Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lismayanti

Nim : 1888201007

Kelas : 5A1

Matakuliah : Kemuhammadiyahan (Al-Islam 5)

Dosen : Mila Khairunnisa, M.Pd

ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU

Definisi Etika

Dalam bahasa Yunani arti kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha.
Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan.

Dalam KBBI etika mempunyai arti sebagai :

 ilmu pengetahuan tentang asas-asas moral.


 ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban.
 nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

A. Ilmu dan Kemanusiaan

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima, ya’lamu yang
berarti tahu atau mengetahui.

Ilmu adalah kumpulan  dari banyak pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan


kumpulan dari banyak informasi.

Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 11


‫ هّٰللا‬Bَ‫زُوا يرف‬B ‫ش‬ ُ ‫ َواِ َذا قِ ْي َل ا ْن‬ ‫ح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم‬
ْ Bُ‫ع ُ الَّ ِذيْنَ ٰا َمن‬B
‫وا‬B ِ ْ َ ْ ُ ‫شز ُْوا فَا ْن‬ َ ‫س فَا ْف‬
َ ‫س ُح ْوا يَ ْف‬
ِ ‫س‬ ِ ِ‫س ُح ْوا فِى ا ْل َم ٰجل‬ َّ َ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَف‬
‫ َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ َخبِ ْي ٌر‬ ‫ت‬ٍ ۗ ‫ َوالَّ ِذيْنَ اُ ْوتُوا ا ْل ِع ْل َم َد َر ٰج‬ ‫ِم ْن ُك ۙ ْم‬
“Allah swt meninggikan baberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan Allah maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”

Manusia merupakan makhluk yang sangat sempurna dibanding dengan makhluk-makhluk


ciptaan Allah yang lain. Dengan dibekali akal untuk mengelola keseimbangan alam ini,
sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an bahwa manusia diciptakan sebagai
khalifah di bumi.

Hubungan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat sekali, manusia mewujudkan sifat-sifat
baiknya dan memelihara kelangsungan dan memenuhi kebutuhan hidupnya juga dengan ilmu.

Orang yang beriman dan berilmu akan memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan akan
menjadi pendorong untuk menuntut Ilmu.

Ilmu membuat manusia sadar betapa kecilnya ia di hadapan Allah swt, sehingga akan tumbuh
rasa takut kepada Allah bila melakukan hal-hal yang dilarang, hal ini sejalan dengan firman
Allah swt :
‫ۤ ۗ هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ٌ ِ‫اس َوال َّد َو ۤابِّ َوااْل َ ْن َع ِام ُم ْختَل‬
َ ۗ ِ‫ َك ٰذل‬  ٗ‫ف اَ ْل َوانُه‬
ِ ‫اِ َّن َ ع‬ ‫اِنَّ َما يَ ْخ َشى َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَمٰ ؤُا‬ ‫ك‬
‫َز ْي ٌز َغفُوْ ٌر‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

“sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyaklah ulama


(orang berilmu) : (surat faatir : 28)

B. Ilmu Untuk Kemaslahatan Hidup

Islam adalah agama yang sama sekali tidak menginginkan umatnya buta huruf, ataupun
bodoh. Tapi islam adalah agama yang menginginkan umatnya memiliki kecerdasan
intelektual dan spiritual. Pantas dalam falsafah hidup yang dikatakan oleh sastrawan dan
budayawan madura D. ZAWAWI IMRAN asal Sumenep. Beliau mengatakan bahwa :
“lebih baik mati ikut air kencing ibu dari pada hidup tidak dapat memberikan manfaat
sama sekali, karena pentingnya menjadi orang-orang yang berilmu. Perlu diketahui
bahwa orang-orang yang berilmu memiliki keutamaan dan derajat yang tinggi di sisi
allah SWT”.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman didalam Al Qur’an surat Al mujadalah ayat 11


yang artinya : “allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan bebarapa derajat.”

Kata iman dan ilmu disebut secara beriringan, mengandung arti bahwa Iman tidak
boleh dipisahkan dengan Ilmu. Pantas kalau ilmuwan barat Albert Einstein mengatakan
“science without religion is bland but religion without is lame (ilmu pengetahuan tanpa
agama akan buta, sedangkan agama tanpa ilmu pengetahuan akan lumpuh). “Agar
IPTEK dapat memberikan kemaslahatan umat, maka kita harus membekali diri sejak dini
dengan IMAN dan TAQWA kepada Allah swt.

- Keutamaan orang berilmu dan beramal

Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan
tersebut tidak dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya
dengan perkembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan
bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan
alam lingkungannya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang  paling sempurna,
kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama
adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk berpikir hasil pemikirannya adalah
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah
SWT akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia
termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji dalam Q.S 58 (Al-Mujadalah):11:

Yang Artinya :“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. “(Q.S. Al-Mujadilah:11)

Menurut Al-Gazhali bahwa makhluk yang paling mulia adalah manusia,


sedangkan sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya, tugas utama
pendidik adalah menyempurnakannya, membersihkan dan mengiringi  peserta didik
agar hatinya selalu dekat kepada Allah swt, melalui perkembangan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, para pendidik akan selalu dikenang oleh anak didiknya. Kemudian al-
Gzahali memberikan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan al-Qur’an as sunnah,
maupun argumentasi secara rasional. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa
mengajarkan ilmu bukan hanya termasuk aspek ibadah kepada Allah swt, melainkan
juga termasuk khalifah Allah swt, karena hati orang alim telah dibukakan oleh Allah
SWT :

- Keutaman orang yang berilmu Al-Gzahli :

1. Bagaikan matahari, selain menerangi dirinya juga penerang orang lain.


2. Bagaikan minyak kasturi yang selalu menyebarkan keharuman bagi orang yang
berpapasan dengannya.
3. Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai abdun (hamba Allah) dan
khalifah fil ardhi. Essensi dari abdun adalah ketaatan kepada Allah, dan essensi
khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya.
Manusia sebagai khalifah bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan
lingkungannya, mengeksplorasi sumberdaya alam untuk sesuatu yang bermanfaat.
Oleh karena itu, tanggung jawab kekhalifahan banyak bertumpu pada ilmuwan dan
para intelektual yang mampu memanfaatkan sumber daya alam ini.
C. Ayat dan Hadits Yang Relevan
Al-Qur’an menganggap begitu pentingnya bukti dan kesahihan, sehingga menasihatkan
orang-orang yang beriman agar tidak menerima sesuatu yang berada di luar pengetahuan
mereka. Ayat sucinya yang berbunyi, “Janganlah menuruti sesuatu yang engkau tidak
tahu apa-apa tentangnya. Sesungguhnya, telinga, mata, dan akal harus bertanggung jawab
untuk itu..
a. Objek ilmu
Objek ilmu menurut ilmuwan muslim mencakup alam materi dan nonmateri. Tentu ada
tata cara dan sarana yang harus digunakan untuk meraih pengetahuan tentang hal tersebut:
- Surah Al-Nahl ayat 78 berbunyi: “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S. Al Nahl/16: 78). Ayat ini
mengisyaratkan penggunaan empat sarana yaitu : pendengaran, mata (penglihatan)
dan akal, serta hati.
- Surah yunus ayat 101: Artinya : "Katakanlah “perhatikanlah apa yang ada di langit
dan di bumi.” (Q. S. Yunus/10: 10).
- surah Al-Ghasyiyah ayat 88
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,. Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan;. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?.
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan” (Q.S. al Ghasyiyah/88: 17-20).

• Surah Al-Syu’araa ayat 26:7


“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan
di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik” (Q.S. Al-Sya’araa’/26:7)”

b. Kategori Ilmu
Dalam khazanah Islam, terdapat dua kategori ilmu pengetahuan yaitu :
Ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Adanya ilmu-ilmu umum dipahami dari surat
Fathir/35:27-28, dan adanya ilmu-ilmu agama dari surat at-Taubah/9:122 yang artinya :
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami
hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan
ada (pula) yang hitam pekat.”(Q.S. Fathir/35:27)”.
Di dalam ayat ini, Tuhan meminta manusia agar memperhatikan bagaimana hujan
turun dari langit. Hal ini minimal bisa membuahkan pengembangan ilmu-ilmu
meteorology. Pengamatan terhadap hujan yang menumbuhkan aneka ragam tumbuh-
tumbuhan paling kurang dapat memicu berkembangnya ilmu-ilmu biologi dan kimia.
Manusia juga diminta untuk memperhatikan gunung-gunung,menyangkut struktur dan
kelakuannya. Ini bisa menjadi cikal-bakal pengembangan ilmu-ilmu geologi dan fisika.
Ayat tersebut, dengan demikian, menghendaki pengembangan kelima cabang ilmu alam.
Dalam ayat berikutnya :
Yang artinya : “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya, hanyalah ulama.
Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi maha Pengampun.” (Q.S. Fathir/35: 28)”.
Dalam ayat ini, Allah menyuruh manusia agar mengamati dirinya sendiri, hewan, dan
ternak, yang beragam jenisnya. Jadi, ayat tersebut jelas menghendaki pengembangan
ilmu-ilmu sosial dan humanior.
Di pihak lain, dalam surah at-Taubah/9:122:
Yang artinya : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya.” (Q.S. at-Taubah/9: 122)”.
Allah mencela sikap yang selalu mengejar dunia saja. Dalam setiap golongan, Allah
menghendaki adanya sekelompok orang yang mendalami agama, menasehati dan
memajukan masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu yang diisyaratkan al-Qur’an dalam
banyak hal, meliputi segala pengetahuan yang bisa menyingkap hakikat segala sesuatu
serta dapat menghilangkan kabut kebodohan dan keraguan dari akal manusia. Obyeknya
dapat berupa alam atau pun manusia wujud maupun gaib. Demikian pula metode
pengetahuannya, bisa berupa indra dan empiris ataupun akal.

Anda mungkin juga menyukai