Anda di halaman 1dari 21

PENGKAJIAN BUDAYA

Disusun Oleh:
GUSMILASARI (2014901059)
NADILA OKTI FARIZA (2014901075)
NOFA SAFITRI (2014901077)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI PROFESI NERS TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami ucapkan rasa syukur kita kehadirat ALLAH Subhannahu wa ta'ala yang telah
memberikan beragam nikmatnya, diantaranya ada nikmat terbesar yaitu nikmat Islam, nikmat sehat,
sehingga ALLAH azza wa jalla menggerakan hati kami untuk mulai mengerjakan, menyelesaikan Tugas
Psikososial & Budaya.
Sholawat teriringi salam semoga tetap tertujukan kepada Nabi ALLAH, Muhammad Sholallahu
'alaihi wassalam. Kepada Keluarga beliau sholallahu 'alaihi wassalam, Para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in,
dan kepada setiap orang yang kokoh berdiri menjalankan sunnahnya, istiqomah hingga yaumul akhir.
InsyaaALLAH.
Alhamdulillah di minggu Pertama perkuliah pada semester pertama ini, kami mendapat tugas
pada mata kuliah Psikososial & Budaya, khususnya pada pokok bahasan Pengkajia Budaya. Demikianlah
alasan penyusunan dari makalah ini, Atas kekurangan yang nampak pada penulisan ini, baik itu tersirat
ataupun tersurat kami mohon maaf, dan selebihannya semoga mendatangkan manfaat kepada kita semua,
penyusun atau pembaca.

Bandar Lampung, September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan......................3
B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural.....................................4
C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya.......................................................................6
D. Prinsip-prinsip penglcajian budaya:................................................................................9
E. Variable dalam pengkajian budaya..................................................................................9
F. Diagnosa keperawatan...................................................................................................10
G. Perencanaan dan Pelaksanaan.......................................................................................10
H. Evaluasi.........................................................................................................................12
BAB III
TINJAUAN KASUS................................................................................................................12
BAB IV
PENUTUP................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21 termasuk tuntutan
terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi dimana
perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan menyebabkan adanya pergeseran terhadap
tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang
kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan
teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range
theory dan practice theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah transkultural Nursing theory.
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini
menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger  beranggapan bahwa sangatlah penting
memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam  karena penerapan asuhan keperawatan
kepada  klien.  Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,  aku mengakibat terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami  oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi titik, salah satu contoh yang
sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri, pada beberapa daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi
karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan,  bila berteriak atau
menangis akan  dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak,
maka Perawat akan memintanya untuk bersuara pelan pelan, atau memintanya berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh
perawat ini akan  berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan?
2. Apa saja konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural?
3. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan budaya?
4. Apa saja prinsip-prinsip pengkajian budaya?

1
5. Apa saja variable dalam pengkajian budaya?
6. Apa saja diagnosa keperawatan?
7. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan?
8. Bagaimana evaluasi?
C. Tujuan

Mampu memahami Bagaimana cara melakukan pengkajian budaya dan aplikasi teori transkultural
Nursing dalam pembuatan asuhan keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan


Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti
kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya
manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(Koentjoroningrat, 1986).
Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
a. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan

2
b. Kompleks aktivitas atau tindakan
c. Benda-benda hasil karya manusia
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat dikembangkan
dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari
disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan
konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-
nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu
kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada perilaku
individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau
sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger
(1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan
menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan
spesialis dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring. Caring adalah
esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku
caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Menurut ilmuan caring
merupakan fenomena universal, dimana ekspresi struktur polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.

B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural


Konsep dalam transcultural nursing adalah :
a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan

3
d. Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu
menganggap budayanya adalah yang terbaik
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-
ciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia.
Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
g. Etnografi Ilmu budaya
Pendeka. metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu
h. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu,
keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan
individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia
j. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan untuk
membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai
k. Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.

Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai,
konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep
sentral keperawatan yaitu :
a. Manusia

4
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan
yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentag sehat-sakit yang adaptif
(Andrew and Boyle, 1995).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman
padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak
pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyaralcat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur
dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik ada.
keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan
dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/memperhatikan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger,
1991).

5
C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
Peran perawat dalam transkultural nursing yang menjembatani antara sistem perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan
keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
Cara I Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
Cara II: Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu
pasien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka
ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntunglcan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan bemikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan tujuan komponen yang ada pada"Sunrise Model" yaitu:
a. Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masa. dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji Persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masa. kesehatan, alasan mencari bantuan

6
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan altemative dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran
diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang di anggap baik atau buruk. Norma —norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada
factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunalcan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumat sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga
g. Faktor pendidikan ( educational factors )

7
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga
tidak terulang kembali.

D. Prinsip-prinsip pengkajian budaya:


a. Jangan menggunakan asumsi.
b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa
halus.
c. Menerima dan memahami metode komunikasi.
d. Menghargai perbedaan individual.
e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

E. Variable dalam pengkajian budaya


a. Nilai
b. Keyakinan
c. Customs
d. Diet dan nutrisi
e. Pola komunikasi
f. Hubungan keluarga
1) Status, tipe keluarga, hubungan klien dengan keluarga
2) Pengambil keputusan dalam keluarga
g. Praktek keagamaan
1) Agama yang dianut
2) Status pernikahan
3) Cara pandang terhadap penyebab penyakit
4) Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan
h. Perilaku sehat dan sakit

8
Perlakuan seseorang dalam memandang sehat dan sakit dengan mengidentifikasi faktor
eksternal dan internal.
i. Keturunan/ herediter
Faktor ini terdiri dari bawaan atau kelainan genetik dan kromosom dari ayah dan ibu, jenis
kelamin, ras, dan suku bangsa. Kelainan genetik dan kromosom pada ayah dan ibu akan
menjadi pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Faktor herediter ditentukan
dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan
terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
j. Status sosial ekonomi
1) Pekerjaan
2) Tabungan yang dimiliki keluarga
3) Sumber biaya pengobatan
4) Sumber lain : pengganti dari kantor; asuransi dll
5) Patungan antar keluarga

F. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah,
diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat
tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu:
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

G. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
1. Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
2. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
3. Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan
a. Cultural care preservation/maintenance

9
1) Identilikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negonatton
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, laKukan negosiasi dimana kesepaKatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstniction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya-budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien sangat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

H. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS
An. A 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di rumah sakit
harapan kita dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Tn.A mengatakan nyerinya timbul
akibat An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar
An.A terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang
dikatakan Tn.A, saat anak nya jatuh An. A langsung dibawa ke dukun, lalu An.A dipijit
menggunakan batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa. Tn.A mengatakan An.A
dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. Namun An.A masih tampak
lemah, lesu, dan tampak kesakitan, pada saat di berikan penkes Tn.A masih terlihat kebingungan.
Setelah dilakukan pemeriksaan melalui rontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya
retak pada tulang kering An. A.

PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 10 Desember 2016
Tanggal masuk : 9 Desember 2016
Jam : 10.00 WIB
No.CM : 19980603
Ruangan : Ruangan Melati.

Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : J1. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia (Retak tulang kering)

11
Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : karyawan pabrik
Alamat : Jalan Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang I
Hubungan dengan Pasien : Ayah klien

Keluhan Utama :
Nyeri pada Tulang Kering ( Fraktur )

Riwayat Kesehatan Saat ini :


Saat ini Klien merasakan nyeri pada tulang keringnya. Tn.A mengatakan nyerinya timbul akibat
An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A
terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu :


Klien tidak memiliki riwayat penyakit sehingga tidak ada pengaruh dengan keadaan saat ini.

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Keluarga Klien tidak memiliki penyakit apapun sehingga penyakit klien ditimbulkan bukan dari
keluarga.

Riwayat pengobatan :
Terdapat riwayat pengobatan yaitu pengobatan dari dukun sehingga klien sebelum dibawa ke tim
medis dibawa terlebih dahulu ke dukun tersebut

Riwayat Kesehatan Psikologis

12
1. Nilai
2. Keyakinan
3. Customs
4. Diet dan nutrisi
5. Pola komunikasi
6. Hubungan keluarga
An. A adalah anak kandung dari Tn. A dan hubungan An. A dan Tn. A cukup dekat
7. Praktek keagamaan
a. Agama yang dianut klien adalah Islam
b. Klien & keluarga mempunyai pandangan bahwa sakit yang diderita An. A akibat gangguan
dari makhluk gaib, klien & keluarga biasanya dating kedukun dan meminta doa-doa agar
penyakitnya berkurang.
8. Perilaku sehat dan sakit
Klien mengatakan biasanya penyakit seperti ini cukup dibawa kedukun untuk mengatasi
permasalahan kesehatannya, selain itu juga sering mengkonsumsi obat tradisional
9. Keturunan/ herediter
a. An. A merupakan bersuku bangsa padang yang merupakan keturunan dari Tn. A
b. An. A tidak memiliki penyakit keturunan
10. Status sosial ekonomi
Tn. A bekerja sebagai karyawan pabrik. Biaya rumah sakit ditanggung oleh keluarga klien,
keluarga klien juga memiliki asuransi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN BIO, PSIKO, SOSIAL, KULTURAL


No Data Analisa Data Dx bio, psiko,
sosial, kultural
1 DS : P: Gangguan rasa nyaman Gg. Rasa nyaman
An. A mengatakan nyeri berupa nyeri b.d pergeseran nyeri b.d pergeseran
pada tulang keringnya fragmen tulang pergeseran fragmen
E: Klien mengatakan tulang
DO: merasakan nyeri dengan skala
An. A tampak lemas dan 2-3
kesakitan S : An. A tampak lesu, lemah
dan meringis kesakitan
2 DS : P: Resiko pemenuhan nutrisi Resiko pemenuhan

13
Tn. A mengatakan dukun b.d kurangnya pengetahuan nutrisi b.d
desa melarang An. A untuk E: Setelah An. A dibawa ke kurangnya
mengkonsumsi ikan, daging dukun, Tn. A mengatakan pengetahuan
dan telur dukun desa melarang An. A
untuk mengkonsumsi ikan,
DO: daging dan telur
An. A masih tampak lemas S : An. A masih tampak
dan lesu lemas dan lesu
3 DS : P: Resiko tinggi cedera b.d Resiko tinggi cedera
Tn. A mengatakan setelah diskontinuitas tulang b.d diskontinuitas
dipijat oleh dukun desa E: Setelah An. A dipijat oleh tulang
An.A masih mengeluh nyeri dukun, Tn. A mengatakan
pada tulang keringnya An. A masih mengeluh nyeri
pada tulang keringnya
DO: S : An. A tampak meringis
An. A tampak meringis kesakitan
kesakitan

INTERVENSI/ RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Dx.
Tujuan Intervensi Rasionalisasi
. Keperawatan
1 Gg. Rasa Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara 1. Mengetahui
nyaman nyeri asuhan komprehensif rentang respon
b.d keperawatan klien tentang
pergeseran selama 2 x 24 posisi nyeri
pergeseran jam tingkat 2. Tinggikan posisi 2. Meningkatkan
fragmen kenyamanan ekstremitas pada aliran balik Vena
tulang klien meningkat bagian yang sakit dan mengurangi
dan tingkat nyeri nyeri
terkontrol 3. Lakukan dan awasi 3. Mempertahankan
KH : Latihan gerak pasif kekuatan otot dan
 Klien atau aktif meningkatkan
Melaporkan sirkulasi vaskuler
nyeri 4. Lakukan tindak untuk 4. Meningkatkan

14
berkurang meningkatkan sirkulasi umum
dengan skala kenyamanan dan menurunkan
1-2 area tekanan lokal
  Ekspresi serta kelelahan
wajah tenang otot
  Klien dapat 5. Kolaborasi dengan 5. Menurunkan nyeri
istirahat dan dokter pemberian melalui
tidur analgetik untuk mekanisme
mengurangi nyeri penghambat
rangsang nyeri
baik secara Sentral
maupun perifer
6. Evaluasi tindakan 6. Menilai
pengurangan perkembangan
nyeri/Kontrol nyeri masalah klien
klien
2 Resiko Tujuan : 1. Kaji nutrisi secara 1. Mengetahui
pemenuhan Setelah dilakukan teratur perkembangan
nutrisi b.d tindakan nutrisi
kurangnya keperawatan 2. Berikan penjelasan 2. Sebagai tindakan
pengetahuan selama 3  x 24 pada klien dan awal untuk
jam kebutuhan keluarga mengenai menentukan
nutrisi  terpenuhi pentingnya nutrisi intervensi
bagi proses selanjutnya
KH: penyembuhan fraktur
 Klien klien
tidak terlihat 3. Beri penjelasan 3. Sebagai tindakan
lemah dan kepada Klien dan untuk
lesu keluarga mengenai mempertimbangka
 Klien dan kepercayaan keluarga n antara budaya
keluarga pada dukun terhadap klien dan jenis
menerima pemenuhan nutrisi makanan pengganti
penjelasan klien yang diperlukan
dari perawat untuk mempercepat

15
tentang proses
kebutuhan penyembuhan
nutrisi dan 4. Ajarkan pola makan 4. Mempercepat
manfaat dengan nutrisi yang proses
nutrisi baik penyembuhan luka
terhadap luka 5. Kolaborasi dengan 5. Antibiotik
an. A dokter untuk mencegah
 Tidak pemberian antibiotic perkembangan
terjadi  mikroorganisme
infeksi pada patogen
fraktur  klien 6. Evaluasi tindak 6. Menilai
 Pemenuha dalam pemberi nutrisi perkembangan
n nutrisi masalah klien
tercukupi

3 Resiko tinggi Tujuan : 1. Pertahankan tirah 1. Meningkatkan


cedera b.d Setelah dilakukan baring/ ekstremitas stabilitas,
diskontinuita tindakan sesuai Indikasi dan menurunkan
s tulang keperawatan berikan sokongan kemungkinan
selama 2 x 24 sendi di atas dan di gangguan posisi
jam  terjadi bawah fraktur bila dan cedera
peningkatan bergerak/ membalik
status 2. Observasi pasien, beri 2. Meningkatkan
keselamatan pengaman tempat keselamatan
injuri fisik pada tidur pasien,
pasien. menurunkan
kemungkinan
 KH: pasien terjatuh
 Klien bebas 3. Bantu Dan ajarkan 3. Meningkatkan
dari cedera klien Latihan range of kemandirian klien
  Mampu  motion pada dalam perawatan
mencegah ekstremitas yang sakit diri melalui
cidera maupun yang sehat imobilisasi sesuai
  Dapat kondisi

16
melakukan keterbatasan Klien
mobilisasi 4. Libatkan banyak 4. Meningkatkan
dengan baik orang dan memilih tingkat
memindah klien atau kenyamanan dan
Posisi klien yang keselamatan
nyaman pasien
5. Kaji ulang/ Evaluasi 5. Memberikan bukti
visual mulainya
pembentukan
kalus /Proses
penyembuhan

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan
kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan

17
latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan
psikologis, kehidupan spiritualnya. Pelaksanaan tahapan perencanaan proses keperawatan
transkultural tidak dapat dipaksakan begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami tindakan
yang dilakukan sesuai dengan budaya klien, sehingga penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam
aplikasi keperawatan transkultural

B. Saran
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa variable dalam pengkajian budaya,
serta bagaimana aplikasi variabel tersebut dalam proses keperawatan. Dengan adanya variabel
tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki setiap pasien dan perawat itu sendiri tidak akan
berpengaruh pada proses asuhan keperawatan pada pasien dikarenakan telah mengetahui dan
memahami variable pengkajian budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (2004). Psikososial dan Budaya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maramis, W.F, 1990. Catatan Pengkajian Budaya. Erlangga Universitas Press
Stuart G.W, 2006. Buku Saku Psikososial dan Budaya. Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai