Jantung
Reumatik (PJR)
RIZKI FAJAR MUTTAQIN
Dosen pembimbing :
dr. Vivi Septriani, Sp. A
Bab I
pendahuluan
PJR merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam
reumatik akut sebelumnya
Mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang katup trikuspid &
tidak pernah katup pulmonal.
Diperkirakan prevalensi PJR di Indonesia sebesar 0,3-0,8 anak sekolah 5-
15 tahun.
DRA dan PJR diperkirakan berasal dari respon autoimun, tetapi
patogenesa pastinya belum jelas.
BAB II
LAPORAN
KASUS
E4
SLI
D IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : KM 64 Merlung
MRS Bangsal : 11 juli 2020
anamnesis
Riwayat Pribadi :
Lahir normal oleh bidan, aterm, BBL : 2500gr, Imunisasi tidak dapat dinilai
Pemeriksaan Fisik & Status Antropometri
Usia : 16
BB : 38 kg LILA: 21 LP : 67 cm
TB : 155 cm LK : 51 cm
BB/U : < 3%
TB/U : 12,65%
BB/TB : 84,4% (Gizi kurang)
BBI : 45 kg
TD : 100/60 mmHg
RR : 28 x/i
N : 120 x/i
T : 36,5 °C
SpO2 : 99 %
10
Head to Toe
Kepala : normocephal, hitam, merata, tidak mudah dicabut
Mata : RC (+/+), SI (-/-), CA (-/-), Pupil isokor, edema palpebra (-), cekung (-)
Hidung : rinore (-)
Telinga : otore (-)
Mulut : kering (-), pucat (-), faring hiperemis (-), tonsil (T0/T0), eksudat tonsil (-)
Leher : pembesaran KGB (-) nyeri tekan (-)
Thorax
Paru : Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Auskultasi: vesikuler (+/+), ronki (+/+), wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : ictus cordis (+)
Palpasi : teraba ictus cordis di ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur pada Apex
Abdomen : Inspeksi : datar
Palpasi : supel, nyeri tekan
Auskultasi : BU normal
Ekstremitas : akral dingin, CRT > 2 detik, edema (+/-), nodul subkutan (-)
11
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin 8,44 g/dL 11-16
Hematokrit 25,8 % 35-50
Eritrosit 3,16 10^12/L 3,5-5,5
MCV 81,6 fL 80-100
MCH 26,7 Pg 27-34
MCHC 328 g/L 320-360
Trombosit 249 10^9/L 100-300
Leukosit 4-10
7,58 10^9/L
12
Pemeriksaan penunjang
Rontgen Thorax
Kesimpulan :
Moderate MR due to RHD dan prolapse AML, AR ringan, fungsi kontraktilitas LV
baik, dan fungsi kontraktilitas RV cukup.
diagnosa :
Penyakit Jantung Reumatik Reaktivasi + Mitral Regurgitasi
tatalaksana
- IVFD D5 ¼ NS 15 tpm makro
- Inj. BPG 1,2 jt Unit IM (extra) selanjutnya inj. PP 1,2 jt Unit IM. (10 hari)
- Inj. Omeprazole 2 x 25 mg
- P.O Candesartan 1 x 4 mg
- P.O Methylprednisolone 3 x 24 mg
prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Follow up pasien
Tanggal S O A P
- IVFD D5 ¼ NS 15 tpm
22/07/2020 Sesak (+) Keadaan umum: Penyakit makro
- inj. PP 1,2 jt Unit IM yang
Batuk (+) tampak lemas Jantung ke-9
Demam (-) Reumatik - inj. Ranitidin 2x1 g
- P.O Candesartan 1 x 4 mg
Nyeri tenggorokan (-) Kesadaran: compos Reaktivasi - P.O Furosemide 1x1 tab
Sulit menelan (-) mentis, GCS : 15
Nyeri sendi (+) (E4V5M6)
TD : 100/60
N : 120 x/i
RR : 28 x/i
T : 36,4˚C
SP02 : 99 %
29/02/2020 Sesak (+) Keadaan umum: Penyakit inj. PP 1,2 jt Unit IM yang ke-10
Batuk (-) tampak lemas Jantung
Obat yang di bawa pulang:
Demam (-) Kesadaran: compos Reumatik - Furosemid 1x20mg
Nyeri tenggorokan (-) mentis, GCS : 15 Reaktivasi - Candesartan 1x4 mg
- Omeprazole 2x1 tab
Sulit menelan (-) (E4V5M6)
- Methylprednisolone 3 x 24
Nyeri sendi (-) mg
TD : 90/60
N : 86 x/i
RR : 28 x/i
T : 35,7˚C
SP02 : 94 %
Pasien diperbolehkan pulang pada tanggal 29 Februari 2020 atas indikasi keluhan sudah
membaik dan terapi sudah dilakukan dengan tepat dan lengkap.
Bab iii
tinjauan kasus
Definisi pjr
PJR merupakan gejala sisa (sekuele) dari DR.
DR anak usia 5-14 tahun dan dapat terjadi kekambuhan pada usia
dekade keempat.
Mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang katup trikuspid, dan
tidak pernah katup pulmonal.
PJR menimbulkan stenosis/insufisiensi atau keduanya
Serangan DR/PJR dapat berulang (rekuren)
epidemiologi
PJR menyebabkan setidaknya 200.000-250.000 kematian bayi prematur
setiap tahun
WHO Tahun 2004 angka mortalitas PJR 0,5 per 100.000 penduduk
(Negara maju) , 8,2 per 100.000 penduduk (Negara berkembang),
daerah Asia Tenggara diperkirakan 7,6 per 100.000 penduduk
Indonesia Prevalensi PJR berkisar antara 0,3 sampai 0,8 per 1.000
anak sekolah
etiologi
Infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A (SBHGA)
PATOGENESIS
Bakteri sering berkolonisasi & berproliferasi di tenggorokan.
Bakteri ini memiliki supra-antigen (protein M) yang dapat berikatan
dengan MHC kelas 2 + reseptor sel T yang apabila teraktivasi
melepaskan sitokin dan menjadi sitotosik.
Bakteri menghasilkan produk ekstraseluler seperti streptolisin,
streptokinase, DNA-ase, & hialuronidase mengaktivasi sejumlah
antibodi autoreaktif antistreptolisin-O (ASTO)
patogenesis
Epitop pada dinding sel, membran sel, dan protein M dari SBHGA
memiliki struktur imunologi yang sama dengan protein miosin,
tropomiosin, keratin, aktin, laminin, vimentin, dan N-asetilglukosamin
pada tubuh manusia.
Laminin merupakan protein yang mirip miosin dan protein M yang
terdapat pada endotelium jantung dan dikenali oleh sel T anti miosin
dan anti protein M
SBHGA mengalami reaksi silang dengan jaringan katup jantung
menyebabkan kerusakan valvular.
FAKTOR HOST
Gen HLA kelas II berpotensi dalam perkembangan DR dan PJR
HLA kelas II terletak pada kromosom 6 berperan dalam kontrol imun
respon
Molekul HLA kelas II berperan dalam presentasi antigen pada reseptor T
sel memicu respon sistem imun selular dan humoral.
HLA-DR7 paling berhubungan dengan PJR pada lesi-lesi valvular
patoFISIOLOGI
SBHGA menyebabkan penyakit supuratif (faringitis, impetigo, selulitis,
miositis, pneumonia, sepsis nifas) dan non supuratif (demam rematik,
GNA).
Setelah inkubasi 2-4 hari, invasi SBHGA pada faring menghasilkan
respon inflamasi akut yang berlangsung 3-5 hari ditandai dengan
demam, nyeri tenggorok, malaise, pusing dan leukositosis.
PATOFISIOLOGI
> 60% penyakit rheumatic fever akan berkembang menjadi rheumatic
heart disease.
Kerusakan yang ditimbulkan pada PJR yakni kerusakan katup jantung
menyebabkan timbulnya regurgitasi.
Episode yang sering dan berulang menyebabkan penebalan pada katup,
pembentukan skar (jaringan parut), kalsifikasi dan dapat berkembang
menjadi valvular stenosis.
Dasar diagnosis
Highly probable yaitu 2 mayor atau 1 mayor + 2 minor disertai bukti infeksi
SBHGA yaitu dengan peningkatan ASTO atau kultur positif.
Doubtful yaitu 2 mayor atau 1 mayor + 2 minor namun tidak terdapat bukti
infeksi SBHGA
Exception yaitu jika diagnosis demam rematik dapat ditegakkan bila hanya
ditemukan korea saja atau karditis indolen saja.
NOTE : Serangan rekuren DR pada pasien yang sudah mengalami PJR, WHO
merekomendasikan minimal 2 minor + infeksi SGA sebelumnya.
Kategori Diagnosis Kriteria
Rheumatic Fever serangan Pertama - Dua mayor
- Atau satu mayor dan dua minor
- Ditambah bukti infeksi SBHGA sebelumnya
Penisilin
Amoxicillin 50 mg/kgBB (maksimal, 1 g) oral satu kali sehari selama 10 hari 1B
Penicillin V potassium - Pasien dengan BB < 27 kg diberikan 250 mg oral 2-3x sehari 1B
selama 10 hari
- Pasien dengan BB > 27 kg: 500 mg oral 2-3x sehari selama 10
hari.
Untuk pasien alergi penisilin
Narrow-spectrum cephalosporin 1B
Obat Dosis
Obat Dosis