Anda di halaman 1dari 40

KONSEP DASAR LUKA &

PENYEMBUHAN LUKA
Hampir semua orang pernah mengalami luka
 Teriris pisau ketika memasak di dapur
 Terjatuh
 Kecelakaan lalu lintas
 Luka bakar akibat kontak dengan benda panas.

Ada luka yang dapat sembuh sendiri, misalnya


pada luka baru yang kecil, superfisial (hanya
mengenai lapisan kulit paling atas) serta tidak
terkontaminasi.

Ada luka yang memerlukan intervensi untuk


penyembuhannya, misalnya dengan penjahitan
luka, penggunaan wound dressing, atau dengan
pemberian obat.
Penyembuhan luka adalah proses regenerasi
jaringan yang mengalami luka.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses
kompleks yang terdiri dari beberapa tahap atau
fase dan melibatkan banyak faktor seperti jenis
luka, penyebab luka, ada tidaknya infeksi, nutrisi
dan sebagainya.
Proses penyembuhan luka akan lebih cepat dalam
lingkungan luka yang lembab (moist
environment).
Untuk mendapatkan atau mempertahankan
lingkungan yang lembab, dapat dilakukan antara
lain dengan mengaplikasikan wound dressing di
atas permukaan luka. Terdapat beberapa jenis
wound dressing yang tersedia saat ini, misalnya
kasa, tule, film, dll.
DEFINISI

• Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya


kontinuitas jaringan tubuh.
• Luka antara lain dapat mengakibatkan
perdarahan, infeksi, kematian sel dan
gangguan sebagian atau seluruh fungsi
organ.
JENIS LUKA
Secara garis besar luka dapat digolongkan
menjadi :
1.Luka terbuka
2.Luka tertutup
JENIS LUKA

1. LUKA TERBUKA
 Yaitu luka yang terpapar oleh udara
karena adanya kerusakan pada kulit
tanpa atau disertai kerusakan jaringan
di bawahnya.
 Luka terbuka merupakan jenis luka
yang banyak dijumpai.
JENIS-JENIS LUKA TERBUKA

a. Luka lecet (abrasi atau ekskoriasis)


Yaitu luka yang mengenai lapisan kulit paling
atas (epidermis) yang disebabkan oleh
gesekan kulit dengan permukaan yang kasar.
JENIS-JENIS LUKA TERBUKA
b. Luka insisi atau luka iris
(vulnus scissum)
Yaitu luka yang terjadi
karena teriris oleh
benda yang tajam dan
rata seperti silet atau
pisau. Tepi luka
tampak teratur.
Misalnya luka operasi.
JENIS-JENIS LUKA TERBUKA
c. Luka robek
(laserasi atau vulnus
laceratum)
Yaitu luka yang
disebabkan oleh
benturan keras
dengan benda tumpul.
Tepi luka biasanya
tidak teratur.
d. Luka tusuk (vulnus punctum)
Yaitu luka yang disebabkan
oleh benda runcing yang
menusuk kulit, misalnya jarum
atau paku.

e. Luka karena gigitan (vulnus


morsum)
Yaitu luka yang terjadi akibat
gigitan hewan atau manusia.
Bentuk luka tergantung dari
bentuk dan susunan gigi yang
menggigit.
e. Luka tembak
Yaitu luka karena peluru dari tembakan senjata api.

F. Luka bakar (combustio)


Yaitu luka yang terjadi karena kontak dengan api atau
benda panas lainnya, zat kimia, terkena radiasi, aliran
listrik atau petir.
Berdasarkan kedalaman luka, LUKA BAKAR digolongkan
menjadi :
1. Luka bakar derajat 1 (luka superfisial)
Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis
kulit.
Biasanya hanya ditandai dengan kemerahan pada kulit
dan rasa nyeri.
2. Luka derajat 2 (partial thickness burn)
Yaitu luka yang mengenai lapisan epidermis hingga
dermis.
Luka derajat 2 (partial thickness burn)
Yaitu luka yang mengenai lapisan epidermis hingga dermis.
Dibagi lagi menjadi :
 Luka derajat 2 superfisial (superficial partial thickness wound)
Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis hingga dermis bagian atas.
Dapat ditandai dengan adanya kemerahan pada kulit, adanya lepuhan berisi cairan
(blister atau bula) dan terasa sangat nyeri.
 Luka derajat 2 dalam (deep partial thickness wound)
Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis hingga dermis bagian bawah.
Biasanya tidak ditemukan adanya bula, namun luka biasanya basah atau lembab.
 Luka derajat 3 (full thickness burn)
Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis hingga subkutan.
Biasanya luka terlihat pucat dan luka tidak terasa nyeri karena ujung saraf pada
luka telah rusak.
 Luka derajat 4
Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis, dermis, subkutan, hingga otot,
tendon atau tulang.
LUAS LUKA BAKAR DENGAN
METODE RULE OF NINE

Telapak tangan ≈ 1%
Kepala ≈ 9%
Lengan ≈ 9%.
Dada ≈ 18%.
Punggung ≈ 18%.
Rule of Nine
Tungkai ≈ 18%
Genitalia = 1%
2. Luka Tertutup
Yaitu cedera pada jaringan di mana kulit
masih utuh atau tidak mengalami luka.
Misalnya :

a. Luka memar (kontusio)


Merupakan cedera pada jaringan dan Luka memar
menyebabkan kerusakan kapiler
sehingga darah merembes ke jaringan
sekitarnya. Biasanya disebabkan oleh
benturan dengan benda tumpul.
b. Hematoma
Adalah pengumpulan darah setempat
(biasanya menggumpal) di dalam organ
atau jaringan akibat pecahnya dinding
pembuluh darah.
Hematoma
Luka juga dapat digolongkan berdasarkan derajat
kontaminasi yaitu :
1. Luka bersih 3. Luka terkontaminasi
Yaitu luka yang bersih tanpa Yaitu luka yang terkontaminasi,
kontaminasi, misalnya luka insisi dengan misalnya luka insisi pada organ yang
teknik yang steril yang tidak mengenai mengalami inflamasi atau luka insisi
saluran gastrointestinal, saluran kemih, yang terkena sekresi saluran
genital atau pernapasan. gastrointestinal, saluran kemih, genital
Tingkat infeksi ± 1,5% atau pernapasan atau luka insisi dengan
tindakan asepsis /antisepsis yang
kurang.
2. Luka bersih terkontaminasi
Tingkat infeksi ± 15,2%
Yaitu luka bersih yang dapat
terkontaminasi, misalnya luka insisi
yang mengenai saluran gastrointestinal, 4. Luka kotor
saluran kemih, genital atau pernapasan Yaitu luka yang kotor.
tetapi sekresi saluran tersebut tidak Tingkat infeksi ± 40%
mengenai luka operasi.
Tingkat infeksi ± 7,7%
Berdasarkan lamanya penyembuhan, luka
dapat digolongkan menjadi :
1. Luka Akut
Yaitu luka yang baru terjadi yang dapat sembuh sesuai dengan lama fase
penyembuhan yang normal (waktu penyembuhan luka dapat diperkirakan)
Contoh : luka lecet, luka robek, luka operasi tanpa komplikasi.
2. Luka Kronik
Yaitu luka yang telah berlangsung lama karena mengalami kegagalan dalam
proses penyembuhan yang normal atau luka yang sering kambuh (waktu
penyembuhan luka tidak dapat diperkirakan)
Contoh : ulkus diabetik, ulkus akibat tekanan (pressure ulcer), ulkus akibat
gangguan vaskular, dll
Ulkus adalah hilangnya jaringan epidermis sampai dermis atau jaringan di
bawah kulit.
PENYEMBUHAN LUKA
Penyembuhan luka adalah proses regenerasi
jaringan yang mengalami luka.
Penyembuhan luka terbuka dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Penyembuhan primer
2. Penyembuhan sekunder (penyembuhan
spontan)
1. Penyembuhan Primer
 Yaitu penyembuhan luka yang terjadi secara cepat
dengan cara menyatukan tepi luka secara langsung.
 Misalnya penyembuhan luka insisi pada pembedahan
di mana tepi luka disatukan dengan penjahitan,
distaples atau diplester.
 Biasanya penyembuhan jenis ini akan meninggalkan
jaringan parut yang lebih halus dan kecil dibanding
dengan jenis penyembuhan luka lainnya.
2. Penyembuhan Sekunder
(Penyembuhan Spontan)
 Yaitu penyembuhan luka pada luka yang dibiarkan
tetap terbuka.
 Luka akan menutup spontan dengan kontraksi dan
re-epitelisasi luka.
 Penyembuhan sekunder memerlukan waktu yang
lebih lama dan akan meninggalkan jaringan parut
yang kurang baik dibandingkan dengan
penyembuhan primer. Misalnya pada luka yang lebar.
3. Penyembuhan tersier
(delayed primary healing)
 Yaitu penyembuhan luka dengan menutup luka beberapa
hari pasca trauma.
 Pada penyembuhan tersier, setelah debrideman (tindakan
menghilangkan jaringan yang mati dan benda asing pada
luka), luka dibiarkan tetap terbuka dalam waktu tertentu
kemudian baru dilakukan penutupan luka dengan penjahitan
atau tandur kulit (skin graft).
 Misalnya pada luka yang terinfeksi atau luka yang tidak
beraturan yang akan menyebabkan infeksi bila langsung
dijahit.
FASE PENYEMBUHAN LUKA

Dalam keadaan normal, proses penyembuhan luka


mengalami 3 tahap atau 3 fase yaitu:
1.Fase Inflamasi
2.Fase Proliferasi
3.Fase Maturasi atau Remodelling
Fase Inflamasi
 Terjadi : mulai injuri s.d hari ke-5.
 Terjadi proses :
a. Hemostasis (usaha tubuh untuk menghentikan
perdarahan), terjadi :
 Konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi)
 Agregasi platelet dan pembentukan jala-jala fibrin
 Aktivasi serangkaian reaksi pembekuan darah
b. Inflamasi, terjadi :
 Peningkatan permeabilitas kapiler dan vasodilatasi
yang disertai dengan migrasi sel-sel inflamasi ke
lokasi luka
 Proses penghancuran bakteri dan benda asing dari
luka oleh neutrofil dan makrofag
Fase Proliferasi
 Sejak akhir fase inflamasi s.d sekitar 3 minggu.
 Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri dari
proses :
a. Angiogenesis
Adalah proses pembentukan kapiler baru yang distimulasi
oleh TNF-α2 untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke
daerah luka.
b. Granulasi
Yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang
mengandung kapiler pada dasar luka (jaringan granulasi).
Fibroblas pada bagian dalam luka berproliferasi dan
membentuk kolagen.

c. Kontraksi
Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke
arah tengah luka yang disebabkan oleh kerja
miofibroblas sehingga mengurangi luas luka.
Proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF-β.
d. Re-epitelisasi
Proses re-epitelisasi merupakan proses
pembentukan epitel baru pada permukaan
luka. Sel-sel epitel bermigrasi dari tepi luka
melintasi permukaan luka. EGF berperan utama
dalam proses ini.
3. Fase Maturasi Atau Remodelling
 Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung
berbulan-bulan.
 Pada fase ini terjadi :
 Pembentukan kolagen lebih lanjut
 Penyerapan kembali sel-sel radang
 Penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru
 Serta pemecahan kolagen yang berlebih.
 Selama proses ini jaringan parut yang semula kemerahan dan tebal akan
berubah menjadi jaringan parut yang pucat dan tipis.
 Pada fase ini juga terjadi pengerutan maksimal pada luka. Jaringan parut
pada luka yang sembuh tidak akan mencapai kekuatan regang kulit
normal, tetapi hanya mencapai 80% kekuatan regang kulit normal.
 Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan
antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecah.
 Kolagen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penebalan
jaringan parut atau hypertrophic scar,
 Sebaliknya produksi kolagen yang berkurang akan menurunkan kekuatan
jaringan parut dan luka tidak akan menutup dengan sempurna.
Fase penyembuhan luka
Fase penyembuhan luka
FAKTOR PENYEMBUHAN LUKA
• Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap
penderita, namun hasil penyembuhan yang dicapai sangat
tergantung dari beberapa faktor.
• Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka
antara lain adalah :
1. Kebersihan Luka
 Adanya benda asing, kotoran atau jaringan nekrotik
(jaringan mati) pada luka dapat menghambat
penyembuhan luka, sehingga luka harus dibersihkan
atau dicuci dengan air bersih atau NaCl 0,9% dan
jaringan nekrotik (jaringan yang mati) dihilangkan
(debrideman/debridement).
 Debrideman adalah tindakan menghilangkan benda
asing dan jaringan mati/nekrotik, jaringan yang rusak
atau terinfeksi dari luka.
JENIS-JENIS DEBRIDEMAN
1. Debrideman bedah (surgical debridement)
 Yaitu debrideman yang dilakukan dengan
menggunakan pisau bedah, gunting atau alat lain
untuk memotong jaringan nekrotik dari luka.
 Merupakan metode debrideman yang cepat, selektif
dan efektif tetapi dapat menyebabkan rasa nyeri
sehingga memerlukan anestesia lokal.
 Cocok dilakukan pada luka dengan jaringan nekrotik
yang banyak dan atau yang disertai dengan infeksi.
2. Debrideman mekanik (mechanical debridement)
 Yaitu debrideman yang dilakukan dengan menggunakan
kasa yang dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% yang
ditempelkan pada luka yang kemudian dibiarkan
mengering dan melekat pada luka.
 Jika kasa tersebut dilepas dari luka, maka jaringan
nekrotik akan ikut terangkat dari luka. Dengan metode
ini, jaringan normal pada luka dapat ikut terangkat (tidak
selektif) dan dapat menimbulkan rasa nyeri saat kasa
dilepas dari luka.
 Dapat dilakukan pada luka dengan jaringan nekrotik
yang tidak terlalu banyak (sedang).
3. Debrideman kimiawi atau enzimatik (chemical atau
enzimatic debridement)
 Yaitu debrideman yang dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia atau enzim yang dapat
menghancurkan jaringan nekrotik.
 Merupakan metode debrideman yang cepat, cukup
selektif dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
 Cocok dilakukan pada luka dengan jaringan
nekrotik yang banyak atau luka dengan eskar
(jaringan nekrotik yang keras).
 Contoh : papain, kolagenase.
4. Debrideman autolitik (autolytic debridement)
 Yaitu debrideman yang dilakukan oleh enzim
proteolitik dari tubuh pasien sendiri.
 Metode ini memerlukan lingkungan luka yang
lembab yang dapat diperoleh dengan
penggunaan wound dressing.
 Merupakan debrideman yang sangat selektif,
aman dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
 Cocok dilakukan pada luka derajat 3 atau 4
dengan eksudat ringan hingga sedang.
Con’t...
Faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka
2.Infeksi
Luka yang terinfeksi akan membutuhkan waktu lebih
lama untuk sembuh. Tubuh selain harus bekerja
dalam menyembuhkan luka, juga harus bekerja
dalam melawan infeksi yang ada, sehingga fase
inflamasi akan berlangsung lebih lama. Infeksi tidak
hanya menghambat penyembuhan luka tetapi dapat
menambah ukuran luka (besar dan/atau dalamnya
luka). Luka yang sembuh juga tidak sebaik jika luka
tanpa infeksi.
3. Usia
Semakin lanjut usia, luka akan semakin lama sembuh
karena respon sel dalam proses penyembuhan luka
akan lebih lambat.
4. Gangguan Suplai Nutrisi dan Oksigen pada Luka
Gangguan suplai nutrisi dan oksigen (misal akibat
gangguan aliran darah atau kekurangan volume
darah) dapat menghambat penyembuhan luka.
5. Status Gizi
Gizi buruk akan memperlambat penyembuhan luka
karena kekurangan vitamin, mineral, protein dan
zat-zat lain yang diperlukan dalam proses
penyembuhan luka.
6. Penyakit yang mendasari
Luka pada penderita diabetes dengan kadar gula
darah yang tidak terkontrol biasanya akan sulit
sembuh atau bahkan dapat memburuk.
7. Merokok
Suatu studi menunjukkan bahwa asap rokok
memperlambat penyembuhan karena asap
rokok akan merusak fibroblas yang penting
dalam proses penyembuhan luka.
8. Stres
Stres yang berlangsung lama juga akan
menghambat penyembuhan luka.
9. Obat-obatan
Penggunaan steroid atau imunosupresan jangka
panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh
yang dapat menghambat penyembuhan luka.
KOMPLIKASI LUKA
1. Hematoma
2. Infeksi
3. Dehiscence (terbukanya kembali luka yang sudah
dijahit)
4. Jaringan parut (skar) hipertrofik
Merupakan jaringan parut
yang tumbuh berlebihan,
menonjol di atas bekas luka
tetapi tidak melebihi luas luka
asal.

5. Keloid
Merupakan jaringan parut
yang tumbuh secara
berlebihan, menonjol di atas
bekas luka, dapat melebihi
luas luka asal, berwarna
merah muda hingga coklat
tua, dan biasanya disertai
rasa gatal.
• WOUND HEALING.xspf

Anda mungkin juga menyukai