Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita,
tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan
orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan
sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat
efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan
baik.
Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena
komunikasi mencakup pencapaian informasi, pertukaran pikiran dan perasaan.
Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan komitmen
yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai keberhasilan
keperawatan bersama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian komunikasi ?
2. Bagaimana komunikasi dalam kelompok ?
3. Bagaimana komunikasi dengan tim kesehatan lain ?
4. Bagaimana komunikasi antar perawat dengan dokter?
5. Bagaimana komunikasi antar perawat dengan perawat?
6. Bagaimana komunikasi antar perawat dengan ahli terapi?
7. Bagaimana komunikasi antar perawat dengan ahli farmasi?
8. Bagaimana komunikasi antar perawat dengan ahli gizi?
9. Bagaimana konflik dalam berkomunikasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami pengertian komunikasi.
2. Untuk memahami Bagaimana komunikasi dalam kelompok .

1
3. Untuk memahami Bagimana komunikasi dengan tim kesehatan lain.
4. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan dokter.
5. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan perawat.
6. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan ahli terapi.
7. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan ahli farmasi.
8. Untuk memahami Komunikasi antar perawat dengan ahli gizi.
9. Untuk memahami Konflik dalam berkomunikasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan
verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Sedangkan komunikasi terapeutik
adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana
mempelajari klien. proses memfokuskan pada klien namun direncanakan dan
dipimpin oleh seorang profesional. (Potter & Perry, 2009).Stuart,G.W., &
Laraia, 2005 mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi terapeutik
perawat dan klien menjadi penting dalam mengeksplorasi kebutuhan klien.

2.2 Komunikasi dalam kelompok     


Kozier.,et all (2010) menyampaikan bahwa kelompok adalah dua atau
lebih individu yang berbagi kebutuhan dan tujuan berama, melibatkan satu
sama lain ke dalam tindakan yang mereka lakukan, dan akhirnya bersatu padu
serta memisahkan diri dari pihak lain demi kebaikan interaksi yang mereka
lakukan. Kelompok hadir untuk membantu manusia mencapai tujuan yang
tidak dapat dicapai dengan kemampuan individu.

2.2.1 Dinamika kelompok


Komunikasi yang berlangsung antar anggota kelompok dikenal
dengan dinamika kelompok. Tata cara komunikasi ini akan ditentukan oleh
sejumlah variabel dan faktor yang saling terkait. Setiap anggota kelompok
akan memberikan pengaruh pada dinamika kelompok, didasarkan pada
motivasi mereka dalam berpartisipasi, kesamaan mereka dengan anggota
kelompok yang lain, kedewasaan anggota kelompok dalam mengespresikan
perasaan mereka dan tujuan kelompok tersebut.

3
2.2.2 Tipe kelompok layanan kesehatan
Sebagian besar kehidupan perawat dihabiskan dibanyak ragam
kelompok, dari dua hingga organisasi profesional yang besar. Sebagai
partisipan kelompok, perawat mungkin diharuskan menjalani peran
yang berbeda baik menjadi anggota atau pemimpin, pemberi saran atau
penerima saran sesuai dengan kapasitasnya. Tipe kelompok layanan
kesehatan yang umum meliputi kelompok kerja, kelompok penyuluhan,
kelompok swabantu, kelompok terapi, dan kelompok pendukung sosial
terkait kerja. Kerja profesional dalam kelompok bergantung pada gaya
kepemimpinan, tanggung jawab anggota, tanggung jawab
kepemimpinan, dan identifikasi tugas dalam fase grup berbeda.

2.3 Komunikasi dengan Tim kesehatan lain


Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai
anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat
klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada
pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis.
Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok,
kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen.
Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam
presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan
performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim
kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun
kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan
interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan
kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan,
bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress
pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien,
sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).

4
 Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk sangat
berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan
memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien pribadi.
Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan adalah salah
satu faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan
kerja dengan para profesional lain membantu mempertahankan kualitas tinggi
dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok bergantung pada hubungan baik
diantara  tim, terutama pemimpin tim dengan anggota tim yang lain.  Untuk
mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip
komunikasi menurut WHO, 1999 :
1. Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan
pandangan mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
2. Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus
dinyatakan dengan jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat
dimengerti
3. Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila
pesan yang dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan
demikian pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu cara untuk
memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.
4. Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar
manusia, hal ini sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil
yang konstruktif.
Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur
ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga
komunikasi dapat berjalan dengan efektif.  Diagram dibawah menunjukkan
pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota. (WHO, 1999. )

5
Selalu ingat bahwa :
1. Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh orang,
semua orang dapat ikut serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah
kelompok besar lebih baik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.
2. Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau cara
benda tersebut ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka disingkirkan.
Hindarkan meja berbentuk huruf U.
3. Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud pertemuan
atau kelompok. Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah
komunikasi, bila hal ini penting untuk maksud dan tujuan tersebut. Sesuaikan
pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan tujuan menyesuaikan
dengan pengaturan tempat duduk.

2.4 Komunikasi antara  perawat-dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja
sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi
medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur
yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.Contoh :
Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang
kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
begaimana perawatan diabetes di rumah.Selain itu komunikasi antara perawat
dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran
perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-
keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga
dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat
perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah
medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga

6
tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan
dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila
dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas
secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang
tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan
data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter
untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan
lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari
komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

2.5 Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan
dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Hubungan sturktural merupakan hubungan
yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam
menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer,
laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada
perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural. Hubungan
interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan

7
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal-
hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

2.6 Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi.


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang
dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat
bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama
dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan
keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih
jauh. Contoh : Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat
dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan
untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat
energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas.

2.7 Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi


Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja
hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan
klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat. Perawat memiliki peran
yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien
untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat
membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama
tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang
dituju, dosis yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan.

8
Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks
atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang
obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan
secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik
perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat
dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan
dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada
perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan
yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat
dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah
seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi
atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.

2.8 Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di
RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai
pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah
pihak.

9
2.9 Konflik dalam berkomunikasi
Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk
menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam
banyak contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang melalui penggunaan
teknik komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis sebagai suatu proses
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti langkah :
1. Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan
tentang isu-isu spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk
masalah perawatan kesehatan.
2. Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa
masalah mungkin relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan
informasi penting tentang pendekatan interpersonal yang terbaik untuk
digunakan.
3. Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya bertemu
secara berkala dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan klien.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal
dan nonverbal dari informasi dan ide. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah
proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari
klien. Kozier.,et all (2010) menyampaikan bahwa kelompok adalah dua atau
lebih individu yang berbagi kebutuhan dan tujuan berama, melibatkan satu sama
lain ke dalam tindakan yang mereka lakukan, dan akhirnya bersatu padu serta
memisahkan diri dari pihak lain demi kebaikan interaksi yang mereka lakukan.
Kelompok hadir untuk membantu manusia mencapai tujuan yang tidak dapat
dicapai dengan kemampuan individu
Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai
anggota tim pelayanan kesehatan. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi,
termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok,
pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan.

3.2 Saran
Diharapkan agar semua perawat mengerti dengan pentingnya komunikasi
antar sesame anggota tim kesehatan baik dengan dokter, dengan sesame perawat,
maupun dengan ahli kesehatan lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA
  
Arnold,E.C,&Boggs.K.U.(2007).Interpersonal Relationship: Professional Communication
skills for Nurses.(5 th ed.). St Louis : Elseiver.
Kozier,Barbara.(2004).Fundamentals Of Nursing: concepts, process, and practice  (7 th
ed.). New Jersey : Pearson
Kramer, Marlene.(2008).Reality Shock : why nurses leave nursing. St Louis : MOSBY
Northouse, Peter Guy.(2010).Leadership : Theory and Practice.(5 th ed.). USA : SAGE
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina &marina,
penerjemah). Jakarta : Salemba Medika.
Stuart.G.W.,&Laraia.,M.T.(2005).Principles and Practice Of psychiatric nursing.(8
th ed.).St Louis : MOSBY
WHO(1999).Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.(2 th ed). (dr.Popy Kumalasari,
Penerjemah).Jakarta : EGC
CopperandCo.(Maret, 2013).Komunikasi Perawat Dengan Tenaga Kesehatan.

12

Anda mungkin juga menyukai