Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN KURIKULUM

PENGEMBANGAN KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Dosen pengampu:

IBRAHIM, M.Pd.I

Disusun oleh:

1. Muhammad Daffa Abdillah 1930203082

2. Muhammad Rohimin 1930203059

3. Saprullah 1930203060

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan
kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung
operasinya secara baik. Bagian-bagian ini disebut komponen. Kurikulum sebagai
alat untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki komponen-komponen yang saling
berkaitan, berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk mencapai tujuan itu. 
Pengembangan kurikulum harus dimulai dengan menentukan landasan atau
azas-azas pengembangannya sebagai pondasi, selanjutnya mengembangkan
komponen-komponen kurikulum. Pengembangan komponen-komponen inilah
yang kemudian membentuk sistem kurikulum. 
Apabila komponen yang membantu sistem kurikulum terganggu atau tidak
berkaitan dengan yang lainnya maka sistem kurikulum akan terganggu pula.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas kami ingin memperjelas dengan rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Apa saja komponen Pengembangan kurikulum ?

2. Bagaimana Keterkaitan antara Komponen Kurikulum?

3. Bagaimana Pengembangan Kurikulum?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komponen-Komponen Pengembang Kurikulum


Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan
kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung
operasinya secara baik. Bagian-bagian ini disebut komponen. Kurikulum sebagai
alat untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki komponen pokok dan komponen
penunujang yang saling berkaitan, berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk
mencapai tujuan itu. Kurikulum adalah sebuah sistem, Sistem adalah suatu
kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang terkait
dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasai dalam mencapai satu tujuan. Jika pemahaman sistem diatas
dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yasng terkait dan
berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang
sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah
komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat
untuk mencapai tujuan.1
Menurut Tabrani Rusyan komponen kurikulum terdiri dari 3 komponen yaitu :
(1) Komponen Tujuan, (2) Komponen Struktur Program, (3) Komponen Strategi
Pelasanaan.2
Sedangan Menurut S. Nasution komponen Kurikulum yaitu (1) Tujuan
pelajaran, umum dan spesifik, (2) Bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3)

1. Hamid Syarif, Pengembangan Kurikulum, (Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 1993), hal 96
2. Tabrani Rusyan, Strategi Penerapan Kurikulum DI Sekolah, (Jakarta: Bina Mulia), hal 4-7

2
Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya, (4) Sistem Evaluasi untuk
mengetahui hingga mana tujuan tercapai.3
Lain halnya dengan Ralph W.Tyler sebagaimana dikutip S.Nasution,
mengajukan 4 pertanyaan pokok, yakni : (1) Tujuan apa yang harus dicapai
sekolah?, (2) Bagaimanakah memilih bahan pelajaran guna mencapai tujuan itu ?,
(3) Bagaimanakah bahan disajikan agar efektif diajarkan?, (4) Bagaimanakah
efektivitas belajar dapat dinilai ?4 
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen
pengembangan kurikulum terdiri dari 4 komponen, yaitu :
a)      Komponen Tujuan
b)      Komponen Struktur Program dan Materi
c)      Komponen Strategi
d)     Dan komponen Evaluasi.

1. Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan memegang peranan peting dalam pendidikan, sebab tujuan
akan memberikan arah bagi segala kegiatan pendidikan. Dalam penyusunan
kurikulum , perumusan tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan
komponen lainnya. Tujuan pendidikan suatu negara tidak bisa dipisahkan dan
merupakan penjabaran dari tujuan negara atau filsafat negara. Hal ini disebabkan
karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan negara, yakni
membentuk manusia seutuhnya berdasarkan UUD 1945 yang bersumber dari
Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia.5
a) Tujuan Pendidikan Nasional

3 S.Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bima Aksara, 1989), hal 5


4 S.Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal 17
5 Tabrani Rusyan, Op.Cit., hal 6

3
Tujuan pendidikan nasional ini bersumber dari Pancasila dan UUD 45
dirumuskan oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-
tujuan pendidikan yang lebih khusus.
Dalam Tap. MPR No.II/MPR/1988 tentang GBHN
tercantum : Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.  Dalam Undang-Undang
No.2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 4,)
tertera:    Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan yang berbudi luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan rohani dan jasmani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.6 Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan
Negara, dasar pendidikan Nasional adalah Falsafah Negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.  Pasal 3 mengatakan:
 Tujuan Pendiidkan Nasional adalah membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila dan membentuk manusia yang sehat
jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap
demokrasi dan penuh tenggang rasa dapat mengembangkan kecerdasan yang
tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan sesama
manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.
Seluruh Program pendidikan terutama Pendidikan Umum dan bidang
studi Ilmu Pengetahuan Sosial, harus berisikan Pendidikan Moral Pancasila

6 S.Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Op.Cit.,hal 37

4
dan unsur-unsur yang cukup untuk meneruskan jiwa nilai-nilai 1945 kepada
generasi muda.7
b) Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk
mencapai tujuan umum yang dirumuskan, berupa kompetensi lulusan setiap
jenjang pendidikan, pendidikan dasar, pendidikan menengah, kejuruan, dan
pendidikan tinggi.
Bagi SMA misalnya tujuan institusional umum ialah agar lulusannya
-Menjamin warga negara yang baik sebagai manusia yang u tuh sehat, kuat
lahir batin.
- Menguasai hasil-hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan di Sekolah Menengah Umum tingkat Pertama.
-Memiliki bekal untuk melanjutan studinya ke lembaga pendidikan yang
lebih tinggin dengan menempuh: (1) program umum yang sama bagi semua
siswa, (2) Program pilihan bagi mereka yang mempersiapkan dirinya untuk
studi di lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
-Memiliki bekal untuk terjun kemasyarakat dengan mengambil keterampilan
untuk bekerja yang dapat dipilih oleh siswa sesuai dengan minatnya dan
kebutuhan masyarakat.8
c) Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler ialah tujuan yang diemban dan harus dicapai oleh
setiap bidang studi pada lembaga pendidikan tertentu. Artinya kualifikasi atau
kemampuan yang harus dicapai oleh setiap siswa setelah ia menyelesaikan
program bidang studi yang bersangkutan.9
d) Tujuan Instruksional

7 Ibid., hal 37-38


8 Ibid., hal 38
9 Tabrani Rusyan, Op.Cit., hal 5

5
Tujuan instruksional adalah tujuan yang paling rendah tingkatannya
sebab yang langsung berhubungan dengan anak didik. Tujuan instruksional
berkenaan dengan tujuan setiap pertemuan. Artinya, kemampuan-kemampuan
yang diharapkan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman belajar
suatu pertemuan. Tujuan instruksional di bedakan ke dalam dua jenis yakni
tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).
Perbedaan TIU dan TIK terdapat dalam hal perumusannya, TIU dirumuskan
dengan kata-kata tingkah laku yang bersifat umum, sedangkan TIK
menggunakan kata-kata yang tingkah laku yang bersifat khusus, artinya dapat
diukur setelah pelajaran itu selesai. 10

2. Komponen Struktur Program Dan Materi


Komponen berikutnya telah menetapkan struktur dan materi program
pendidikan. Struktur pendidikan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan
lembaga pendidikan mencakup alokasi waktu yang diberikan untuk setiap studi
dalam setiap minggunya.
Ada beberapa jenis struktur program pendidikan dalam kurikulum, yaitu
:a.   Pendidikan Umum
Pendidikan umum ialah program pendidikan yang bertujuan membina
siswa agar menjadi warga negara yang baik. Sifat pendidikan umum ini adalah
wajib diikuti oleh setiap siswa pada semua lembaga pendidikan dan
tingkatannya. Bidang studi-bidang studi yang termasuk dalam kelompok
pendidikan umum misalnya pendidikan Agama. PMP, Olah raga kesehatan,
Kesenian dan Bahasa Indonesia.

b.   Pendidikan Akademik

10 Ibid., hal 6

6
Pendidikan akademik adalah program pendidikan yang bertujuan
untuk mencapai pembinaan intelektual sehingga diharapkan memperoleh
kualifikasi pengetahuan yang fungsional menuntut disiplin ilmu masing-
masing. Tujuannya ialah untuk memberi bekal kepada lulusan agar dapat
melanjutkan studi ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi. Sifat pendidikan
akademik ini permanen dan menggambarkan pola berfikir menurut disiplin
ilmu masing-masing. Bidang studi yang termasuk kelompok pendidikan
akademik antara lain IPA, IPS, Matematika dan Bahasa Inggris.

    c.   Pendidikan Kejuruan

    Pendidikan kejuruan bertujuan mempersiapkan siswa untuk


menyandang keahlian pekerjaan tertentu, sesuai dengan jenis pendidikan yang
ditempuhnya. Pendidikan kejuruan ini lazimnya terdapat pada sekolah-sekolah
kejuruan, bukan pada sekolah umum (SMP dan SMA). Misalnya untuk SMEA
kelompok bidang studi ekonomi, untuk STM sekelompok bidang-bidang studi
teknik, dan lain sebagainya.   adar bobot setiap struktur program di atas untuk
setiap lembaga pendidikan tentu tidak sama, baik dalam hal jumlah jam
maupun jumlah bidang studinya. 11

3. Komponen Strategi
Komponen ketiga dari kurikulum ialah penetapan strategi pelaksanaan
kurikulum. Komponen ini tidak lain ialah pengaturan pelaksanaan kurikulum
yang terdiri atas :
a.Sistem penyampaian/proses belajar mengajar.
b.Penilaian hasil belajar.
c.Bimbingan dan layanan.
d.Administrasi dan Supervisi pendidikan.            
11 Ibid., hal 6-7

7
 Penyampaian keempat komponen diatas diarahkan agar kurikulum dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Tanpa adanya strategi yang tepat, tak
mungkin kurikulum terlaksana dengan baik, sebab :

a) Sistem penyampaian/proses belajar mengajar ialah penetapan sistem belajar


yang efektif dan berdayaguna. Dalam kurikulum yang berlaku ditetapkan bahwa
sistem penyampaian pelajaran harus menggunakan prosedur pengembangan
sistem instruksional (PPSI) dan satuan pelajaran (Stapel).

b) Penilaian sebagai strategi pelaksanaan kurikulum artinya penetapan pola-pola


dan cara-cara yang betul-betul memadai sebagai alat ukur keberhasilan
pengajaran. Melalui penilaian formatif dan sumatif, diharapkan hasil-hasil yang
diperoleh dapat diakui secara obyektif dan komprehensif. Penilaian adalah tolak
ukur proses belajar mengajar.

c) Bimbingan dan pelayanan merupakan kegiatan sebagai upaya bantuan kepada


peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah dalam belajar, agar ia dapat
membantu pengembangan dirinya sendiri. Dengan bimbingan dan pelayanan ini,
diharapkan hasil yang akan tercapai peserta didik dapat ditingkatkan. Oleh sebab
itu, program bimbingan dan penyuluhan antara lain merupakan bagian strategi
pelaksanaan kurikulum. Kegiatan-kegiatan antara lain terutama mengatur
kegiatan program, menetapkan sarana dan mekanisme pelaksanaan,
mengembangkan instrumen yang diperlukan guna pelaksanaan bimbingan
penyuluhan di sekolah.

d) Administrasi dan supervisi pendidikan sebagai bagian strategi pelaksanaan


kurikulum di sekolah. Tugas utamanya menunjang kelancaran pelaksanaan
proses belajar mengajar, dan merupakan bagian kurikulum. Ruang lingkup
administrasi kesiswaan, administrasi keuangan, dan administrasi material
(perlengkapan pengajaran). Supervisi ditekankan pada usaha bimbingan dan
bantuan kepada guru dalam rangka perbaikan proses belajar-mengajar melalui

8
teknik-teknik supervisi seperti rapat-rapat, homevisite, diskusi, wawancara,
observasi kelas, dan lain-lain. Kesemuanya itu adalah upaya untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum sekolah.12

Menurut Subandijah sebagaimana dikutip Abdulloh, guru perlu memusatkan


pada kepribadiannya dalam mengajar, menerapkan metode yang tepat, dan
memusatkan pada proses dengan produknya, dan memusatkan pada kompetensi
yang relevan. Pada intinya guru harus mengoptimalkan perannya
sebagai educator, motivator, manager, dan fasilitator.13

Dengan menggunakan strategi yang tepat dan akurat proses belajar mengajar
dapat memuaskan pendidik dan peserta didik khususnya pada proses transfer
ilmu yang dapat ditangkap para peserta didik.

4. Komponen Evaluasi

Untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan


kurikulum, maka diperlukan evaluasi. Mengingat komponen evaluasi ini sangat
berhubungan erat dengan semua komponen lainnya, maka denagan cara evaluasi
atau penilaian ini akan mengetahui tingkat keberhasilan dari semua komponen.

Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan


formal. Mengapa demikian? Bagi guru evaluasi dapat menentukan efektivitas
kinerjanya selama ini; sedangkan bagi pengembang kurikulum evaluasi dapat
memberikan informasi untuk perbaikan kurikulum yang sedang berjalan.14

Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya. Yang paling penting di


antaranya adalah:
12 Ibid., hal 7-8
13 Abdullah, pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,
2010), hal 56
14 Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hal 338

9
(1) Mengetahui hingga manakah siswa mencapai kemajuan ke arah tujuan yang
telah ditentukan.

(2) Menilai efektivitas kurikulum.

(3) Menentukan faktor biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum.15

B.  Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum secara menyeluruh tak mungkin dipisahkan dari


perkembangan sistem pendidikan nasional dalam urutan waktu.  Dari studi
pengembangan kurikulum, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum
juga tak mungkin dipisahkan dari perkembangan komponen yang mendasari
perencanaan dan pengembangan kurikulum.16

1.   Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum.

a.    Prinsip Relevansi.

Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal.
Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian
antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus
dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi
atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian
tujuan. Relevansi internal ini menunjukan keutuhan suatu kurikulum.17

Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan


proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan

15 S.Nasution Kurikulum dan Pengajaran, Op, Cit, hal 88


16 Oemar, Malik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya,
2010), hal 117
17 Wina Sanjaya,Op.Cit., hal 39

10
tuntutan masyarakat. Ada tiga macam relevansi eksternal dalam pengembangan
kurikulum:

pertama, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Artinya, bahwa


proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaknya disesuaikan
dengan kondisi lingkungan sekitar siswa.

Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun


dengan yang akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi
dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan
kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan
datang.

Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa


yang diajarkan disekolah harus mampu memenuhi dunia dunia kerja.18

b.   Prinsip Fleksibilitas.

Prinsip Fleksibilitas memiliki dua sisi: (1) Fleksibel bagi guru, yang
artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk
mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. (2)
fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minta siswa.19

c.  Prinsip Kontiunitas

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan


dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis
program pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa

18 Ibid., hal 39
19 Ibid., hal 40

11
yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang
lebih tinggi20

telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada
jenjang sebelumnya. Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga
agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan materi pelajaran yang
memungkinkan program pengajaran tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga
untuk keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang
pendidikan tertentu.Untuk menjaga agar prinsip kontiunitas itu berjalan, maka
perlu ada kerja sama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang
pendidikan, misalkan para pengembang kurikulum pada jenjang sekolah dasar,
jenjang SLTP, SLTA dan bahkan dengan para pengembang di perguruan tinggi.

d.  Efektifitas.

Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum


dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum. (1)
efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. (2) Efektivitas kegiatan siswa
dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektivitas kegiatan guru berhubungan
dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun.21

e.  Efisiensi

 Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu,


suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum
dikatakan tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang
minimal dan waktu yang terbatas. Dapat memperoleh hasil yang
20 Ibid., hal 41
21 Ibid., hal 42

12
maksimak. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum, manakala menuntut
peralatan, sarana dan prasarana yang sangat khusus, serta mahal pula harganya,
maka kurikulum itu btidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan.   Kurikulum
harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan. 22

2.  Landasan Pengembangan Kurikulum

a. Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum.

Filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum menjawab pertanyaan-


pertanyaan pokok seperti : hendak dibawa kemana siswa yang di didik nitu?
Masyarakat yang bagaimana yang harus diciptakan melalui ikhtiar pendidikan?
Apa hakikat pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma
atau sistem nilai yang bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik
sebagai generasi penerus? Bagaimana proses pendididkan itu berlangsung?

Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting


dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam
proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan ke arah
dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau value
system, maka dapat ditentukan mau dibawa ke mana siswa yang kita didik
itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus
diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat
menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai nsistem nilai
dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat,
melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur
keberhasilan proses pendidikan.23

22 Ibid., hal 42-43


23 Ibid. Hal 43

13
b.  Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum.

           Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak


didik sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. Secara psikologis, anak
didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat,
maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Dengan alasan itulah, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologis
perkembangan dan psikologi belajar anak. Pemahaman tentang anak bagi
seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Kesalahan persepsi atau
kedangkalan pemahaman tentang anak, dapat menyebabkan kesalahan arah dan
kesalahan praktik pendidikan. 24

          

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

24 Ibid., hal 48

14
            komponen pengembangan kurikulum terdiri dari 4 komponen, yaitu :

a)      Komponen Tujuan

b)      Komponen Struktur Program dan Materi

c)      Komponen Strategi

d)     Dan komponen Evaluasi.

Masing-masing komponen tersebut berkaitan erat, saling menunjang,


dan merupakan kesatuan yang tak dapat lepas satu dengan lainnya. Apabila
satu komponen saja  memiliki kelemahan, maka akan berpengaruh dan
menjadi lemah pula komponen-komponen lainnya, yang pada akhirnya akan
menyebabkan lemahnya kurikulum itu. Komponen tujuan misalnya, yang
diantaranya memuat berbagai “kemampuan” yang diharapkan dapat dimiliki
lulusannya, harus ditunjang oleh “kesesuaian” materi (bahan) pelajaran,
proses Belajar Mengajar (PBM), dan evaluasi yang dapat mengukur
keberhasilan tujuan tersebut.

Para pengembang kurikulum dalam melaksanakan tugasnya harus


melakukan hal-hal sebagai berikut :

1.   Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang


dirumuskan dalam undang-undang, keputusan pemerintah, peraturan-
pearaturan daerah dan lain sebgainya.

2.   Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada

3.   Menganalisis kekuatan serta potensi-potensi daerah

4.   Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja

5.   Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan


masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Yogyakarta: Ar-ruzz Media,


2010.

15
Malik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010

Nasution S, Kurikulum Dan pengajaran, Jakarta: Bima Aksara, 1989

Nasution S, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 1994

Rusyan, Tabrani, Strategi Penerapan Kurikulum Di sekolah, Jakarta: Bina Mulia,


1989

Syarif hamid. Pengembangan Kurikulum, Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 1993

Sanjaya qina, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008

16

Anda mungkin juga menyukai