Anda di halaman 1dari 25

APLIKASI KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DALAM BERBAGAI

MASALAH KESEHATAN PASIEN

DisusunOleh:

1. AGITHA NANDA NURMALA (2014901052)


2. IKHSAN AJI DWI WIBOWO (2014901063)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI PROFESI NERS TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami ucapkan rasa syukur kita kehadirat ALLAH


Subhannahu wa ta'ala yang telah memberikan beragam nikmatnya, diantaranya
ada nikmat terbesar yaitu nikmat Islam, nikmat sehat, sehingga ALLAH azza wa
jalla menggerakan hati kami untuk mulai mengerjakan, menyelesaikan Tugas
Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan .
Sholawat teriringi salam semoga tetap tertujukan kepada Nabi ALLAH,
Muhammad Sholallahu 'alaihi wassalam. Kepada Keluarga beliau sholallahu
'alaihi wassalam, Para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in, dan kepada setiap orang yang
kokoh berdiri menjalankan sunnahnya, istiqomah hingga yaumul akhir.
InsyaaALLAH.
Alhamdulillah di minggu Pertama perkuliah pada semester pertama ini,
kami mendapat tugas pada mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan, khususnya pada pokok Aplikasi Keperawatan Transkultural dalam
berbagai masalah kesehatan pasien Tujuan dari penulisan ini, yaitu agar si
penyusun dan si pembaca kelak dapat memahami Aplikasi Keperawatan
Transkultural dalam berbagai masalah kesehatan serta mampu untuk menjelaskan
dan menerapkan kepada diri sendiri atau kepada orang lain.
Demikianlah alasan penyusunan dari makalah ini, Atas kekurangan yang
nampak pada penulisan ini, baik itu tersirat ataupun tersurat kami mohon maaf,
dan selebihannya semoga mendatangkan manfaat kepada kita semua, penyusun
atau pembaca.

Bandar Lampung, Agustus 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Keperawatan Transkultural.................................... 4
B. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural................. 5
C. Konsep dalam keperawatan transkultural........................... 6
D. Paradigma transkultural nursing.......................................... 8
E. Proses keperawatan transkultural........................................ 10
F. Tren dan Isu transkultural nursing...................................... 14
G. Perawatan menjelang dan saat kematian............................. 15
H. Perawatan setelah kematian.................................................. 18
I. Asuhan keperawatan.............................................................. 19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................ 21
B. Saran........................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan
yang ada baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi
berbagai perubahan di era globalisasi ini termasuk segi pelayanan
kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat
menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang
dipelajari.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu
tersebut. Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap
perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang
“transcultural nursing”.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas
dalam keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing
care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan
perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang
universal dalam keperawatan. Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran
terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional memiliki
pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam
praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah
untuk mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta
praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal.
Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang
dimiliki oleh kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur (Leininger,
1979).

1
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal
berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat
menjadi sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan,
karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap
keputusan dan tindakan. Cultur care adalah teori yang holistik karena
meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada
selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi
bahasa, dan etnik serta sistem profesional.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah definisi transcultural nursing?
b. Bagaimana tujuan penggunaan keperawatan transkultural?
c. Bagaimana konsep transkultural nursing?
d. Bagaimana paradigma transkultural nursing?
e. Bagaimana proses transkultural nursing?
f. Apakah Tren dan Isu transkultural nursing?
g. Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi pasien menjelang dan saat
kematian?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan dan untuk memberi
informasi tentang apa yang dimaksud dengan transkultural nursing melalui
definisi yang dijabarkan, konsep-konsep yang ada serta hal yang terjadi yang
berhubungan dengan transkultural nursing.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memaparkan definisi transcultural nursing
b. Mahasiswa mampu memaparkan tujuan penggunaan keperawatan
transkultural
c. Mahasiswa mampu memaparkan konsep transkultural nursing
d. Mahasiswa mampu memaparkan paradigma transkultural nursing

2
e. Mahasiswa mampu memaparkan proses transkultural nursing
f. Mahasiswa mampu memaparkan Tren dan Isu transkultural nursing
g. Mahasiswa mampu memaparkan Asuhan Keperawatan bagi pasien
menjelang dan saat kematian

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi KeperawatanTranskultural
Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata , transkultural
berasal dari kata trans dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan lintas
atau penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti
melintang , melintas , menembus , melalui. Culture berarti budaya . Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti; -kebudayaan , cara
pemeliharaan , pembudidayaan. - Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku
yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi
berikutnya , sedangkan cultural berarti; sesuatu yang berkaitan dengan
kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat. Dan
kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia
seperti kepercayaan , kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman
tingkah lakunya. Jadi , transkultural dapat diartikan sebagai lintas budaya
yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang
lain atau juga pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui
proses interaksi sosial. TransculturalNursing merupakan suatu area yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai
budaya yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ) menurut Leininger
( 1991 ).Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,

4
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Perilaku caring adalah bagian dari keperawatan yang membedakan,
mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring
adalah tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada
individu secara utuh. Perilaku ini seharusnya sudah tertanam di dalam diri
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan
sampai individu tersebut meninggal. Hal ini tetap ikut berkembang dengan
seturut jalannya perkembangan manusia tersebut.

B. Tujuan Penggunaan KeperawatanTranskultural


Menurut Leniger tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah
dalam pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga tercipta praktek
keperawatan pada kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan yang spesifik
adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki
oleh kelompok lain contohnya suku Osing, Tengger dan Dayak. Sedangkan,
kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang
diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya
olahraga untuk mempertahankan kesehatan.
Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya. Perawat juga dapat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.
Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan
makanan yang berbau amis seperti akan, maka klien tersebut dapat mengganti
ikan dengan sumber protein nabati yang lain. Seluruh perencanaan dan
implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga
budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

5
C. Konsep Dalam KeperawatanTranskultural
Di dalam buku yang berjudul “Fundamentals of
NursingConceptandProcedures” yang ditulis oleh KazierBarabara ( 1983 )
mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah merupakan suatu bagian dari
ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan. Konsep ini
ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi
target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social –
spiritual . Oleh karenanya , tindakan perawatan harus didasarkan pada
tindakan yang komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi
yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma,
adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang
lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu
diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya.
Keberlangsungan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi
dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir,
pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada
pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ).
Selain itu ada beberapa konsep lagi yang terkandung dalam
transkultural nursing ;
a. Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu
danmelandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi

6
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang
datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi
yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah
yang terbaik.
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
g. Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan
saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung
dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang
nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
j. Cultural Care

7
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Cultural imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
D. Paradigma Transkultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan.
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap
saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan

8
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah
Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok
ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk
dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
 Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya,misalnya budaya berolah raga setiap pagi.
 Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih

9
dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani.
 Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.
E. Proses KeperawatanTranskultural
Teori yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya menyatakan bahwa proses keperawatan
ini digunakan oleh perawat sebagai landasanberfikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada yaitu :
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religiousandphilosophicalfactors).
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan
diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinshipandsocialfactors).
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status,

10
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan
klien dengan kepala keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (culturalvalueandlifeways) Nilai-
nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (politicaland legal
factors). Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segalasesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew andBoyle, 1995). Yang
perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
e. Faktor ekonomi (economicalfactors). Klien yang dirawat di rumah
sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber
lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga.
f. Faktor pendidikan (educationalfactors) tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang

11
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap
ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (GigerandDavidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatantranskultural yaitu :
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan
kultur.
2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.
3) Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem
nilai yang diyakini.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatantrnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien
(GigerandDavidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatantranskultural (Andrew andBoyle, 1995) yaitu :
1) Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien
tidak bertentangan dengan kesehatan,
2) Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan
3) Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.
(a) Cultural carepreservation/maintenance 1) Identifikasi
perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan dan perawatan bayi 2) Bersikap tenang dan tidak

12
terburu-buru saat berinterkasi dengan klien 3) Mendiskusikan
kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
(b) Cultural careaccomodation/negotiation1) Gunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh klien 2) Libatkan keluarga dalam
perencanaan perawatan 3) Apabila konflik tidak terselesaikan,
lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
(c) Cultural carerepartening/reconstruction1) Beri kesempatan
pada klien untuk memahami informasi yang diberikan
danmelaksanakannya. 2) Tentukan tingkat perbedaan pasien
melihat dirinya dari budaya kelompok 3) Gunakan pihak ketiga
bila perlu. 4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam
bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka
akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat
mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan
klien yang bersifat terapeutik.
4. Evaluasi asuhan keperawatantranskultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

13
F. Tren dan Isu Transkultural Nursing
Banyak hal dalam budaya Indonesia termasuk dalam cara mereka
mempercayai dan mengobati diri mereka untuk membuat hidup mereka
mampu menangani sakit yang mereka alami, sebagai contoh budaya Jawa,
disini budaya jawa yang sering kami ketahui cara dan adat yang mereka
percayai untuk mengobati diri saat sakit adalah dengan kerokan, kerokan
bukan hal yang asing bagi budaya jawa, lebih dari banyak orang jawa yang
masih menggunakan kerokan untuk mengobati sakit mereka sampai saat ini.
Mereka mempercayai adat dan budaya secara turun temurun. Mereka
meyakini bahwa dengan kerokan dapat mengeluarkan angin yang ada didalam
tubuh, serta dapat menghilangkan nyeri atau sakit badan yang dialami dan
dengan hal tersebut dapat membantu penyembuhan yang mungkin telah
dirasakan sebelumnya, hal tersebut banyak dilakukan oleh suku jawa. Hal
tersebut tidak menutup kemungkinan akan muncul dan berada didalam
rumahsakit, meski mereka telah mendapatkan penangan dari tim kesehatan
ada saja yang melakukan tradisi tersebut, Telah diketahui akibat dari kerokan
yaitu penyebabkan pori-pori kulit semakin melebar, lalu warna kulit memerah
menujukkan adanya pembuluh darah dibawah permukaan kulit pecah,
sehingga menambah arus darah kepermukaan kulit.
Ketika melakukan komunikasi untuk memberikan informasi tentang
akibat yang terjadi dari kerokan tidak membuat para klien atau pasien tidak
berhenti melakukan tradisi seperti hal tersebut karena itu telah menjadi
kebiasaan yang secara terus menerus dilakukan. Sehingga asuhan keperawat
yang mungkin akan diberikan kepada klien tidak dapat dilakukan karena
adanya penolakan yang terjadi terhadap anggapan akan hal tersebut. Disini
kita tidak dapat mengkritik keyakinan dan praktik budaya kesehatan
tradisional yang dilakuakan. Budaya merupakan factor yang dapat
mempengaruhi asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan harus terus
dilakukan bagaimana caranya menagani klien tanpa menyinggung perasaan
klien dan mengkritik tradisi yang telah ada yang mungkin sulit untuk kita
tentang dan ubah. Karena tujuan kita bukanlah untuk mengubah atau

14
mengkritik tradisi tersebut, namun bagaimana perawat mampu melakukan
semua tugasnya dalam memenuhi kebutuhan pasien.
G. Perawatan Menjelang dan Saat Kematian
Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting
bagi keluaraga dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat harus
dapat berbagi penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal
untuk meningkatkan kualitas hidup.
Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi
menuju kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan
fisik,psikososial,dan spiritual bagi individu.
Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa:
1. Peningkatan kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan
perbedaan distres (oncology society and the American Nurses
Association,1974).
Hal hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan
a. Kontrol nyeri
Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien
mengatasi rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam
memenuhi kebutuhan istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan
fungsi psikologis.
b. Ketakutan
Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien
mengurangi rasa ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti
nyeri umum yang selalu datang setiap saat yang dapat membuat
sagala aktifitas terganggu.
c. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit.
 Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa
tidak nyaman seperti rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian
terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi dapat membantu
mengurangi penyebaran penyakit.

15
d. Higiene personal
Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus
dipenuhi agar klien merasa segar dan nyaman.
2. Pemeliharaan Kemandirian
Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk
memilih tempat perawatan dan memberikan kebebasan sesuai
kemampuan klien,karena sebagian besar klien menjelang ajal
menginginkan sebanyak mungkin mapan diri.
Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut
dirumah sakit,ada juga perawatan dirumah atau perawatan hospice.
a. pemeliharaan kemandirian di rumah sakit
Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit
diberikan kebebasan sesuai kemampuan.
Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di rumah sakit :
 Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan

 Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam


pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien

 Perawat tidak boleh memaksakan bantuan

 Perawat memberikan dorongan kepada keluarga untuk memberikan


kebebasan klien membuat keputusan.
b. Pemeliharaan kemandirian dirumah (perawatan hospice)
Adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang
untuk membantu klien sakit terminal untuk dapat dengan nyaman
dan mempertahankan gaya hidupnya senormal mungkin sepanjang
proses menjelang ajal.
Menurut Pitorak (1985) mengambarkan komponen perawatan
hospice sebagai berikut :
 Perawatan dirumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat
jalan dibawah administrasi rumah sakit
 Kontrol gejala (fisik,sosiologi,fisiologi, dan spiritual ).

16
 Pelayanan yang diarahkan dokter
 Perawtan interdisiplin ilmu
 Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu
 Klien dan keluarga sebagai unit perawatan
 Tindak lanjut kehilangan karena kematian
 Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian tim
 Penerimaan kedalam program berdasarkan pada kebutuhan
perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk
membayar.

3. Pencegahan Kesepian dan isolasi


Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori perawat
menintervensi kualitas lingkungan.
Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah kesepian dan isolasi
a. Tempatkan pasien pada ruangan biasa ( bergabung dengan pasien
lain) tidak perlu    ruangan tersendiri, kecuali pada keadaan kritis
atau tidak sadar.
b. libatkan klien dalam program perawatan sesuai kemampuan klien,
agar klien merasa diperhatikan.
c. Berikan pencahayaan yang baik dan bisa diatur agar memberikan
stimulus yang bermakna.
d. memberikan stimulus berupa gambar, benda yang menyenangkan,
atau surat dari anggota keluarga.
e. Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian
f. Berikan waktu yang cukup kepada keluarga untuk menjenguk atau
menemani klien.

4. Peningkatan ketenangan spiritual


Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari
sekedar kunjung rohani. Perawat dapat memberikan dukungan kepada

17
klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian
mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisa nilai dan
keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan
keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong
klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan, perawat dan
keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan
keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan
klien.

5. Dukungan untuk keluarga yang berduka


Dukungan diberikan agar keluarga dapat menerima dan tidak terbawa
kedalam situasi duka berkepanjangan.
Hal-hal yang dilakukan perawat, perhatikan
a. perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan
membantu mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal.
b. mengembangkan hubungan suportif.
c. menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga
d. menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin dilibatkan.

H. Perawatan Setelah Kematian


Perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien
setelah kematian karena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina
selama fase sakit. Dengan demikian perawat mungkin lebih sensitif dalam
menangani tubuh klien dengan martabat dan sensitivitas.
Peran perawat :
a. Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah
dan    senyaman mungkin
b. Perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh
klien
c. Perawat memberikan pendampingan pada keluar pada saat melihat tubuh
klien

18
d. Perawat harus meluangkan wakyu sebanyak mungkin dalam membantu
keluarga  yang berduka

I. Asuhan Keperawatan
Dalam tahapan respon klien tersebut, perawat dapat memberikan asuhan
psikologis:
a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan
dukungan pada klien pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang
terjadi di Indonesia pada kondisi terminal ini, klien dianggap
membutuhkan asupan religi. Sehingga yang terjadi bukanlah perawat
memberikan dukungan, tetapi keluarga klien membacakan doa-doa
kepada klien.
b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal.
Sekarang ini, perawat lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga
klien agar keluarga klien pun tidak cemas melihat klien mengalami
keadaan seperti tersebut.
c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak
lagi sendiri dalam menghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi
selalu banyak pihak keluarga yang datang untuk memberikan semangat
atau motivasi kepada klien. Perawat lebih berfungsi untuk memberikan
arahan kepada keluarga klien apa yang harus dilakukannya ketika klien
menghadapi respon respon tersebut.
d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan
perawat hanyalah mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan
ikut serta membantu memotivasi keluarga klien.

Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga


klien tersebut. Klien dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi
atau dukungan mental dan spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini
tidak terlalu banyak. Biasanya apabila keluarga tersebut mempunyai
keyakinan yang besar terhadap tuhan, mereka akan lebih memilih untuk

19
berdoa di sekeliling klien agar arwah klien nanti dapat diterima oleh yang
kuasa. Ada pula adat kebiasaan tersebut mengharuskan klien meninggal di
rumah klien, klien langsung dibawa pulang ketika keluarga, atau bahwa klien
berada dalam kondisi terminal.
Gejala-gelala pada saat kondisi terminal:
a. Nafsu makan berkurang
b. Lesu
c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke
seluruh tubuh secara normal sehingga menjadikan kulit klien berubah
menjadi biru
d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi
bernafas klien makin lama makin berkurang
e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya
lagi
f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang
diberikan.

Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan


keperawatan secara medis kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan
gejala lain, (2) memelihara nutrisi klien, (3) mengatur dosis regular, (4)
membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial. Seperti
itulah proses keperawatan pada pasien terminal, perawat dan pihak keluarga
pasien berkolaborasi dalam mencapai kesejahteraan klien dalam menuju
perjalan yang sangat panjang. Proses proses perawatan pun akan menjadi
fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan kebudayaan yang
dipercaya oleh pihak keluarga klien. Selama tidak membahayakan klien,
pihak rumah sakit akan senantiasa mengikuti adat budaya keluarga tersebut.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya
pada proses belajardan keperawatan yangh fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara udaya denganmenghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, keoercayaan dantindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khussnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002). Model konseptual yang dikembangkan oleh
Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya
digambarkan dalam bentuk matahari terbit.

B. Saran
Setelah perawat membaca makalah ini diharapkan dapat melakukan
asuhan keperawatan dengan memperhatikan segala aspek dari pasien tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

http;//gooogle.com,ahlimadya,Dasar-dasarkeperawatan.Transkultural Nursing.

22

Anda mungkin juga menyukai