Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH PASAR MODAL PERTEMUAN 5

RETURN HARAPAN DAN RESIKO PORTOFOLIO

DISUSUN OLEH

1. RIZAL P PAKPAHAN ( 188330148 )


2. WINDA TRIANI BR. SEMBIRING (188330127 )
3. ALFIANISA BR. BANGUN (188330150 )
4. ENINTA PELAWI (188330153 )
5. ELDAYANA SIADARI (188330162 )
6. MUTIARA VALENTINA (188330145 )
7. BONA TUTUR MALAU (188330123 )

UNIVERSITAS MEDAN AREA

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


2020/2021
DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Return................................................................................................ 3
B. Definisi Risiko................................................................................................. 5-6
C. Analisis Risiko ................................................................................................ 6-9
D. Diversifikasi .................................................................................................... 10
E. Estimasi Return dan Risiko Portofolio ........................................................... 10-13
F. Model Indeks Tunggal ................................................................................... 13-14

BAB III PENUTUP
III.1. KESIMPULAN................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan
keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa
mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan.
Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang
diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan statistika.
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan
yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”. Ada trade
off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan keuangan yang
mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan keputusan
keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif
digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang diharapkan yang
ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang diharapkan.
Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk
memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan hutang dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang saham.
Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana secara baik, perusahaan mengalami
kerugian.

B. Rumusan Masalah
1. Apaka definisi dari Return ?
2. Jelaskan apa itu Resiko!
3. Jelaskan apa itu Diversifikasi !
4. Jelaskan tentang Estimasi Return dan Risiko Portofolio
5. Apa itu Model Indeks Tunggal
6. Jelaskan tentang Teori Portofolio
Tujuan
1. Untuk memahami tentang Return
2. Untuk memahami tentang Resiko
3. Untuk memahami tentang Diversifikasi
4. Untuk memahami tentang Estimasi Return dan Risiko Portofolio
5. Untuk memahami tentang Indeks Tunggal
6. Untuk memahami tentang Teori Portofolio
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Return
Return merupakan salah satu factor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan
imbalan atas keberanian investor  menanggung risiko atas interaksi yang dilakukannya.
          Sumber-sumber return investasi  terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain
(loss). dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

Return Realisasi (Realized Return)


Merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return
ekspektasi dan risiko dimasa mendatang.

Return Ekspektasi (Expected Return)


Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini penting
dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasi merupakan return yang diharapkan dari
investasi yang dilakukan.
Dari kedua sumber return diatas, maka kita bisa menghitung return total. Perlu diketahui bahwa
yield hanya akan berupa angka nol (0) dan postif (+), sedangkan capital gain (loss) bisa berupa angka
minus (-), nol (0) dan positif (+) secara matematis return total suatu investasi bisa dituliskan:

Return total = yield + capital gain (loss)


Contoh perhitungan Return
 Informasi mengenai return lebih sering dinyatakan dalam persentase daripada dalam
unit mata uang rupiah.
 Contoh:
Penjelasan Kasus 2
(Rp)
Harga penutupan per lembar saham, 1 Januari 2005 1.000
Dividen selama 2005 50
Harga penutupan per lembar saham, 31 Desember 2005 900

Perhitungan
 Menghitung dividend yield

Dividend yield = D1
PX-1
= Rp50 / Rp1.000 = 0,05 = 5%

 Menghitung capital gain (loss):


Capital gains (loss) = (Px – Px-1)/ Px-1
= (Rp 900 – Rp1.000)/ Rp 1.000
= - 10%

 Menghitung total return

Total Return = total yield + capital gain (loss)


= 5% - 10% = -5%

B Definisi Risiko
Risiko adalah kemungkinan adanya sesuatu yang tidak menguntungkan akan terjadi di masa
mendatang.Risiko juga merupakan kemungkinan perbedaan antara return yang diterima dengan return
yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi
tersebut.
Untuk menggambarkan lebih lanjut mengenai keadaan resiko yang timbul dalam financial assets,
berikut akan diberikan suatu ilustrasi seperti dibawah ini:
Umpamakan seorang investor membeli short-term government bond (surat berharga
pemerintah jangka pendek) seharga Rp. 100.000.000,- dengan tingkat bunga/coupon rate
sebesar 15,5% setahun dan jangka waktunya 5 tahun. Dalam contoh kasus ini, pendapatan
yang akan diperoleh oleh investor dari short-term bond tersebut dapat diperkirakan dengan
pasti, dan investor semacam ini bisa digolongkan dalam apa yang disebut risk-free.
Andaikata uang sebesar Rp. 100.000.000,- tersebut diinvestasikan dalam bentuksaham dari
suatu perusahaan, maka hasil dari investasi ini tidak bisa diramalkan dengan pasti. Karena rate
of returnakan bervariasi dan sangat besar kemungkinannyauntuk memperoleh kerugian. Maka
saham bisa dikatakan secara relatif mengandung risiko yang lebih tinggi atau bisa dikatakan
risky.
Dengan demikian pengertian risk dari kedua ilustrasi tersebut diatas, akan mempunyai dampak yang
berbeda bagi investor apabila mereka dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan di bidang
investasi. Maka didalam rangka proses pengambilan keputusan, sebaiknya kita buat banyak
kemungkinan-kemungkinan alternatif yang akan kita pilih. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat memilih
alternatif yang paling menguntungkan.

C. Analisis Risiko
Dalam manajemen portofolio dikenal adanya konsep pengurangan risiko sebagai akibat
penambahan sekuritas kedalam portofolio. Rumus untuk menghitung varians portofolio bisa dituliskan
sebagai berikut:

Contoh: Misal risiko setiap sekuritas sebesar 0,20. Jika kita memasukkan 100 saham dalam
portofolio tersebut maka risiko portofolio akan berkurang dari 0,20 menjadi 0,02.

Perhitungan statistik di atas membuktikan bahwa semakin banyak jenis saham yang dimasukkan
dalam portofolio akan menyebabkan semakin berkurangnya risiko portofolio.
Dalam konteks portofolio, semakin banyak jumlah saham yang dimasukkan dalam portofolio,
semakin besar manfaat pengurangan risiko. Meskipun demikian, manfaat pengurangan risiko
portofolio akan semakin menurun sampai pada jumlah tertentu, dan setelah itu tambahan sekuritas
tidak akan mengurangi risiko portofolio.
Beberapa hasil studi empiris tentang jumlah saham dalam portofolio yang bisa mengurangi
risiko, menghasilkan rekomendasi bahwa untuk mengurangi risiko portofolio diperlukan sedikitnya
antara 10-20 jenis saham. Penilitian yang sama juga pernah dilakukan Tandelilin (1998) di pasar
modal Indonesia dan Filipina. Penelitian tersebut menghasilkan rekomendasi bahwa untuk
meminimalkan risiko sedikitnya diperlukan 14 saham untuk pasar modal Filipina dan 15 saham
untuk pasar modal Indonesia.

Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi, yaitu sebagai
berikut :
.  1   Resiko Suku Bunga
Resiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga yg terjadi di pasaran yang mampu
memberi pengaruh bagi pendapatan investasi.
Contoh: Pada tanggal 30 Januari 2009 pemerintah Indonesia mengeluarkan instrumen keuangan baru
yang disebut sukuk Ritel. Sukuk ritel adalah obligasi syariah yang menganut prinsip syariah. Sukuk ritel
ini kemudian menjadi masalah bagi penerbit obligasi lainya karena suku bunga yang ditawarkan yaitu
13 % jauh di atas rata-rata suku bunga obligasi pada umumnya yaitu 9-11%, sehingga investor lebih
tertarik untuk membeli sukuk ritel tersebut. Hal ini didukung dengan resiko dalam investasi ini
mendekati 0%.
Strategi: Yang bisa dilakukan oleh para penerbit obligasinya lainya adalah menaikan suku bunga lebih
tinggi dari sukuk ritel. Selain itu, juga dibutuhkan peran pemerintah melalui kebijakan atau peraturan
yang bisa menguntungkan semua penerbit obligasi.

2.    Risiko Pasar
Resiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi, bahkan mengakibatkan investor mengalami capital loss. Perubahan ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, isu, spekulasi maupun
perubahan politik.
Contoh: Adanya fluktuasi nilai rupiah terhadap USD yang sangat besar mendukung naiknya kurs USD
sehingga mencapai sekitar Rp.6.000/USD. Hal ini disebabkan karena adanya isu sekitar kesehatan
presiden pada bulan November/Desember 1997.
Strategi:  Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap USD pemerintah bisa melakukan
intervensi melalui berbagai kebijaksanaan moneter dan fiskal, salah satunya melalui managed float
system.

3.    Risiko Inflasi
Risiko inflasi adalah risiko potensi kerugian daya beli investasi karena terjadinya kenaikan rata-
rata harga konsumsi.
Contoh: Laju inflasi pada 2012 bisa mencapai 7,1 persen, apabila pemerintah melakukan penyesuaian
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Menurut perhitungan BI 4,4 persen kalau tidak ada apa-
apa, kalau ada jadi 6,8 persen sampai 7,1 persen . Apabila ada kenaikan harga BBM sebesar Rp1.000
per liter maka terjadi inflasi sebesar 6,8 persen, sedangkan apabila ditetapkan subsidi konstan sebesar
Rp2.000 per liter maka terjadi inflasi 7,1 persen. Kalau harga BBM-nya Rp1.000 itu inflasi 6,8 persen,
tapi kalau subsidi dibatasi konstan Rp2.000 per liter maka akan ada peluang naik, tapi inflasi di 7,1
persen. Dengan adanya rencana kenaikan bbm yang bisa menyebabkan inflasi, para investor pun
enggan untuk berinvestasi
Startegi:Yang bisa dilakukan pemerintah yaitu melalui Kebijakan antara lain dengan mengoptimalkan
bauran kebijakan dari suku bunga, nilai tukar, pengelolaan likuiditas dan kebijakan makroprodensial.
Dampak kebijakan subsidi BBM ke inflasi masih memungkinkan ditekan lebih rendah dengan
menerapkan subsidi ke sektor transportasi dan komunikasi kebijakan yang baik untuk meminimalkan
efek psikologis.
Sedangkan yang bisa dilakukan oleh investor sebagai alternatif investasi yaitu:
a.       Menabung. Menabung di bank dapat mem-back up inflasi, karena bunga yang kita terima bisa mem-
back up inflasi.
b.      Investasi Emas. Dengan kita berinvestasi emas maka kita akan terhindar dari resiko inflasi yang akan
menggerogoti nilai mata uang kita, karena apabila terjadi inflasi tinggi maka harga emas pun akan
tinggi.

4.      Risiko bisnis
Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis indutri disebut sebagai risiko bisnis,
misalnya, perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industry tekstil akan sangat di pengaruhi oleh
karakteristik industry tekstil itu sendiri.

5. Ririko financial.
 Ririko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam
pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsihutang yang digunakan perusahaan, semakin besar
risiko financial yang dihadapi perusahaan

6. Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa
diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, maka semakin
likuid sekuritas tersebut. Resiko ini bisa juga didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek atau jatuh tempo dengan menggunakan aset yang ada.
Contoh: Krisis yang melanda Indonesia, mulai mengenai perbankan dengan timbulnya masalah
kekurangan likuiditas (liquidity mismatch), semula dialami oleh beberapa bank, tetapi kemudian
menjadi sistemik. Krisis likuiditas secara sistemik, yang dialami perbankan dimulai sekitar pelaksanaan
kebijakan pencabutan ijin usaha atau likuidasi 16 bank tanggal 1 November 1997. Kepercayaan
terhadap Rupiah yang menurun sejak terjadinya gejolak moneter bulan Juli 1997 menjadi lebih buruk
lagi setelah diterapkan sistim nilai tukar yang mengambang secara bebas pada pertengahan Agustus
1997. Pembelian mata uang dollar (USD) atau penjualan aset rupiah ramai dilakukan, dimulai oleh
pelaku pasar asing, akan tetapi kemudian diikuti oleh pemain pasar dalam negeri dan pemilik dana
dalam negeri.
Strategi :Pemerintah menghadapi perkembangan ini dengan melakukan pengetatan moneter, dengan
menggunakan tindakan fiskal (melalui pengurangan pengeluaran rutin maupun pembangunan dari
APBN), kebijakan moneter (langkah BI menghentikan pembelian SBPU bank-bank dan peningkatan
suku bunga SBI sampai lebih dari dua kali lipat), dan tindakan adminsitratif (instruksi Menkeu ke pada
berbagai Yayasan dan BUMN untuk mengalihkan deposito mereka menjadi SBI).

7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Valas)


Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang
negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan nama currency risk atau exchange rate risk.
Contoh: Dalam sebuah investasi yang membutuhkan mata uang asing sebagai transaksi, misalkan
US$, apabila US$ menguat sedangkan Rupiah melemah akan membuat investor yang akan
menanamkan modalnya dengan US$ akan membuat rugi, karena Rupiah yang harus dikeluarkan
semakin banyak.
Strategi: Perusahaan atau pihak yang bergerak di jenis investasi ini sebaiknya melakukan tindakan
mengantisipasi atau meminimalisir resiko dengan melakukan hedging. Hedging adalah suatu kegiatan
perlindungan terhadap nilai uang. Hedging bisa dilakukan melaui Contract forward dan forward rate
yang.

8. Risiko Negara
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan
suatu negara. Resiko Politik ini juga berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan ketentuan
perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari suatu investasi atau bahkan
akan terjadi kerugian total dari modal yang diinvestasikan. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar
negeri, maka stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan sangat perlu diperhatikan guna
menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
Contoh: Libya sebagai negara pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika mengalami krisis akibat
adanya protes yang dimulai pada tanggal 16 Februari 2011 untuk menurunkan presiden yang berkuasa
pada saat itu, menyebabkan terganggunya pasokan minyak mentah, sebagai akibatnya harga minyak
menjadi naik. Dengan melonjaknya harga minyak mentah menyebabkan terjadinya krisis pangan
secara global akibat naiknya harga pangan. Hal ini dikarenakan Minyak dibutuhkan untuk peralatan
pertanian yang digunakan untuk memproduksi pangan dan Transportasi untuk mengangkut pangan.
Strategi: Perlunya investasi jangka panjang di sektor pertanian di negara berkembang, mempersiapkan
teknologi yang lebih baik utk bisa meningkatkan produktivitas pangan, Investasi di infrastruktur
pedesaan serta pelatihan untuk petani kecil guna mendorong ke arah produksi yang lebih tinggi.
Dengan mengatasi krisis pangan yang terjadi nantinya mampu menghemat pengeluaran negara untuk
penyediaan pangan dan mencegah terjadinya inflasi akibat kenaikan harga pangan akibat
berkurangnya produksi pangan.

9. Resiko Reinvestment.
Resiko Reinvestment yaitu resiko terhadap penghasilan-penghasilan suatu aset keuangan
yang harus di re-invest dalam aset yang berpendapatan rendah (resiko yang memaksa investor
menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi
yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.
Contoh: Kondisi investasi tidak akan sama ketika pembelian pertama kali suatu obligasi khususnya
pembelian obligasi untuk jangka panjang, karena perubahan ekonomi dan politik dapat mempengaruhi
tingkat suku bunga pada saat hendak menginvestasikan kembali kupon-kupon dari obligasi tersebut.
Untuk obligasi yang berdenominasi mata uang asing (non-rupiah), gejolak fluktuasi nilai tukar valuta
asing terhadap rupiah mengakibatkan kerugian akibat selisih kurs.
D. Diversifikasi
Diversifikasi adalah pembentukan portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah asset
tertentu sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi besaran return yang
diharapkan. Permasalahan diversifikasi adalah penentuan atau pemilihan sejumlah aset-aset
spesifik tertentu dan penentuan proporsi dana yangakan diinvestasikan untuk masing-masing asset
tersebut dalam portofolio.

Ada dua prinsip diversifikasi yang umum digunakan:


1. Diversifikasi Random
Diversifikasi random terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara acak pada
berbagai jenis saham atau asset yang berbeda atau.Investor memilih asset-asset yang akan
dimasukkan ke dalam portofolio tanpa terlalu memperhatikan karakterisitiknya (misal, tingkat
risiko dan return yang diharapkan serta industri).
2. Diversifikasi Markowitz
Diversifikasi Markowitz mempertimbangkan berbagai informasi mengenai karakteristik
setiap sekuritas yang akan dimasukkan dalam portofolio. Diversifikasi ini menjadikan
pembentukan portofolio menjadi lebih selektif terutama dalam memilih aset-aset sehingga
diharapkan memberikan manfaat diversifikasi yang paling optimal.
Filosofi Diversifikasi Markowitz:
“janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang “.
Kontribusi penting dari ajaran Markowitz adalah bahwa risiko portofolio tidak boleh
dihitung dari penjumlahan semua risiko aset-aset yang ada dalam portofolio, tetapi harus
dihitung dari kontribusi risiko asset tersebut terhadap risiko portofolio, atau diistilahkan dengan
kovarians.
E. Estimasi Return dan Risiko Portofolio
Mengestimasi return dan risiko portofolio berarti menghitung return yang diharapkan dan
risiko suatu kumpulan aset yang dikombinasikan dalam suatu portofolio. Rumus untuk menghitung
return yang diharapkan dari portofolio adalah sebagai berikut: Dalam hal ini:
= return yang diharapkan dari portofolio
= bobot portofolio sekuritas ke-i
= jumlah total bobot portofolio = 1,0
= return yang diharapkan dari sekuritas ke-i
= jumlah sekuritas-sekuritas yang ada dalam portofolio
Contoh: sebuah portofolio yang terdiri dari 3 jenis saham A, B dan C menawarkan return
yang diharapkan masing-masing sebesar 15%, 20% dan 25%. Misalnya, presentase dana yang
diinvestasikan pada saham A sebesar 40%, saham B 30% dan saham C 30%, maka return yang
diharapkan dari portofolio tersebut adalah:
= 0,4 (0,15) + 0,3 (0,2) + 0,3 (0,25) = 0,195 atau 19,5%
Untuk mengukur risiko portofolio yang terdiri dari dua sekuritas, dapat dihitung dengan:
=[½
Dalam hal ini:
= deviasi standar portofolio
= bobot portofolio pada aset A
= bobot portofolio pada aset B
= koefisien korelasi asset A dan B
Contoh: perhitungan risiko portofolio dua asset yang terdiri dari saham A dan B masing-masing
menawarkan return sebesar 10% dan 25%; serta deviasi standar masing-masing sebesar 30% dan
60%. Alokasi dana investor pada kedua aset tersebut masing-masing sebesar 50% untuk setiap
asset; serta kedua asset berkorelasi 0.
Deviasi standar portofolio tersebut dihitung dengan:
= [ (0,5)2(0,3)2 + (0,5)2(0,6)2 + 2 (0,5)(0,5)( )(0,3)(0,6)] 1/2
= [0,0225 + 0,09 + (0,09) ( )] 1/2
= [0,1125 + 0,09 (0,0)] ½ = 0,335 atau 33,5%

F. Model Indeks Tunggal


Model portofolio Markowitz dengan perhitungan kovarians yang kompleks seperti telah
dijelaskan diatas, selanjutnya dikembangkan oleh William Sharpe denganmenciptakan model
indeks tunggal. Model ini mengkaitkan perhitungan return setiap asset pada return indeks pasar.
Asumsi yang dipakai dalam model indeks tunggal adalah bahwa sekuritas akan berkorelasi
hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai respon yang sama terhadap return pasar.
Penyederhaan dalam model indeks tunggal tersebut ternyata bisa menyederhanakan
penghitungan risiko portofolio Markowitz yang sangat kompleks menjadi perhitungan sederhana.
Tingkat Pengembalian Yang Diharapkan Atas Investasi
Secara Berdiri Sendiri atau Portofolio, Risiko arus kas aktiva dapat dipertimbangkan atas
dasar berdiri sendiri (stand-alone basis) oleh setiap aktiva itu sendiri atau dalam konteks portofolio
di mana investasi digabungkan dengan aktiva lain dan risikonya dikurangi melalui diversifikasi.
Kebanyakan investor yang rasional memiliki portofolio aktiva, dan mereka lebih
memperhatikan risiko portofolionya daripada risiko aktiva individual.
Pengembalian yang diharapkan atas investasi adalah nilai rata-rata dari distribusi
probabilitas pengembalian. Semakin besar probabilitas bahwa pengembalian aktual akan jauh di
bawah pengembalian yang diharapkan, semakin besar risiko yang berdiri sendiri (stand-alone)
yang berkaitan dengan aktiva. Tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham umumnya sama
dengan pengembalian yang diperlukan.
Namun, sesuatu dapat terjadi yang menyebabkan tingkat pengembalian yang diperlukan berubah:
Suku bunga bebas risiko dapat berubah karena perubahan inflasi yang diantisipasi, Beta saham
dapat berubah, Penolakan investor terhadap risiko dapat berubah.
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dan investasi, maka didirikanlah oleh Pemerintah.
Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini
dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Dengan kata lain, investasi merupakan
komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang dengan tujuan memperbesar konsumsi di
masa datang. Pengertian lain investasi adalah suatu bentuk penanaman dana atau modal untuk
menghasilkan kekayaan, yang akan dapat memberikan keuntungan tingkat pengembalian (return)
baik pada masa sekarang atau dan di masa depan.
Sharpe et all (1993), merumuskan investasi dengan pengertian berikut: “Mengorbankan aset
yang dimiliki sekarang guna menda¬patkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan
jumlah yang lebih besar.”
Sedangkan Jones (2004) mendefinisikan investasi sebagai: “Komitmen menanamkan sejumlah
dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang.”
Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset riil (real assets) seperti:
tanah, emas, rumah, barang-barang seni, real estate dan aset riil lainnya atau pada aset finansial
(financial assets), berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva
riil yang dikuasai oleh entitas seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya.
Harapan keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait
dengan investasi yang dilakukan. Dalam konteks investasi, harapan keuntungan tersebut sering
disebut sebagai return.
Eduardus Tandelilin (2001:47) mengemukakan bahwa: “Return merupakan salah satu faktor
yang memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor
dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.” Singkatnya return adalah keuntungan
yang diperoleh investor dari dana yang ditanamkan pada suatu investasi.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain
(loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang
diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika berinvestasi pada sebuah obligasi atau
mendepositokan uang di bank, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi atau bunga
deposito yang diterima. Jika kita berinvestasi dalam saham, yield ditunjukkan oleh besarnya
dividen yang kita peroleh. Sedangkan, capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return
merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (saham atau obligasi), yang bisa
memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.
Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return. Return dapat
berupa return realisasi ataupun return ekspektasi. Return realisasi (realized return) merupakan
return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan
return ekspektasi (expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.
Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di
masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return
ekspektasi ini sifatnya belum terjadi. Suad Husnan (2005) menyebutkan bahwa tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah laba yang akan diterima oleh pemodal
atas investasinya pada perusahaan emiten dalam waktu yang akan datang dan tingkat keuntungan
ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan di masa yang akan datang. Seorang investor akan
mengharapkan return tertentu di masa yang akan datang tetapi jika investasi yang dilakukannya
telah selesai maka investor akan mendapat return realisasi (realized return) yang telah dilakukan.
Di samping memperhitungkan return, investor juga perlu mempertimbangkan tingkat risiko
suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Definisi risiko menurut Reilly and
Brown (2003:10) adalah:“Risk is the uncertainly that an investment will earn its expecied rate of
return.” Sedangkan definisi risiko menurut Elton and Gruber (2003:44) adalah: “The existence of
risk means that the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in
any assets.”
Beberapa pengertian risiko yang berkembang berdasarkan definisi-definisi di atas dan dari literatur
lainnya, bahwa risiko dapat pula diartikan:
 Bahaya (menurut kamus Webster
 Kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan
 Probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return)
 Kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari return yang diharapkan
(expected return) atau dengan kata lain kemungkinan perbedaan antara return aktual yang
diterima dengan return yang diharapkan.

Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko investasi antara lain:
Risiko suku bunga (yaitu variabilitas dalam return sekuritas dari perubahan tingkat suku bunga.
Interest rate risk mempengaruhi obligasi secara langsung dibandingkan common stock),
Risiko pasar (variabilitas return dari hasil fluktuasi dalam keseluruhan pasar, yaitu pasar saham
agregat),
Risiko inflasi (Faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah risiko daya beli atau
berkurangnya kemampuan membeli investasi),
Risiko bisnis (risiko yang ada ketika melakukan suatu usaha/bisnis dalam industri khusus),
Risiko finansial (Risiko ini berhubungan dengan penggunaan hutang oleh perusahaan.
Besarnya proporsi asset oleh pembiayaan hutang dan besarnya variabilitas return adalah
sama),
Risiko likuiditas (Risiko likuiditas ini berhubungan dengan pasar sekunder dalam perdagangan
sekuritas.
Suatu investasi yang dapat dibeli atau dijual secara cepat dan tanpa harga yang signifikan
biasanya bersifat likuid, semakin tidak menentunya elemen waktu dan konsesi (kelonggaran)
harga, semakin besar liquidity risk-nya), risiko nilai tukar (variabilitas return yang disebabkan oleh
fluktuasi mata uang), dan risiko negara (disebut juga politycal risk, yaitu risiko yang penting untuk
para investor pada zaman sekarang ini. Dengan banyaknya investor yang berinvestasi secara
internasional, baik secara langsung ataupun tidak langsung, stabilitas dan kelangsungan hidup
ekonomi suatu negara perlu dipertimbangkan) serta masih banyak lagi sumber risiko.
 Untuk menurunkan risiko, investor perlu melakukan diversifikasi. Diversifikasi menunjukkan
bahwa investor perlu membentuk portofolio penanaman dana sedemikian rupa hingga risiko
dapat diminimalkan tanpa mengurangi return yang diharapkan. Mengurangi risiko tanpa
mengurangi return adalah tujuan investor dalam berinvestasi.

G. Teori Portofolio
Teori Portofolio (portfolio) lahir dari seseorang yang bernama Henry Markowitz. Dasar
pemikiran dibentuknya portofolio seperti yang dikatakan Markowitz yaitu: “do not put all eggs in one
basket” (janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang), karena jika keranjang tersebut
jatuh, maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Begitu pula dengan
investasi yang dilakukan, jangan menanamkan seluruh dana dalam satu bentuk investasi, karena
ketika investasi tersebut gagal, maka seluruh dana yang tertanam kemungkinan tidak akan
kembali. Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Markowitz (yang di kalangan ahli manajemen
keuangan disebut sebagai the father of modern portfolio theory) ini telah mengajarkan konsep
diversifikasi portofolio secara kuantitatif.
Portofolio diartikan sebagai serangkaian investasi sekuritas yang diinvestasikan dan
dipegang oleh investor, baik individu maupun entitas. Kombinasi aktiva/asset tersebut bisa berupa
aktiva riil, aktiva finansial ataupun keduanya. Biasanya seorang investor dalam melakukan
investasi tidak hanya memilih satu saham saja, tetapi melakukan kombinasi. Alasannya dengan
melakukan kombinasi saham, investor bisa meraih return yang optimal dan sekaligus bisa
memperkecil risiko melalui diversifikasi.Dengan kata lain, jika seorang investor mengumpulkan
beberapa sekuritas yang akan digunakan untuk investasi, artinya investor telah membentuk suatu
portofolio saham, tujuannya adalah untuk melakukan diversifikasi dalam investasi, yang dapat
memperkecil risiko yang dihadapi investor bila dibandingkan dengan melakukan investasi pada
saham individu. Meskipun demikian memilih portofolio yang optimal bukanlah hal yang mudah.
 Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi
atau dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas) yang memiliki korelasi negatif atau
positif rendah sehingga variabilitas dari pengembalian atau risiko dapat dikurangi.
 Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan
pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial
data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika
bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif.
 Sedangkan koefisien korelasi merupakan ukuran dari tingkat korelasi, yaitu:
 Korelasi positif sempurna (koefisien korelasi +1)
 Tidak ada korelasi (koefisien korelasi 0)
 Korelasi negatif sempurna (koefisien korelasi -1)
 Investasi / aktiva yang tidak berkorelasi artinya tidak ada interaksi di antara pengembaliannya
(returnnya). Mengkombinasikan aktiva yang tidak berkorelasi dapat mengurangi risiko
meskipun tidak seefektif seperti aktiva yang memiliki korelasi negatif. Kombinasi aktiva yang
tidak berkorelasi dapat mengurangi risiko daripada mengkombinasikan aktiva yang berkorelasi
positif.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko (risk) yang
ditanggung, semakin besar pengembalian (return) yang harus dikompensasikan. Sebaliknya,
semakin kecil return yang diharapkan, semakin kecil risiko yang ditanggung.
  Model perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi, yaitu
secara standar deviasi dan varian
Tingkat pengembalian faktor yang perlu diperhatikan adalah seperti harga saham,dividend
yang perlu.
Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
Bersifat linear atau searah.
Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin besar
pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal
Daftar Pustaka

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFE
Tandelilin, Eduardus, 2010. Portfolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Yogyakarta:
Kanisius
Van Horne, James. 2010. Fundamentals of Financial Management: Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Salemba Empat: Jakarta.
Jones, Charles P. 2000. Investment: Analysis and Management, 7th edition, New York: John Willey
and Sons. Inc.

Anda mungkin juga menyukai