Anda di halaman 1dari 2

Nama : Isniati Putih

Nim : 1888201068

Kelas : 5A1

Tugas : Sosiolingustik 8

Perubahan Bahasa

Perubahan bahasa adalah adanya perubahan terhadap suatu kata atau bertambahnya bahasa baru
berdasarkan tujuan tertentu Jakobson (1963). Pada awalnya perubahan bahasa hanya dianggap sebagai
variasi bahasa, percampuran dialek yang tumpang tindih, dan bahkan dianggap tidak dapat diamati.
Perubahan bahasa juga dikenal dengan evolusi bahasa pada jangka waktu tertentu dari bahasa yang
sederhana menjadi bahasa yang lebih kompleks dengan bebagai variasii, modifikasi, dan ciri khas dari
suatu masyarkat tutur. Evolusi juga diasumsikan sebagai bentuk perubahan yang berkelanjutan dari
yang rendah, sederhana, kurang baik menjadi kondisi yang lebih kompleks atau lebih baik.

Perlu diketahui bahwa perubahan bahasa tidak selalu menguntungkan, tetapi bisa saja merugikan
terhadap suatau bahasa. Perubahan bahasa sama halnya dengan speies yaitu terjadi klasifikasi yang
digambarkan dalam bentuk kekerabatan. Misal bahasa Indonesia, Malaysia, dan Brunai termasuk
keluarga bahaa Melayu. Selain itu bahasa juga ada yang punah (kata, frasa yang tidak digunakan lagi)
beadaptasi, variasi, dan seleksi alam.

Contohnya : Kata Haam berubah menjadi hoom, lalu berubah lagi menjadi house. Di sini suara /a:/ pada
bahasa Inggris kuno berubah menjadi /o:/ pada zaman pertengahan, lalu berubah menjadi /ou/ pada
zaman modern. Perubahan kombinatorik adalah kebalikan dari perubahan generik.

Pergeseran Bahasa

didefinisikan oleh Weinreich (1953: 68) sebagai penggantian suatu bahasa oleh bahasa lain secara
berangsur-angsur, karena akibat dari kontak bahasa dalam situasi imigrasi.

Saat dilahirkan ke dunia ini, manusia mulai belajar bahasa. Sedikit demi sedikit, bahasa yang dipelajari
olehnya sejak kecil semakin dikuasainya sehingga jadilah bahasa yang ia pelajari sejak kecil itu sebagai
bahasa pertamanya. Dengan bahasa yang dikuasai olehnya itulah, ia berinteraksi dengan masyarakat di
sekitarnya.
Beranjak remaja, ia sudah menguasai lebih dua atau lebih bahasa. Semua itu ia peroleh ketika
berinteraksi dengan masyarakat atau ketika di bangku sekolah. Hal ini menyebabkan ia menjadi
dwibahasawan atau multibahasawan. Ketika menjadi dwibahasawan atau multibahasawan, ia
dihadapkan pada pertanyaan, yaitu manakah di antara bahasa yang ia kuasai merupakan bahasa yang
paling penting? Di saat-saat seperti inilah terjadinya proses pergeseran bahasa, yaitu menempatkan
sebuah bahasa menjadi lebih penting di antara bahasa-bahasa yang ia kuasai.

Contohnya : yang dapat dikemukakan berdasarkan ilustrasi di atas adalah sebagai berikut. Seorang anak
bahasa pertamanya adalah bahasa A. Lalu, ketika sekolah dia menguasai bahasa B. Lambat laun ia
menyadari bahwa bahasa B lebih penting atau membawa manfaat yang sangat besar baginya. Hal ini
membuat dia lebih memilih bahasa B daripada bahasa A dalam berinteraksi. Dengan demikian, posisi
bahasa A sebagai bahasa yang utama bagi si anak menjadi bergeser sebagai bahasa yang
‘termarginalkan’ atau dinomorduakan. Kasus seperti ini disebut dengan kasus pergeseran bahasa.

Pemertahanan Bahasa

Dalam pemertahanan bahasa, komunitas secara kolektif memutuskan untuk terus menggunakan bahasa
tersebut atau bahasa itu telah digunakan secara tradisional. Ketika sebuah komunitas tutur mulai
memilih bahasa baru dalam daerah sebelumnya dicadangkan untuk yang lama, ini mungkin merupakan
tanda bahwa pergeseran bahasa sedang berlangsung. Jika anggota komunitas tutur adalah monolingual
dan tidak memperoleh bahasa lain secara kolektif, maka mereka jelas mempertahankan pola
penggunaan bahasa mereka. Pemertahanan, bagaimanapun, sering merupakan karakteristik dari
komunitas dwi bahasa atau juga multi bahasa. Hal ini hanya terjadi ketika komunitas mengalami
diglossic. Dalam kata lain adalah bahwa komunitas multibahasa bahasa-bahasa menjaga setiap
cadangan untuk daerah tertentu dengan perambahan sangat sedikit monolingual di daerah yang lain
(Fasol).

Contohnya : keberadaan bahasa Jawa sangat bergantung kepada penuturnya, yang berbahasa ibu
bahasa Jawa di dalam berkomunikasi sehari-hari. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni membawa para penutur bahasa Jawa mau tidak mau harus berhubungan dengan pemilik
bahasa yang lain, seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Betawi, bahasa Bali,
dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai