PENDAHULUAN
A. Latar belakang
World Healt Organization (WHO) merekomendasikan bahwa langkah terbaik menjaga
kesehatan bayi dan ibunya adalah pemberian ASI eksklusif setidakmya sampai 6 bulan. ASI eksklusif
bukan hanya semata didasarkan pada pertimbangan bahwa ASI eksklusif adalah makanan terbaik
bagi bayi, akan tetapi juga menjadi bagian integral dari proses reproduksi yang memiliki implikasi
penting bagi kesehatan ibu yang menyusui. Dan pemberian ASI selama 6 bulan justru mendorong
pertumbuhan bayi yang optimal. (Khairiyah,2013).
The World Allience for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat
diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan
ASI Eksklusif sampai dengan 6 bulan, karena ASI selain mengandung gizi yang cukup, lengkap, juga
mengandung imun untuk kekebalan tubuh bayi. World Health Organisation (WHO) menyatakan
hanya 64,7% ibu menyusui didunia yang memberikan ASI secara Eksklusif. (Meutia, 2009).
Dari data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukan bahwa
sebanyak 27% bayi di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan umur 4-5 bulan.
Sedangkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka pemberian ASI eksklusif pada
bayi berumur 0-6 bulan hanya mencapai angka 30,2%. Angka yang relative masih sedikit, padahal
dengan ASI dan menyusui baik ibu dan bayinya akan mendapatkan banyak manfaat. Bahkan hal ini
juga berimbas ke lingkungan, masyarakat, bangsa, dan Negara. (Kemenkes RI,2013).
Adapun cakupan pencapaian ASI eksklusif pada tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Selatan
pada bayi 0-6 bulan sebesar 56,58%. Di kota Banjarmasin sendiri cakupan ASI eksklusif memang
mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2013 sebesar 60,43%, pada tahun 2014
menjadi 66,3%.
Menurut data dinas kesehatan untuk wilayah banjarmasin selatan tahun 2014, untuk wilayah
kerja puskesmas pemurus dalam menempati urutan terendah dari 6 puskesmas yang ada di wilayah
banjarmasin selatan dengan jumlah ibu menyusui yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya
sampai dengan 6 bulan di wilayah kerja puskesmas pemurus dalam adalah 51,46%, puskesmas
pemurus baru 63,14%, puskesmas kelayan dalam 65,27%, puskesmas kelayan timur 56,27%,
puskesmas pekauman 83,3%, puskesmas beruntung jaya 53,33%. Dari data tersebut wilayah kerja
puskesmas pemurus dalam masih belum mencapai target Nasional, dengan target sesuai 8 indikator
renstra 2010-2015 yang diharapkan yaitu 80% bayi yang ada mendapat ASI eksklusif. (Dinas
Kesehatan Kalimantan Selatan,2014).
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI
ekslusi dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan, (Depkes RI,2005). Manfaat dari pemberian
ASI eksklusif sangat luar biasa. Bagi bayi, ASI eksklusif adalah makanan dengan kandungan gizi
yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi dan memberikan hubungan
kasih saying yang mendukung semua aspek perkembangan bayi termasuk kesehatan dan
kecerdasan bayi. Bagi ibu, memberikan ASI secara eksklusif dapat mengurangi pendarahan pada
saat persalinan, menunda kesuburan dan meringankan beban ekonomi. (Roesli,2008).
Menurut UUD No.36/2009 pasal 129 ayat (1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan
kebikan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan Air Susu Ibu secara eksklusif.
KEPMENKES No.450/MENKES/SK/VI/2004 Tentang ASI eksklusif menetapkan ASI eksklusif di
Indonesia selama 6 ulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih
dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.
Menurut Green (2003) Perilaku pemberian ASI eksklusif dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, faktor tersebut adalah faktor presdoposisi yang meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap dan
pekerjaan serta faktor pendukung dan faktor penguat. Dari beberapa faktor tersebut, yang menarik
untuk diteliti adalah aspek pengetahuan dan pekerjaan. Hal ini karena pengetahuan merupakan dasar
utama seseorang untuk berprilaku, sedangkan pekerjaan adalah suatu pilihan atau suatu kebutuhan
dimana pekerjaan menuntut ibu untuk meninggalkan bayinya pada usia dini dalam waktu yang cukup
lama setiap harinya.
Wilayah kerja Puskesmas Pemurus Dalam terletak di komplek perumahan yang tingkat
ekonominya menengah keatas dan mayoritasnya adalah ibu bekerja yang mengaharuskan banyak
menghabiskan waktu diluar rumah dan tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mengurus
bayinya, sehingga ketika bekerja mereka harus menitipkan anaknya pada keluarga, baby sister
bahkan tempat penitipan dan susu formula merupakan solusi ketika mereka harus meninggalkan
bayinya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 2-4 januari 2015 di Wilayah Kerja
Puskesmas Pemurus Dalam pada 10 orang ibu menyusui didapatkan 2 hanya memberikan ASI
eksklusif dan 8 memberikan ASI diselingi susu formula. Dari 8 yang gagal memberikan ASI eksklusif
mereka merupakan ibu yang bekerja di luar rumah dari pagi sampai siang kadang sore meliputi
golongan pekerja seperti PNS, Wiraswasta, dan Pedagang, sehingga membuat waktu bersama anak
lebih sedikit.
Oleh karena itu peneliti tertarik melaksanakan penelitian yang berjudul Hubungan
Pengetahuan dan Pekerjaan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Pemurus Dalam Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian adalah “Adakah
Hubungan pengetahuan Dan Pekerjaan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas pemurus Dalam Tahun 2015 ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Pekerjaan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pemurus Dalam Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu menyusui ASI eksklusif
b. Mendeskripsikan pekerjaan ibu menyusui ASI eksklusif
c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif
d. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai perencanaan program selanjutnya untuk
mengadakan pelayanan kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif.
2. Bagi Insitusi STIKES Sari Mulia Banjarmasin
Sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan serta memperluas wawasan
mahasiswa khususnya program studi kebidanan tentang hubungan pengetahuan dan pekerjaan ibu
menyusui dengan pemberian ASI Ekslusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep ASI Eksklusif
a. Pengertian
ASI adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi
sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi serta bermanfaat untuk proses
kecerdasan bayi tersebut (Depkes, 2005). ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa
makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk, madu, air the, air putih, maupun
makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim.(Roesli,2009). ASI
Eksklusif (menurut WHO) adalah pemeberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan cairan ataupun makanan lain, ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun
(Kristiyansari,2009). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, ASI
Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan. (Depkes,2005).
b. Komposisi ASI
1) Kolustrum
Adalah ASI yang keluar pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, berwarna kekuning-
kuningan dan lebih kental, lebih banyak mengandung protein dan vitamin A, E, dan K dan mineral
seperti natrium dan Zn serta mengandung zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari
penyakit infeksi. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak
terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi
makanan yang akan datang.
2) Taurin
Adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai
neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
3) Lemak
Air susu ibu memasok sekitar 70-78% energi sebagai lemak, yang dibutuhkan bukan saja untuk
mencukupi kebutuhan Inergi, tetapi juga untuk memudahkan penyerapan asam lemak esnsial, vitamin
yang terlarut dalam lemak, kalsium serta mineral lain, dan juga untuk menyeimbangkan diet agar zat
gizi lain tidak terpakai sebagai sumber energi. Setidaknya 10% asam lemak sebaiknya dalam bentuk
tak jenuh ganda, yang biasanya dalam bentuk asam linoleat. Dari air susu ibu, bayi menyerap sekitar
85-90% lemak. Enzim lipase di dalam mulut (lingual lipase) mencerna zat lemak sebesar 50-70%.
Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang tak jenuh/LCPUFAs (long chain polyunsaturated fatty
acids (omega 3, omega 6, DHA, Arachidonic acid/AA) suatu asam lemak esensial yang merupakan
komponen penting untuk myelinisasi. Komponen lemak berikutnya yang penting adalah kolesterol.
Kolesterol juga meningkatkan pertumbuhan otak bayi.
4) Zat Kekebalan
Sebagai zat kekebalan terhadap beragam mikro-organisme diperoleh bayi baru lahir dari ibunya
melalui plasenta, yang membantu melindungi bayi dari serangan penyakit antara lain yang penting
adalah penyakit campak selama 4-6 bulan pertama sejak bayi lahir. Telah diketahui bahwa bayi yang
diberi ASI terlindungi terhadap penyakit infksi terutama diare dan mempunyai kesempatan hidup lebih
besar dibandingkan dengan bayi-bayi yang diberi susu formula. Hal ini karena adanya zat-zat
imunologik antara lain :
a) Immunoglobulin, terutama immunoglobulin A (lg.A), kadarnya sangat tinggi terutama dalam kolustum.
Secretory lg A tidak diserap, tetapi melumpuhkan bakteri pathogen E. Coli dan berbagai virus pada
saluran pencernaan.
b) Laktoferin, sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan dalam ASI yang mengikat zat
besi (ferum) di saluran pencernaan.
c) Lysosim, suatu enzim yang juga melindungi bayi terhadap bakteri dan virus yang merugikan. Lysosim
terdapat dalam jumlah 300 kali lebih banyak pada ASI daripada susu sapi. Enzim ini aktif mengatasi
bakteri E. Coli dan Salmonella.
d) Sel darah putih. Sel yang sangat protektif ini jumlahnya sangat banyak pada minggu-minggu pertama
kehidupan kurang lebih 4000 sel/mil, saat system kekebalan tubuh bayi belum mampu membentuk
antibody yang protektif dalam jumlah yang cukup. Setelah system kekebalan bayi matang maka
jumlah sel-sel ini berangsur-angsur berkurang, walaupun tetap aka nada dalam ASI sampai
setidaknya 6 bulan setelah melahirkan.
c. Manfaat ASI Eksklusif
1) Manfaat ASI bagi bayi menurut Depkes (2005) adalah :
a) Merupakan makanan yang sempurna
b) Mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk perkembangan dan pertumbuhan
yang sempurna
c) Mengandung zat kekebalan tubuh untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit infeksi (diare, batuk,
pilek, radang tenggorokan dan gangguan pernapasan).
d) Melindungi bayi dari alergi
e) Aman dan terjamin kebersihannya
f) Komposisi ASI berubah sesuai dengan pertumbuhan bayi
2) Manfaat ASI bagi ibu menyusui adalah sebagai berikut :
a) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi
b) Mengurangi perdarahan setelah persalinan
c) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu
d) Mengurangi resiko terkena kanker payudara
e) Menunda kehamilan berikutnya
f) ASI lebih murah dan hemat dibandingkan susu formula
g) ASI selalu tersedia setiap saat dalam keadaan segar
3) Manfaat ASI bagi keluarga adalah sebagai berikut :
a) Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula, misalnya merebus air dan pencucian
peralatan
b) Mengurangi biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan iu.
d. Keuntungan Memberiakan ASI Eksklusif
Menurut Depkes (2005), keuntungan memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayi, adalah :
1) Bayi lebih sehat, lincah, dan tidak cengeng
2) Bayi tidak sering sakit
3) Mengurangi biaya untuk pemeliharaan ibu dan bayi
e. Kendala-Kendala Dalam Pemeberian ASI Eksklusif
Menurut Suharjo (2009), adapun kendala-kendala dalam pemberian ASI Eksklusif adalah :
1) Kurang dimengertinya konsep dan pentingnya ASI Eksklusif baik bagi ibu maupun petugas kesehatan.
2) Adanya pendapat bahwa dengan pemberian ASI, bentuk payudara akan berubah.
3) Kurangnya waktu bagi wanita bekerja untuk memberikan ASI secara langsung
4) Tidak adanya sarana dan prasarana yang menunjang untuk memeras ASI ditempat ibu bekerja.
5) Adanya pelanggaran cara promosi-promosi tertentu yang dapat menyesatkan para ibu untuk
mempercayai bahwa susu formula dan makanan pendamping tersebut sama baiknya dengan ASI.
f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah :
1) Faktor Predisposisi
a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan
perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan juga membentuk kepercayaan
seseorang serta sikap terhadap suatu hal (Notoatmodjo,2005).
b) Pekerjaan
Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi karena ibu
meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun berkurang. Akan tetapi seharusnya ibu
yang bekerja tetap memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dengan pengetahuan yang
benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja
(Soetjiningsih,2005).
c) Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
objek, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan prediposisi
tindakan suatu prilaku (Notoatmodjo,2007).
d) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap
sesuatu yang dating dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih
rasional terhadap informasi yang dating dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin
akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Bagi sebagian ibu, menyusui merupakan tindakan yang
alamiah dan naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak perl dipelajari.
Namun, kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka
hanya mengetahui ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lainya
(Prasetyono,2009)
e) Budaya
Adapun mitos tentang pemberian ASI bagi bayi, missal ibu yang menyusui anaknya dapat
menurunkan kondisi fisik dirinya merupakan suatu mitos yang sulit diterima oleh akal sehat. Demikian
halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan
makanan bayi, yang akhirnya ibu mencari alternative lain dengan memberi susu
pendamping/tambahan (Prasetyono,2009).
f) Social Ekonomi
Karena keterbatasan uang untuk membeli susu produk susu yang bermutu baik, mereka
terpaksa membeli produk susu yang lebih murah, meskipun mutunya jauh lebih rendah
(Prasetyono,2009).
2) Faktor Pendukung
a) Ketersediaan Sumber/Fasilitas
Dukungan instrumental merupakan dukungan yang nyata dan dalam bentuk materi dan waktu
yang bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membutuhkan oranng lain untuk
memnuhinya. Suami harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya jika istri memerlukan
bantuan. Dalam hal ini keluarga mencukupi kebutuhan rutin ibu menyusui, membantu merawat bayi,
mengganti popok, menyendawakan bayi, memijat bayi secra teratur atau memberi ASI perah kepada
bayi bila ibu bekerja (Roesli,2005)
b) Keterjangkauan Fasilitas
Kemajuan tehnologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi susu formula
sebagai pengganti ASI membuat masyarakat kurang mempercayai kesehatan ASI, sehingga akhirnya
memilih susu formula (Prasetyono,2009).
3) Reinforcing Factors
a) Sikap dan Prilaku Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan adalah peletak dasar kecerdasan anak-anak Indonesia karena mereka
membimbing ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif membuat otak bayi
berkembang optimal, bayi mendapat gizi sempurna dan tumbuh dengan baik. Ini adalah modal utama
menjadi manusia yang produktif (Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes,2008). Sikap dan prilaku
petugas kesehatan dapat menjadi contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat
(berprilaku hidup sehat) (Notoatmodjo,2007).
g. Langkah-Langkah Untuk Keberhasilan Menyusui
Menurut Nugraha (2010), langkah-langkah untuk keberhasilan menyusui antara lain :
1) Mempersiapkan payudara ibu, bila diperlukan dengan message
2) Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui
3) Menciptakan dukungan keluarga.
4) Memilih tempat melahirkan yang sayang ibu dan anak seperti rumah sakit sayang bayi atau rumah
bersalin sayang bayi.
5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara eksklusif.
6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi atau konsultasi laktasi (lactation consultan),
untuk persiapan apabila kita mengalami kesukaran.
7) Menciptakan suatu sikap positif tentang ASI dan menyusui.
2. Pengetahuan
a. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman
yang sangat penting kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga
terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela
dan penuh ras percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan memberikan
pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan memberi sikap positif terhadap masalah menyusui
(Erlina,2008).
Pengetahuan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan keyakinan
seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang, meliputi kemampuan
untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan praktek kesehatan personal.
Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari fasilitas kesehatan
maka akan semakin besar pula keinginan untuk fasilitas kesehatan (Potter dan Perry,2005).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil pengguna
pancainderanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu apa yang diketahui berdasarkan pengalaman
yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini
terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Mubarak,2011).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :
1). Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2). Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3). Aplikasi (application)
Aplikasi mengartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4). Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama
lain.
4. Kerangka Teori
kerangka teori adalah kerangka fikir mengenai hubungan diantara variabel-variabel sesuai dengan
teori dengan dukungan temuan-temuan yang relevan kearah hipotesis yang layak uji (Hidayat,2007).
Gambar
2.1
Kerangka
Teori
( Notoatmodjo, 2010)
5. Kerangka Konsep
Dari hasil tinjauan kepustakaan maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian yang terdiri
dari variabel indepnden dan variabel dependen. Dalam penelitia ini secara sistematis dapat
digambarkan sebagai berikut.Notoatmodjo (2007) sebagai berikut:
Gambar
2.2. Kerangka
Konsep
6. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian yang kebenaranya akan dibuktikan dalam
penelitian (Notoatmodjo,2010).
a. Ada hubungan pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Pemurus Dalam Tahun 2015
b. Ada hubungan pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Pemurus Dalam Tahun 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan metode observasional analitik (non eksperimen)
dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010).
No
Variabel Definisi Alat Ukur Parameter Skala
Operasional Ukur
1 Pemberian Tindakan yang Kuesioner - Eksklusif Nominal
ASI Eksklusif dilakukan ibu - Tidak Eksklusif
dalam pemberian
ASI Eksklusif, yaitu
Pemberian ASI saja
Tanpa ada makanan
Tambahan kepada
Bayi Usi 0-6 bulan
2 Pengetahuan Sesuatu yang Kuesioner - Baik 76%-10 Ordinal
diketahui ibu - Cukup 56%-75%
mengenai ASI yang - Kurang <56%
meliputi definisi ASI
Eksklusif,komposisi,
manfaat, kendala
pemberian dan
faktor yang
mempengaruhi
pemberian ASI
Eksklusif
3 Pekerjaan Ibu Semua jenis kuesioner - Bekerja Nominal
Menyusui pekerjaan ibu yang (PNS, wiraswasta,
dilakukan untuk pedagang,
dll) mencari nafkah,
dan ibu berkerja - Tidak bekerja
di luar rumah lebih (ibu rumah tangga,
dari 7 jam dalam pemilik warung rumahan,
sehari salon rumahan,dll )
2. Reliabilitas
Reliabilitas Instrument adalah ketepatan alat ukur, stabil atau konsisten, dan dapat di
andalkan yaitu hasil pengukurannya tidak berubah-ubah, karena alat ukur itu digunakan berkali-kali
akan memperoleh hasil yang serupa serta hasilnya dapat diramalkan (Silaen, 2013). Realibilitas
adalah suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat pengukur yang sama
( Santoso, 2013 ). Pada penelitian ini uji reliabilitas instrument menggunakan uji Crombach
Alpha dengan rumus sebagai berikut ( Silaen, 2013 ).
Keterangan :
r : reliabilitas instrument
k : banyaknya pertanyaan
Vi : varians item ke-i
Vt : varians total
Untuk mengetahui tiap pertanyaan reliabilitas dengan ketentuan apabila r alpha > r table maka
instrument reliable itu artinya instrument diterima, sebaliknya jika r alpha < r table, pada α = 0,05
dengan nilai r table = 0,514 maka instrument tidak reliable.
Tabel 3.2 Kuesioner pengetahuan
No Parameter Jumlah Soal
1 Definisi 4 1, 7, 13, 16
2 Komposisi ASI 4 2, 5, 9, 20
3 Manfaat ASI Eksklusifs 4 3, 8, 10, 17
4 Kendala Pemberian ASI Eksklusif 3 4, 11, 18
5 Faktor yang mempengaruhi 3 6, 12, 14
Pemberian ASI Eksklusif
6 Keuntungan memberikan ASI 2 15, 19
Eksklusif
X2 =
(O – E)2
E
keterangan :
O = frekuensi hasil observasi
E = frekuensi yang diharapkan
Nilai E = (Jumlah sebaris x jumlah sekolom) / jumlah data
df = (b-1) (k-1)
persyaratan chi square untuk penelitian yaitu :
a. Digunakan pada data diskrit
b. Semua pengamatan dilakukan independen
c. Setiap sel paling sedikit berisi nilai frekuensi harapan sebesar 1
d. Sel-sel dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20 persen dari total sel. Untuk table 2 x
2 syarat itu berarti tidak satu sel pun berisi frekuensi harapan kurang dari 5.
e. Meskipun dapat diterapkan pada sampel kecil, ukuran sampel sebaiknya > 40.
Dalam teknik ini peneliti menggunakan batas kemaknaan α = 0,05 dengan Confidence Interval ( CI =
95%), yaitu :
a) Bila P < α, Ho = ditolak Ha = diterima maka ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y
b) Bila P > α, Ho = diterima Ha = ditolak maka tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel X
dengan variabel Y.