PENDAHULUAN
1
3. Untuk memahami Bagimana komunikasi dengan tim kesehatan lain.
4. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan dokter.
5. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan perawat.
6. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan ahli terapi.
7. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan ahli farmasi.
8. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan ahli gizi.
9. Untuk memahami Konflik dalam berkomunikasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2.2 Tipe kelompok layanan kesehatan
Sebagian besar kehidupan perawat dihabiskan dibanyak ragam
kelompok, dari dua hingga organisasi profesional yang besar. Sebagai
partisipan kelompok, perawat mungkin diharuskan menjalani peran
yang berbeda baik menjadi anggota atau pemimpin, pemberi saran atau
penerima saran sesuai dengan kapasitasnya. Tipe kelompok layanan
kesehatan yang umum meliputi kelompok kerja, kelompok penyuluhan,
kelompok swabantu, kelompok terapi, dan kelompok pendukung sosial
terkait kerja. Kerja profesional dalam kelompok bergantung pada gaya
kepemimpinan, tanggung jawab anggota, tanggung jawab
kepemimpinan, dan identifikasi tugas dalam fase grup berbeda.
4
Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk sangat
berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan
memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien pribadi.
Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan adalah salah
satu faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan
kerja dengan para profesional lain membantu mempertahankan kualitas tinggi
dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok bergantung pada hubungan baik
diantara tim, terutama pemimpin tim dengan anggota tim yang lain. Untuk
mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip
komunikasi menurut WHO, 1999 :
1. Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan
pandangan mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
2. Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus
dinyatakan dengan jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat
dimengerti
3. Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila
pesan yang dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan
demikian pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu cara untuk
memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.
4. Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar
manusia, hal ini sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil
yang konstruktif.
Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur
ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga
komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Diagram dibawah menunjukkan
pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota. (WHO, 1999. )
5
Selalu ingat bahwa :
1. Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh orang,
semua orang dapat ikut serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah
kelompok besar lebih baik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.
2. Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau cara
benda tersebut ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka disingkirkan.
Hindarkan meja berbentuk huruf U.
3. Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud pertemuan
atau kelompok. Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah
komunikasi, bila hal ini penting untuk maksud dan tujuan tersebut. Sesuaikan
pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan tujuan menyesuaikan
dengan pengaturan tempat duduk.
6
tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan
dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila
dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas
secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang
tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan
data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter
untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan
lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari
komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
7
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal-
hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
8
Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks
atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang
obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan
secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik
perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat
dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan
dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada
perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan
yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat
dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah
seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi
atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.
9
2.9 Konflik dalam berkomunikasi
Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk
menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam
banyak contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang melalui penggunaan
teknik komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis sebagai suatu proses
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti langkah :
1. Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan
tentang isu-isu spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk
masalah perawatan kesehatan.
2. Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa
masalah mungkin relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan
informasi penting tentang pendekatan interpersonal yang terbaik untuk
digunakan.
3. Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya bertemu
secara berkala dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan klien.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal
dan nonverbal dari informasi dan ide. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah
proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari
klien. Kozier.,et all (2010) menyampaikan bahwa kelompok adalah dua atau
lebih individu yang berbagi kebutuhan dan tujuan berama, melibatkan satu sama
lain ke dalam tindakan yang mereka lakukan, dan akhirnya bersatu padu serta
memisahkan diri dari pihak lain demi kebaikan interaksi yang mereka lakukan.
Kelompok hadir untuk membantu manusia mencapai tujuan yang tidak dapat
dicapai dengan kemampuan individu
Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai
anggota tim pelayanan kesehatan. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi,
termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok,
pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan.
3.2 Saran
Diharapkan agar semua perawat mengerti dengan pentingnya komunikasi
antar sesame anggota tim kesehatan baik dengan dokter, dengan sesame perawat,
maupun dengan ahli kesehatan lainnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arnold,E.C,&Boggs.K.U.(2007).Interpersonal Relationship: Professional Communication
skills for Nurses.(5 th ed.). St Louis : Elseiver.
Kozier,Barbara.(2004).Fundamentals Of Nursing: concepts, process, and practice (7 th
ed.). New Jersey : Pearson
Kramer, Marlene.(2008).Reality Shock : why nurses leave nursing. St Louis : MOSBY
Northouse, Peter Guy.(2010).Leadership : Theory and Practice.(5 th ed.). USA : SAGE
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina &marina,
penerjemah). Jakarta : Salemba Medika.
Stuart.G.W.,&Laraia.,M.T.(2005).Principles and Practice Of psychiatric nursing.(8
th ed.).St Louis : MOSBY
WHO(1999).Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.(2 th ed). (dr.Popy Kumalasari,
Penerjemah).Jakarta : EGC
CopperandCo.(Maret, 2013).Komunikasi Perawat Dengan Tenaga Kesehatan.
12