Anda di halaman 1dari 48

Penyakit

Jantung
Reumatik (PJR)
RIZKI FAJAR MUTTAQIN

Dosen pembimbing :
dr. Vivi Septriani, Sp. A
Bab I
pendahuluan
PJR merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam
reumatik akut sebelumnya
Mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang katup trikuspid &
tidak pernah katup pulmonal.
Diperkirakan prevalensi PJR di Indonesia sebesar 0,3-0,8 anak sekolah 5-
15 tahun.
DRA dan PJR diperkirakan berasal dari respon autoimun, tetapi
patogenesa pastinya belum jelas.
BAB II
LAPORAN
KASUS
E4
SLI
D IDENTITAS PASIEN

Nama : An. S
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : KM 64 Merlung
MRS Bangsal : 11 juli 2020
anamnesis

Keluhan utama : Nyeri dada di bagian kiri


Keluhan tambahan : Batuk, demam, bengkak pada kedua kaki, dan nyeri sendi di
beberapa sendi yaitu pergelangan tangan, dan pergelangan kaki.
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri dada kiri dirasakan sejak 2 minggu SMRS, nyeri dada semakin terasa
memberat jika disertai batuk serta posisi pasien berbaring dan nyeri dada terasa
berkurang jika posisi pasien duduk. Awal nyeri dada timbul ketika pasien
sedang membuat kue ulang tahun dan kelelahan. Pasien sering batuk berdahak
dengan warna dahaknya putih, batuk tersebut membuat nyeri dadanya semakin
terasa.
Pasien juga merasakan nyeri pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki
jika disentuh sehingga membuat pasien kesulitan untuk berjalan. Selain itu
pada bagian kaki terlihat bengkak.
Pasien juga sering merasakan demam yang hanya turun ketika minum
obat dari warung, setelah itu demam dirasakan kembali. Demam
dirasakan sejak 3 minggu SMRS dan tidak pernah diukur.
Sehari sebelum masuk rumah sakit, keluhan tersebut semakin terasa dan
pasien menjadi tidak sadar / pingsan sehingga pasien dibawa ke rumah
sakit.
Sebelumnya pada bulan Februari pasien pernah dirawat di RSUD Raden
Mattaher Jambi dengan penyakit yang serupa, akan tetapi pengakuan
dari keluarganya bahwa pengobatan pasien tidak rutin.
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
Keluhan serupa (+) Ketahuan saat kelas 5 SD
Riwayat alergi makanan (+) : udang, daging.
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat asma (-)

Riwayat sosial ekonomi :


Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Kesan sosial ekonomi : menengah

Riwayat Pribadi :
Lahir normal oleh bidan, aterm, BBL : 2500gr, Imunisasi tidak dapat dinilai
Pemeriksaan Fisik & Status Antropometri

Usia : 16
BB : 38 kg LILA: 21 LP : 67 cm
TB : 155 cm LK : 51 cm
BB/U : < 3%
TB/U : 12,65%
BB/TB : 84,4% (Gizi kurang)
BBI : 45 kg

keadaan umum : tampak lemas


Kesadaran : compos mentis ( E4V5M6)

TD : 100/60 mmHg
RR : 28 x/i
N : 120 x/i
T : 36,5 °C
SpO2 : 99 %

10
Head to Toe
Kepala : normocephal, hitam, merata, tidak mudah dicabut
Mata : RC (+/+), SI (-/-), CA (-/-), Pupil isokor, edema palpebra (-), cekung (-)
Hidung : rinore (-)
Telinga : otore (-)
Mulut : kering (-), pucat (-), faring hiperemis (-), tonsil (T0/T0), eksudat tonsil (-)
Leher : pembesaran KGB (-) nyeri tekan (-)

Thorax
Paru : Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Auskultasi: vesikuler (+/+), ronki (+/+), wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : ictus cordis (+)
Palpasi : teraba ictus cordis di ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur pada Apex
Abdomen : Inspeksi : datar
Palpasi : supel, nyeri tekan
Auskultasi : BU normal

Ekstremitas : akral dingin, CRT > 2 detik, edema (+/-), nodul subkutan (-)

11
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin 8,44 g/dL 11-16
Hematokrit 25,8 % 35-50
Eritrosit 3,16 10^12/L 3,5-5,5
MCV 81,6 fL 80-100
MCH 26,7 Pg 27-34
MCHC 328 g/L 320-360
Trombosit 249 10^9/L 100-300
Leukosit 4-10
7,58 10^9/L
 

12
Pemeriksaan penunjang
Rontgen Thorax

Cor : dalam batas normal. Pulmo :


Bronchopneumonia DD/Bronchitis
ekg
Pemeriksaan Echocardiography
(22-02-2020)
Pemeriksaan Echocardiography
(22-02-2020)

Kesimpulan :
Moderate MR due to RHD dan prolapse AML, AR ringan, fungsi kontraktilitas LV
baik, dan fungsi kontraktilitas RV cukup.
diagnosa :
Penyakit Jantung Reumatik Reaktivasi + Mitral Regurgitasi
tatalaksana
- IVFD D5 ¼ NS 15 tpm makro

- Inj. BPG 1,2 jt Unit IM (extra) selanjutnya  inj. PP 1,2 jt Unit IM. (10 hari)

- Inj. Omeprazole 2 x 25 mg

- P.O Candesartan 1 x 4 mg

- P.O Furosemide 1x20 mg tab

- P.O Methylprednisolone 3 x 24 mg
prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Follow up pasien
Tanggal S O A P
- IVFD D5 ¼ NS 15 tpm
22/07/2020 Sesak (+) Keadaan umum: Penyakit makro
- inj. PP 1,2 jt Unit IM yang
Batuk (+) tampak lemas Jantung ke-9
Demam (-) Reumatik - inj. Ranitidin 2x1 g
- P.O Candesartan 1 x 4 mg
Nyeri tenggorokan (-) Kesadaran: compos Reaktivasi - P.O Furosemide 1x1 tab
Sulit menelan (-) mentis, GCS : 15
Nyeri sendi (+) (E4V5M6)
TD : 100/60
N : 120 x/i
RR : 28 x/i
T : 36,4˚C
SP02 : 99 %
29/02/2020 Sesak (+) Keadaan umum: Penyakit inj. PP 1,2 jt Unit IM yang ke-10
 
Batuk (-) tampak lemas Jantung
Obat yang di bawa pulang:
Demam (-) Kesadaran: compos Reumatik - Furosemid 1x20mg
Nyeri tenggorokan (-) mentis, GCS : 15 Reaktivasi - Candesartan 1x4 mg
- Omeprazole 2x1 tab
Sulit menelan (-) (E4V5M6)
- Methylprednisolone 3 x 24
Nyeri sendi (-)   mg
TD : 90/60
N : 86 x/i
RR : 28 x/i
T : 35,7˚C
SP02 : 94 %

Pasien diperbolehkan pulang pada tanggal 29 Februari 2020 atas indikasi keluhan sudah
membaik dan terapi sudah dilakukan dengan tepat dan lengkap.
Bab iii
tinjauan kasus
Definisi pjr
PJR merupakan gejala sisa (sekuele) dari DR.
DR  anak usia 5-14 tahun dan dapat terjadi kekambuhan pada usia
dekade keempat.
Mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang katup trikuspid, dan
tidak pernah katup pulmonal.
PJR menimbulkan stenosis/insufisiensi atau keduanya
Serangan DR/PJR dapat berulang (rekuren)
epidemiologi
PJR menyebabkan setidaknya 200.000-250.000 kematian bayi prematur
setiap tahun
WHO  Tahun 2004 angka mortalitas PJR 0,5 per 100.000 penduduk
(Negara maju) , 8,2 per 100.000 penduduk (Negara berkembang),
daerah Asia Tenggara diperkirakan 7,6 per 100.000 penduduk
Indonesia  Prevalensi PJR berkisar antara 0,3 sampai 0,8 per 1.000
anak sekolah
etiologi
Infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A (SBHGA)
PATOGENESIS
Bakteri sering berkolonisasi & berproliferasi di tenggorokan.
Bakteri ini memiliki supra-antigen (protein M) yang dapat berikatan
dengan MHC kelas 2 + reseptor sel T yang apabila teraktivasi
melepaskan sitokin dan menjadi sitotosik.
Bakteri  menghasilkan produk ekstraseluler seperti streptolisin,
streptokinase, DNA-ase, & hialuronidase mengaktivasi sejumlah
antibodi autoreaktif  antistreptolisin-O (ASTO)
patogenesis
Epitop pada dinding sel, membran sel, dan protein M dari SBHGA
memiliki struktur imunologi yang sama dengan protein miosin,
tropomiosin, keratin, aktin, laminin, vimentin, dan N-asetilglukosamin
pada tubuh manusia.
Laminin merupakan protein yang mirip miosin dan protein M yang
terdapat pada endotelium jantung dan dikenali oleh sel T anti miosin
dan anti protein M
SBHGA mengalami reaksi silang dengan jaringan katup jantung
menyebabkan kerusakan valvular.
FAKTOR HOST
Gen HLA kelas II berpotensi dalam perkembangan DR dan PJR
HLA kelas II terletak pada kromosom 6 berperan dalam kontrol imun
respon
Molekul HLA kelas II berperan dalam presentasi antigen pada reseptor T
sel  memicu respon sistem imun selular dan humoral.
HLA-DR7 paling berhubungan dengan PJR pada lesi-lesi valvular
patoFISIOLOGI
SBHGA menyebabkan penyakit supuratif (faringitis, impetigo, selulitis,
miositis, pneumonia, sepsis nifas) dan non supuratif (demam rematik,
GNA).
Setelah inkubasi 2-4 hari, invasi SBHGA pada faring menghasilkan
respon inflamasi akut yang berlangsung 3-5 hari ditandai dengan
demam, nyeri tenggorok, malaise, pusing dan leukositosis.
PATOFISIOLOGI
> 60% penyakit rheumatic fever akan berkembang menjadi rheumatic
heart disease.
Kerusakan yang ditimbulkan pada PJR yakni kerusakan katup jantung 
menyebabkan timbulnya regurgitasi.
Episode yang sering dan berulang menyebabkan penebalan pada katup,
pembentukan skar (jaringan parut), kalsifikasi dan dapat berkembang
menjadi valvular stenosis.
Dasar diagnosis
Highly probable yaitu 2 mayor atau 1 mayor + 2 minor disertai bukti infeksi
SBHGA yaitu dengan peningkatan ASTO atau kultur positif.
Doubtful yaitu 2 mayor atau 1 mayor + 2 minor namun tidak terdapat bukti
infeksi SBHGA
Exception yaitu jika diagnosis demam rematik dapat ditegakkan bila hanya
ditemukan korea saja atau karditis indolen saja.

NOTE : Serangan rekuren DR pada pasien yang sudah mengalami PJR, WHO
merekomendasikan minimal 2 minor + infeksi SGA sebelumnya.
Kategori Diagnosis Kriteria
Rheumatic Fever serangan Pertama - Dua mayor
- Atau satu mayor dan dua minor
- Ditambah bukti infeksi SBHGA sebelumnya

Rheumatic Fever serangan ulang tanpa RHD - Dua mayor


- Atau satu mayor dan dua minor
- Ditambah bukti infeksi SBHGA sebelumnya

Rheumatic Fever serangan ulang dengan RHD - Dua minor


- Ditambah bukti infeksi SBHGA sebelumnya

Chorea reumatik Tidak diperlukan kriteria mayor lainnya atau


Karditis reumatik Insidious bukti infeksi SBHGA

RHD Tidak diperlukan kriteria lainnya untuk


mendiagnosis sebagai RHD
TATALAKSANA
Diet dan aktivitas
Terapi antibiotik
Terapi anti inflamasi
Terapi gagal jantung
Operatf
Profilaksis primer
Agen Dosis Evidence Rating

Penisilin
Amoxicillin 50 mg/kgBB (maksimal, 1 g) oral satu kali sehari selama 10 hari 1B

Penicillin G benzathine - Pasien berat < 27 kg : 600,000 unit IM sekali 1B


- Pasien dengan BB > 27 kg: 1,200,000 unit IM sekali

Penicillin V potassium - Pasien dengan BB < 27 kg diberikan 250 mg oral 2-3x sehari 1B
selama 10 hari
- Pasien dengan BB > 27 kg: 500 mg oral 2-3x sehari selama 10
hari.
Untuk pasien alergi penisilin
Narrow-spectrum cephalosporin   1B

Azithromycin (Zithromax) 12 mg/kgBB/hari (maksimal, 500 2Ab


mg) oral 1x sehari selama 5 hari
Clarithromycin (Biaxin) 15 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2aB
2 dosis (maksimal, 250 mg 2x
sehari), selama 10 hari
Clindamycin (Cleocin) 20 mg/kgBB/hari oral (maksimal, 2aB
1.8 g/hari), dibagi menjadi 3 dosis,
untuk 10 hari
Profilaksis sekunder
Obat Dosis

- Pasien berat < 27 kg (60 lb) 600,000 unit IM


setiap 4 minggu sekali
Penicillin G benzathine
- Pasien berat > 27 kg: 1,200,000 unit IM
setiap 4 minggu sekali

Penicillin V potassium 250 mg oral 2x sehari

- Pasien berat < 27 kg : 0.5 g oral 1x sehari


Sulfadiazine
- Pasien berat > 27 kg : 1 g oral 1x sehari

Macrolide atau antibiotik azalide (untuk pasien alergi


Bervariasi
penicillin dan sulfadiazine)
Obat-obatan untuk Mengatasi Gagal Jantung pada Rheumatic Fever

  Obat   Dosis

Digoxin 30 mcg/kg dosis total digitalisasi, 7,5 mcg/kg/hari dosis


Pemeliharaan
Diuretik:    
- Furosemide 0,5 – 2 mg/kg/hari,
- Metolazone 0,2 – 0,4 mg/kg/hari
     
Vasodilator:    
- Captopril
Dimulai 0,25 mg/kg dosis percobaan, dinaikkan 1,5 – 3
    mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis.

- Sodium 0,5 – 10 mcg/kg/min infus, digunakan bila gagal jantung sulit


  nitroprusside dikontrol. Monitor kadar sianida.
     
Inotropik:    
- Dobutamine 2 – 20 mcg/kg/menit per-infus
- Dopamine 2 – 20 mcg/kg/menit per-infus
Bab iv
analisis kasus
Analisa kasus
ANAMNESIS TEORI

Pasien An. S umur 16 tahun Stadium pertama berupa infeksi


dengan keluhan nyeri dada 2 saluran napas bagian atas oleh
minggu dan tidak sadar sehari kuman SBHGA
SMRS.
Keluhan berupa demam, batuk,
Nyeri dada (+). Keluhan disertai rasa sakit waktu menelan, tidak
batuk berdahak, berwarna putih. jarang disertai muntah dan bahkan
pada anak kecil dapat terjadi diare.
Gatal tenggorokan (-), nyeri
tenggorokan (-), penurunan nafsu
makan (+), mual dan muntah (-),
terkadang demam ,pilek (-).
ANALISA KASUS
ANAMNESIS TEORI

keluhan sudah dirasakan sejak DRA terdapat pada kelompok


pasien berumur 10 tahun. usia 5-15 tahun
Awalnya pasien mengeluh batuk. DR dan PJR sewaktu-waktu
Batuk dirasakan hilang timbul dan dapat mengalami reaktivasi
tidak dipengaruhi oleh cuaca. Pilek
penyakitnya.
(-), Nyeri sendi di kedua siku, lutut
dan pergelangan kaki sehingga os
sulit untuk berjalan.
Pasien mengatakan sejak kecil os
mudah lelah saat beraktivitas.
ANALISA KASUS
ANAMNESIS TEORI

mengeluh nyeri sendi di beberapa Pada pasien ini memenuhi 2


tempat diantaranya di daerah mayor karditis dan poliartritis
pergelangan tangan, lutut, dan ditambah 2 minor yaitu demam
pergelangan kaki.
dan atralgia.
Nyeri sendi dirasakan berpindah-
pindah dan mengenai kedua sisi bagian
tubuh yang terkena. Terlihat sedikit
tanda radang pada sendi yang terkena.
Pemeriksaan fisik didapatkan bunyi
bising jantung yaitu murmur
pansistolik
ANALISA KASUS
PENUNJANG TEORI

Hasil echo  didapatkan Katub yang sering terkena adalah


moderate MR due to RHD dan katub mitral (65-70%) dan katub
prolapse AML, AR ringan, fungsi aorta (25%).
kontraktilitas LV baik, dan fungsi
kontraktilitas RV cukup
Katub trikuspid hanya 10% dan
hampir selalu berhubungan lesi
pada katub mitral dan aorta
Analisa kasus
TERAPI PASIEN TEORI

IVFD D5 ¼ NS 15 tpm makro 1. Eradikasi kuman


streptokokus  BPG  Bila
Inj. BPG 1,2 jt Unit IM (extra) tidak ada, diberikan Prokain
selanjutnya  inj. PP 1,2 jt Unit penisilin 50.000 IU /Kgbb
IM. (10 hari) selama 10 hari.
Inj. Omeprazole 2 x 25 mg 2. Profilaksis sekunder  BPG
Candesartan 1 x 4 mg Setiap 3 atau 4 minggu.
Alternatif lain dengan
Furosemide 1x20 mg tab menggunakan penisilin V oral,
sulfadiazin.
Methylprednisolone 3x24 mg
Obat-obatan untuk Mengatasi Gagal Jantung pada Rheumatic Fever

  Obat   Dosis

Digoxin 30 mcg/kg dosis total digitalisasi, 7,5 mcg/kg/hari dosis


Pemeliharaan
Diuretik:    
- Furosemide 0,5 – 2 mg/kg/hari,
- Metolazone 0,2 – 0,4 mg/kg/hari
     
Vasodilator:    
- Captopril
Dimulai 0,25 mg/kg dosis percobaan, dinaikkan 1,5 – 3
    mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis.

- Sodium 0,5 – 10 mcg/kg/min infus, digunakan bila gagal jantung sulit


  nitroprusside dikontrol. Monitor kadar sianida.
     
Inotropik:    
- Dobutamine 2 – 20 mcg/kg/menit per-infus
- Dopamine 2 – 20 mcg/kg/menit per-infus
Bab v
kesimpulan
PJR merupakan penyakit jantung didapat yang sering ditemukan pada
anak.
PJR merupakan penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa
(sekuele) dari Demam rematik.
Etiologi PJR adalah infeksi Streptococcus grup A.
kelainan katup jantung menetap akibat DRA sebelumnya, terutama
mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup
trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai