Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat adalah unsur aktif secara fisiologis dipakai dalam diagnosis,
pencegahan, pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit pada manusia atau
hewan. Obat dapat berasal dari alam dapat diperoleh dari sumber mineral,
tumbuh-tumbuhan, hewan, atau dapat juga dihasilkan dari sintesis kimia
organic atau biosintesis (Ansel, 1989).
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga
orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat di katakan
bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun.
Obat itu akan bersifat secara obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan
suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah
digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan, maka akan
menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil, maka kita tidak akan
memperoleh penyembuhan (Anief, 1991).
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi
atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan
dengan anestetika umum) (Tjay, 2007).
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat
mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau
memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.
nyeri merupakan suatu perasaan seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri
berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni
pada 44-45oC (Tjay, 2007).

B. Tujuan Praktikum
Mengenal, mempraktekan, dan membandingkan daya analgetik asetosal,
parasetamol dan tramadol menggunakan metode rangsang kimia.

C. Manfaat Praktikum
Dari praktikum ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
mahasiswa mengenai daya obat analgetik terhadap hewan uji dan mekanisme
kerja obatnya. Sehingga mahasiswa tidak hanya mengetahui secara teori
tetapi juga mengetahui secara praktik, agar nantinya dapat membantu
mahasiswa jika melakukan penelitian yang menggunakan hewan uji sebagai
objeknya.
BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya
diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala,
nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca
bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang
sulit dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek antipiretik
dan efek anti inflamasi. (anonim,2010)
Menurut The International Association for the Study of Pain (1979,
dalam Potter & Perry 2005), nyeri didefenisikan sebagai perasaan sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan atau potensial yang menyebabkan kerusakan jaringan. Sementara itu
defenisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh
yang dikatakan individu yang mengalaminya yang ada kapanpun individu
mengatakannya.
Nyeri terjadi bersamaan dengan terjadinya proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatannya.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dari pada
penyakit apapun.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai
faktor dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik
seperti tekanan, tusukan jarum,irisan pisau dan
lain-lain.
2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu.
Rata-rata manusia akan merasakannyeri jika
menerima panas diatas 45 C, dimana mulai pada
suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan.
3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan
membebaskan zat yang di sebut mediator yang
dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain:
bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin
danprostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang
paling berperan dalam menimbulkan nyeri karena
kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperan
dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim
proteolitik, Zat dan ionK+ (ion K positif ).

B. Proses Terjadinya Nyeri


Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang
ditemukan hampir pada setiap jaringantubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke
Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama
terdiridari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan
kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem keduaterdiri dari serabut C tak
bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2
m/detik.Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan
menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajamdan terlokalisasi, sedangkan
serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-
samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.Pusat nyeri terletak di talamus,
kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral
danimpuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromida
ventral dan posterolateral dari talamus.Dari sini impuls diteruskan ke gyrus
post sentral dari korteks otak.

C. Klasifikasi Nyeri 
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain:
a. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu 
dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis- Nyeri Akut adalah Nyeri yang
terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat contoh nyeri trauma- Nyeri
Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker 
b. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya
Nyeri, nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat
terjadinya kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan
mudah ditangani, contoh Nyeri karena tertusuk- Nyeri Visceral adalah
nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri karena trauma di
hati atau paru-paru. Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi
nyeri, contoh nyeri angina.
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas- Nyeri
neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya
Nyeri yang diakitbatkan olehkelainan pada susunan saraf.
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringanan. keadaan psikis sangat
mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala tau
memperhebat hebatnya, tetapi dapat menghinndari reaksi radang nyeri. nyeri
merupakan suatu perasaaan pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda
pada setiap orang batas nyerri untuk suhu badab konstan, yakni pada 44-
45°C.
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal yang merupakan suatu gejal, yang
berfungsi melindungi tubuh. nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya
tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan (rema, encok),
infeksi jasad renik, atau kejang otot. nyeri yang disebabkan oleh ransangan
mekanis, kimiawi, aau fisis (kalor, listrik), dapat menimbulkan kerusakan
pada jaringan. rangsangan tertentu dapat memicu pelepasan-pelepasan zat
tertentu yang disebut mediator nyeri.
Mediator nyeri antara lain dapat menyebabkan reaksi radang dan kejang-
kejang, yang mengaktivasi reseptor nyeri diujung saraf bebas dikulit, mukosa
dan jaringan lain. nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan dan dan organ
tubuh , kecuali di ssp. dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui
jaringan lebat dari tajuk-tajuk neoron dengan amat banyak sinaps via sum-
sum tulang belakang, susmsum-lanjutan , dan otak tengah. dari thalamus
(opticus) implus kemudiaanditeruskan kepusat nyeri didalam otak besar,
dimana implus dirasakan sebagai nyeri.
Ambang nyeri didevinisikan sebagai tingkat (level) dimana nyeri
dirasakan untuk pertama kali. jadi, intensitas ransangan yang terendah saat
seseorang merasakan nyeri. untuk setiap orang, abang nyerinya adalah
konstan. Demam merupakan penyakit tersendiri, byak pendapat para ahli
bahwa demam adalah suatu kondisi reaksi yang tangkis yang berguna bagi
tubuh terhdap infeksi pada suhu diatas 37°C lima fosit dan makrofag menjadi
lebih aktif. suhu yang melampaui 40-41°C, barulah terjadi situasi kritis yang
bisa berakibat fatal karena tidak terkendali lagi oleh tubuh.
Asam salisilat, paracetamol mampu mengatasi nyeri ringan sampai
sedang, tetapi nyeri yang hebat membutuhkan analgetik sentral yaitu
analgetik narkotik. Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu
menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat anti inflamasi
berguna untuk mengobati radang sendi (artritis reumatoid) termasuk
pirai/gout yaitu kelebihan asam urat sehingga pada daerah sendi terjadi
pembengkakan dan timbul rasa nyeri. (anonim,2010)
Analgesik anti inflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan
sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat
dibedakan dalam tiga kategori :
 Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dll), dapat
diatasi dengan asetosal, paracetamol bahkan placebo.
 Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumati), memerlukan analgetik
perifer kuat.
 Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu
ginjal,kanker), harus diatasi dengan analgetik sentral atau analgetik
narkotik.(anonim,2010)
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan
dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan halhanya
merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya gangguan
di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot.(Tjay dan
Rahardja, 2007)
Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar
di kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf
pusat melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya
glutamat dan jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P
(Guyton & Hall, 1997;Ganong, 2003).
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin,
leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-
ujung saraf bebasdi kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian
menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga
terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat
ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk
neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum- belakang, sumsum-lanjutan
dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudianditeruskan ke pusat nyeri di
otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay dan Rahardja, 2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang
berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya
tentang adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik,
atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi
atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut
memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator
nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang
mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan
jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh,
kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan
lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang
belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian
diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai
nyeri.(Tjay dan Rahardja, 2007).
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan
yaitu :
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Secara farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal,
diflunisal) dan non salisilat. Sebagian besar sediaan–sediaan golongan
non salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat
seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid
menimbulkan adiksi/ketergantungan.
D. Mekanisme Kerja Obat Analgesik
1. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim,
yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator
nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik
jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan
menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian
mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda
dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum
dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya
disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar
(Anchy, 2011).
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :
1) Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau
aspirin. Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam
dan lain-lain. Saat ini asetosal makin banyak dipakai karena sifat anti
plateletnya.
Asetosal adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat
luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Masalah efek
samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi
lambung dan saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat
setelah makan atau membuat menjadi sediaan salut enterik (enteric-
coated). Karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan
diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis.(annonim,2010)
2) Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol). Tahun-tahun
terakhir penggunaan asetaminofen yang di Indonesia lebih terkenal
dengan nama parasetamol meningkat dengan pesat.
Efek analgesik golongan ini serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan dapat
menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme
efek sentral. Fenasetin karena toksisitasnya terhadap hati dan ginjal saat
ini sudah dilarang penggunaannya.
Efek samping parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan
dosis besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
(anonim,2010)
3) Golongan pirazolon (dipiron)
Fenilbutazon dan turunnya saat ini yang digunakan adalah dipiron
sebagai analgetik antipiretik, karena efek inflamasinya lemah. Efek
samping semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis,
anemia aplastik dan trombositopenia.
Dibeberapa negara penggunaannya sangat dibatasi bahkan dilarang
karena efek samping tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi pemakaian
dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinya
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia
Dibeberapa negara penggunaanya sangat dibatasi bahkan dilarang
karena efek samping tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi pemakaian
dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinya
agranulositosis. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati arthritis
rheumatoid.(annonim,2010)
4) Golongan antranilat (asam mefenamat)
Digunakan sebagai analgesik karena sebagai anti inflamasi kurang
efektif dibanding dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi
mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul.
(anonim,2010)
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim
sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan
kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS
diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu
satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS
telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek
maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya
peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 1-3
jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh
adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan
mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%).
Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5
jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu
yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh
paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010).
Harus hati-hati menggunakan analgesik ini karena mempunyai risiko
besar terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan
penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk pengobatan
insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark jantung,
kolik batu empedu/batu ginjal). Tanpa indikasi kuat, tidak dibenarkan
penggunaannya secara kronik, disamping untuk mengatasi nyeri hebat,
penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena dapat
meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya digunakan
sebagai pramedikasi dalam pembedahan karena dapat memperkuat anestesi
umum sehingga mengurangi timbulnya kesadaran selama anestesi.
(anonim,2010)
Penggolongan analgesik-narkotik adalah sebagai berikut :
 Alkaloid alam : morfin, codein
 Derivat semi sintetis : heroin
 Derivat sintetik : metadon,fentanil
 Antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocin.(anonim,2010)
E. Mekanisme kerja asam mefenamat :
Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid,
bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh
dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek
analgesik, anti inflamasi dan antipiretik. Cara Kerja Asam mefenamat adalah
seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu
menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim
cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek
antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik. Asam mefenamat
mempunyai khasiat sebagai analgesik dan antiinflamasi. Asam mefenamat
merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukan kerja pusat dan juga kerja
perifer. Dengan mekanisme menghambat kerja enziim sikloogsigenase
( Goodman, 2007 ).
F. Mekanisme kerja Paracetamol :
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase secara berbeda (Wilmana, 1995).
Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada
aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang
kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya
mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986).
Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak
mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini
menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan
bukan blokade langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat yang digunakan


1. Timbangan
2. Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 ml
3. Sonde / kanulla
4. Sarung tangan
5. Stop watch
6. Wadah pengamatan

B. Bahan yang digunakan


1. Larutan tragakan 0,5 %
2. Suspensi asam mefenamat dalam tragakan 0,5 %
3. Suspensi parasetamol dalam tragakan 0,5 %
4. Suspensi tramadol dalam tragakan 0,5 %
5. Larutan steril asam asetat 1 % v/v

C. Gambar alat

Sonde / Kanulla Spuit injeksi dan jarum 1 ml Wadah pengamatan

Stopwatch Sarung tangan Timbangan

D. Prosedur percobaan
uhcp4-yTM
angtersdikolm
b
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil

Vol. Vol
Ke No. BB Jumlah
Rute / Dosis PO IP
l Mencit (g) geliat
(ml) (ml)
I KONTROL 1 102
I Asmef 150 2 111
I Parasetamol 150 3 71
I Tramadol 150 4 100
II KONTROL 1 138
II Asmef 150 2 9
II Parasetamol 150 3 27
II Tramadol 150 4 39
III KONTROL 1 136
III Asmef 150 2 8
III Parasetamol 150 3 5
III Tramadol 150 4 13
IV KONTROL 1 32,84 0,4 0,5 135
IV Asmef 150 2 28,69 0,35 0,5 43
IV Parasetamol 150 3 10,71 0,13 0,5 46
IV Tramadol 150 4 35,06 0,44 0,5 3

B. Tabel Persen Daya Analgetik


Perhitungan
a. Larutan Stok
 Larutan Stok
 Tragakan 0,5% untuk Asam Mefenamat 500 mg
12mg 500 mg
=
1 ml x
500 mg×1 ml
x= =42 ml
12 mg
 Tragakan 0,5% untuk Parasetamol 500 mg
12mg 500 mg
=
1 ml x
500 mg×1 ml
x= =42 ml
12 mg
 Tragakan 0,5% untuk Tramadol 200 mg
12mg 200 mg
=
1 ml x
200 mg× 1ml
x= =16,67 ml ≈ 17 ml
12 mg
 Tragakan 0,5%
0,5 g
× 300 ml=1,5 g
100 ml

b. Dosis
150 mg 150 mg 6 mg
Dosis Mencit 40 g : = :25=
1 kg 1000 g 40 g
6 mg 6 mg 12mg
= × 2=
Kadar obat /ml : 1 0,5 ml ml
× 1 ml
2
Selanjutnya, perhitungan dosis obat berdasarkan masing-masing
bobot badan mencit. Dimana menggunakan perbandingan dosis mencit
0,5 ml/40 g BB.
32,84 g
 Kontrol tragakan 0,5% = × 0,5 ml=0,4 ml
40 g
28,69 g
 Asam mefenamat = ×0,5 ml=0,35 ml
40 g
10,71 g
 Parasetamol = × 0,5 ml=0,13 ml
40 g
35,06 g
 Tramadol = ×0,5 ml=0,44 ml
40 g

c. Daya Analgetik
1. Kelompok I
P
 Asmef : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
111
= 100 – ( x 100)
102
= -9 %
P
 Parasetamol : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
71
= 100 – ( x 100)
102
= 30,4 %
P
 Tramadol : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
100
= 100 – ( x 100)
102
=2%
2. Kelompok II
P
 Asmef : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
9
= 100 – ( x 100)
138
= 93,5 %
P
 Parasetamol : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
27
= 100 – ( x 100)
138
= 80,4 %
P
 Tramadol : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
39
= 100 – ( x 100)
138
= 71,7 %
3. Kelompok III
P
 Asmef : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
8
= 100 – ( x 100)
136
= 94,1 %
P
 Parasetamol : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
5
= 100 – ( x 100)
136
= 96,3 %
P
 Tramadol : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
13
= 100 – ( x 100)
136
= 90,4 %
4. Kelompok IV
P
 Asmef : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
43
= 100 – ( x 100)
135
= 68,1 %
P
 Parasetamol : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
46
= 100 – ( x 100)
135
= 80,4 %
P
 Tramadol : % daya analgetik = 100 – ( x 100)
K
3
= 100 – ( x 100)
135
= 97,8 %
Analgetik
Kelompok
Asmef Parasetamol Tramadol
I -9 % 30,4 % 2%
II 93,5 % 80,4 % 71,7 %
III 94,1 % 96,3 % 90,4 %
IV 68,1 % 65,9 % 97,8 %

C. Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai efek analgesik, praktikum ini bertujuan
untuk mengenal dan membandingkan daya analgetik asetosal, parasetamol
dan tramadol menggunakan metode rangsang kimia.
Pertama dibuat larutan stok untuk injeksi, untuk larutan tragakan 0,5%
caranya dengan menuangkan 200 ml air ke dalam beaker glass lalu
ditaburkan 1,5 g tragakan di atas air, dipanaskan di atas lampu Bunsen sambil
diaduk cepat. Kemudian dicukupkan sampai 300 ml dan diaduk larutan
sampai homogen.
Selanjutnya untuk larutan injeksi zat obat asam mefenamat. Digerus
tablet asam mefenamat 500 mg hingga halus, lalu dimasukkan ke dalam
beakes glass dan disuspensikan dalam 42 ml tragakan 0,5%. Untuk larutan
injeksi zat obat parasetamol, digerus tablet parasetamol 500 mg hingga halus,
lalu dimasukkan ke dalam beakes glass dan disuspensikan dalam 42 ml
tragakan 0,5%. Untuk larutan injeksi zat obat tramadol, digerus tramadol 500
mg hingga halus, lalu dimasukkan ke dalam beakes glass dan disuspensikan
dalam 17 ml tragakan 0,5%. Bahan obat dilarutkan dalam tragakan alasannya
karena zat obat memiliki sifat kelarutan yang sukar larut dalam air sehingga
harus disuspensikan dengan tragakan 0,5%.
Dalam perhitungan dosis, diketahui dosis asam mefenamat, parasetamol
dan tramadol pada mencit adalah 150 mg/kg BB dalam tragakan 0,5% oral.
Kemudian dibuat perbandingan dengan bobot mencit maksimal yaitu 40 g.
Alasannya agar saat perhitungan dosis pada mencit sesuai bobot badan, hasil
yang didapatkan tidak melebihi dosis maksimal. Artinya kita buat dosis 150
mg/kg BB adalah dosis maksimal untuk mencit seberat 40 g yang merupakan
bobot badan mencit paling berat. Hasil perhitungan diperoleh dosis Mencit 40
g bobot badan adalah 6 mg/40 g BB, sehingga diperoleh kadar obat/ml
sebesar 12 mg/ml.
Selanjutnya, perhitungan dosis obat berdasarkan masing-masing bobot
badan mencit. Dimana menggunakan perbandingan dosis mencit 0,5 ml/40 g
BB. Dari perhitungan tersebut diperoleh dosis volume untuk mencit no.1
adalah sebanyak 0,4 ml tragakan 0,5%, mencit no.2 sebanyak 0,35 ml asam
mefenamat dalam 0,5 ml tragakan 0,5%. mencit no.3 sebanyak 0,13 ml
dalam parasetamol 0,5 ml tragakan 0,5%, dan mencit no.4 sebanyak 0,44 ml
tramadol dalam 0,5 ml tragakan 0,5%. Hasil perhitungan tersebut telah sesuai
literatur yaitu tidak melebihi dosis volume rute pemberian oral yaitu tidak
lebih dari 0,5 ml.
Analgetika adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk
mengurangi atau menghalau rasa sakit atau nyeri. Tujuan dari percobaan kali
ini adalah mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan daya analgetika
dari obat parasetamol, asam mefenamat, dan ibuprofen menggunakan metode
rangsang kimia. Percobaan ini dilakukan terhadap hewan percobaan, yaitu
mencit (Mus muscullus). Metode rangsang kimia digunakan berdasar atas
rangsang nyeri yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang digunakan untuk
penetapan daya analgetika.
Percobaan menggunakan metode Witkins yang ditujukan untuk melihat
respon mencit terhadap asam asetat yang dapat menimbulkan respon
menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada perut. Langkah pertama
yang dilakukan adalah pemberian obat-obat analgetik pada tiap mencit.
Setelah 30 menit I, mencit II, III, dan IV disuntik secara intraperitoneal
dengan larutan induksi asam asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara
intraperitoneal karena untuk mrncegah penguraian asam asetat saat melewati
jaringan fisiologik pada organ tertentu. Dan laruran asam asetat
dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui rute lain,
misalnya per oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan
terhadap pengaruh asam.
Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit karena diketahui bahwa
obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk
meredakan rasa nyeri. Selama beberapa menit kemudian, setelah diberi
larutan asam asetat 1 % mencit menggeliat dengan ditandai perut kejang dan
kaki ditarik ke belakang.
Obat analgetik yang memiliki daya analgetik dengan presentasi yang
tidak terlalu tinggi adalah parasetamol sebanyak 65,9 %. Parasetamol
(asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) .
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk
sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat
lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas.
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin
dan telah digunakan sejak tahun 1893. Parasetamol (asetaminofen)
mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti
radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung.
Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat
peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan
peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol
berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia,
nyeri paska melahirkan dan keadaan lain.
Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama
dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti
Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak
menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika,
dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol.
Diantara ketiga obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping
yang paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah
umur dua tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan
khusus lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui
bahawa kombinasi Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif
terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri.
Asam mefenamat pada percobaan ini memiliki daya analgetik yang tinggi
yaitu 68,1 % dimana. Asam Mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi
non steroid, bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam
jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga
mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik. Asam mefenamat
adalah derivat-antranilat dengan khasiat analgetis, antipiretis, dan antiradang
yang cukup baik. Penggunaan asam mefenamat sebagai obat antinyeri
terbatas karena sering menimbulkan gangguan lambung-usus, terutama
dyspepsi dan diare hebat.
Sedangkan analgetik yang menunjukkan aktivitas paling tinggi adalah
Tramadol dengan persentase 97,8 %. Tramadol mengikat secara
stereospesifik pada reseptor di sistem syaraf pusat sehingga memblok sensasi
rasa nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat
pelepasan neurotransmitter dari syaraf aferen yang sensitif terhadap rangsang,
akibatnya impuls nyeri terhambat.
Dari persentase daya analgetik ketiga obat tersebut, diketahui yang
memiliki daya analgetik paling kuat adalah tramadol yaitu 97,8%. Hal ini
tampak dari pengamatan mencit setelah pemberian asam asetat, ia tampak
tenang meskipun sempat menggeliat sebanyak 3 kali selama 20 menit.
Berbeda dengan mencit yang diberi asam mefenamat dan diketahui persentase
daya analgetiknya sebesar 68,1%, ia tampak gelisah dan menggeliat sebanyak
43 kali setelah diberikan asam asetat. Sedangkan untuk mencit yang diberi
parasetamol dan diketahui persentase daya analgetiknya paling rendah yaitu
sebesar 65,9%, ia tampak lebih gelisah dibandingkan dengan yang lainnya
dan menggeliat sebanyak 46 kali. Hasil tersebut telah sesuai dengan literature
yang menyatakan bahwa kekuatan daya analgetik tramadol lebih kuat
dibandingkan dengan daya analgetik asam mefenamat dan parasetamol,
karena tramadol merupakan turunan dari salah satu senyawa golongan
narkotika. Sedangkan daya analgetik paling rendah adalah parasetamol,
meskipun begitu ia memiliki efek samping paling ringan dan aman untuk
anak-anak. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi
Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada
jika diberikan sendiri-sendiri. Dari data kumulatif persentase daya analgetik
untuk seluruh kelompok, diketahui data kelompok IV yang paling baik
dibandingkan dengan data kelompok I, kelompok II ataupun kelompok III
karena sesuai dengan literature.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan
membandingkan daya analgetik asetosal, parasetamol dan tramadol
menggunakan metode rangsang kimia yaitu asam asetat, yang memiliki daya
analgetik paling kuat adalah tramadol dengan persentase daya analgetik
sebesar 97,8%, selanjutnya adalah asam mefenamat dengan persentase daya
analgetik sebesar 68,1%, dan yang paling rendah adalah parasetamol dengan
persentase daya analgetik 65,9%.

B. Saran
Dalam memberikan perlakuaan terhadap hewan uji praktikan harus
dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, agar hewan uji mudah ditangani dan
hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1990. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press

Anonim. 2010. Farmakologi untuk SMK Farmasi. Jakarta: DEPKES RI

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas. Jakarta:


Indonesia Press

Diphalma, J. R., Digregorio, G. J. 1986. Basic Pharmacology in Medicine 3th


edition. New York: Mcgraw-hill Publishing Company

Ganiswara, S. G (Ed. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: Balai
Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia

Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot dalam H. M. Djauhari


Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta:
EGC.

Goodman and Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10,


diterjemahkan oleh Amalia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sarjono, S. H. dan Hadi R. D. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian


Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia.

Katzung, B. G. 1986. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Tjay, T. H. dan Kirana R. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Gramedia

Sunaryo, W. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Penerbit FK UI.


LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI 2
Analgetik

Disusun Oleh Kelompok :

Nama NIM

1. Rike Wigati 723901S.12.095


2. Risfi Herista 723901S.12.096
3. Riska Ayu Wulan Dira 723901S.12.097
4. Rismayanti 723901S.12.098
5. Riyan Saparida 723901S.12.099
6. Rizki Permatasari 723901S.12.100
7. Sadatunnisa 723901S.12.101
8. Titin Hartini 723901S.12.102
9. Tresensia Herni 723901S.12.103
10. Yohanna Manurung 723901S.12.104
11. Lusi Mardika 723901S.13.113

Hari / Tanggal Praktikum : Selasa, 18 Maret 2014

Dosen Pembimbing : Rahmayanti Fitriah, S.Si., M.PH., Apt

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
LABORATORIUM TERPADU II
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
2014

Anda mungkin juga menyukai