Anda di halaman 1dari 36

MINI PROJECT

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE


(DBD) DI RT03/RW 03 DAN RT05/RW03 DESA LAU KECAMATAN DAWE
KABUPATEN KUDUS AGUSTUS TAHUN 2019

Oleh :
dr. Andreas Tigor Partomuan

Pendamping :
dr. Noor Hasyim Afro

DOKTER INTERNSIP
KUDUS
2019
LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI


RT03/RW03 DAN RT05/RW03 DESA LAU KECAMATAN DAWE KABUPATEN
KUDUS AGUSTUS TAHUN 2019

Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas internsip di Puskemas

Kudus, Agustus 2019

Pendamping Internship Peserta Internship,

(dr. Noor Hasyim Afro) (dr. Andreas Tigor P)

2
KATA PENGANTAR

puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat tuhan, karena hanya berkat dan rahmatnya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan mini proyek yang berjudul Analisis Faktor Risiko
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di RT 03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Agustus Tahun 2019
Peneliti menyadari bahwa keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan,
dukungan, doa dan kerjasama yang baik berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Darsono, SKM, MKM, selaku Kepala Puskesmas Dawe.
2. dr. Noor Hasyim Afro, selaku dokter pendamping peneliti selama menjalankan PIDI di Kudus
khususnya saat rotasi di Puskesmas Dawe yang telah banyak memberikan bantuan.
3. Rekan-rekan seperjuangan peserta PIDI RS Aisyiyah-Puskesmas Dawe. Terima kasih untuk
dukungan dan bantuannya selama menjalankan PIDI di Puskesmas Dawe.
4. Seluruh staf Puskesmas Dawe dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan mini proyek ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa mini proyek ini masih terdapat banyak keterbatasan.
Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca. Semoga mini proyek ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
menjadi berkah bagi peneliti maupun pembacanya.

Kudus, Agustus 2019

Penulis
dr. Andreas Tigor P

3
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................1
LembarPengesahan .................................................................................................2
Kata Pengantar.........................................................................................................3
Daftar Isi..................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................6
1.2 Pernyataan Masalah....................................................................................7
1.3 Tujuan.........................................................................................................7
1.4Manfaat........................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Puskesmas Dawe..............................................................................9
2.2 Demam Berdarah Dengue.........................................................................10
2.3 Definisi Kontainer.....................................................................................14
2.3 Pengendalian DBD...................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian......................................................................................16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................16
3.3 Bahan dan Instrumen Penelitian...............................................................16
3.4 Teknik Pengambilan Sampel....................................................................18
3.5 Variabel Penelitian....................................................................................18
3.6 Definisi Operasional.................................................................................18
3.7 Pengumpulan Data....................................................................................20
3.8 Jalannya Penelitian...................................................................................20
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data......................................................21
BAB IV HASIL
4.1 Hasil Analisis Univariat............................................................................22
4.2 Hasil Analisis Bivariat..............................................................................24
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden...........................................................................29
5.2 Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer
dengan Kejadian DBD..............................................................................29
5.3 Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian
DBD.........................................................................................................30
5.4 Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan Kejadian
DBD..........................................................................................................30
5.5Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian

4
DBD..........................................................................................................31
5.6 Hubungan Antara Pengetahuan Responden Tentang DBD dengan
Kejadian DBD..........................................................................................31
5.7 Keterbatasan Penelitian.............................................................................32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan...............................................................................................32
6.2 Saran.........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus grup A dan B yang
bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikunguya dan Japanese
Encephalitis (JE). Ketiganya sama-sama ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk tetapi memiliki
beberapa perbedaan antara lain spesies nyamuk penularnya, pola penyebaran, gejala penyakit,
tata laksana pengobatan maupun upaya pencegahannya.1

DBD adalah penyakit menular yang disebabkan virus Dengue, ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan menyerang semua umur, terutama anak-anak. DBD mulai dikenal di Indonesia sejak
tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasusnya terus bertambah seiring
dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD di Indonesia, serta meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk. DBD menjadi salah satu masalah kesehatan serius di Indonesia, terutama
saat musim hujan dimana curah hujan tinggi sehingga menjadi sarana perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti yang cukup potensial.1,2,3

Kabupaten Kudus sendiri merupakan salah satu daerah endemis DBD di Provinsi Jawa
Tengah. Angka insidensi DBD di Kabupaten Kudus sebesar 63,5/100.000 penduduk (2015),
lebih tinggi dibandingkan angka insidensi DBD di Provinsi Jawa Tengah sebesar 32,95/100.000
penduduk.4 Jumlah ini juga lebih besar dibandingkan target nasional, yaitu kurang dari
51/100.000 jiwa. Pada tahun 2015 didapatkan kasus DBD sebanyak 528 jiwa, dengan jumlah
meninggal sebanyak 17 jiwa.5

Desa Lau merupakan salah satu desa yang baru ini mengalami KLB DBD pada bulan Mei
2019. Berdasarkan data tahun 2015, di Kecamatan Dawe sendiri tidak terjadi kematian jiwa
akibat penyakit DBD.

Dari beberapa faktor lingkungan yang ada di Desa Lau, PIDI ingin meneliti lebih lanjut
mengenai beberapa faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DBD di Desa Lau yang
meliputi keberadaan jentik Aedes aegypti pada container, kebiasaan menggantung pakaian,
ketersediaan tutup pada container, frekuensi pengurasan container dan pengetahuan responden

6
tentang DBD, sehingga dapat membantu dalam menurunkan jumlah kesakitan dan kematian
akibat penyakit DBD serta membantu masyarakat untuk lebih memperhatikan faktor-faktor apa
saja yang bisa menjadi penyebab penularan penyakit DBD.

Berdasarkan data-data tersebut, penulis melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) DBD dan
melakukan analisis faktor resiko kejadian DBD bulan Agustus 2019 di Desa Lau, Kecamatan
Dawe, Kabupaten Kudus yang dilaksanakan pada 1 – 8 Agustus 2019, yang hasilnya diharapkan
dapat digunakan untuk mengetahui luasnya persebaran penyakit DBD di Desa Lau dan juga
mengetahui faktor resiko apa yang erat hubungannya dengan kejadian DBD sehingga dapat
diambil langkah yang tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini.

1.2 Pernyataan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan
kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe?
2. Adakah hubungan anara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD di
RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe?
3. Adakah hubungan antara ketersediaan tutup pada container dengan kejadian DBD di
RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe?
4. Adakah hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di
RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe?
5. Adakah hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di
RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah terdapat faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian
DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer
dengan kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe.

7
2. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menggantung pakaiandengan kejadian
DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe.
3. Untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan tutuppada kontainer dengan
kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe.
4. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian
DBD diRT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe.
5. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan
kejadian DBD diRT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe.

1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukan penelitian ilmiah
terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD
2. Bagi Masyarakat
Dari penelian ini diharapkan agar masyarakat menjadi lebih tahu dan mengerti tentang
DBD sehingga dapat melakukan pencegahan penyakit DBD.
3. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Dawe dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan secara komprehensif khususnya terhadap pencegahan
penyakit DBD agar dapat dijadikan bahan pengawasan dan evaluasi program
pemberantasan penyakit menular.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Puskesmas Dawe


Puskesmas Dawe terletak di Desa Cendono Kecamatan Dawe. Telah menjadi Puskesmas
Perawatan 24 jam sejak tahun 1975 dengan salah satu tujuannya adalah memperpanjang waktu
layanan. Artinya membuka ruang kepada masyarakat khususnya masyarakat kecamatan Dawe
untuk bisa mengakses atau mendatangi puskesmas kapanpun mereka membutuhkannya. Dalam
menghadapi era globalisasi, puskesmas dituntut untuk terus berinovasi dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan demikian, puskesmas saat
ini turut mempersiapkan diri mengubah model manajemen konvensional ke arah model
pengelolaan publik yang modern melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah dengan semangat dan spirit peningkatan kualitas pelayanan. Model ini memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktifitas dan
penerapan praktek yang sehat.

2.1.1 Letak Geografi


Puskesmas Dawe terletak pada koordinat -6.704.855 lintang selatan dan 110.898.766 bujur
timur. Adapun batas wilayah kerja puskesmas Dawe adalah :
- Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Rejosari
- Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Bae
- Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Gondosari
- Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Rejosari

2.1.2 Kependudukan
Jumlah keseluruhan RT/RW di wilayah kerja Puskesmas Dawe:

1. Desa Cendono : 9 RW dan 51 RT

9
2. Desa Margorejo : 11 RW dan 57 RT

3. Desa Kajar : 4 RW dan 22 RT

4. Desa Lau : 7 RW dan 52 RT

5. Desa Piji : 8 RW dan 48 RT

6. Desa Samirejo : 6 RW dan 17 RT

7. Desa Ternadi : 4 RW dan 18 RT

8. Desa Puyoh : 8 RW dan 37 RT

9. Desa Soco : 6 RW dan 32 RT

Berdasarkan data monografi Kecamatan Dawe tahun 2018 bahwa jumlah penduduk dalam
wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Dawe sebanyak 65.145 jiwa dan 18.694 KK, dimana di
Desa Lau terdapat 1.371 KK.

2.1.3 Mata Pencaharian


Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah petani (46,98%) dan buruh pabrik
(14,30%).
2.1.4 Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Dawe
Dari tahun 2014 (35 kasus) hingga tahun 2018 terjadi penurunan angka kejadian DBD
hingga 0 kasus.Dan jumlah ini merupakan angka terendah dalam 5 tahun terakhir.

2.2 Demam Berdarah Dengue


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut menular disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina,
menyerang semua umur terutama anak-anak, serta banyak ditemukan di daerah tropis.

2.2.1 Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari
asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.2

10
Terdapat serotipe virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. 1,2
Penelitian di Indonesia menunjukkan DENV-3 merupakan serotipe virus yang dominan
menyebabkan kasus yang berat. Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe virus, akan
menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang bersangkutan. Meskipun
keempat serotipe virus tersebut mempunyai daya antigenis yang sama namun mereka berbeda
dalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa bulan terjadi infeksi dengan salah satu
dari mereka. Apabila seseorang sebelumnya sudah pernah terinfeksi virus dengue, kemudian
terinfeksi lagi oleh serotipe virus yang berbeda, maka orang tersebut dapat terserang penyakit
demam berdarah.2

2.2.2 Penularan
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, nyamuk ini merupakan nyamuk rumah
yang menggigit terutama pada siang hari. Nyamuk Aedes dapat menularkan virus Dengue kepada
manusia, baik secara langsung (setelah menggigit orang yang sedang dalam fase viremia),
maupunsecara tidak langsung, setelah melewati masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10
hari(extrinsic incubation period). Masa inkubasi di dalam tubuh manusia (intrinsic incubation
period) antara 4-6 hari. Manusia infektif hanya pada saat viremia saja (5-7 hari), tetapinyamuk
dapat infektif selama hidupnya.Suhu udara optimum bagi kehidupan Aedes aegypti antara 28-
29°C. Pada suhu yang tinggi meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga masa inkubasi
ekstrinsik menjadi lebih pendek. Diperkirakan pada musim hujan frekuensi gigitan akan
meningkat dan karena kelembapan juga tinggi akan memungkinkan untuk dapat memperpanjang
umur nyamuk.1,2

Nyamuk betina biasa mencari mangsa pada siang hari.Aktivitas menggigit biasanya mulai
pagi sampai petang hari, dengan puncak aktivitasnya pukul 09.00-10.00 dan 16.00-
17.00.Berbeda dengan nyamuk lainnya, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah
berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan
darah.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penyebaran penularan penyakit, dibagi menjadi
dua bagian besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal meliputi ketahanan
tubuh seseorang.Oleh karena itu penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada musim
hujan dan pancaroba.Pada musim tersebut, perubahan cuaca mempengaruhi pertumbuhan dan

11
perkembangan virus dengue penyebab DBD. Hal ini menjadi kesempatan jentik nyamuk
berkembangbiak menjadi lebih banyak.

Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh manusia.Faktor ini
berhubungan dengan pengetahuan, lingkungan, dan perilaku manusia baik di tempat tinggal,
lingkungan sekolah, atau tempat bekerja.Faktor yang memudahkan seseorang menderita DBD
dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti di tempat
penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk untuk hidup dan
berkembangbiak.Hal ini dikarenakan tempat penampungan air masyarakat Indonesia umumnya
lembab.Kurang sinar matahari dan kebersihannya.

Nyamuk juga lebih menyukai benda-benda tergantung di dalam rumah seperti gorden,
kelambu, dan baju/pakaian.Maka dari itu pakaian yang tergantung di balik pintu sebaiknya
dilipat dan disimpan dalam lemari, karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan
beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga
nyamuk berpotensi untuk menggigit manusia.

Nyamuk Aedes juga menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya karena
pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan penyakit DBD menyebar,
urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak adanya control vektor nyamuk yang
efektif di daerah endemis, peningkatan sarana transportasi.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respons terhadap stimulus yang


masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum terwujud.
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan
khususnya mengenai demam berdarah dengue akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil
dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya
indikator kesehatan masyarakat, dalam konteks ini adalah menurunnya angka penularan DBD.

2.2.3 Siklus Hidup


Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti yaitu melalui proses metamorfosa dimana perkembangan
terjadi dimulai dari fase telur sampai menjadi nyamuk dewasa.

12
Gambar 1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk dewasa akan bertelur diatas air atau didalam kontainer kurang lebih sebanyak 100 –
120 telur kemudian telur akan menetas kurang dari 24 jam setelah masuk kedalam air dan akan
berkembang menjadi jentik kurang lebih membutuhkan waktu 2-3 hari, dari larva menjadi pupa
membutuhkan waktu sekitar 6 hari dan pupa sendiri butuh waktu 2 hari untuk menjadi nyamuk
dewasa.1,2
Waktu Total yang dibutuhkan untuk perkembangan ini bergantung dari suhu air dan
suplai makanan, kurang lebih butuh waktu 4 – 10 hari. Larva sendiri akan mati pada suhu
dibawah 100Cdan diatas 440C. Segera setelah keluar dari kepompong, nyamuk dewasa siap untuk
menghisap darah dan melakukan perkawinan. Darah yang dihisap nyamuk betina diperlukan
untuk mematangkan telurnya sehingga dapat dibuahi oleh benih jantan. Sepanjang hidupnya
nyamuk betina cukup sekali melakukan perkawinan guna membuahi telurnya.1,2

2.2.4 Diagnosis
WHO membuat kriteria diagnose DBD ditegakkan jika memenuhi 2 kriteria klinis
ditambah dengan 2 kriteria laboratorium dibawah ini:
Tabel 1. Kriteria Klinik dan Laboratoris DBD6,7
Kriteria Klinik 1. Demam tinggi mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti tourniquet
positif, petechiae, echimosis, purpura, perdarahan
mukosa, epistaksis, perdarahan gusi dan hematemesis dan
atau melena.
3. Pembesaran hati

13
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat, tekanan
nadi turun, tekananan darah turun, kulit dingin dan
lembab terutama ujung jari dan ujung hidung, sianosis
sekitar mulut, gelisah.
Kriteria 1. Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit 20% atau lebih
Laboratoris
Tabel 4. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Demam Berdarah Dengue9,10
Derajat DBD Gejala Laboratorium
I Demam disertai 2 atau lebih tanda sakit Trombositopenia, bukti
kepala, nyeri retro orbital, myalgia, ada
arthralgia ditambah uji bending positif. kebocoran plasma
II Gejala diatas ditambah perdarahan Trombositopenia, bukti
spontan. ada
kebocoran plasma
III Gejala diatas ditambah kegagalan Trombositopenia, bukti
sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta ada
gelisah) Kebocoran plasma
IV Syok berat disertai dengan tekanan darah Trombositopenia, bukti
dan nadi tidak terukur. ada
Kebocoran plasma
DBD derajat III dan IV juga bias disebut Dengue Syok Syndrome (DSS).

2.3 Definisi Kontainer


Kontainer merupakan wadah yang dapat menampung air. Air yang didalamnya tidak dapat
mengalir ke tempat lain. Jentik-jentik sering ditemukan didalamnya dan biasanya didalam
kontainer dengan air jernih dan tidak ada kontak dengan tanah serta berada dalam tempat yang
gelap. Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti sendiri menurut dinas kesehatan jakarta (2003)
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA)
Merupakan tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari seperti tempayan,
bak mandi, bak WC, ember dan lain-lain
2. Bukan tempat penampungan air
Contohnya yaitu seperti tempat minum hewan peliharaan, akuarium ikan, ban bekas,
pot/vas bunga, botol

14
3. Tempat penampungan air alami
Contohnya seperti pelepah daun, lubang pada batu, potongan bambu, kulit kerang,
tempurung kelapa dll.

2.4 Pengendalian DBD


Kegiatan pokok dalam program pengendalian DBD adalah:
a. Penemuan penderita
1. Penemuan penderita secara aktif dilakukanpada saatpenyelidikan epidemiologi (PE) dengan
mencari penderita DBD lainnya.
2. Penemuan penderita secara pasif dilakukan oleh puskesmas atau unit pelayanan kesehatan
lainnya.
b. Pengendalian vektor
Jenis kegiatan pengendalian vektor, antara lain:
1. Terhadap nyamuk dewasa
Dilakukan kegiatan Fogging Fokus, bertujuan mencegah terjadinyaKLBdenganmemutuskan
rantai penularan di lokasi terjadinya kasus DBD.
2. Terhadap larva (jentik)
- Biological control
Penebaran ikan pemakan jentik dilakukan di desa/kelurahan yang terdapat tempat perindukan
Aedes, airnya permanen dan cocok untuk perkembangbiakan ikan pemakan jentik.
- Larvasidasi.
Penaburan bubuk larvasida atau pembunuh jentik guna memberantas jentik di tempat
penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, sehingga populasi nyamukAedes
aegypti dapat ditekan rendah..
- Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
Kegiatan PJB dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) melalui 3M Plus.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan rancangan cross sectional study
dengan metode observasional, yaitu rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya
dilakukan secara simultan pada satu saat.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Puskesmas Dawe pada
bulan Agustus 2019.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga di rumah warga di RT03/RW03 dan
RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe dengan kriteria inklusi sebanyak 100 orang.

3.3 Bahan dan Instrumen Penelitian


Alat atau instrumen pengumpul data yang digunakan dalam survey ini berupa materi pertanyaan
– pertanyaan untuk mengetahui apakah terdapat faktor lingkungan yang berpengaruh. Kemudian
juga dilakukan pengamatan langsung terhadap faktor lingkungan.Kuesioner diuji dengan uji
validitas dan reliabilitas.
1) Uji validitas
Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai
yang sesungguhnya dari nilai yang diinginkan. Instrumen uji validitas menggunakan uji korelasi
product moment person (Muhidin dan Abdurahman, 2007).

16
Tabel 1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y
Besar rxy Keterangan
0,00 - < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
> 0,20 - < 0,40 Hubungan rendah
> 0,40 - < 0,70 Hubungan sedang
> 0,70 - < 0,90 Hubungan kuat
> 0,90 - < 1,00 Hubungan sangat kuat
Hasil uji kuesioner dilaksanakan di luar sampel penelitian, selanjutnya uji validitasnya
menggunakan uji korelasi product moment. Suatu item dinyatakan valid jika nilai korelasi
product moment yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel 0.444 dengan jumlah sampel N=25
dan signifikasinya 5%. Hasil uji validitas menyatkan bahwa nilai rata-rata rxy = 0.527, karena
rxy > 0.444 maka kuesioner tersebut dikatakan valid.
2) Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya
dengan menunjukkan hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Uji reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan rumus AlfaCronbach.

17
Standar reliabilitas adalah jika nilai hitung r lebih besar (>) dari nilai tabel r (0,444), maka
instrumen dinyatakan reliabel.(Muhidin dan Abdurahman, 2007). Hasil uji reliabilitas kuesioner
menunjukkan r11= 0.484 sehingga di nyatakan reliabel dan memiliki hubungan yang sangat kuat.

3.4 Teknik Pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling,
yaitu metode pengambilan sampel secara acak sederhana dimana setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih sebagai sampel.
Langkah-langkah pengambilan sampel yaitu dengan membuat undian sejumlah KK rumah
tangga yang ada di Desa Lau sebanyak, kemudian dari jumlah tersebut di kocok dan diambil 41
kepala keluarga yang kemudian dijadikan sampel pada saat penelitian.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas: Keberadaan jentik pada container, kebiasaan menggantung pakaian,


ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer, dan pengetahuan tentang
DBD.
2. Variabel terikat: Kejadian DBD

3.6 Definisi Operasional


1. Keberadaan jentik pada kontainer

18
Deskripsi: Ada atau tidaknya jentik dalam tempat penampungan air di setiap rumah yang
diperiksa
Cara Pengukuran: Lembar observasi berdasarkan keberadaan jentik pada kontainer
Skala: Nominal
Kategori: 1. Tidak ada jentik
2. Ada jentik
2. Kebiasaan menggantung pakaian
Deskripsi: Praktek responden dalam menggantung pakaian di dalam rumah (bukan di dalam
almari)
Cara pengukuran: Pemeriksaan tempat responden di dalam rumah
Skala: Nominal
Kategori: 1. Tidak biasa menggantung
2. Biasa menggantung
3. Ketersediaan tutup pada kontainer
Deskripsi: Terdapat tutup atau tidaknya tutup pada kontainer
Cara pengukuran: Pemeriksaaan ada atau tidak tutup kontainer.
Skala: Nominal
Kategori: 1. Tidak ada tutup
2. Ada tutup
4. Frekuensi pengurasan kontainer
Deskripsi: Angka yang menunjukkan berapa kali responden membersihkan/menguras
kontainer dalam ukuran waktu 1 minggu
Cara pengukuran: Wawancara
Skala: Nominal
Kategori: 1. <1 kali dalam 1 minggu
2. > 1 kali dalam 1 minggu
5. Pengetahuan responeden tentang DBD
Deskripsi: Pemahaman responden tentang demam berdarah yang meliputi pengertian, tanda
dan gejala, cara penularan, pemberantasan, vektor penular dan kegiatan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Cara pengukuran: Wawancara

19
Skala: Nominal
Kategori: 1. Kurang (jika nilai rata-rata < 50%)
2. Baik (jika nilai rata-rata >50%)
6. Kejadian DBD
Deskripsi: Responden pernah terkena penyakit DBD
Cara pengukuran: Wawancara
Skala: Nominal
Kategori: 1. Tidak pernah sakit
2. Pernah sakit

3.7 Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang akan dikumpulkan dan dianalisis berupa data kualitatif yaitu skor dari variabel
yang diteliti, meliputi keberadaan jentik pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian,
ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer dan tingkat pengetahuan
responden tentang DBD terhadap kejadian DBD.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari survei ke lokasi di RT03/RW03 dan RT05/RW03Desa Lau
Kecamatan Dawe dan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan
pedoman wawancara semi terstruktur dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Dawe maupun data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Kudus, serta data penduduk atau monografi yang diperoleh dari Desa
Lau.

3.8 Jalannya Penelitian


1. Peneliti mendapati bahwa terjadi KLB DBD di Desa Lau pada bulan Mei 2019.Kemudian
akhirnya peneliti memutuskan untuk melakukan penyelidikan epidemiologis ke wilayah
terjangkit DBD ini.
2. Peneliti datang ke desa dengan jumlah terdapat kasus DBD yaitu Desa Lau, lalu mencari data
monografi dan data jumlah KK masing-masing RT di Desa Lau. Peneliti meminta ijin ke

20
kepala desa untuk melakukan penelitian kepada KK yang ada di Desa Lau dengan jumlah
sampel 25 responden.
3. Penelitian dilakukan dengan wawancara kepada responden dan observasi. Setelah selesai
dilakukan penelitian, peneliti merekap hasil kuesioner dan observasi untuk dilakukan analisis
data.

3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS versi 14.0. Tahap-
tahap pengelolahan data adalah sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti kelengkapan, kejelasan
makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.
b. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data.
c. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.
d.Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti agar mudah
dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
Kemudian dilakukan analisis data menggunakan dua cara, yaitu:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing
variabel, baik variabel bebas, variabel terikat dan karakteristik responden.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk mengetahui hubungan yang signifikan
antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis
penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu:
1) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
2) Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

21
BAB IV

HASIL

4.1 Hasil Analisis Univariat

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah beberapa faktor yang berhubungan dengan
kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe Agustus tahun
2019. Data tentang variabel yang diteliti diambil dengan melakukan wawancara kepada
responden dengan menggunakan kuesioner dan melakukan observasi disetiap tempat
penampungan air yang ada di setiap rumah responden. Sampel sebanyak 75 KK di Desa Lau
Kecamatan Dawe.Desa Lau terdiri dari 3 RW dan 20 RT dan setiap RT jumlah kepala
keluarganya berbeda-beda.
Sebelum dilakukan pembahasan pada setiap variabel penelitian, terlebih dahulu
didiskripsikan karakteristik personal responden yang meliputi umur dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut:

4.1.1 Karakteristik Responden

a. Umur responden

Responden rata-rata berumur 44 tahun dengan usia termuda adalah 24 tahun dan usia tertua
umur 71 tahun.

b. Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SLTA atau setingkat dengan jumlah
responden 15 (37%), disusul oleh SLTP atau setingkat dengan jumlah 14 (34%) responden
dan SD atau setingkat dengan jumlah 12 (29%) responden.

4.1.2 Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Kontainer

Hasil penelitian mengenai pemeriksaan jentik Aedes aegypti pada kontainer diperolah dari
penghitungan jumlah kontainer seperti di bak mandi, drum, tempayan dan lain-lain. Setelah
dilakukan perhitungan dengan kontainer indek diperolah hasil bahwa rumah responden yang

22
terdapat jentik sebanyak 9 responden (21,9%) sementara yang tidak ada jentik sebanyak 32
responden (78,1%).

4.1.3 Kebiasaan Menggantung Pakaian

Hasil penelitian mengenai kebiasaan menggantung pakaian diperoleh hasil dari


pemeriksaan tempat responden menggantung pakaian di dalam rumah (bukan di almari),
kemudian diperoleh hasil bahwa responden melakukan kebiasaan menggantung pakaian
sebanyak 22 responden (53,6%) dan yang tidak biasa sebanyak 19 responden (46,4%).

4.1.4 Ketersediaan Tutup pada Kontainer

Hasil penelitian mengenai ketersediaan tutup pada kontainer diperoleh dari pemeriksaan
ada atau tidak tutup kontainer, kemudian diperoleh hasil bawah rumah responden yang tidak ada
tutup pada kontainer sebanyak 25 responden (61%) dan yang ada tutup pada kontainer sebanyak
16 responden (39%).

4.1.5 Frekuensi Pengurasan Kontainer

Hasil penelitian mengenai frekuensi pengurasan kontainer diperoleh dari hasil wawancara
kepada responden, kemudian diperoleh hasil bawah responden yang melakukan tindakan
pengurasan pada kontainer dalam waktu lebih dari 1 minggu hanya 1 kali sebanyak 9 responden
(21,9%), sementara responden yang melakukan pengurasan 1-2 kali seminggu sebanyak 32
responden (78,1%).

4.1.6 Pengetahuan Responden Tentang DBD

Hasil penelitian mengenai pengetahuan responden tentang DBD diperoleh dari hasil
wawancara kepada responden, kemudian diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan responden
dalam kategori “kurang” sebanyak 14 responden (34,1%) dan yang memiliki tingkat
pengetahuan dengan kategori “baik” sebanyak 27 responden (65,9%).

4.1.7 Kejadian DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD diperoleh dari hasil wawancara kepada
responden, kemudian dari hasil wawancara diketahui bahwa kejadian yang menyerang warga

23
RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau dimana yang tidak pernah terkena DBD sebanyak 35
responden (85,4%) dan yang pernah terkena DBD sebanyak 6 responden (14,6%).

Tabel 2.Distribusi hasil perhitungan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe.

No Faktor-faktor Frekuensi Persen (%)


Keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer
1 a. Tidak ada jentik 32 78,1
b. Ada jentik 9 21,9
Jumlah 41 100
Kebiasaan menggantung pakaian
2 a. Tidak biasa menggantung 19 46,4
b. Biasa menggantung 22 53,6
Jumlah 41 100
Ketersediaan tutup pada kontainer
3 a. Tidak ada tutup 25 61
b. Ada tutup 16 35
Jumlah 41 100
Frekuensi pengurasan kontainer
4 a. < 1 kali dalam 1 minggu 9 21,9
b. > 1 kali dalam 1 minggu 32 78,1
Jumlah 41 100
Pengetahuan responden tentang DBD
5 a.Kurang (<50%) 14 34,1
b. Baik (>50%) 27 65,9
Jumlah 41 100
Kejadian DBD
6 a. Tidak pernah sakit DBD 35 85,4
b. Pernah sakit DBD 6 14,6
Jumlah 41 100

4.2 Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian demam berdarah dengue di Desa Lau Kecamatan Dawe Tahun 2019. Pengujian
hipotesis penelitian ini menggunakan uji Chi Square. Pengujian data penelitian menggunakan
bantuan program SPSS versi 14.00 for Windows diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

24
4.2.1 Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Kontainer Dengan
Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes
aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau
disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti dengan kejadian DBD

Keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer


Tidak ada jentik Ada jentik Total
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Kejadian Tidak 30 73,2 5 12,2 35 85,4
DBD pernah
sakit
Pernah 2 4,9 4 9,7 6 14,6
sakit
Jumlah 32 78,1 9 21,9 41 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD pada responden yang
pernah sakit DBD ada 6 responden, dimana 4 responden (9,7%) dengan rumah ada jentik dan 2
responden (4,9%) dengan rumah tidak ada jentik. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan
bahwa p = 0,015 (<0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara keberadaan jentik Aedes
aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau
Kecamatan Dawe tahun 2019

4.2.2 Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubunga antara kebiasaan menggantung
pakaian dengan kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau disajikan pada tabel
berikut ini

Tabel 4. Hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD

Keberadaan menggantung pakaian


Tidak biasa Biasa menggantung Total
menggantung
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
25
Kejadian Tidak 18 44 17 41,4 35 85,4
DBD pernah
sakit
Pernah 1 2,4 5 12,2 6 14,6
sakit
Jumlah 19 46,4 22 53,6 41 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD pada responden yang
pernah sakit DBD ada 6 responden, dimana 5 responden (12,2%) memiliki kebiasaan
menggantung pakaian dan 1 responden (2,4%) tidak biasa menggatung pakaian. Hasil uji statistik
ChiSquare menunjukkan bahwa p = 0,191 (p >0,05) Ho diterima, artinya tidak terdapat
hubungan antara kebiasaan menggatung pakaian dengan kejadian DBD di Desa Lau Kecamatan
Dawe Tahun 2019.

4.2.3 Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara ketersediaan tutup pada
kontainer dengan kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa lau disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 5. Hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD
Ketersediaan tutup pada kontainer
Tidak ada tutup Ada tutup Total
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Kejadian Tidak 20 48,8 15 36,6 35 85,4
DBD pernah
sakit
Pernah 5 12,2 1 2,4 6 14,6
sakit
Jumlah 25 61 16 39 41 100

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD pada responden yang
pernah sakit DBD ada 6 responden, dimana 5 responden (12,2%) tidak terdapat tutup pada
kontainernya dan 1 responden (2,4%) terdapat tutup pada kontainernya. Hasil uji statistik Chi
Square menunjukkan bahwa p = 0,026 (p <0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara

26
ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa
Lau Kecamatan Dawe Tahun 2019.

4.2.4 Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara frekuensi pengurasan
kontainer dengan kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 6. Hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD
Frekuensi pengurasan kontainer
< 1 kali dalam 1 >1 kali dalam 1 Total
minggu minggu
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Kejadian Tidak 5 12,2 30 73,2 35 85,4
DBD pernah
sakit
Pernah 4 9,7 2 4,9 6 14,6
sakit
Jumlah 9 21,9 32 78,1 41 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD pada responden yang
pernah sakit DBD ada 6 responden, dimana 4 responden (9,7%) menguras <1x dalam 1 minggu
dan 2 responden (4,9%) menguras >1x dalam 1 minggu. Hasil uji statistic Chi Square
menunjukkan bahwa p = 0,015 (p<0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara
pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03
Desa Lau Kecamatan Dawe Tahun 2019.

4.2.5 Hubungan Antara Pengetahuan Responden Tentang DBD dengan Kejadian DBD
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan responden
tentang DBD dengan kejadian DBD di RT 03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan
Dawe disajikan pada tabel berikut ini.

27
Tabel 7. Hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD
Pengetahuan responden tentang DBD
Kurang Baik Total
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Kejadian Tidak 9 21,9 26 63,5 35 85,4
DBD pernah
sakit
Pernah 5 12,2 1 2,4 6 14,6
sakit
Jumlah 14 34,1 27 65,9 41 100

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah sakit
DBD ada 54 responden, dimana 5 responden (12,2%) pengetahuannya tentang DBD kurang dan
1 responden (2,4%) pengetahuannya tentang DBD baik. Hasil uji statistik Chi Square
menunjukkan bahwa p= 0,013 (p<0,05). Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara
pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03
Desa Lau Kecamatan Dawe.

28
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa 41 responden penelitian diketahui umur rerata
responden adalah 44 tahun, dan responden termuda berusia 24 tahun dan responden berusia
tertua adalah 71 tahun.

Hasil wawancara dari 41 responden di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau diketahui
bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SLTA yaitu sebesar 15 responden (37%).
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau
tergolong cukup tinggi. Seorang yang berpendidikan ketika menemui suatu masalah akan
berusaha dipikirkan sebaik mungkin dalam menyelesaikan masalah tersebut. Orang yang
berpendidikan cenderung akan mampu berpikir tenang terhadap suatu masalah. Masyarakat yang
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui
lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki kesehatan dan memiliki status kesehatan
yang lebih baik.

5.2 Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Kontainer dengan Kejadian
DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti pada
kontainer menunjukkan bahwa nilai p =0,015 .Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga faktor keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer
mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau
Kecamatan Dawe. Dari hasil tersebut dimungkinkan bahwa sebagian responden belum dapat
memutus rantai perkembangbiakan nyamuk dengan cara membasmi jentik-jentik nyamuk dengan
melakukan 3M plus sehingga tidak sampai menjadi nyamuk dewasa.

Keberadaan jentik nyamuk yang hidup memungkinkan infeksi DBD.Keberadaan jentik


nyamuk yang dibiarkan berbanding lurus dengan kejadian DBD yang muncul.Hal ini sesuai

29
dengan teori segitiga epidemiologi dimana bahwa penyakit yang disebabkan oleh adanya faktor
lingkungan (environment) pada bahasan kali ini, dimana didapatkan jentik nyamuk pada tempat-
tempat dengan orang yang memiliki riwayat terkena DBD.Faktor lingkungan pada bahasan ini
mendukung untuk penyebab (agent) untuk lebih mudah ditularkan.Agent penyebab DBD adalah
virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan juga nyamuk Aedes albopyctus
yang merupakan vektor infeksi DBD. Tempat perindukkan nyamuk Aedes aegypti seperti di bak
mandi, tempayan, barang-barang bekas yang terisi air hujan, kaleng-kaleng bekas, botol bekas
seperti yang diperiksa pada penyelidikan epidemiologi ini.

5.3 Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan kebiasaan menggantung pakaian di


RT03/RW03 dan RT05/RW03 didapatkan nilai p= 0,191. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga faktor kebiasaan menggantung pakian tidak
mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau
Kecamatan Dawe.

Hal ini mungkin disebabkan karena bias yang dapat terjadi oleh karena hubungan dari
keadaan kontainer terhadap kejadian DBD. Meskipun kebiasaan menggantung pakaian penting
di dalam penciptaan lingkungan yang kondusif bagi munculnya nyamuk Aedes aegypti, tetapi
perilaku sehat yang lain dapat berpengaruh, seperti kebiasaan menguras kontainer dan menutup
kontainer, sehingga secara akumulatif dapat meminimalisir terjadinya hubungan antara kebiasaan
menggantung pakaian dengan kejadian DBD.

5.4 Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan ketersediaan tutup pada kontainer
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa
Lau Kecamatan Dawe, dimana nilai p= 0,026. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima.

Ketersediaan tutup pada kontainer diperlukan untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap
pada kontainer. Hal ini sesuai dengan teori segitiga epidemiologi dimana faktor pemajan dalam
hal ini perilaku menutup kontainer berpengaruh terhadap lingkungan, dimana pada akhirnya

30
lingkungan berpengaruh terhadap hilangnya agent penyebab penyakit di dalam lingkungan.
Menurut segitiga epidemiologi, kebiasaan menutup kontainer juga merupakan perilaku sehat
yang secara efektif menciptakan lingkungan yang tak kondusif bagi munculnya agent penyakit,
khususnya DBD. Kemauan dan tingkat kedisiplinan untuk menutup kontainer pada masyarakat
memang perlu ditingkatkan mengingat bahwa kebersihan lingkungan merupakan poin yang vital
di dalam memutus mata rantai penularan DBD.

5.5Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan frekuensi pengurasan kontainer


menunjukkan bahwa frekuensi pengurasan kontainer mempunyai hubungan terhadap kejadian
DBD di RT03/RW03 dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe dimana nilai p= 0,015.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Pengurasan tempat penampungan air secara teratur sebanyak minimal 1 minggu sekali
merupakan hal yang penting untuk dilakukan di dalam pencegahan hinggapnya nyamuk Aedes
aegypti pada kontainer. Pengurasan kontainer mempersulit vektor nyamuk untuk
berkembangbiak. Menurut segitiga epidemiologi, kebiasaan menguras kontainer juga merupakan
perilaku sehat yang secara efektif menciptakan lingkungan yang tak kondusif bagi munculnya
agent penyakit, khususnya DBD. Kemauan dan tingkat kedisiplinan untuk menguras kontainer
pada masyarakat memang perlu ditingkatkan mengingat bahwa kebersihan lingkungan
merupakan poin yang vital di dalam memutus mata rantai penularan DBD.

5.6Hubungan Antara Pengetahuan Responden Tentang DBD dengan Kejadian DBD

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian DBD dengan tingkat pengetahuan tentang
DBD menunjukkan bahwa faktor pengetahuan mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di
RT03/RW03 dan RT05/RW03 dimana nilai p= 0,013. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Pengetahuan yang baik mengenai DBD merupakan alat bagi masyarakat di dalam memutus
mata rantai penularan DBD. Implementasi dari pengetahuan ini juga yang berhubungan dengan
perilaku sehat secara tidak langsung mencegah terjadinya infeksi virus dengue. Faktor

31
pendidikan yang tinggi juga berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki serta implementasi
pengetahuan tersebut ke dalam perilaku sehat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Duma dkk (2007) tentang
analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di Kecamatan Baruga Kota Kendari.
Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan berupa faktor pengetahuan berhubungan dengan
kejadian DBD di Kecamatan Baruga Kota Kendari.

5.7 Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di RT03/RW03
dan RT05/RW03 Desa Lau Kecamatan Dawe, dimana peneliti merasakan keterbatasan, yaitu:

1. Peneliti belum sampai meneliti kepadatan nyamuk

2. Peneliti belum sampai meneliti mengenai cara responden mencegah penularan penyakit DBD
dengan cara fisik kimia, atau biologi

3. Peneliti belum mampu mengurangi efek bias antara masing-masing faktor terhadap faktor
yang lain yang berpengaruh terhadap munculnya DBD

32
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti
mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD
di RT 03/RW03 dan RT05/RW05 Desa Lau Kecamatan Dawe tahun 2019.

2. Tidak ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD di RT
03/RW03 dan RT05/RW05 Desa Lau Kecamatan Dawe tahun 2019.

3. Ada hubungan antara ketersediaan tutuppada kontainer dengan kejadian DBD di RT 03/RW03
dan RT05/RW05 Desa Lau Kecamatan Dawe tahun 2019.

4. Ada hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di RT 03/RW03
dan RT05/RW05 Desa Lau Kecamatan Dawe tahun 2019.

5. Ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di RT
03/RW03 dan RT05/RW05 Desa Lau Kecamatan Dawe tahun 2019.

6.2. Saran

1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Dari kejadian yang ditemukan di lapangan, sebaiknya pihak instansi Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kudus lebih mengintensifkan kegiatan pemeriksaan jentik berkala dan menggalakkan
program 3M plus di lingkungan sekitar, sehingga dapat dijadikan sebagai monitoring.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat untuk lebih memperhatikan kegiatan 3M plus dan pelaksanaan PSN-
DBD secara mandiri dan teratur sesuai standar agar dapat mengurangi keberadaan jentik dan

33
masyarakat harus lebih memperhatikan perilaku kebiasaan menggantung, karena nyamuk
menyukai benda yang menggantung seperti pakaian. Dengan melaksanakan dan merubah
kebiasaan tersebut maka penularan penyakit DBD dapat ditekan.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan menambah jumlah variabel dan
jumlah sampel penelitian, sehingga diharapkan dapat memperkuat keputusan yang akan diambil.

34
Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam


Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik), Dirjen P2M dan PL.
Jakarta. 2004
2. Depkes RI. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana Pelayanan
Kesehatan.Depkes RI. Jakarta. 2005.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Survei Entomologi DBD> Dirjen P2M dan PL. Jakarta
2002.
4. Dinas Kesehatan Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017. Dinkes Jateng.
2017
5. Departemen Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI: Situasi
DBD. Depkes RI. 2016
6. Hadinegoro S, Soegijanto S, Wuryadi S, Seroso T. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Jakarta: Depkes RI. 2001.
7. Hadinegoro dan Satari. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih
Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002

35
LAMPIRAN

36

Anda mungkin juga menyukai