Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SOSIOLOGI KESEHATAN
( PERILAKU SEHAT )

Disusun oleh : kelompok 1

Aprilda eka putri maharani

Nurfaizah

Nurhamisyah

Nuraena

Atar adriansah

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN GIGI

STIKES AMANAH MAKASSAR

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
nikmat kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Atas dasar
nikmat tersebut itulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Perilaku sehat “ tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, kami dalam kesempatan kali ini mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini
sehingga kami mempresentasikannya. Khususnya kepada dosen yang telah
memberikan berbagai arahan dan pelajaran dalam arti penting mengaktualisasikan
diri yang merupakan cikal bakal terbentuknya makalah ini.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun
dari dosen, rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian. Akhir kata, kami
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Makassar , 27 November 2020

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................................... i

Daftar isi .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................1


B. Rumusan masalah ...................................................................................2
C. Tujuan ......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian perilaku sehat ......................................................................3


B. Domain perilaku sehat ............................................................................4
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sehat .............................7
D. Pendekatan perubahan perilaku sehat .................................................10
E. Upaya perubahan perilaku sehat ..........................................................15
F. Culture dari perilaku sehat ...................................................................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................22
B. Saran ........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................23

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sehat berarti bukan hanya bebas dari penyakit, tetapi meliputi
seluruh kehidupan manusia termasuk aspek social, psikologis, spiritual,
faktor-faktor lingkungan, ekonomi, dan lain lain. Sedangkan sakit adalah
keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, social, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya
proses penyakit.
Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan
seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang
lain ataupun orang yang melakukannya. Berdasarkan sifatnya perilaku
terbagi menjadi dua, yaitu perilaku perilaku baik dan buruk.Tolak ukur
perilaku yang baik dan buruk ini pun dinilai dari norma-norma yang
berlaku dimasyarakat. Baik itu norma agama, hukum, kesopanan,
kesusialaan, dan norma-norma lainnya.
Dalam kesehatan hubungan perilaku sangatlah erat sekali. Banyak
hal yang tanpa kita sadari dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek
kesehatan yang besar bagi seseorang. Salah satu contohnya berupa pesan
kesehatan yang sedang maraknya digerakkan oleh promoter kesehatan
tentang cuci tangan sebelum melakukan aktifitas, kita semua tahu jika
mencuci tangan adalah hal yang sederhana, tapi dari hal kecil tersebut kita
bisa melakukan revolusi kesehatan kearah yang lebih baik. Sungguh besar
efek perilaku tersebut bagi kesehatan, begitu pula dengan kesehatan yang
baik akan tercermin apabila seseorang tersebut melakukan perilaku yang
baik.

1
B. Rumusan masalah
- Apa definisi dari perilaku sehat?
- Bagaimana domain deri perilaku sehat?
- Apa saja faktor-faktor yg mempengaruhi perilaku sehat?
- Apa saja pendekatan perubahan perilaku sehat?
- Bagaimana upaya perubahan perilaku sehat?
- Bagaimana culture dari perilaku sehat di masyarakat ?

C. Tujuan
- Untuk mengetahui definisi dari perilaku sehat
- Mengetahui domain perilaku sehat
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sehat
- Untuk mengetahui pendekatan perubahan perilaku sehat
- Untuk mengetahui upaya perubahan perilaku sehat
- Untuk mengetahui culture dari perilaku sehat di masyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian perilaku sehat
Definisi Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus
atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak. Perilaku
merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Seiring
dengan tidak disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga
kadang- kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang
menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat
menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu
mengubah perilaku tersebut.
Definisi Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya
terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual.
Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku sehat adalah perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari
penyakit dan mencegah atau menghindari penyebab datangnya
penyakit atau masalah kesehatan (preventif), serta perilaku dalam
mengupayakan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
(promotif). Berbeda dengan perilaku sakit yang mencakup respon
individu terhadap sakit dan penyakit. Perilaku sehat merupakan
perilaku preventif dan promotif.
Menurut Becker (dalam Marmi & Margiyati, 2013) perilaku sehat
adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku tersebut mencakup; menu seimbang, olahraga teratur, tidak
merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup,
mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif
bagi kesehatan.

3
Menurut Marmi & Margiyati (2013) perilaku sehat adalah
tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatanya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan
diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat
meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat.
Berdasarkan uraian di atas, perilaku sehat adalah perilaku
individu yang berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari
penyakit dan penyebab masalah kesehatan (preventif), dan perilaku
dalam mengupayakan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
(promotif). Perilaku tersebut mencakup, makan dengan menu
seimbang, olahraga teratur, tidak merokok,tidak minum minuman
keras dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stres dan perilaku
atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya menjaga
kebersihan lingkungan.

B. Domain perilaku sehat


Skinner (dalam Marmi & Margiyati, 2013) memiliki rumus
perilaku yaitu S-O-R atau Stimulus mempengaruhi organisme,
kemudian organisme tersebut menghasilkan respon. Berdasarkan teori
S-O-R tersebut, Skinner mengelompokan perilaku menjadi dua, yakni:
1. Perilaku Tertutup (covert behaviour)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut
masih belum bisa diamati orang lain secara jelas. Respon
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
Bentuk perilaku tertutup adalah pengetahuan dan sikap.
2. Perilaku Terbuka (overt behaviour)
Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat diamati atau dapat
diobservasi. Perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus
sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh

4
orang lain. Jadi, bentuk perilaku terbuka yaitu tindakan atau
praktik (dalam Notoatmodjo, 2014).
Secara lebih operasional, menurut Becker (dalam Notoatmodjo, 2014),
perilaku sehat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan. Berikut ini
penjelasannya:
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.
Sebagian besar pengetahuan didapatkan dari indera penglihatan
dan pendengaran. Terkait kesehatan, pengetahuan kesehatan
meliputi apa yang diketahui individu terkait cara-cara
memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit
menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan
atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari
kecelakaan.
2. Sikap
Sikap juga merupakan respon tertutup seseorang terhadap
stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap terhadap
kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Seperti
sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sikap
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk
menghindari kecelakaan.
3. Praktik
Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan
atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan,
seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular,
tindakan terhadap faktor faktor yang terkait dan atau

5
memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan
kesehatan, juga tindakan untuk menghindari kecelakaan.

Sebagaimana menurut Notoatmodjo (2014), untuk pengukuran


perilaku sehat yaitu mencangkup ketiga domain di atas. Menurutnya,
apabila perilaku terbuka didasari oleh perilaku tertutup, jika itu
bernilai positif bagi individu maka perilaku tersebut akan menjadi
kebiasaan atau bersifat langgeng. Oleh karena itu ranah atau domain
perilaku di atas akan dikaitkan dengan bentukbentuk perilaku sehat
hipertensi.
Berdasarkan paparan di atas, perilaku sehat dikelompokan
menjadi perilaku tertutup dan terbuka. Perilaku tertutup terdiri dari
pengetahuan dan sikap. Sementara perilaku terbuka yaitu praktik atau
tindakan. Menurut teori tersebut, dalam berperilaku individu tidak
dapat bertindak tanpa didasari oleh pengetahuan dan sikap.

Contoh perilaku sehat (healthy behavior) dalam Masyarakat :


1) Makan dengan seimbang
Menu seimbang adalah pola makan (appropriate diet) sehari-hari
yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan
tubuh baik secara jumlah (kuantitas), maupun jenisnya (kualitas)
2) Kegiatan fisik secara teratur
Seperti olahraga secara teratur.
3) Tidak merokok dan minum-minuman keras serta
menggunakan narkoba.
Perokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun di Indonesia
hampir 50% pria dewasa adalah perokok.
Minuman keras dan penggunaan narkoba (sekitar 1,0%) tetapi
makin meningkat pula.

6
4) Istirahat cukup
Istirahat cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk
mempertahankan kesehatan seseorang. Berguna untuk memelihara
kesehatan fisik, kesehatan mental, meningkatkan kehidupannya,
baik dibidang social, dan ekonomi, dan mendorong seseorang
untuk bekerja keras.
5) Mengendalikan stress
Stress adalah bagian dari kehidupan setiap orang tanpa pandang
bulu.
6) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kehidupan
Intinya adalah tindakan atau perilaku seseorang agar dapat
terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan
termasuk perilaku peningkatan kesehatan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sehat


Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2014) perilaku individu
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang. Faktor ini terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling), yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi individu untuk
berperilaku. Faktor ini terwujud dalam ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku sehat. Ketiadaan
fasilitas dapat menurunkan niat individu untuk berperilaku sehat.
c. Faktor penguat (reinforcing), yaitu faktor-faktor yang
mendorong atau mendukung dan memperkuat terjadinya perilaku.
Faktor ini terwujud dalam adanya dukungan sosial, sikap dan

7
perilaku petugas kesehatan serta adanya referensi dari pribadi yang
dipercaya.

Sementara itu, menurut Karr (dalam Notoatmodjo, 2014)


menyebutkan bahwa adanya beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku sehat. Faktorfaktor tersebut yaitu:

a. Niat (Behaviour intention) ; Adanya niat individu untuk


bertindak sehubungan objek atau stimulus diluar dirinya.
Seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus
di luar dirinya. Misalnya, pria mau menggunakan alat kontrasepsi
apabila dia memiliki niat untuk menggunakan alat kontrasepsi
tersebut (Notoatmodjo, 2014).
b. Dukungan sosial (Social support) ; Dukungan dari masyarakat
sekitar mempengaruhi perilaku individu. Di dalam kehidupan
masyarakat, perilaku individu cenderung memerlukan penghargaan
dari masyarakat. Seminimalnya dalam berperilaku sehat tidak
menjadi gunjingan di masyarakat. Selain itu, dukungan sosial
dinilai sukses dalam mempengaruhi perilaku sehat individu (Benih,
2014). Menurut banyak penelitian, keberadaan dukungan sosial
amatlah penting dalam mempengaruhi perilaku sehat. Seringkali
ditemui kegagalan atau keberhasilan yang bersifat sementara di
dalam penyelenggaraan promosi kesehatan, karena dukungan
sosial kurang bahkan tidak ada. Seringkali upaya menerapkan
perilaku sehat sia-sia karena kurangnya dukungan sosial
(Notoatmodjo, 2014; Benih, 2014; Marmi, 2013; Prawitasari,
2012; Taylor, 2003; Sheridan, 1992).
c. Akses Informasi (Accessebility of information) ; Akses
informasi adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan
tindakan yang akan diambil seseorang. Informasi yang cukup dapat
menghasilkan pengetahuan terkait bagaimana mencegah suatu

8
penyakit, sehingga individu dapat mengenali permasalahan yang
ada. Hal ini mendorong untuk berperilaku sehat.

d. Otonomi Pribadi (Personal autonomy) ; Otonomi pribadi adalah


kewenangan berperilaku yang ditentukan berdasarkan keinginan
diri sendiri. Dalam pengambilan keputusan yang bebas oleh
individu saat ini dinilai masih sukar. Misalnya di Indonesia, istri
harus tunduk terhadap suami. Sehingga ruang pengambilan
keputusan tergantung suami.
e. Situasi yang memungkinkan (Action situation) ; Adanya kondisi
dan situasi yang memungkinkan meliputi pengertian yang luas,
baik itu berkaitan dengan fasilitas yang tersedia maupun
kemampuan yang tersesdia. Tersediannya fasilitas dan kemampuan
membuat individu mampu mewujudkan sikap. Tindakan tidak akan
terlaksana tanpa adanya sarana dan prasarana (Notoatmodjo,
2014).

Lebih sederhana lagi menurut World Health Organization (WHO)


yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang
menentukan perilaku sehat individu. Yaitu:

a. Pemikiran dan perasaan. Pertimbangan-pertimbangan


pribadi terhadap objek atau stimulus merupakan modal awal
untuk berperilaku. Didasarkan pertimbangan untung ruginya,
manfaat dan sumber daya atau uang yang tersedia dan
sebagainya.
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang
dipercayai. Seringkali perubahan perilaku masyarakat
bergantung acuan kepada tokoh masyarakat setempat. Hal
tersebut senada dengan Benih (2014), bahwa lingkungan sosial
individu lebih sukses mempengaruhi perilaku individu
tersebut. Adanya dukungan sosial atau sebaliknya

9
menimbulkan konsekuensi yang baik untuk mengubah
kebiasaan di kalangan masyarakat. Bagi remaja sendiri,
perilaku sehat bergantung acuan lebih kepada orangtua atau
keluarga dan teman sebaya (Santrock, 2012).
c. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung
terjadinya perubahan perilaku. Dalam teori Green,
sumberdaya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana
dan prasarana).
d. Sosiobudaya setempat biasanya sangat berpengaruh
terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat
terlihat dari perilaku tiaptiap etnis berbeda-beda, karena
memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang
berbeda yang khas.

Dari uraian ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku


individu atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk
oleh pengetahuan yang diterima. Kemudian timbulah persepsi dari
individu dan memunculkan niat, sikap, keyakinan yang dapat
mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan. Penguatan konsep
mulai dari “tahu” menjadi “mau” dan “mampu”, akan terlaksana
apabila ada faktor eksternal yang mempengaruhi situasi di luar diri
individu, seperti: dukungan sosial, fasilitas yang tersedia dan sarana
serta prasarana yang mendukung.

D. Pendekatan perubahan perilaku kesehatan


Terdapat berbagai macam pendekatan yang dapat dilakukan
dalam rangka perubahan perilaku sehat pada seseorang. Pendekatan
tersebut antara lain:
1. Pendekatan Sikap, yaitu mengubah perilaku sehat dengan
melakukan perubahan sikap pada seseorang. Pendekatan ini
terdiri dari: Health Belief Model (HBM), Theory of Planned
Behavior, dan Self-Determination Theory;

10
HEALTH BELIEF MODEL (HBM)

Teori ini merupakan teori perubahan perilaku sehat yang


mendasarkan pada pemodifikasian sikap seseorang, yang paling awal
ditemukan yakni pada tahun 1958 oleh Hochbaum, dan dilanjutkan
oleh Rosenstock tahun 1966. Menurut teori ini, seseorang
menjalankan perilaku sehat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1)
Keyakinan terhadap gangguan kesehatan; dan 2) keyakinan terhadap
efektifitas upaya kesehatan dalam mengurangi gangguan
kesehatan.Persepsi terhadap gangguan kesehatan dipengaruhi oleh tiga
hal yaitu:

a. Nilai-nilai kesehatan secara umum, seperti: minat dan perhatian


terhadap kesehatan;
b. Keyakinan terhadap kerentanan seseorang terhadap gangguan
kesehatan; dan
c. Keyakinan terhadap konsekuensi yang timbul akibat gangguan
kesehatan.
Misalnya: seseorang akan merubah perilaku diet dengan
mengurangi asupan kolesterol bila mereka memiliki nilai-nilai
kesehatan yang baik, yakin bahwa orang yang tidak diet
kolesterol akan mengalami sakit jantung, dan yakin bahwa
gangguan kesehatan akibat penyakit jantung bisa berbahaya.

Keyakinan terhadap efektifitas upaya kesehatan dalam


mengurangi gangguan kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

a. Keyakinan bahwa upaya kesehatan akan berjalan efektif; dan


b. Keyakinan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk upaya kesehatan
akan memberikan keuntungan/benefit.
Misalnya: seseorang yang dianjurkan untuk mengubah pola
makan untuk mencegah penyakit jantung, memiliki keyakinan
bahwa mengubah pola makan bukan satu-satunya penyebab sakit

11
jantung, dan mengubah pola makan akan banyak mengurangi
kesenangan hidup. Sehingga meskipun persepsi terhadap
kerentanan penyakit jantung sangat tinggi, bisa jadi ia tidak mau
mengubah pola makan.

THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

Pendekatan lain dalam perubahan perilaku sehat melalui


pendekatan modifikasi sikap adalah the theory of planned
behavior, dimana hubungan antara perilaku sehat dengan
keyakinan akan kesehatan lebih dekat dibandingkan dengan
HBM. Menurut teori ini, perilaku sehat merupakan hasil langsung
dari tujuan perilaku seseorang. Tujuan perilaku seseorang
ditentukan oleh tiga faktor, antara lain:

1. Sikap terhadap aktifitas tertentu; menekankan pd: keyakinan


dan evaluasi terhadap hasil dari perubahan perilaku.
2. Norma-norma yang berhubungan aktifitas tertentu; merupakan
hal-hal yang diyakini oleh seseorang yang sebaiknya dilakukan
dan motivasi yang dibutuhkan untuk mengikuti anjuran atau
keyakinan normatif tersebut.
3. Persepsi terhadap pengontrol perilaku; mrupkan presepsi
bahwa seseorang dapat menjalankan aktifitas dan
menghasilkan efek yang diinginkan.
Misalnya: seorang perokok yang percaya bahwa perilaku
merokok menyebabkan masalah kesehatan serius, yang percaya
bahwa orang lain menganjurkan sebaiknya berhenti merokok,
yang termotivasi untuk mengikuti norma-norma yang ada, yang
percaya bahwa ia memiliki kemampuan berhenti merokok, yang
menjalankan tujuan dari perilaku-perilaku di atas, memiliki
kemungkinan untuk berhenti merokok dibandingkan seseorang
yang tidak percaya akan hal-hal di atas.

12
Theory of planned bevahior secara empiris terbukti bisa
memprediksi perilaku kesehatan seperti penggunaan kondom,
konsumsi minuman ringan, dan penerapan food safety.

SELF-DETERMINATION THEORY (SDT)


Teori ini disusun berdasarkan pemikiran bahwa setiap orang
termotivasiuntuk mengejar tujuan mereka. Target yang dituju
dalam teori ini adalah dua komponen yaitu motivasi otonom dan
persepsi terhadap kompetensi. Seseorang termotivasi secara
otonom ketika mereka bebas menentukan pilihan dan mengambil
keputusan. Kompetensi berarti keyakinan bahwa seseorang
mampu melakukan perubahan perilaku.
Misalnya: ketika seorang wanita mengubah pola makannya
karena anjuran dari dokter, dia tidak merasakan kebebasan
otonom melainkan merasakan bahwa aktifitasnya ada dalam
pengawasan orang. Hal ini dapat mengurangi komitmennya
untuk mengubah perilaku. Namun demikian jika perubahan
pola makan merupakan pilihan pribadinya, hal ini akan
meningkatkan motivasinya. Teori SDT terbukti sukses
dalam mengubah perilaku merokok, konsumsi alkohol.

2. Pendekatan Kognitif, yaitu mengubah perilaku sehat dengan


melakukan modifikasi pada cara berfikir seseorang. Salah satunya
yang sering diterapkan adalah Cognitive-Behavior Therapy
(CBT);

COGNITIVE-BEHAVIORAL THERAPY
Mengubah perilaku dan kebiasaan sehat dengan pendekatan
kognitif memfokuskan kepada tiga hal berikut:

13
1) perilaku target itu sendiri;
2) kondisi yang menimbulkan atau memelihara perilaku tersebut;
3) faktor-faktor yang memperkuat perilaku tersebut.

3. Pendekatan Transformatif, yaitu mengubah perilaku sehat yang


dilakukan melalui berbagai tahap transformatif. Pendejakan ini
antara lain adalah Transtheoretical Model of Behavior Change;

PENDEKATAN TRANSFORMATIF
Perubahan perilaku sehat tidak terjadi secara tiba-tiba dalam
satu waktu, melainkan melalui melalui berbagai tahapan.
Salah satu teori yang akan dikemukakan adalah the
transtheoretical model of behavior change yang dikembangkan
oleh Prochaska dan kawan-kawan tahun 1994. Model ini
menganalisis tahap-tahap seseorang mengalami perubahan
perilaku sehat dan mengusulkan intervensi serta tindakan yang
sebaiknya dilakukan pada setiap tahapan.
Awalnya teori ini diterapkan pada perilaku akibat gangguan
zat aditif seperti merokok, konsumsi obat terlarang, dan alkohol.
Saat ini juga diterapkan pada perubahan perilaku seperti olahraga
dan perilaku melindungi dari radiasi sinar matahari.
Tahapan-tahap seseorang untuk mengubah perilaku tidak
sehat antara lain: tahap Prekontemplasi (precontemplation),
Kontemplasi (contemplation), Persiapan (preparation), Tindakan
(action), dan Pemeliharaan (maintenance).

4. Pendekatan rekayasa sosial, yaitu mengubah perilaku sehat


dengan memodifikasi lingkungan sosial seseorang.

PENDEKATAN REKAYASA SOSIAL

14
Pendekatan ini memodifikasi lingkungan yang
mempengaruhi perubahan perilaku sehat seseorang. Contoh
rekayasa sosial antara lain:
- Kewajiban vaksinasi sebelum masuk sekolah
- Membatasi peredaran obat-obat terlarang - Membatasi
kecepatan kendaraan di jalan tol
- Membatasi pembelian alkohol dan rokok pada usia tertentu.

E. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan


Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Perubahan yang dimaksud
bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di
dalam program–program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku
yang sesuai dengan norma–norma kesehatan diperlukan usaha–usaha
yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh
perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran
sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan.
Misalnya dengan peraturan–peraturan / undang-undang yang
harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan
perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung
lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran
sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat
untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada
saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian
selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat,
pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.

15
Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan
kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan
orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi
perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana
penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi
dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat
bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif
berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang
diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama
dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi
pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih
mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan
lebih mantap.

Sulitnya merubah perilaku kesehatan masyarakat tersebut karena


ada beberapa nilai dan kebiasaan yang telah mendarah daging dalam
kehidupan masyarakat yang sulit untuk dirubah. Salah satunya adalah
faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan
terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut
sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami
suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai
mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam
mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah
yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan
perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat
berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.

16
F. Culture dari perilaku sehat
Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola
pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.
Sosiobudaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat terlihat dari perilaku
tiap-tiap etnis berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis
mempunyai budaya yang berbeda yang khas.

1.  Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan dan


perilaku kesehatan
Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit
berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak
menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih
banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit
jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang
berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita
kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker
prostat.
c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit.
Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit
cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan
lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja

17
diindustri , misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit
saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit.
Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada
golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan
sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan
masyarakat yang status ekonominya rendah.

Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973), ada


beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan,
antara lain :
a. Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku Kesehatan
Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau
ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri,
terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita
kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan
menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruskan
perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan negatif
terhadap perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita
akan merasa suatu keharusan untuk melakukan perubahan
perilaku. Self Concept adalah faktor yang penting dalam
kesehatan, Karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan
juga perilaku petugas kesehatan.
b. Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku Kesehatan
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image
kelompok. Sebagai contoh, keluarga di pedesaan yang
mempunyai kebiasaan untuk menggunakan pelayanan dukun,
akan berpengaruh terhadap perilaku anaknya dalam mencari
pertolongan pengobatan pada saat mereka sudah berkeluarga.

18
c. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya
terhadap Perilaku Kesehatan
Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya sangat
penting untuk memberikan keamanan psikologis dan
kepuasan dalam pekerjaan mereka. Identifikasi tersebut
dinyatakan dalam keluarga besar, di kalangan kelompok
teman, kelompok kerja desa yang kecil, dan lainnya.
Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang antara lain adalah :
a. Pengaruh tradisi
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan
dan status kesehatan misalnya tradisi merokok bagi orang
laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak yang menderita
penyakit paru dibanding wanita. Tradisi wanita habis
melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu
amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.
b. Sikap fatalistis
Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari
masyarakat Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga
mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa
anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik)
yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan
Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat
kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit.
c. Sikap ethnosentris
Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa
budaya kelompok adalah yang paling baik, jika dibandingkan
dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat
merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang
dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya

19
paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari
masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi
lain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa
yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Contoh
lain :Seorang perawat/ dokter menganggap dirinya yang
paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya
berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.
d. Pengaruh norma
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku
masyarakat dibidang kesehatan, karena norma yang mereka
miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik.  Contoh
: upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
banyak mengalami hambatan karena ada norma yang
melarang hubungan antara dokter yang memberikan
pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
e. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan dan perilaku individu masyarakat,
kerena apa tidak melakukan nilai maka dianggap tidak
berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada
dimasyarakat tidak semua mendukung perilaku sehat. Nilai-
nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan
kesehatan.
Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih
daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa
vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.

f. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari


proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan
berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia

20
dewasa. Misalnya saja, anak harus mulai diajari sikat gigi,
buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat
sampah, cara makan/ berpakaian yang baik  sejak awal, dan
kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut
dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk
diubah ketika dewasa.
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan
perubahan perilaku kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam
perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas kesehatan
merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan
diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/
hanya petugas kesehatan yang benar.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat
beragam dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga
usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan tersebut
adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan
kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda
hasil karya manusia.
Jadi, Dalam menciptakan kebudayaan yang inovatif di suatu
masyarakat setempat, seseorang harus mengubah persepsi masyarakat
agar mereka merasa butuh. Perubahan yang ingin dicapai harus
dipahami dan dikuasai masyarakat sehingga dapat diajarkan dan
diterapkan. Selain itu perubahan yang dilakukan tidak merusak
prestise pribadi atau kelompok masyarakat.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan dan baik disadari maupun tidak.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan
dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan
perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan
(health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktek
kesehatan (health practice).
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling
berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang
sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan
individu dengan kualitas hidup baik.

B. Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling
berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang

22
sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan
individu dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan
produktivitas kita dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk
itu konsep hidup sehat seperti tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat) harus dipupuk dari tiap individu untuk dapat meningkatkan
kualitas hidup yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

https://ellyaniabadi.blogspot.com/2014/10/aspek-sosial-budaya-yang-mempengaruhi.html

https://makala-kesehatan.blogspot.com/2015/03/faktor-sosial-dan-budaya-pada-
perilaku.html

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/523/2/BAB%20II%20Alvin%202017.pdf

https://miswarymyusuf.blogspot.com/2015/07/makalah-perilaku-kesehatan.html

https://www.academia.edu/17570902/Makalah_perilaku_hidup_sehat

23

Anda mungkin juga menyukai