Nim : 1888201007
Kelas : 5A1
Definisi Etika
Dalam bahasa Yunani arti kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha.
Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima, ya’lamu yang
berarti tahu atau mengetahui.
Hubungan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat sekali, manusia mewujudkan sifat-sifat
baiknya dan memelihara kelangsungan dan memenuhi kebutuhan hidupnya juga dengan ilmu.
Orang yang beriman dan berilmu akan memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan akan
menjadi pendorong untuk menuntut Ilmu.
Ilmu membuat manusia sadar betapa kecilnya ia di hadapan Allah swt, sehingga akan tumbuh
rasa takut kepada Allah bila melakukan hal-hal yang dilarang, hal ini sejalan dengan firman
Allah swt :
ۤ ۗ هّٰللا هّٰللا ٌ ِاس َوال َّد َو ۤابِّ َوااْل َ ْن َع ِام ُم ْختَل
َ ۗ ِ َك ٰذل ٗف اَ ْل َوانُه
ِ اِ َّن َ ع اِنَّ َما يَ ْخ َشى َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَمٰ ؤُا ك
َز ْي ٌز َغفُوْ ٌر ِ ََّو ِمنَ الن
Islam adalah agama yang sama sekali tidak menginginkan umatnya buta huruf, ataupun
bodoh. Tapi islam adalah agama yang menginginkan umatnya memiliki kecerdasan
intelektual dan spiritual. Pantas dalam falsafah hidup yang dikatakan oleh sastrawan dan
budayawan madura D. ZAWAWI IMRAN asal Sumenep. Beliau mengatakan bahwa :
“lebih baik mati ikut air kencing ibu dari pada hidup tidak dapat memberikan manfaat
sama sekali, karena pentingnya menjadi orang-orang yang berilmu. Perlu diketahui
bahwa orang-orang yang berilmu memiliki keutamaan dan derajat yang tinggi di sisi
allah SWT”.
Kata iman dan ilmu disebut secara beriringan, mengandung arti bahwa Iman tidak
boleh dipisahkan dengan Ilmu. Pantas kalau ilmuwan barat Albert Einstein mengatakan
“science without religion is bland but religion without is lame (ilmu pengetahuan tanpa
agama akan buta, sedangkan agama tanpa ilmu pengetahuan akan lumpuh). “Agar
IPTEK dapat memberikan kemaslahatan umat, maka kita harus membekali diri sejak dini
dengan IMAN dan TAQWA kepada Allah swt.
Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan
tersebut tidak dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya
dengan perkembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan
bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan
alam lingkungannya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,
kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama
adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk berpikir hasil pemikirannya adalah
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah
SWT akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia
termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji dalam Q.S 58 (Al-Mujadalah):11:
Yang Artinya :“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. “(Q.S. Al-Mujadilah:11)
b. Kategori Ilmu
Dalam khazanah Islam, terdapat dua kategori ilmu pengetahuan yaitu :
Ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Adanya ilmu-ilmu umum dipahami dari surat
Fathir/35:27-28, dan adanya ilmu-ilmu agama dari surat at-Taubah/9:122 yang artinya :
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami
hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan
ada (pula) yang hitam pekat.”(Q.S. Fathir/35:27)”.
Di dalam ayat ini, Tuhan meminta manusia agar memperhatikan bagaimana hujan
turun dari langit. Hal ini minimal bisa membuahkan pengembangan ilmu-ilmu
meteorology. Pengamatan terhadap hujan yang menumbuhkan aneka ragam tumbuh-
tumbuhan paling kurang dapat memicu berkembangnya ilmu-ilmu biologi dan kimia.
Manusia juga diminta untuk memperhatikan gunung-gunung,menyangkut struktur dan
kelakuannya. Ini bisa menjadi cikal-bakal pengembangan ilmu-ilmu geologi dan fisika.
Ayat tersebut, dengan demikian, menghendaki pengembangan kelima cabang ilmu alam.
Dalam ayat berikutnya :
Yang artinya : “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya, hanyalah ulama.
Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi maha Pengampun.” (Q.S. Fathir/35: 28)”.
Dalam ayat ini, Allah menyuruh manusia agar mengamati dirinya sendiri, hewan, dan
ternak, yang beragam jenisnya. Jadi, ayat tersebut jelas menghendaki pengembangan
ilmu-ilmu sosial dan humanior.
Di pihak lain, dalam surah at-Taubah/9:122:
Yang artinya : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya.” (Q.S. at-Taubah/9: 122)”.
Allah mencela sikap yang selalu mengejar dunia saja. Dalam setiap golongan, Allah
menghendaki adanya sekelompok orang yang mendalami agama, menasehati dan
memajukan masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu yang diisyaratkan al-Qur’an dalam
banyak hal, meliputi segala pengetahuan yang bisa menyingkap hakikat segala sesuatu
serta dapat menghilangkan kabut kebodohan dan keraguan dari akal manusia. Obyeknya
dapat berupa alam atau pun manusia wujud maupun gaib. Demikian pula metode
pengetahuannya, bisa berupa indra dan empiris ataupun akal.