Anda di halaman 1dari 23

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn H
b. Jenis Kelamin : Laki- Laki
c. Umur : 42 tahun
d. Pekerjaan : Wiraswata
e. Alamat : RT 25 Lebak Bandung

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Sudah Menikah
b. Jumlah anak :2
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal dirumah lantai keramik, dinding beton, dan atap
seng. Lingkungan sekitar rumah termasuk dalam komplek dan berada di
dalam gang. Di bagian dalam terdapat 1 ruang tamu dilengkapi ventilasi
dan jendela yang cukup pencahayaan nya, 1 ruang tengah, 2 ruang tidur, 1
dapur dengan ventilasi dan tanpa jendela, dan 1 kamar mandi yang berada
dari bangunan utama. Kamar mandi yang digunakan pasien dan
keluarganya adalah closet. Air minumnya berasal dari air minum depot isi
ulang yang lebih praktis. Pencahayaan dan pertukaran udara di dalam
rumah ini tergolong cukup baik. Sumber air bersih dari PDAM, air minum
dengan air galon, dan sumber listrik dari PLN.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan:
Pasien tinggal bersama dengan istri, dan 2 orang anak. tidak ada
masalah keluarga dan keharmonisan dalam keluarga baik.
Pasien biasa makan 3 kali sehari. Punya kebiasaan suka makan pedas dan
jarang cuci tangan sebelum makan setelah bekerja.

1
III. Aspek Psikologis di Keluarga
- Pasien tinggal bersama istri dan 2 orang anak
- Hubungan dengan anggota keluarga baik

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama :
BAB cair sejak 2 hari sebelum ke PUSTU.
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke Puskesmas Pembantu Lebak Bandung dengan
keluhan BAB cair sejak 2 hari sebelum ke PUSTU. Frekuensi >4x/hari
banyaknya 1/2 gelas belimbing, cair >> ampas, lendir (-), darah (-), mual (+)
muntah (-) frekuensi 10 kali, banyaknya ¼ gelas belimbing, isi apa yang
dimakan dan diminum, muntah menyemprot (-), demam () tidak terlalu tinggi,
batuk (+), pilek (-), nyeri menelan (-), sesak nafas (-), kejang (-), mimisan (-),
BAK normal seperti biasa, penderita masih mau minum, penderita tampak
makin lemas kemudian penderita ke PUSTU.

V. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat dengan keluhan yang sama (-)
 Riwayat trauma sebelumnya disangkal.
 Riwayat alergi susu, makanan, dan obat disangkal
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat sakit maag (-)
VI. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat dengan keluhan yang sama(-)
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat kencing manis (-)
VII.Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan

2
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan Darah : 117/84 mmhg
4. Nadi : 84x/menit
5. Pernafasan : 22 x/menit
6. Suhu : 36,6°C
7. Berat Badan : 63 kg
8. Tinggi Badan : 163 cm
9. Status Gizi :IMT = 63/(1,63)2 = 23,71 (Normal)
Pemeriksaan Organ
 Kepala Bentuk : normocephal, simetris, jejas (-)
 Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+
mata cekung : +/+
 Telinga : Nyeri tarik daun telinga (-), sekret (-)
 Hidung : Rhinorhea (-), deviasi septum (-), perdarahan (-)
 Mulut Bibir : kering
Gigi geligi : lengkap, caries (-)
Palatum : dbn
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
 Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)
 Thoraks;
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra

3
Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo (Paru)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
ronkhi (-) ronkhi (-)
 Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, turgor kulit baik, nyeri tekan (-), hati dan
lien tidak teraba
Perkusi Timpani, nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi Bising usus (+) meningkat
 Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik

VIII. Pemeriksaan Penunjang


Darah Rutin

 WBC : 7.600 sel/mm3 darah


 RBC : 4.8 juta sel/mm3 darah
 PLT :335.000 sel/mm3 darah
 HGB : 13.6 g/dl
Urin Rutin
 Warna : Kuning Muda
 BJ : 1010
 pH :6
 Protein : (-)
 Glukosa : (-)
 Leukosit : 0-2/lpb
 Eritrosit : 0-2/lpb
IX. Pemeriksaan Penunjang Anjuran
a. Feses rutin

4
b. Kultur feses
c. Pencitraan; Rontgen, USG abdomen
X. Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi
XI. Diagnosis Banding
Diare akut ec susp. bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang
XII. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit diare yang pasien derita
mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan, pencegahan, serta
komplikasi.
 Menjelaskan tentang nutrisi, pentingnya makanan bergizi dan
seimbang untuk membantu proses penyembuhan.
 Kebersihan peerorangan, cuci tangan sebelum makan
 Kebersihan lingkungan, BAB di closet
 Memakan makanan yang dimasak dan hindari makan makanan
mentah
 Mengurangi makan makanan pedas
 Penyediaan air minum yang bersih

b. Preventif :
 Banyak minum air putih minimal 2 liter (8 gelas) sehari.
 Menjaga kebersihan personal
 Air minum yang bersih dari sumur atau sumber air yang terjaga
kebersihannya dan dimasak.
 Pengolahan makanan yanag dimasak dengan baik untuk menghindari
kontaminasi
 Cuci tangan dengan sabun seteleh buang air besar, sebelum makan
dan sebelum menyiapkan makanan

c. Kuratif :

5
Non Farmakologi
 Banyak minum air putih minimal 2 liter (8 gelas) sehari.
 Nutrisi cukup
Farmakologi
 Oralit 200 ml  tiap kali BAB cair
 Zink 1 x 20 mg po
 Domperidon 3x 10 mg po

d. Rehabilitatif
 Kontrol ulang dan kultur feses ulang setelah 2-3 hari pengobatan
 berikan antibiotik jika keluhan diare tidak berkurang dan jika
keluhan diare disertai lendir dan darah
 Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga dan
menyarankan keluarga pasien untuk membantu mengawasi kegiatan
pasien agar jangan beraktivitas terlalu berat dan tetap menjaga
kebersihan lingkungan.

Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat
Dokter Alvin Pratama Dokter Alvin Pratama
SIP : 123456 SIP : 123456
6

Jambi, Des 2018 Jambi, Des 2018

R/ Zink 20mg No X R/ Zink 20mg No X


R/ Oralit scht No. V R/ Oralit scht No. V
Sprn (setiap BAB) Sprn (setiap BAB)
R/ Loperamide 2mg No VI R/ Loperamide 2mg No VI
Sprn Sprn

Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter

Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat
Dokter Alvin Pratama Dokter Alvin Pratama
SIP : 123456 SIP : 123456

Jambi, Des 2018 Jambi, Des 2018

R/ Zink 20mg No X R/ Zink 20mg No X


S1dd Tab 1 S1dd Tab 1
R/ Oralit scht No. V R/ Oralit scht No. V
Sprn (setiap BAB) Sprn (setiap BAB)
R/ Loperamide 2mg No VI R/ Loperamide 2mg No VI
Sprn Sprn

Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

Pro : BAB II
Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter TINJAUAN PUSTAKA
Pro :
Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter
7
2.1 Definisi
Menurut definisi WHO. Diare adalah pasase fesed dengan konsistensi
lebih encer dan frekuensi lebih sering ( >2x dalam 1 hari). Definisi lain adalah
pasase feses lebih dari 200g/hari pada dewasa atau 10ml/kg/hari pada bayi dan
balita. Diare yang disertai darah dan mukus pada feses disertai tenesmus, nyeri
perut dan demam disebut sindrom disentri.

2.2 Epidemiologi
Data WHO tahun 2009 menunjukan angka kejadian diare akut di seluruh
dunia mencapai 2miliar kasus per tahun. Di Amerika Serikat, ditemukan 100 juta
kasus diare akut pada dewasa tiap tahunnya, menyebabkan 250.000 diantaranya
dirawat di rumah sakit dan 5000 meninggal dunia.

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan durasinnya, diare diklasifikasikan menjadi :
                     Diare akut (<14 hari)
                     Diare kronis (>14 hari)
Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada: 1. Diare akut,
yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. 2. Disentri, yaitu diare yang
disertai dengan darah. 3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari
14 hari. 4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang, 2004).
Patofisiologi :
Diare dapat disebabkan karena salah satu atau beberapa mekanisme
dibawah ini :

Diare osmotik
Jika bahan makanan tidak dapat diabsorpsi dengan baik di usus halus,
maka tekanan osmotik intralumen meingkat sehingga menarik cairan plasma ke
lumen. Jumlah cairan yang bertambah melalui kemampuan reabsopsi kolon
menyebabkan terjadinnya diare yang cair. Diare akan berhenti bila pasien puasa.
Penyebab dari diare ini bisa karena intoleransi laktosa, konsumsi laksatif atau
antasida yang mngandung magnesium. Diare osmotik ditegakkan bila osmotic gap
feses > 125mosmol/kg (normal <50mosmol/kg). Osmotic gap dihitung dengan
cara Osmolaritas serum (290 mosmol/kg)-[2x(konsentrasi natrium + kalium
feses).

Diare sekretorik
Akibat gangguan transpor elektrolit dan cairan melewati mukosa
enterokolon. Menyebabkan sekresi berlebih atau absorbsi berkurang.
Penyebabnya bisa toksin bakteri (misal kolera), penggunaan laksatif non osmotik,
reseksi usus, penyakit mukosa usus, dan lainnya. Karakteristiknya berupa feses

8
cair, banyak, tidak nyeri, dan tidak ada mukus maupun darah. Diare tetap
berlangsung walaupun pasien puasa.

Diare eksudatif/Inflamatory
Terjadi akibat inflamasi dan kerusakan mukosa usus. Diare dapat disertai
malabsopsi lemak, cairan dan elektrolit serta hipersekresi dan hipermotilitas
akibat pelepasan sitokin pro-inflamasi. Penyebabnya:
1. Infeksi bakteri yang bersifat infasif seperti Campylobacter Jejuni,
Shigella, Salmonella Yersinia, Enterocolica, Enteroinvasive Escherecia
coli (EIEC), Clostridium dificile atau infeksi amuba;
2. Non ifeksi berupa: gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel
disease, atau radiasi.
Karakteristik berupa feses dengan pus, mukus, atau darah karena
kerusakan mukosa. Analisis feses menunjukan leukosit, fecal
lactoferrin dan Calciprotektin positif. Gejala biasanya disertai tenesmus, nyeri
dan demam.

Diare Dismotilitas:
Disebabkan dismotilitas usus sehingga waktu transit di usus memendek
dan absorbsi berkurang atau disebabkan neuromiopati yang menyebabkan statis
dan terjadiovergrowth bakteri. Karakteristik mirip dengan diare sekretorik, namun
dapat disertaisteatorrhea ringan. Penyebab bisa hipertiroidisme, sindrom
karsinoid, obat-obatan prokinetik, diabetes miletus, dan irritable bowel syndrome.

2.4 Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri,
parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2008,
etiologi diare akut dibagi atas tiga penyebab: bakteri, virus, dan parasit1

Etiologi Karakteristik diare

Infeksi Bakteri:
Vibrio cholera, Enterotoxigenic Menginfeksi usus halus. Diare
E.coli, dan Enteropathogenic E.coli sangat cair, tanpa disertai inflamasi
maupun invasi ke mukosa.
Campylobacter jejuni, Shigella sp,
Salmonella sp, Yersinia Menginfeksi kolon, biasanya
enterocolica, Enteroinvasive E.coli, terdapat invasi mukosa, mucus dan
Enterohemoragic E.coli, Clostridium

9
difficale, dll. darah pada diare

Virus: Meninvasi vili-vili usus halus. Diare


Rotavirus, Norwalk virus, sering disertai muntah, menggigil,
Adenovirus, Calcivirus, Astraovirus. demam dan malaise sehingga disebut
stomach flu.

Parasit: Menginfeksi usus halus.


Giardia lambdia, Cryptosporodium Diare cair, berbau busuk, disertai
malabsorpsi, nyeri perut, tanpa
inflamasi

Entamoeba hystolitica Menginfeksi kolon, menyebabkan


diare inflamatorik

Non-infeksi Irritable bowel syndrome (IBS) Diare dan konstipasi bergantian,


gejala lain bervariasi, berkaitan
dengan stress. Gejala berulang
dalam waktu yang lama

Malabsorpsi (mis: intoleransi Diare, kembung, flatulen, sendawa,


laktosa) nyeri perut terutama bila
mengkonsumsi makanan tertentu

Fase akut Inflamatory bowel disease Frekuensi BAB meningkat disertai


(IBD) mucus dan darah pada feses, sudah
berlangsung dalam waktu yang
lama, ada riwayat siklus akut-remisi-
kronik.

Kolitis iskemik Sering pada pasien >50 tahun. Diare


disertai nyeri perut hebat. Terutama
pada pasien lansia dan memiliki
riwayat penyakit vaskuler perifer.

Medikasi Konsumsi antibiotic jangka lama,


antihipertensif, kemo/radioterapi

Keracunan makanan Diare setelah konsumsi makanan


tertentu, terutama yang tidak
dimasak dengan baik.

Tabel 1. Etiologi Diare dan Manifestasi Klinis

10
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bergantung kepada lokasi anatomis dan agen penyebab.
Infeksi di usus halus biasanya tidak invasive, sementara infeksi di kolon bersifat
invasive. Diare karena kelainan usus halus biasanya banyak, cair, sering
berhubungan dengan malabsorpsi, dan sering ditemukan dehidrasi. Pemeriksaan
penunjang mungkin menunjukkan pH <5,5 dengan substansi pereduksi
kemungkinan positif, leukosit serum normal, dan leukosit feses <5/lapang
pandang kecil.
Di sisi lain, diare akibat kelainan kolon biasanya sedikit, frekuensinya
sangat meningkat, disertai mucus dan darah segar dan disertai nyeri perut dan
sensasi ingin BAB. Pemeriksaan penunjang akan menunjukkan pH >5,5, substansi
pereduksi negative, leukosit serum sering meningkat disertai leukosit feses
>10/lapang pandang kecil.3

2.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang
Anamnesis
Tanyakan konsistensi, volume, dan frekuensi BAB, adakah
steatorrhea,pus, mucus atau darah segar pada feses, atau melena. Eksplorasi
gejala penyerta seperti mual, muntah, nyeri perut, demam, dan tenesmus. Muntah
paling sering ditemukan pada infeksi virus, sementara demam >38,5 oC
menunjukkan proses inflamasi yang dapat disebabkan bakteri invasive, sitotoksin,
amuba, virus, colitis, diverticulitis atau IBD. Tiga penyebab terakhir biasanya
disertai nyeri perut yang dominan.1,2,3
Tanyakan pula mengenai awitan, durasi gejala dan apakah gejala seperti
ini sering berulang sebelumnya. Durasi lebih dari beberapa hari cenderung
menyingkirkan infeksi virus, karena infeksi virus biasanya berlangsung singkat.
Nilai penurunan berat badan untuk mengetahui derajat dehidrasi sekaligus adanya

11
tanda bahaya. Indicator dehidrasi lain adalah rasa haus, volume dan kapan terakhir
kali buang air kecil, dan penurunan kesadaran. 1,2,3
Terakhir, tanyakan faktor resiko seperti konsumsi makanan yang tidak
dimasak dengan baik, riwayat bepergian ke daerah endemis, berenang di danau
atau terminum airnya, keadaan immunokompromis, penggunaan obat-obatan yang
dapat memicu diare, riwayat kontak dengan orang lain yang diare, serta tinggal di
rumah penampungan atau perawatan di rumah sakit. 1,2,3

Pemeriksaan Fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisis sangat berguna
dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status
volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah
dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Keberadaan bercak-bercak pada
kulit, ulserasi mulut, pembesaran tiroid, mengi, artritis, asites, massa abdomen,
tenderness, dan defens muscular abdomen serta bising usus harus dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosis dan menilai adanya komplikasi. Pemeriksaan
abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi
usus dan ada atau tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan clue bagi
penentuan etiologi. Bila tidak yakin mengenai adanya darah di feses atau diare
berdarah pada pasien >50 tahun, dapat dilakukan pemeriksaan colok dubur. 1,2,3
Pemeriksaan dehidrasi juga perlu dinilai Dehidrasi dapat timbul jika diare
berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak
kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat,
berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu
berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke
gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing
kepala.

Gejala Minimal Ringan-Sedang Berat


(BB turun < 3%) (BB turun 3-9%) (BB turun > 9%)

Status mental Baik, sadar penuh Normal, lemas atau Apatis, letargik, tidak

12
gelisah, iritabel sadar

Rasa haus Minum normal, Sangat haus, sangat Tidak dapat minum
mungkin menolak ingin minum
minum

Denyut jantung Normal Normal sampai Takikardia, pada


meningkat kasus berat
bradikardia

Kualitas denyut nadi Normal Normal sampai Lemah atau tidak


menurun teraba

Pernapasan Normal Normal atau cepat Cepat dan dalam

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Air mata Ada Menurun Tidak ada

Mukosa mulut dan Basah Kering Pecah-pecah


lidah

Turgor kulit Baik < 2 detik > 2 detik

CRT Normal Memanjang Memanjang

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, sianosis

Output urin Normal sampai Menurun Sangat minimal


menurun

Tabel 2. Derajat Dehidrasi

Pemeriksaan Penunjang
Untuk gastroenteritis akut dan colitis, mempertahankan volume
intravaskular yang adekuat dan koreksi gangguan cairan dan elektrolit lebih
diprioritaskan dibandingkan identifikasi agen penyebab.
Analisis feses rutin pada setiap kasus bila sumber daya tersedia. Analisis
feses pada diare inflamatorik akan menunjukkan peningkatan jumlah laukosit
feses, tes darah samar tinja positif, laktoferin dan calciprotein positif. Pemeriksaan
telur dan parasite diindikasikan pada diare >14 hari, refrakter terhadap terapi
antibiotic, atau pasien immunokompramais. 1,3

13
Kultur feses perlu dilakukan pada pasien dengan dehidrasi, demam
>38,5oC, diare berdarah, nyeri abdomen pada pasien usia >50 tahun, pasien usia
>70 tahun, immunodefisiensi, atau setelah 3 hari pengobatan dengan antibiotic
tidak terjadi perbaikan klinis. Pemeriksaan terhadap shiga toxin harus dilakukan
pada pasien dengan riwayat hospitalisasi dan penggunaan antibiotic.
Pasien dengan dehidrasi juga memerlukan pemeriksaan darah, urin, kimia
darah seperti ureum, kreatinin, elektrolit, gula darah, serum transaminase dan bila
diperlukan analisa gas darah. Anemia mungkin disebabkan perdarahan akut,
kronis, atau malabsorpsi besi, folat atau vitamin B12. Leukositosis merupakan
tanda inflamasi.
Bila hasil analisis feses tidak berhasil mengidentifikasi mikroorganisme
penyebab, penyebab non-infeksi harus dipertimbangkan. Adanya tanda-tanda
inflamasi seperti analisis feses tanpa infeksi yang mendasari sugestif terhadap
IBD. Kolonoskopi harus dilakukan pada pasien dengan diare berdarah namun
analisis dan kultur feses tidak berhasil menemukan penyebabnya untuk evaluasi
neoplasma atau colitis.

2.7 Komplikasi
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi
sebagian kecil mengalami komplikasi dan dehidrasi, kelainan elektrolit atau
pengobatan yang diberikan. Adapun komplikasi yang dapat terjadi yaitu
hiponatremia dapat terjadi path penderita diare yang minum cairan sedikit tidak
mengandung natrium. Penderita gizi buruk mempunyai kecendrungan mengalami
hiponatremia. Sedangkan hipernatremia sering terjadi pada bayi barn lahir sampai
usia 1 tahun (khususnya bayi berumur kurang dan 6 bulan). Biasanya terjadi path
diare yang disertai muntah dengan intake cairanlmakanan kurang, atau cairan
yang di minum mengandung terlalu banyak natrium.
Hipokalsemia terjadi jika penggantian kalium selama dehidrasi ldak
cukup, akan terjadi kekurangan kalium yang ditandai dengan kelemahan path
tUngkai, ileus, kerusakan path ginjal dan aritmia jantung. Asidosis metabolik
ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa cairan ekstraseluler.

14
Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan
pemafasan yang dalam dan cepat.
Ileus paralitik merupakan komplikasi yang penting dan sering berakibat
fatal, terutama path anak kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas yang
ditandai dengan distensi abdomen, muntah, peristaltik usus berkurang atau tidak
ada.

2.8 Penatalaksanaan
Pasien dengan diare bisa saja memerlukan rawat inap bila memenuhi
indikasi sebagai berikut:3

 Dehidrasi sedang-berat
 Vomitus persisten
 Diare yang progresif dan makin berat dalam 48 jam
 Lansia dan geriatric
 Pasien immunokompomais
 Diare akut disertai komplikasi seperti: dehidrasi, gagal ginjal dengan/tanpa
asidosis metabolic, sepsis, ileus paralitik

Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:

1. Rehidrasi
Bila pasien keadaan umum baik, tidak dehidrasi, asupan cairan
yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, dll. Bila pasien
kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang
agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic
mengandung elektrolit dan gula harus diberikan. Cairan oral antara lain
pedialit, oralit, dll. Sedangkan cairan infus pada pasien yang terus-menerus
muntah dan tidak dapat mentoleransi pemberian cairan per oral, cairan
diberikan secara enteral menggunakan pipa nasogastric. Sedangkan
parenteral diberikan pada diare akut dengan dehidrasi sedang-berat, dapat
diberikan cairan seperti ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200
ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status rehidrasi.

15
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui
selang nasogastric atau intravena. Bila rehidrasi sedang/berat sebaiknya
pasien diberikan cairan melalui infus. Nutrisi

Pamberian makanan harus langsung dimulai 4 jam setelah


rehidrasi. Makanan diberikan dalam bentuk kecil dan sering, dibagi
menjadi 6x makan sehari. Diet terdiri dari menu tinggi kalori dan
mikronutrien, seperti nasi, gandum, daging, buah dan sayur-sayuran. Susu
sapi, kafein, alcohol dan buah-buahan kaleng sebaiknya dihindari dulu
karena dapat memicu diare.3

2. Simtomatik
 Antimotilitas
Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek
samping paling kecil. Dapat diberikan loperamid 4 mg dosis awal
lalu dilanjutkan 2 mg tiap diare, maksimal 16 mg/hari. Obat
antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri
yang panas (termasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti
mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit.1,2,5
 Antisekretorik
Bismuth subsalisilat merupakan obat yang dapat digunakan tetapi
kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan
ensefalopati bismuth. Bismuth subsalisilat dan agen terbaru
Racecadotril aman digunakan pada anak-anak, namun tidak
menunjukkan manfaat pada dewasa dengan kolera. 1,2,5
 Antispasmodic
Dapat diberikan:
 Hyoscien-n-butilbromid 10 mg, 2-3x sehari, maks 100
mg/hari
 Ekstrak belladonna 5-10 mg, 3x sehari
 Papaverin 30-60 mg, 3x sehari
16
 Mebeverin 35-100 mg, 3x sehari
Antispasmodik tidak boleh digunakan pada ileus paralitik1,2,5
 Pengeras feses
 Atapulgit 2 tablet @630 mg tiap diare, maks 12 tablet/hari.
 Smektit 9g/24 jam dibagi dalam 3 dosis
 Kaolin-pektin 2,5 tablet @550mg/20 mg tiap diare, maks
15 tablet/24jam1,2,5
3. Terapi definitive
Sebagian besar kasus diare akut disebabkan oleh virus atau bakteri
non-invasif self-limited sehingga pemberian antibiotic tidak rutin
diberikan.
Indikasi pemberian antibiotic adalah 1) Traveler’s diare 2) diare
sekretorik community acquired dengan pathogen yang telah diketahui 3)
analisis feses menunjukkan tanda-tanda inflamasi 4) sindrom disentri 5)
pasien usia lanjut 6) imunokompromais 7) sepsis 8) penggunaan
prosthesis.
Lini pertama pada orang dewasa adalah kuinolon (misal
siprofloksasin 2x500 mg selama 5-7 hari), lini kedua kotrimoksazol
2x160/800 mg selama 5-7 hari. Bila curiga infeksi parasite, terapi pilihan
adalah metronidazole 3x250-500 mg selama 7-14 hari.
Untuk turis yang bepergian ke daerah resiko tinggi, dapat diberikan
siprofloksasin 500 mg/hari sebagai profilaksis yang dapat memberikan
perlindungan sekitar 90%. Obat profilaksis lain termasuk trimethoprim,
sulfametoksazol dan bismuth subsalisilat. 1,2,5

Pencegahan
Pencegahan diare merupakan salah satu upaya yang baik dilakukan untuk
menghindari gejala diare secara efektif. Cuci tangan terutama saat ingin makan
atau aktivitas lain merupakan upaya pencegahan diare yang penting. Untuk
pencegahan diare yang disebabkan oleh makanan yang tercemar dapat dilakukan
beberapa cara, antara lain :

17
 Sajikan makanan dimasak atau dipanaskan. Jika belum diolah dinginkan
makanan dalam kulkas. Membiarkan makanan pada suhu kamar dapat
mendorong pertumbuhan bakteri sehingga dapat dilakukan pencegahan
diare.
 Cuci permukaan alat atau perkakas untuk menghindari penyebaran kuman
dari satu tempat ke tempat yang lain.
Banyak kasus diare tersebar dari orang-ke-orang. Tindakan pencegahan
diare berikut dapat membantu seorang individu menghindari diare dan infeksi
virus atau bakteri lainnya:
1. merawat anak yang sakit atau orang dewasa dengan hati-hati, mencuci
tangan setelah mengganti popok bayi, membantu penggunaan individu
kamar mandi, atau membantu individu di sekitar rumah.
2. Anak-anak harus diinstruksikan untuk mencuci tangan mereka, terutama
setelah menggunakan kamar mandi dan ketika ingin makan.
3. Gunakan perawatan ketika mempersiapkan unggas mentah atau daging.
Makanan harus dimasak sampai suhu yang direkomendasikan.
4. Buah-buahan dan sayuran dikonsumsi mentah harus dibilas dengan air
bersih.
5. Pasteurisasi (mentah) susu yang dapat terkontaminasi dengan bakteri dan
selalu harus dihindari. Jus atau sari buah yang tidak di pasteurisasi harus
dihindari bahkan jika sumber tersebut tidak diketahui karena buah
mungkin telah datang dalam kontak dengan kotoran hewan yang
terkontaminasi di kebun.
6. Hati-hati saat bepergian, terutama ke luar negeri. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, selektiflah memilih makanan dan minuman guna
pencegahan diare.
Jika Anda perhatikan dan laksanakan tindakan tindakan pencegahan diare diatas
maka akan meminimalkan anda terkontaminasi dengan bakteri atau virus
penyebab diare.

18
19
BAB III
ANALISIS KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


Pasien tinggal dirumah lantai keramik, dinding beton, dan atap seng.
Lingkungan sekitar rumah termasuk dalam komplek dan berada di dalam gang. Di
bagian dalam terdapat 1 ruang tamu dilengkapi ventilasi dan jendela yang cukup
pencahayaan nya, 1 ruang tengah, 2 ruang tidur, 1 dapur dengan ventilasi dan
tanpa jendela, dan 1 kamar mandi yang berada dari bangunan utama. Kamar
mandi yang digunakan pasien dan keluarganya adalah closet. Air minumnya
berasal dari air minum depot isi ulang yang lebih praktis. Pencahayaan dan
pertukaran udara di dalam rumah ini tergolong cukup baik. Sumber air bersih dari
PDAM, air minum dengan air galon, dan sumber listrik dari PLN.
 Tidak terdapat hubungan antara keadaan rumah dan lingkungan sekitar dengan
keluhan yang dirasakan pasien.

Hubungan diagnosis dengan keluarga dan hubungan keluarga:


Pasien merupakan seorang karyawan wiraswasta dengan istri dan 2 orang
anak. Mereka semua tinggal bersama dalam 1 rumah. Menurut keterangan pasien,
tidak ada masalah keluarga dan keharmonisan dalam keluarga baik.
 Tidak ada hubungan antara diagnosis dengan keluarga.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga, lingkungan


sekitar, dan kebiasaan:
Pasien biasa makan 3 kali sehari. Pasien makan makanan pedas dan
sering tanpa mencuci tangan setelah habis kerja maupun di tempat kerja
 Ada hubungan, kebiasaan-kebiasaan tersebut memungkinkan invasi bakteri
pada oral yang masuk ke dalam tubuh.

20
Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien:
 Faktor kebersihan
 Kebiasaan makan makanan pedas

Analisis untuk mengurangi paparan:


 Menjaga Kebersihan makanan
 Sajikan makanan dimasak atau dipanaskan. Jika belum diolah
dinginkan makanan dalam kulkas. Membiarkan makanan pada
suhu kamar dapat mendorong pertumbuhan bakteri sehingga
dapat dilakukan pencegahan diare.
 Cuci permukaan alat atau perkakas untuk menghindari
penyebaran kuman dari satu tempat ke tempat yang lain.

Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam. Pada kasus diare
prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan dini
yang tepat. Apabila diare ditatalaksana sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi 5.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.h.308-12.
2. Longo DL, et al. Harrisons’s principles of internal medicine. Edisi 18.
United States of America: The McGraw-Hill Companies; 2012.h.1901-15.
3. Tanto C, et al. Kapita selekta kedokteran essentials medicine. Edisi 4.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014.h.584-9.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2005.
5. Syarif A, et al. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Penerbit FKUI;
2012.

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai