Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN

SPECTRUM LIFE FORM

Oleh :

Nama : Rahmi Dafitri


NIM : 1930106041
Kelas : TADRIS BIOLOGI 3B

Dosen Pembimbing :
RIZKI S.SI M.P

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan


rahmat dan nikmat-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat wal afiyat
dalam menjalankan aktivitas sehari- hari. Pemakalah juga mengucapkan syukur
kepada Allah SWT karena hanya keridhoan-Nya makalah dengan judul
"Spektrum Life From" ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak


makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna. Tanpa adanya
bantuan , dorongan dan pembimbing dari dosen pengampuh mata kuliah. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi
perbaikan lebih lanjut. Penulis juga berterimakasih kepada teman- teman yang
membantu menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi kita yang membutuhkan.

Batusangkar,28 Desember 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara tanaman (tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya.
tanaman memperoleh sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainya Ruang
lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Dalam
suatu sistem ekologi, tumbuhan sebagai satu kesatuan makhluk hidup secara
individu disebut jenis atau spesies, yang kemudian berkelompok dengan sesama
jenisnya membentuk populasi tumbuhan. Kumpulan berbagai jenis tumbuhan
bersama-sama membentuk komunitas tumbuhan.
Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai kajian yang
mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan
lingkungan fisik dan biotik secara menyeluruh. Jadi dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa ekologi itu adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (biotik dan abiotik) dalam suatu
ekosistem.
Dalam ekologi tumbuhan kadang-kadang kajian tentang aspek ekologinya
hanya pada tingkat populasi tumbuh-tumbuhannya saja. Komunitas tumbuhan
tidak mungkin dilakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati oleh suatu
komunitas terutama area tersebut sangat luas. Oleh karena itu dapat dilakukan
penelitian di sebagian area komunitas tersebut dengan syarat bagian tersebut
dapat mewakili seluruh komunitas.
Spektrum bentuk hidup dapat dibuat data berbagai tipe komposisi spesies
komunitas tumbuh-tumbuhan. Kebanyakan kajian mengenai spekrum bentuk
hidup hanya sekedar berdasarkan atas daftar spesies (flora) penyusun tegakan
yang berbeda atau area georafi yang berbeda. Dalam kondisi ini, persentase
spesies yang termasuk ke dalam setiap kelas bentuk hidup akan membentuk
spektrum.
Spektra dapat dibuat dari data berbagai tipe komposisi. Kebanyakan
kajian berkepentingan dengan spektra life form berdasarkan pada sekedar daftar
spesies tegakan (stand) yang berbeda atau area geografi berbeda. Interpretasi
spektra tipe life form dapat dibaca berdasarkan spekrtrum normal yang dibuat
Raunkier. Spektrum normal untuk flora dunia berdasarkan pada 1000 spesies
yang dipilih secara acak dipakai sebagai pembanding. Porsentase spesies dalam
berbagai klas life form untuk spektrum normal. Raunkiaer telah mengembangkan
spektrum bentuk hidup normal untuk flora di dunia. Spektrum bentuk hidup ini di
dasarkan pada 1000 spesies tumbuh-tumbuhan yang dipilih secara acak dan
digunakan sebagai pembanding.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan menentukan
spektrum life form.
C. Manfaat Praktikum
Dari praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu mengetahui spektrum
life form dan membandingkannya dengan skala Raunkiaer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara


makhluk hidup dan lingkungannya. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfer. Populasi adalah kumpulan individu sejenis
yang memiliki kemampuan berbiak silang di suatu tempat pada waktu tertentu.
Komunitas adalah kumpulan populasi yang saling berinteraksi di suatu daerah.
Ekosistem adalah sistem hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan
komponen abiotik yang mempengaruhinya. Biosfer adalah bagian bumi yang
ditempati oleh makhluk hidup (Odum, 1998).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru
muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup
dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar
makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau
lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi
dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik (Odum,1998).
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan
beberapa spesies yang jarang semenetara yang lainnya mengandung jumlah
spesies yang di dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada
ciri umumnya, konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan
spesies yang sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam. Istilah
keragaman spesies seprti yang digunakan oleh para ahli ekologi.
Mepertimbangkan kedua komponen keanekaragaman yaitu kekayaan spesies
dan kelimpahan relatif (Kimball, Jhon W. 1994).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total
individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara
numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies
dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman
spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil
(Michael,1994).
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam
suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas.
Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas
yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan
komposisi masing-masing spesies.
Dapat dikatakan hampir tidak ada komunitas tumbuh-tumbuhan yang
terdiri atas spesies yang hanya memiliki satu bentuk hidup saja, dan secara
umum suatu komunitas tumbuh-tumbuhan yang ada di bawah suatu perangkat
kondisi ikilim biasanya dicirikan oleh agihan kekerapan tertentu tipe bentuk hidup
diantara anggota-anggotanya. Agihan tersebut dinamakan spektrum bentuk
hidup, dan dengan membandingkan spektrum bentuk hidup dari dua komunitas
tumbuh-tumbuhan maka dapat diperoleh sifat alami dari faktor iklim yang utama
yang mengendalikan komposisi spesies komunitas tumbuh-tumbuhan
(Tsuyuzaki,2007).
Spektrum bentuk hidup dapat dibuat data berbagai tipe komposisi spesies
komunitas tumbuh-tumbuhan. Kebanyakan kajian mengenai spekrum bentuk
hidup hanya sekedar berdasarkan atas daftar spesies (flora) penyusun tegakan
yang berbeda atau area georafi yang berbeda. Dalam kondisi ini, persentase
spesies yang termasuk ke dalam setiap kelas bentuk hidup akan membentuk
spektrum (Tsuyuzaki,2007).
Raunkiaer telah mengembangkan spektrum bentuk hidup normal untuk
flora di dunia. Spektrum bentuk hidup ini di dasarkan pada 1000 spesies tumbuh-
tumbuhan yang dipilih secara acak dan digunakan sebagai pembanding.
Sistem klasifikasi bentuk hidup Raunkiaer adalah sebagai berikut:
1. Phanerofit (P), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan kuncup rehat
minimal 25 cm dari permukaan tanah. Termasuk ke dalam kelompok tumbuh-
tumbuhan ini adalah: semua tumbuhan berkayu baik pohon, perdu, semak
yang tinggi, liana (tumbuhan berkayu merambat), epifit (tumbuhan yang hidup
pada tumbuhan lain (inang) tanpa menghisap makanan dari inangnya), dan
sukulen (Tumbuhan berbatang lunak karena mengandung air dan batang
tebal. Tumbuhan ini tahan hidup dalam iklim kering yang tidak
menguntungkan dengan menggunakan air yang tersimpan dalam jaringannya
yang berasal dari air hujan musim sebelumnya). Kelompok tumbuhan ini
menguasai daerah tropis.
2. Kamaefit (Ch), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan kuncup rehat
maksimal 25 cm di atas permukaan tanah. Pada kelompok tumbuhan ini
termasuk herba, suffurencen (tumbuhan perdu rendah, kecil, bagian pangkal
berkayu dengan tunas yang memiliki batang basah), tumbuhan berkayu
rendah, stoloniferus, tumbuhan batang sukulen rendah, dan tumbuhan
bentuk bantalan. Banyak dari tumbuhan ini dalam bentuk semak dan
tumbuhnya dekat dengan tanah. kebanyakan hidup didaerah beriklim dingin,
meskipun ada yang hidup di daerah beriklim tropis.
3. Hemikriptofit (H), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan herba perenial yang
memiliki kuncup rehat pada permukaan tanah atau setengah tersebunyi di
bawah permukaan tanah. Termasuk ke dalam kelompok tumbuh-tumbuhan
ini adalah: tumbuhan herba annual berdaun lebar, rumput-rumputan, dan
roset. kelompok tumbuhan ini adalah tumbuhan yang pada musim dingin atau
pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, maka kincup rehatnya
akan bertahan di dekat permukaan tanah. Kebanyakan dari kelompok
tumbuhan ini hidup di daerah beriklim sedang.
4. Kriptofit (Cr), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan kuncup rehat
terkubur di dalam tanah atau di dalam air. Dengan kemampuannya ini, maka
kelompok tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi
lingkungan yang ekstrim. Kuncup rehat yang terkubur di dalam tanah akan
berfungsi sebagai penyimpan bahan makanan. Kelompok ini dibagi lagi
sebagai berikut:
a. Geofit (G), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan terkubur di dalam
tanah, misalnya tumbuhan dengan umbi lapis, akar rimpang, dan subang.
b. Helofit (Hl) yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah paya
dan kuncup rehatnya terdapat pada tempat jenuh air.
c. Hidrofit (Hd) yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan dengan kuncup rehat di
bawah permukaan air.
5. Therofit (T), yaitu kelompok tumbuh-tumbuhan yang berkecambah, berbuah,
dan menghasilkan biji dalam daur lengkap yang singkat. Dalam keadaan
lingkungan yang ekstrim, kuncup-kuncup akan terlindung. Setelah masa yang
tidak menguntungkan tiba mereka hidup dalam bentuk biji yang melakukan
dormansi. Tumbuhan ini tersebar di seluruh dunia termasuk di daerah gurun
yang panas dan kering, tetapi sangat jarang ditemukan di dalam hutan. Untuk
membantu dlm interpretasi spektrum life form, Raunkiaer membuat spektrum
normal untuk flora dunia berdasarkan pada 100 spesies yg dipilih secara
acak, yg dipakai sbg pembanding (Tsuyuzaki,2007).
Komposisi tumbuhan penyusun asosiasi dapat digambarkan dalam suatu
spektra life form. Spektra tipe life form adalah suatu penggambaran yang
menunjukan kelompok prosentase tumbuhan penyusun suatu asosiasi
Suatu Tegakan
Spektra dapat dibuat dari data berbagai tipe komposisi. Kebanyakan kajian
berkepentingan dengan spektra life form berdasarkan pada sekedar daftar
spesies tegakan (stand) yang berbeda atau area geografi berbeda. Interpretasi
spektra tipe life form dapat dibaca berdasarkan spekrtrum normal yang dibuat
Raunkier. Spektrum normal untuk flora dunia berdasarkan pada 1000 spesies
yang dipilih secara acak dipakai sebagai pembanding.
Cover
Cover atau penutupan kanopi tumbuhan dalam suatu area tertentu dapat
dihitung berdasrkan prosentase. Penutupan penuh suatu vegetasi merupakan
prosentase 100%. Bilangan penutupan dapat melebihi 100 %, disebabkan
tumbuhan penyusun suatu vegetasi terdiri dari beberapa lapisan kanopi yang
saling tumpang tindih, kuang dari 100% menunjukan adanya tanah gundul pada
suau area yang diamati..
Penggunaan alat ”moosehorn”sebagai penghitung cover suatu kanopi
pohon sangat membantu keakuratan perhitungan luasnya cover yang ditutup
kanopi. Kanopi pohon dapat juga dihitung dengan potongan melintang batang
pada setinggi dada atau disebut sebagai diameter basal area (B). Perhitungan
basal area dapat menggunakan pita pengukur yang dapat menunjukan lingkar
batang yang dapat dikonversi dalam diameter batang (Rana et al., 2002).
Cara pengukuran Cover dapat dihitung dengan mengukur diameter 1 (DI)
dan diameter 2 (D2) dari luas kanopi dibagi dua ( DI + D2), bagian yang lubang
Perhitungan Cover pada semak belukar, dikelompokan dihitung total Cover
tumbuhan sejenis dalam suatu lokasi pengamatan yang disebut sebagai
dominansi. Alat bantu pengamatan Cover pada semak belukar menggunakan
Pantograf (Rana et al., 2002).
Pengamatan atas dasar kanopi Cover penutupan adalah perhitungan
yang sangat subyektif karena itu jika data kuantitatif tersedia, seperti densitas,
frekuensi, dominansi atau nilai penting, maka analisis lebih baik dibobot dengan
nilai masing-masing.
Perhitungan secara akurat untuk kelimpahan kadang kala sulit untuk dilakukan,
karena itu kelimpahan tiap-tiap life form dipakai skala rating Braun-Blanquet,
Domin Krajina ataupun Daubenmire.yang kemudian dikonversikan menjadi rerata
penutupan.
Cara mengenal dan mendeskripsi tumbuhan dapat dilakukan dengan
mudah tetapi dapat pula sangat sulit. Deskripsi morfologis biasanya merupakan
langkah awal untuk mengetahui karakter struktur tumbuhan. Variasi struktur
tumbuhan yang sangat banyak menuntut metode mengenali tumbuhan dengan
tepat dan cepat pada langkah awal suatu pengkajian, penelitian, eksplorasi,
dalam berbagai cabang kajian biologi. Ukuran dan kenampakan umum sebuah
tumbuhan menjadi ciri pengenal awal tumbuhan untuk pengkajian aspek ekologi,
morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi-sistematik dan lain-lainnya (Rana et al.,
2002).
Kenampakan umum tumbuhan atau habitus tumbuhan sering didasarkan
pada ukuran relatif tumbuhan. Variasi habitus tumbuhan pada umumnya dikenal
sebagai tumbuhan pohon, perdu, semak, dan herba. Pembagian tumbuhan
secara sederhana menjadi terna (herba dan semak-semak), perdu dan pohon
tidak cukup memadai sehingga pembagian yang lebih rinci menjadi bentuk hidup
(life form) sering digunakan. Bentuk hidup (life form) penting untuk
mendiskripsikan tumbuhan karena adanya “main ‘biological’ deviation from a
straight physical/physiological characterisation of the vegetation” (Loveless, A.R.
1989).
Raunkiaer (Botaniawan Denmark) pada tahun 1989 (Lovelless, 1989)
membuat sistem pengelompokan bentuk hidup berdasarkan jarak antara posisi
tertinggi kuncup-kuncup yang membawa tumbuhan melalui musim yang tidak
menguntungkan dengan permukaan tanah. Adaptasi terhadap musim-musim
kering dan dingin yang semakin keras dicapai dengan posisi kuncup-kuncup
terminal yang semakin dekat dengan permukaan tanah sampai akhirnya kuncup-
kuncup terbenam dalam tanah. Cara ekstrem adaptasi tumbuhan setahun
(annual) yang menyelesaikan daur hidupnya dalam satu musim dilakukan melalui
pembentukan jaringan embrio dalam biji yang dorman dan resisten. Deskripsi
bentuk hidup tumbuhan menurut Raunkiaer ini paling banyak digunakan diantara
sistem-sistem lainnya yang diajukan Warming tahun 1909, Dansereau tahun
1957, Ellenberg dan Muller-Dombois tahun 1974, Box tahun 1981 (Rana et al.,
2002). Pengelompokan bentuk hidup tumbuhan menurut Raunkiaer (Raunkiaer’s
life form) (Loveless, 1989).
Ciri pokok menurut Rana et al., (2002).
1 Fanerofit Merupakan kelompok pohon dan perdu yang mempunyai
kuncup-kuncup terminal tumbuh dari tahun ke tahun.
Kuncup mencuat/terbuka ke udara. Berdasar ukuran
ketinggiannya kelompok ini sering di pecah lagi menjadi:
Megafanerofit: tinggi lebih 30 m
Mesofanerofit: tinggi 7,5 – 30 m
Mikrofanerofit: tinggi 2 – 7,5
Nanofanerofit: tinngi 0,25 – 2 m
2 Kamefit Tumbuhan di permukaan tanah. Kuncup-kuncup terminal
tumbuh dari tahun ke tahun dekat dengan permukaan tanah
(0-0,25 m) Jika kuncup-kuncup tumbuh lebih dari 0,3 m
selama musim tumbuh, kuncup-kuncup itu akan mati dan
digantikan kuncup kuncup baru musim berikutnya. Kuncup-
kuncup baru tumbuh dari batang tua yang masih tetap
hidup. Kelompok ini mencakup perdu-perdu kecil dan
berbagai tumbuhan yang batangnya menjalar di atas tanah
atau membentuk rumpun yang rapat
3 Hemikriptofit Merupakan kelompok tumbuhan yang mempunyai kuncup-
kuncup yang tumbuh dari tahun ke tahun pada permukaan
tanah dimana mereka dilindungi oleh tanah sekelilingnya
dan oleh sistem pucuk dari musim sebelumnya. Tumbuhan
kelompok ini sering mempunyai akar yang besar dan
membengkak dan pada permukaan tanah ditutupi oleh
batang yang memadat. Dari bagian tersebut daun-daun dan
kuncup-kuncup cabang tumbuh setiap tahun. Kelompok
khas tumbuhan ini adalah kelompok tumbuhan berbentuk
roset
4 Kriptofit Kelompok ini mempunyai perlindungan yang lebih besar
dari pada kelompok hemikriptofit. Kuncup-kuncup terminal
tumbuh di dalam terkubur dalam tanah. Kelompok
tumbuhan ini dibagi menjadi:
Geofit: Tumbuhan tanah dengan kuncup terminal terkubur
di bawah tanah, misalnya: umbi lapis, umbi, rimpang dll.
Helofit: Tumbuhan rawa musiman dengan kuncup-kuncup
dalam lumpur dan terendam air
Hidrofit: Tumbuhan air dengan kuncup-kuncup yan tumbuh
di permukaan air
5 Terofit Tumbuhan yang menyelesaikan daur hidupnya dalam
waktu singkat, kurang dari setahun. Adaptasi terhadap
kondisi ekstrem dalam bentuk biji
6 Batang Kedua kelompok ini merupakan tumbuhan cirri khas di
sukulen habitat-habitat tertentu. Kaktus merupakan contoh batang
sukulen. Bromeliacae dan Orchidaceae merupakan epifit
yang tumbuh di cabang-cabang pohon hutan tropis
Iklim menentukan vegetasi di suatu wilayah, beberapa spesies dalam
komunitas dapat dikelompokkan kedalam beberapa bentuk pertumbuhan
berdasarkan kenampakan umum pertumbuhannya. Bentuk suatu vegetasi
merupakan ekspresi dan indikator iklim. Ide ini dipelopori oleh Raunkiaer (1934).
Ia menganggap bahwa di bawah kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan
yang mengendalikan bentuk pertumbuhan dan mendorong terhadap suhu yang
ekstrim dan kekeringan (Loveless, 1989).
Menurut Rudall, P.J. (2007) Raunkiaer memberikan tiga pedoman untuk
menyatakan karakteristik bentuk pertumbuhan:
1. Karakter itu harus struktural dan esensial dan harus memberikan adaptasi
morfologi yang penting.
2. Karakter itu harus cukup jelas dan sudah dilihat di alam.
3. Semua bentuk pertumbuhan yang digunakan harus menggunakan kriteria
dengan sistem yang sama dan secara statistik dapat untuk membandingkan
komunitas satu dengan komunitas yang lain.
1. Phanerophytes
Termasuk golongan ini ditandai dengan terdapatnya tunas di ranting atau
cabang dan ini biasanya berkayu (pohon dan semak) juga liana, epifit dan juga
rumput tahun.
Menurut tingginya Phanerophytes dikelompokkan menjadi:
a. Megaphanerophytes lebih dari 30 meter
b. Mesophanerophytes 8 sampai 30 meter
c. Microphanerophytes 2 sampai 8 meter
d. Nanophanerophytes 25 cm sampai 2 meter
Kecuali itu ditambah lagi apakah tunas (kuncup) terlindung atau telanjang
dan apakah tanaman selalu hijau atau kadang-kadang menggugurkan daunnya.
2. Chamaephytes
Tunas atau pucuk batang terletak di batang dan menjalar di atas tanah,
tinggi tanaman tidak lebih dari 25 cm, tetapi tunas selalu di atas tanah. Untuk
melindungi dari kondisi yang tidak menguntungkan tunas terletak di bawah daun-
daun yang mati di tempat-tempat yang bersalju.
Ada beberapa macam Chamaephytes:
a. Subfructicosa chamaephytes : tunas terlindung oleh bahan-bahan mati.
b. Passive chamaephytes : batang menjalar di atas tanah.
c. Active chamaephytes : kuncup di atas tanah.
d. Cushion chamaephytes : transisi Chamaephytes dan
Hemicryptophytes.
3. Hemicryptophytes
Tumbuhan ini hidup di permukaan tanah, rumput-rumput, begitu pula
tunas dan batang terlindung oleh tanah dan bahan-bahan mati.
4. Cryptophytes
Tunas dan batang di permukaan tanah, bahan cadangan makanan di
bawah tanah dengan katagori sebagai berikut:
a. Geophytes : rhizoma, semua tumbuhan dengan bulbus, tuber.
b. Helophytes : tumbuhan yang hidup di tanah yang jenuh air.
c. Hydrophytes : tumbuhan air.
5. Therophytes
Meliputi tumbuhan semusim dan organ reproduksinya berupa biji,
keabadiannya terbesar lewat embrio dalam biji.
Klasifikasi Braun-Blanquetes
Braun-Blanquetes (1951) mengadakan modifikasi atas klasifikasi yang diadakan
oleh Raukiaer, yang kemudian menghasilkan klasifikasi sebagai berikut:
1. Phytoplankton (tumbuhan melayang) dibedakan:
a. Aeroplankton (melayang di udara)
b. Hydroplankton (melayang di air)
c. Cryoplankton (melayang di es dan salju)
2. Phytoedaphon (mikro flora tanah) dibedakan:
a. Aerophytobionts (aerobic)
b. Anaerophytobionts (anaerobic)
3. Endophytes dibedakan:
a. Endoxylophytes (parasit tumbuhan)
b. Endoxythophytes (algae, fungsi dan lichenes)
c. Endozoophytes (patogen dalam hewan dan manusia)
4. Therophytes dibedakan:
a. Thallotherophytes
b. Bryotherophytes
c. Pteridotherophytes
d. Entherophytes
5. Hydrophytes (kecuali plankton)
6. Geophytes
7. Hemicryptophytes
8. Chamaephytes
9. Phanerophytes
10. Epiphyta arborisola (Tree epiphytes) (Loveless, 1989).
Spektrum biologi atau spektrum fitoklimatik
Sistem Raunkiaer secara umum mendasarkan pada cara dan posisi
organ reproduksi untuk mempertahankan terhadap kondisi yang tidak
menguntungkan.
Dengan demikian karakter vegetasi adalah struktural, esensial dan
adaptial. Kemudian diinginkan dasar yang lebih sederhana untuk perbandingan
secara statistik. Dengan sederhana atas persentase bentuk kehidupan
(pertumbuhan) vegetasi aetiap areal yang merupakan komunitas vegetasi inilah
yang disebut spektrum biologi. Karena setiap klas-klas bentuk kehidupan
sangat berhubungan dengan lingkungannya maka spektrum biologi merupakan
petunjuk langsung (indikator) lingkungan. Raunkiaer membuat suatu spektrum
normal yang didasarkan atas sampling dari keadaan flora dunia di seribu tempat
(keadaan) (Rana et al., 2002).
Spektrum normal melengkapi suatu dasar kehadiran persentase setiap
klas dalam flora, yang akan ditetapkan spektrum normal adalah:
Phanerophytes : 46%
Chamaephytes : 9%
Hemicryptophytes : 26%
Cryptophytes : 6%
Therophytes : 13%
Kemudian spektrum biologi dikerjakan dan dibandingkan dengan spektrum
Raunkiaer ini (Loveless, 1989).
Di hutan hujan tropik persentase phanerophytes di tempat-tempat yang
berbeda berkisar antara 0-74%. Persentase yang lebih besar ini menyebabkan
keadaan iklim yang phanerophytic. Persentase Therophytes lebih dari 40%
menyebabkan iklim yang ekstrim dingin. Persentase yang tinggi
Hemicryptophytes (lahan rumput) geophytes (Cryptophytes) iklim mediteran
dan dalam hutan musim dengan daun lebar. Tetapi karena banyaknya faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan vegetasi yang kadang-kadang
kondisi iklim tidak dicerminkan oleh vegetasi maka kesimpulan-kesimpulannya
sering salah (Rana et al., 2002).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang
sama (intraspesific competition atau sering dikenal dengan istilah monospesies),
dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition
atau heterospesies). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal
dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang
terjadi antar jenis yang berbeda. Persaingan yang dilakukan organisme-
organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure
hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau factor-faktor
ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme
untuk hidup dan pertumbuhannya (Wirakusumah 2003: 67).
Pembelajaran persaingan antar tanaman sejenis sangat penting untuk
memahami keseimbangan populasi dalam komunitas tanaman. Kompetisi dapat
berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak organisme atau bahakn
berakibat negatif bagi keduanya. Kompetisi tidak selalu salah dan diperlukan
dalam ekosistem, untuk menunjang daya dukung lingkungan dengan mengurangi
ledakan populasi (Wirakusumah 2003: 67).
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam
suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas.
Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas
yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan
komposisi masing-masing spesies.
Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:
Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau
indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan
dipterocarpaceae. Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan
sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak di Flores. Berdasarkan habitat fisik
komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir,
komunitas lautan dan sebagainya.
Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe
metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim,
misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi rata
sepanjang tahun dan disebut hutan hujan tropik.
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya
dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam
komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara
bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994)
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total
individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara
numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies
dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman
spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael,
1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Selasa, 29 November 2020
Waktu : Pukul 15.00 WIB
Tempat : Jln. Lintas Sumtera Km. 5 Pulau punjung, Kab. Dharmasraya

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu; Meteran rol,
meteran kain, Kantong plastik, Kertas label

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dijalankan dalam pratikum kali ini yaitu:
1. Setelah ditemukan luas penutupan (cover) masing masing jenis
kemudian ditabulasikan menjadi data untuk tiap bentuk kehidupan (life
form) nya dengan skala Blaun-Blanquest. Satuan yang sebelumnya
cm dikonversi dulu ke meter.
2. Data yang yang diperoleh dari cover (πr2) dilihat kisaran nilainya,
perhatikankisarannilaitersebutuntukmenentukanbesaranBraun-
Blanquet dan rerata derajat covernya, kemudian menghitung
persentase masing-masing bentuk hidup dengan rumus sebagai
berikut:
Persentase life form= jumlah rerata masing masing tipe
bentuk hidup x100%
Jumlah rerata keseluruhan tipe bentuk
hidup
3. Setelah ditemukan rerata derajat persentase cover masing-masing
bentuk kehidupan (life form) kemudian dibandingkan dengan
kehidupan (life form) Normal Raunkiaer sebagaiberikut:Tiap tegakan
diperbandingkan dengan Spektrum Life Form Normal Raunkier
P Ch H Th

46 9 26 6 100%
Menggambarkan spektrum life form masing-masing daerah kajian dalam
bentuk diagrambatang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Daerah terdedah (plot I)
R Cover Spectrum life form
No. Nama
species (cm) ( πr2) Ph Ch He Cr Th
1. Citrus × 0,12 0,045 
aurantiifolia
2. Ananas 0,135 0,057 
comosus
3. Artocarpus 0,14 0,061 
heterophyllus
4. Mangifera 0,16 0,0803 
indica

2. Daerah transisi (plot II)


R Cover Spectrum life form
No. Nama
(cm) ( πr2) Ph Ch He Cr Th
species
1. Ananas 0,22 0,1519 
comosus
2. Rosa sp 0,235 0,1734 
3. Averrhoa 0,5 0,785 
carambola

3. .Daerah ternaung (plot III)

r Cover Spectrum life form


No. Nama
species (cm) ( πr2) Ph Ch He Cr Th
1. Musa 0,3 0,2826 
parasidiaca
2. Ipomoea 0,32 0,3215 
batatas
3. Theobroma c 0,35 0,3846 
acao L.
4. Leucaena 0,42 0,5538 
leucocephala
1. Daerah terdedah (plot I)
NO Nama Raunki Braun- Rerata Persentase Life Form
Spesi er Blanq Deraj
es uet at
Cove
r
1 Citrus × Ch + 0,1 0,1/0,4x100%= 25%
aurantiifolia
2 Ananas Ch + 0,1 0,1/0,4x100%= 25%
comosus
3 Artocarpus He + 0,1 0,1/0,4x100%= 25%
heterophyllu
s
4 Mangifera He + 0,1 0,1/0,4x100%= 25%
indica
Jumlah 0,4 100%

2. Daerah transisi (plot II)


NO Nama Raunki Braun- Rerata Persentase Life Form
Spesi er Blanq Deraj
es uet at
Cove
r
1 Ananas Ph + 0,1 0,1/0,3x100%= 33,33%
comosus
2 Rosa sp Ph + 0,1 0,1/0,3x100%= 33,33%
3 Averrhoa Ch + 0,1 0,1/0,3x100%= 33,34%
carambola
Jumlah 0,3 100%

3. Daerah ternaung (plot III)


NO Nama Raunki Braun- Rerata Persentase Life Form
Spesi er Blanq Deraj
es uet at
Cove
r
1 Musa Ph + 0,1 0,1/0,4x100%= 25%
parasidiaca
2 Ipomoea Ph + 0,1 0,1/0,4x100%= 25%
batatas
3 Theobroma Ph + 0,1 0,1/0,4x100%= 25%
cacao L
4 Leucaena Ph + 0,1 0,1/0,4x100%= 25%
leucocephal
a
Jumlah 0,4 100%
Life Form P Ch H Cr Th

Raunkier 46 9 26 6 13

Daerah 100%
Ternaung

Life Form P Ch He Cr Th

Raunkier 46 9 26 6 13

Daerah 50% 50%


Terdedah

Life Form P Ch H Cr Th

Raunkier 46 9 26 6 13

Daerah 66,66% 33,34%


Transisi

Garafik Perbandingan Life Form Tumbuhan


di Daerah

120

100

80
rerankier
60 terdadah
transisi
40 ternaung

20

0
P Ch H Cr Th
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisis diketahui bahwa bentuk kehidupan (life form) yang paling
mendominasi vegetasi di km. 5 pulau punjung adalah
Phanerophyte,Chamaeophyte, dan Cryptophite dengan hasil penutupan
(cover) yang paling tinggi. Keanekaragaman tumbuhan di suatu wilayah
akhirnya menentukan tipe vegetasi di wilayah tersebut. Salah satu tipe
vegetasi dapat ditentukan dengan melihat physiognomi vegetasi tersebut.
bentuk kehidupan (life form) yang paling dominan di wilayah tersbut. Bentuk
kehidupan (life form) merupakan keseluruhan proses hidup dan muncul
secara langsung sebagai respon atas lingkungan. Bentuk kehidupan (life
form) dikelompokkan atas dasar adaptasi organ kuncup untuk melalui kondisi
yang tidak menguntungkan bagi tumbuhan.Raunkier mengelompokkan
bentuk kehidupan (life form) tumbuhan bersarakan posisi dan tingkat
perlindungan tunas dalam untuk memunculkan kembali tubuh tumbuhan
pada musim yang sesuai.Sesuai dasar ini, maka tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi 5 kelas utama life form yang neliputi: Phanerophyte,
Chamaephyte, Hemikriptophyte, Chryptophyte, danTherophyte.
DAFTAR PUSTAKA

Bloch-Petersen, M., J. Brandt., & M.Olsen. 2006. Integration of European habitat


monitoring based on plant life form composition as an indicator of
environmental change and change in biodiversity. Danish Journal of
Geography 106(2): 61-74.

Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas,


Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kimball, Jhon W. 1994. Biologi Jilid II. Erlangga. Jakarta

Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Sumber Article : http://nurulbio91.blogspot.com/2013/12/laporan-
praktikum-ekologi-tumbuhan.html.

Loveless, A.R. (1994). Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropis.


Jilid 1 dan 2. Terj.Gramedia: Jakarta.

Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan


Laboratorium. Jakarta: UI Press.

Odum . 1998 . ekologi tumbuhan .rineka cipta : Jogjakarta.

Rana, T.S., Datt,B., Rao,R.R. (2002).Life form and biologicalspectrum of the


flora of Tons Valley, Garwal Himalaya (Uttaranchal), India. Taiwania.
47 (2):164-169.

Rudall, P.J. (2007). Anatomy of Flowering Plant. A Introduction to Structure


and Development. New York: Cambridge University Press.

Tsuyuzaki. (2007). Life form (on vascular plants). Graduate School of


Environmental Earth Science, Hokkaido University.
(http://hosho.ees.hokudai.ac.jp/~tsuyu/lecture/glossary/on_life_for
m.html)

Wirakusumah, S., 2003, Dasar-dasar Ekologi :Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu


Lingkungan, UI Press, Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai