yang terletak di bawah ketinggian midpontil pada batang otak,
yang diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak
lainnya.
Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur
dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami. Beberapa cara perangsangan ini
adalah sebagai berikut:
Adanya rangsangan pada nuclei rafe yang terletak di separuh bagian bawah pons dan
medulla serat-serat saraf menyebar ke formatio retikularis, ke atas menuju
thalamus, neokorteks hipotalamus dan sebagian besar pada sistem limbik pada
ujung-ujung serat saraf tersebut terdapat serotonin yang berperan dalam proses tidur.
Perangsangan pada area dalam nuclei traktus solitarius (merupakan region sensorik
medulla dan pons) yang dilewati sinyal sensorik visceral yang memasuki otak
melalui saraf IX dan X keadaan tidur.
Adanya rangkaian SSP dan batang otak saling menghambat dan mengaktifkan neuron
area locus ceruleus dan norepinefrin mencetuskan terjadinya tidur.1
5. Mengapa kebangkrutan bisa menyebabkan cemas, gelisah, jantung berdebar dan nyeri ulu
hati?4
Kebangkrutan yang dialami oleh Tn. Y merupakan suatu stimulus pencetus stress atau
disebut stressor. Keluhan yang muncul pada Tn. Y yaitu cemas, gelisah, jantung berdebar dan
nyeri ulu hati merupakan manifestasi dari tahap stress yang terjadi pada Tn. Y. Menurut
Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari
(2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut:
a) Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stresss yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b) Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, cepat lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung
tegang. Hal ini karena cadangan tenaga tidak memadai.
c) Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak
teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d) Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan
rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya
ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e) Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.
f) Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
Ejakulasi terdiri dari dua fase utama, yaitu fase emisi dan fase ekspulsi. Persarafan eferen
yang bertanggung jawab dalam fase emisi adalah serabut saraf simpatis (T10-L2), yang
menyebabkan kontraksi bergiliran dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, dan
prostat, dengan penutupan orificium urethra internum. Pada fase emisi, kontraksi organ
ejakulasi tambahan menginduksi akumulasi semen di uretra posterior. Pelebaran uretra
posterior menciptakan sensasi emisi dan informasi sensorik yang dihantarkan ke korda
spinalis. Informasi sensorik (aferen) dihantarkan melalui nervus dorsalis penis (S4) ke korda
spinalis lumbosacral, dan bergabung dengan pembuluh aferen simpatetik dari plexus
hipogastrikus. Berjalan ke atas, impuls-impuls sensoris berintegrasi di struktur otak yang
secara spesifik diaktifkan selama ejakulasi untuk menciptakan jaringan yang saling
berhubungan erat antara hipotalamus, diensefalon, dan area pontine.
Fase ekspulsi diawali secara somatik dari korda spinalis sakralis (S2-S4; pusat mekanik)
melalui nervus pudendus, mengakibatkan kontraksi ritmik otot bulbospongiosus dan
bulbokavernosus dan otot perineal yang berhubungan, yang menekan ejakulat melalui uretra
distal. Semen yang diejakulasi mempunyai beberapa komponen termasuk sekret dari vesikula
seminalis, prostat, dan gl. bulbouretra (Cowper) dan spermatozoa.
Neurotransmitter yang terlibat dalam proses ini bekerja bersamaan untuk menciptakan
keseimbangan antara transmisi eksitasi dan inhibisi, yang penting untuk fungsi ejakulasi
normal. Ketidakseimbangan yang disebabkan oleh gangguan dari sistem-sistem ini dapat
menyebabkan ejakulasi dini ataupun ejakulasi terlambat.
9. Apa saja pemeriksaan kesehatan yang dapat dilakukan untuk Tn.Y?6,7
Pemeriksaan psikiatri
Menilai deskripsi umum seperti penampilan, kesadaran, perilaku dan aktivitas
psikomotor, pembicaraan dan sikap terhadap pemeriksa
Menilai keadaan afektif, mood dan keserasian
Menilai fungsi kognitif dan intelektual
Menilai gangguan persepsi
Menilai proses pikir
Menilai pengendalian impuls
Daya nilai dan tilikan
Penilaian terhadap taraf untuk dapat dipercaya
Pemeriksaan fisik
Vital sign yaitu pemeriksaan kesadaran, suhu, nadi, RR, tekanan darah
Pemeriksaan fisik lengkap head to toe
Pemeriksaan tambahan status neurologis seperti penilaian rangsangan
meningeal, refleks fisiologis dan patologis, penilaian nervus cranialis.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin dan lain-lain
Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim dilakukan dalam
praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah langkah sebagai berikut:
1. Anamnesis
Alasan berobat/keluhan utama
Riwayat gangguan sekarang
Riwayat gangguan dahulu
Riwayat perkembangan diri
Lata belakang sosial, keluarga, pendidikan, pekerjaan, perkawinan,dll.
2. Pemeriksaan
Fisik-diagnostik
Status mentalis
Laboratorium
Radiologik
Evaluasi psikologik, dll.
3. Diagnosis
Aksis I: Gangguan Klinis
Aksis II: Gangguan kepribadian dan status mentalis
Aksis III: Kondisi Medik Umum
Aksis IV: Gangguan Psikososial
Aksis V: Taraf Fungsi
11. Apa hubungan tuntutan kehidupan yang besar dengan semangat berkurang, kehilangan
minat dan hal-hal yang membuat senang, sosialisasi dan perawatan diri berkurang?
1. Definisi9
Diagnosis gangguan sedang menurut PPDGJ III adalah tergolong gangguan depresi mayor
menurut DSM V. Menurut American Psychiatric Association (APA), gangguan depresi
mayor adalah berkurangnya mood/hilangnya minat pada aktivitas biasa yang berlangsung
sedikitnya 2 minggu dan disertai rangkaian gejala berupa perubahan pola makan/tidur,
kelelahan, sulit berkonsentrasi, bimbang, pemikiran untuk bunuh diri, perasaan tidak berharga
dan tidak punya pengharapan.
2. Etiologi2
a. Faktor Psikologi
Stress yang berkepanjangan paling sering menjadi penyebab dari insomnia jenis kronis,
sedangkan berita-berita buruk, gagal rencana dapat menjadi penyebab insomnia
transmiten
b. Problem Psikiatri
Depresi paling sering ditemukan jika bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak
diinginkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas dan gangguan
psikologis lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
c. Sakit fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu, sehingga hidung yang tersumbat
dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik
tersumbat belum dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan
dapat tetap terjadi.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang bisisng seperti lingkungan atau rumah yang berada dekat dengan
keramaian, lingkungan kereta api dan bisa juga dilingkungan pabrik dapat menjadi faktor
penyebab susah tidur.
e. Gaya hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur juga dapat
menjadi faktor penyebab sulit tidur.
3.Epidemiologi2
Rata-rata usia sekitar 40 tahunan hampir 50% awitan diantara usia 20-50 tahun. Gangguan
depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data terkini menunjukkan
meningkatnya penggunaan alkohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tertentu.
4. Faktor resiko2
1. Jenis Kelamin
Secara umum dikatakan bahwa gangguan depresi lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. Pendapat-pendapat yang berkembang mengatakan bahwa
perbedaan dari kadar hormonal wanita dan pria, perbedaan faktor psikososial berperan
penting dalam gangguan depresi mayor ini. Sebuah diskusi panel yang
diselenggarakan oleh American Psychological Association(APA) menyatakan bahwa
perbedaan gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah stres yang
dihadapi wanita dalam kehidupan kontemporer.
2. Umur
Depresi dapat terjadi dari berbagai kalangan umur. Sekitar 7,8% dari setiap populasi
mengalami gangguan mood dalam hidup mereka dan 3,7%
mengalamigangguanmoodsebelumnya. Depresi mayor umumnya berkembang pada
masa dewasa muda, dengan usia rata-rata onsetnya adalah pertengahan 20. Namun
gangguan tersebut dapat dialami bahkan oleh anak kecil, meski hingga usia 14 tahun
resikonya sangat rendah.
3. FaktorSosial-EkonomidanBudaya
Tidak ada suatu hubungan antara faktor sosial-ekonomi dan gangguan depresi mayor,
tetapi insiden dari gangguan bipolar I lebih tinggi ditemukan pada kelompok sosial-
ekonomi yang rendah. Dari faktor budaya tidak ada seorang pun mengetahui mengapa
depresi telah mengalami peningkatan di banyak budaya, namun spekulasinya berfokus
pada perubahan sosial dan lingkungan, sepertimeningkatnya disintegrasi keluarga
karena relokasi, pemaparan terhadap perang, dan konflik internal, serta meningkatnya
angka kriminal yang disertai kekerasan, seiring dengan kemungkinan pemaparan
terhadap racun atau virus di lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental
maupun fisik.
5. Manifestasi Klinis8
Gejala utama
o Afek depresif
o Kehilangan minat dan kegembiraan
o Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Klasifikasi:
1. Anamnesis
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-
kurangnya 2minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dan
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2)
hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif
berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang
(F33.-)
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital:
- Nadi
- RR
- Tekanandarah
- Suhu
3. PemeriksaanPsikiatri
Deskripsiumum
- Mood, afekdanperasaan
- Bicara
- Gangguanpersepsi
- Pikiran, dll
4. PemeriksaanPenunjang
Dexamethasone suppression test (DST)
Peningkatankortisol serum
Penurunan MHPG urindan 5-HIAA cairansecebrospinal
Ujistimulasi TRH
Ujitantangan stimulant
8. Tatalaksana2
b. Persuasi
c. Psikoterapi Reassurance
d. Psikoterapi Sugestif
e. Bimbingan
f. Penyuluhan
9. Komplikasi2
Menurunkankualitashidup
Mencetuskandanmemperlambatpenyembuhanataumemperberatpenyakitfisik
Meningkatkanbebanekonomi
10. Prognosis11
PROGNOSIS
TATALAKSANA
Baik
1. Guyton, Arthur C, dan John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC; 2011
2. Sadock B, Sadock VA. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2. Jakarta:
EGC; 2010
3. Price, Sylvia. Buku Ajar Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses PenyakitEdisi ke–9.
Volume 2. Jakarta: EGC; 2005
4. Hawari, Dadang.Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Fakultas. Kedokteran
Universitas Indonesia. Hurlock, Elizabeth; 2001
5. Andersson, KE dan Abdel-Hamid, IA. Therapeutic targets for premature ejaculation.
Maturitas 70. Elsevier; 2011: hlm 27-28
6. Muslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2001
7. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi Kedua. Surabaya:
Airlangga University Press; 2009
8. Muslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013
9. American Psychiatric Association. Practice Guideline for the Treatment of Patients With
Major Depressive Disorder, Third Edition; 2010. Diunduh dari www.psychiatryonline.org
10. Belmaker, RH dan Agam, G. Major depressive disorder. The New England Journal Med
358(1): hlm 58-59; 2008
11. Elvira, SD dan Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010