Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan amar
ma’ruf nahi munkar, yang merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang
mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah sangat penting
dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan
kemampuan untuk melaksanakannya. Sesungguhnya diantara peran-peran
terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada Allah
adalah saling menasehati, mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-menasehati
dalam kebenaran dan kesadaran.
Dalam dakwah, metode yang sering digunakan biasanya berupa metode
himah, ceramah dan diskusi dengan cara yang baik. Seiring perkembangan
zaman yang semakain canggih ini, bukan hanya sekedar menyampaikan materi
saja, akan tetapi dalam mencapai keberhasilan yang ditandai salah satunya lewat
penerimaan secara sadar terhadap materi yang kita samapaikan dan ini
mengalami banyak kesulitan. Hal tersebut membuktikan bahwa dalam dakwah
tidak cukup menyampaikan materi saja, namun harus menggunakan materi yang
tepat.
Mungkin ditelinga kita, ceramah sudah tidak asing lagi, tetapi kebanyakan
manusia meremehkan ceramah itu sendiri, sehingga pemahaman tentang nilai-
nilai agama berkurang. Jika dalam kultur modern ceramahkan merupakan
tindakan pencegahan (preventif), dalam fenomena pada zaman sekarang
ceramah bukan hanya tindakan pencegahan saja, namun juga merupakan
tindakan pemeliharaan. Namun, ceramah pada umumnya pelaksaannya
cenderung monoton, sehingga keefektifan dalam dakwahpun berkurang.

Apa yang terjadi dalam urian diatas adalah bagian dari proses yang harus

1
berhadapan dengan dinamika perubahan di dalam masyarakat. Atas dasar asumsi
teoritik inilah, penulis ingin menjelaskan sedikit tentang metode/filosofi dakwah
Mauizhatul Hasanah guna mengantisipasi kurangnya pemahaman nilai-nilai
agama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Filosofi dakwah Mauidzatul Hasanah?
2. Apa karakteristik Filosofi dakwah Mauidzatul Hasanah?
3. Apa tujuan dan manfaat metode dakwah Mauidzatul Hasanah?
4. Apa saja penerapan dari metode dakwah Mauidzatul Hasanah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan tentang pengertian metode dakwah Mauidzatul hasanah.
2. Untuk menjelaskan tentang karakteristik metode dakwah Mauidzatul
hasanah.
3. Untuk menjelaskan tentang tujuan dan manfaat metode dakwah Mauidzatul l
hasanah
4. Untuk menjelaskan tentang penerapan metode dakwah Mauidzatul hasanah.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Dakwah Mauidzatul Hasanah


konsep dasar dari dakwah Mauidzatul Hasanah tertuang dalam QS. AN-
Nahl : 125 yang artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.
Maudzatul hasanah atau nasihat yang baik, maksudnya adalah
memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu
petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat
diterima, berkenan di hati, menyentuh perasaan, lurus di pikiran,
menghindari sikap kasar, dan tidak mencari atau menyebut kesalahan
audiens sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas
kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek
dakwah. Jadi, dakwah bukan merupakan propaganda.
 Menurut Ali Mushtafa Yakub, bahwa Mauidzatul hasanah adalah
ucapan yang berisi nasihat-nasihat baik dan bermanfaat bagi orang yang
mendengarkannya, atau argument- argument yang memuaskan sehingga
pihak audiensi dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subjek
dakwah.
 Menurut filosofi Tanthawy Jauhari, yang dikutip Faruq Nasution
mengatakan bahwa Mauidzah Hasanah adalah Mauidzah Ilahiyyah,
yaitu upaya apa saja dalam menyeru/mengajak manusia kepada jalan
kebaikan dengan cara rangsangan menimbulkan cinta (raghbah) dan
rangsangan yang menimbulkan waspada (rahbah).
 Menurut Abdu al-Rahim mengemukakan bahwa Mauizhatil ialah,
peringatan yang baik yang denganya dapat melembutkan hati, denga
kata lain, melunakan hati yang kesat, meneteskan air mata yang beku
dan memperbaiki amal yang rusak. Pendapat ini sejalan dengan Sayyid

3
Quthb, bahwa metode Mauidzatul Hasanah adalah dakwah yang
mampu meresap kedalam hati dengan halus dan merasuk kedalam
perasaan dengan lemah lembut. Tidak bersikap menghardik, memarahi
dan mengancam dalam hal-hal yang tidak perlu, tidak membuka aib
atas kesalahan-kesalahan audiens, karena mereka melakukan hal itu
disebabkan tidak tahu. Sifat lemah lembut dalam penyampaian islam,
pada umumnya mendatangkan petunjuk bagi hati yang sesat dan
menjinakan hati yang benci serta mendatangkan kebaikan.
 Menurut A. Hasymi, menjelaskan bahwa Mauidzatul Hasanah adalah
pelajaran yang indah yang senang orang lain mendengarkanya,
memasuki sel-sel otak dan relung-relung hati.
Seorang daí sebagai subjek dakwah harus mampu menyesuaikan dan
mengarahkan pesan dakwahnya sesuai dengan tingkat berpikir dan lingkup
pengalaman dari objek dakwahnya, agar tujuan dakwah sebagai ikhtiar
untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam kehidupan
pribadi atau masyarakat dapat terwujud.
Hadis Nabi :
‫اس َعلَى قَ ْد ِر ُعقُولِ ِه ْم‬
َ َّ‫خاَ ِطبُوا الن‬
Berbicaralah kamu dengan manusia sesuai dengan kadar kemampuannya.[4]
B. Karakteristik Metode Dakwah Maidzatul Hasanah
Yang membedakan antara metode dakwah bi al-Mau’idzatil hasanah
dengan metode-metode yang lainnya adalah terletak pada penerapannya.
Metode ini lebih menekankan pada penyampaian pesan dakwah secara
langsung seperti ceramah maupun nasihat, sehingga mad’u akan lebih
mudah menerima pesan dakwah tersebut.

C. Tujuan dan Manfaat Metode Dakwah Mauidzatul Hasanah


1. Tujuan metode dakwah bi al-Mau’idzatil Hasanah
diantaranya adalah:[5]

4
 Tujuan Informatif
 Tujuan Persuasif
 Tujuan Rekreatif
2. Manfaat metode dakwah Mauidzatul Hasanah diantaranya adalah
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah saw
bersabda: “Siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran, maka ia
memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa
dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan,
maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakan tanpa
dikurangi sedikitpun” (HR Muslim)
D. Penerapan Metode Dakwah Mauidzatul Hasanah
Penerapan metode dakwah bi al-Mau’idzatil hasanah
diantaranya adalah:
1. Tabligh
Kata tabligh diangkat dari salah satu definisi dar konsep dakwah.[8]
Secara harfiyah kata-kata tabligh berasal dari kata balagha yang artinya sampai.
Kemudian dalam bentuk fiil muta’addi menjadi ballagha yang artinya
menyampaikan. Bentuk dasar (mashdar) dari fiil madhi ini adalah tabligh.
Dalam konteks dakwah, tabligh diartikan menyampaikan atau
menginformasikan ajaran Ilahi kepada manusia agar diimani dan dapat
dipahami serta dijadikan pedoman hidupnya. QS. Al-Maidah : 67 yang artinya:
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir.
[430] Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.
2. Ta’lim (Tarbiyah)
Ta’lim dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pengajaran dan
pendidikan yang berupaya mendidik dan menambah wawasan dan internalisasi
nilai menuju insan yang bertakwa. Dalil tentang ta’lim QS. Al-Baqarah: 151

5
yang berbunyi: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui.
3. Taujih wal Irsyad (BK)
Merupakan salah satu penerapan dari metode Mau’idzatil hasanah yang
memiliki makna bimbingan dan konseling. Dalam hal ini bimbingan yaitu
“proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras
dengan ketentuan Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia akhirat.”
Sedangkan konseling yaitu “proses pemberian bantuan terhadap individu agar
dirinya menyadari kembali terhadap eksistensinya sebagai makhluk Allah yang
seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Ilahi, sehingga ia
dapat mencapai kebahagiaan dunia akhirat.”
Dengan demikian konseling lebih memfokuskan kajian pada
penyelesaian kasus dan pemecahannya agar setiap individu mampu
menyelesaikan masalahnya melalui suatu proses atau tahapan-tahapan dan
mengikuti aturan tertentu.
4. Tanshih (Nasihat)
Tanshih atau nasihat dipahami para da’i sebagai tutur kata yang berisi
tentang ajaran Islam agar dilakukan oleh orang yang diberi nasihat. Nasihat
sifatnya anjuran yang bernilai motivasi untuk mengingatkan akan adanya
konsekuensi logis dan sanksi atas segala bentuk perbuatan.
Pelaksanaan nasihat lebih santun dan manusiawi karena menekankan pada
aspek bahasa kalbu yang menyentuh sehingga jauh dari ungkapan pemaksaan
kehendak. Dalam al-Quran juga telah dijelaskan tentang nasihat dalam surat al-
‘Ashr : 3. Yang aertinya: Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.
5. Tamsil (Analogi)
Tamsil atau perumpamaan atau analogi merupakan salah satu teknik

6
dakwah mau’idzatil hasanah yang bertujuan untuk meyakinkan para mad’u.
Dalil dari perumpamaan sebagai teknik dakwah terdapat pada QS. Al-Baqarah:
261 yang artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166 ] adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
[166] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad,
pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
6. Taqish (Kisah)
Secara etimologi lafaz Qishah memiliki beragam makna seperti
menceritakan, menelusuri dan mengikuti jejak. Sedangkan secara terminology
kisah dalam al-Quran berarti berita-berita tentang umat terdahulu, nabi-nabi
mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, masa kini dan
masa yang akan datang.
Dengan demikian kisah merupakan salah satu teknik menyampaikan
materi dakwah dengan bercerita tentang berbagai peristiwa yang mengandung
nilai edukasi atau ibrah yang dapat diambil hikmahnya sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan.
QS. Ali Imran:62 yang artinya: ..........Sesungguhnya ini adalah kisah yang
benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan
Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .
“Ayat sebelumnya menjelaskan tentang kisah Nabi Isa as.”
7. Tabsyir Wa Tandzir (kabar gembira dan peringatan)
Tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-
kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah.
Sedangkan Tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian pesan dakwah
dimana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan
akhirat dengan segala konsekuensinya. Di dalam al-Quran, istilah tandzir
biasanya dilawankan dengan kata tabsyir (QS. al-Baqarah: 119). Yang artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran;

7
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan
diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.

E. Kritik terhadap Metode Dakwah Mauidzatul Hasanah


Tahapan dakwah dengan pendekatan ini, dengan segala kelebihan dan
kekurangannya masih dominan digunakan para da’i. tahapan ini bersifat satu
arah atau one way communication dalam dimensi komunikasi. Jadi mad’u
hanya menerima materi-materi Islam secara pasif. Kelebihan metode ini adalah
sifatnya yang sederhana, tidak memerlukan biaya besar maupun keterampilan
yang lebih. Sementara kekurangannya bahwa materi dakwah tidak selamanya
mengena dengan kebutuhan mad’u yang bersifat dinamis.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Metode Mauidzatul hasanah merupakan salah satu metode dakwah yang cara

8
penyampaiannya dengan bentuk ceramah, nasihat dll, Menggunakan bahasa sesuai
dengan bahasa umat yang dihadapi, Memeberi nasihat dan wasiat secara bertahap
dan berencana jera melakukanya, Memberi kabar gembira serta memberi informasi
yang membuat mereka, Memberikan teladan yang baik. Tujuannya adalah untuk
menyeru dan mengajak umat Islam kembali ke jalannya, serta menyebarkan
kebaikan supaya umat Islam dapat mengamalkannya. Manfaat yang diperoleh
adalah kita akan mendapatkan pahala dua kali lipat jika kita menyampaikannya
kepada orang lain sehingga orang tersebut mengamalkannya.
Penerapan dari metode dakwah ini diantaranya adalah Tabligh (ceramah),
Ta’lim (tarbiyah), Taujih wal Irsyad (bimbingan dan konseling), Tanshih (nasihat),
Tamsil (perumpamaan), Tabsyir wa Tandzir (kabar gembira dan peringatan), Taqish
(kisah).

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2009, Ilmu Dakwah. Amzah: Jakarta.


Arbi, Armawati. 2012. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. Amzah: Jakarta.
http://anshar-mtk.blogspot.co.id/2013/05/hadits-tentang-ajakan-kepada

9
kebaikan.html
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-tujuan-
dan-manfaat-teks.html
https://itdafriyenny.wordpress.com/2012/11/09/metode-dakwah-mauizhan-al-
hasanah-dan-turunannya-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadis/
http://anacarlya.blogspot.com/2013/04/mengenal-metode-metode-
mawizhah.html?m=1
Munir, M. 2006. Metode Dakwah. Prenada Media: Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai