HIPERTENSI
Mengetahui:
Mahasiswa
1. DEFINISI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang peningkatan tekanan
darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolik lebih
besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90 mmHg, saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi (Wikipedia, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan
volume aliran darah darah (Hani, 2010).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi.
Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing (Dewi dan
Familia, 2010).
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah waktu
berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90
mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi.
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan
organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,
dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat
kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit
atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk
dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan
referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.
2. JENIS HIPERTENSI
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis:
1. Hipertensi emergensi
Merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi 180/120 mmHg
disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung, paru, dan
eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala
gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.
2. Hipertensi urgensi
Tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum ada gejala seperti
diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi dalam hitungan jam
bahkan hitungan hari dengan obat oral.
3. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis
hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab
sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi
menjadi kurang dari 1 %.
4. ETIOLOGI
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan
organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada
hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi
ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem
kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut,
edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut,
retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.
Faktor resiko krisis hipertensi.
1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
2. Kehamilan
3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
4. Pengguna NAPZA
5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit
vaskular/ kolagen)
5. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi
aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit
kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari
tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD,
bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan
TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita
hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian
obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi,
hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg.
6. PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,
dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat
menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima
arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina,
otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil.
Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan
gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun
penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu
lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik
yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis
hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita
feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang
menetap atau berkala.
7. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita.
Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang
ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan
atau munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat,
mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara
yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada
sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru.
Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak dan
ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan
diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya
per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah
Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat
diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat
diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,
Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTENSI URGENCY
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, Pendidikan,agama
2) Penanggung jawab : nama, jenis kelamin, alamat, Pendidikan, agama, hubungan
dengan pasien
b. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji
Bersihan jalan nafas
Ada/tidaknya jalan nafas
Distress pernafasan
Tanda – tanda perdarahan di jalan afas, muntahan, edema, laring
2) Breathing
Kaji
Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
Suara nafas melalui hidung atau mulut
Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji
Denyut nadi karotis
Tekanan darah
Warna kulit, kelembaban kulit
Tanda – tanda peradarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji
Tingkat kesadaran
Gerakan ekstremitas
GCS
Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung
Penyebab
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan kontraktilitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan aftrerload
Tanda dan gejala
Subjektif Objektif
Mayor Palpitasi Bradikardia/
Lelah takikardia
Dispnea Gambaran EKG
Paroxysmal nocturnal aritmia atau
dyspnea (PND) gangguan konduksi
Edema
Distensi vena
jugularis
CVP meningkat
Hepatomegaly
Nadi perifer teraba
lemah
Oliguria
Sianosis
Minor Cemas pulmonary artery
gelisah wedge pressure
menurun
pulmonary vascular
resistance
meningkat/ menurun
2. Nyeri akut
Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (iskemia)
Tanda dan gejala
Subjektif Objektif
Mayor Mengeluh nyeri Tampak meringis
Gelisah
Frekuensi nadi
meningkat
Sulit tidur
Minor - Tekanan darah
meningkat
Pola nafas berubah
Nafsu makan
berubah
Proses berfikir
terganggu
3. Intoleransi aktifitas
Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
Tanda dan gejala
Subjektif Objektif
Mayor Mengeluh lelah Frekuensi jantung
meningkat
MInor Dipsnea saat/ setelah Gambaran EKG
aktivitas menunjukkan aritmia
Merasa tidak saat/ setelah aktivitas
nyaman setelah Gambaran EKG
beraktivitas menunjukkan iskemia
Merasa lemah
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung
Kriteria hasil
1) Kekuatan nadi perifer meningkat
2) Palpitasi menurun
3) Bradikardia menurun
4) Takikardia menurun
5) Gambaran EKG aritmia menurun
6) Lelah menurun
7) Dipsnea menurun
8) Oliguria menurun
9) Sianosis menurun
10) Ortopnea menurun
11) Tekanan darah membaik
Intervensi
Observasi
1) Monitor tekanan darah
2) Monitor intake dan output cairan
3) Monitor saturasi oksigen
4) Monitor EKG 12 sadapan
5) Monitor tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
6) Monitor tekanan darah dan nadi sebelum pemberian obat
Terapeutik
1) Posisikan semifowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
2) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
3) Berikan dukungan emosional dan spiritual
4) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
Edukasi
1) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Nyeri akut
Kriteria hasil
1) Keluhan nyeri menurun
2) Gelisah menurun
3) Kesulitan tidur menurun
4) Frekuensi nadi membaik
5) Pola nafas membaik
6) Tekanan darah membaikfokus membaik
7) Pola tidur membaik
Intervensi
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
7) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1) Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
3. Intoleransi aktivitas
Kriteria hasil
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Saturasi oksigen meningkat
3) Sianosis menurun
4) Tekanan darah membaik
5) Nadi membaik
6) Frekuensi nafas membaik
Intervensi
Observasi
1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
3) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas.
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2) Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1) Kolaborasi dnegan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S
No. RM : 092376
Usia : 42 tahun
Tanggal MRS : 06 September 2020
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl. Pengkajian : 07 September 2020
Alamat : Terongdowo Kel. Tirtomoyo Pakis
Sumber Informasi : Keluarga
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Diagnosa Medis : HT Urgency
Nama Penanggung Jawab : Tn. M
Status : Suami
Alamat : Terongdowo Kel. Tirtomoyo Pakis
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
B. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama
Saat MRS: Pasien datang dengan keluhan kepala terasa berat, tengkuk leher
terasa kaku dan berat, dada terasa bedebar – debar, badan berkeringat, badan
terasa lemas, selama tiga hari sulit untuk tidur
D. Riwayat Keluarga
Genogram:
Keterangan
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
E. Pola Aktivitas-Latihan
Jenis Di Rumah Di RS
Makan/ Minum Mandiri Dibantu
Mandi Mandiri Hanya di seka
Berpakaian/ Mandiri Dibantu
Berdandan
Toiletting Mandiri Belum BAB selama di RS dan
untuk BAK pakai selang
kateter
Mobilitas di tempat Mandiri Dibantu
tidur
Berpindah Mandiri Dibantu
Berjalan Mandiri Masih bedrest
Naik tangga Mandiri Belum bisa
Masalah : Aktivitas dan latihannya membutuhkan bantuan total dari keluarga dan
perawat
F. Pola Nutrisi-Metabolik
Jenis Di Rumah Di RS
Jenis diet/ makanan Makanan apapun Nasi tim rendah garam
yang dimasak rendah lemak
Frekuensi/ pola 3 kali dalam sehari, 3 kali dalam sehari
terkadang 2 kali
Porsi yang dihabiskan Selalu habis Habis ½ porsi
Komposisi menu Ada sayur dan lauk Ada lauk dan sayur
mengandung tinggi
protein dan rendah lemak
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Baik Cukup
Fluktuasi BB 6 bulan Tidak terjadi Tidak terjadi penurunan
terakhir penurunan dan dan peningkatan, tetap 60
peningkatan, tetap Kg
60 Kg
Sukar menelan (padat/ Normal Normal
cair)
Pemakaian gigi palsu Tidak ada Tidak ada
(area)
Riwayat masalah Luka sembuh Tidak ada luka
penyembuhan luka normal
Masalah: Pola makan dan minum selama di rumah baik dan selama di RS ada
perubahan pola. Namun untuk komposisi atau kandungan makanan, di RS lebih
lengkap dibandingkan dengan dirumah yang tidak terukur berapa kalorinya dan
kandungan makanannya.
G. Pola Eliminasi
Jenis Di Rumah Di RS
BAB
Frekuensi/ pola 1 kali dalam sehari Belum BAB sama sekali
selama rawat inap
Konsistensi Padat -
Warna dan bau Kuning, biasa -
Kesulitan Tidak sulit, biasa Tidak sulit
Upaya mengatasi - -
BAK
Frekuensi/ pola 3 kali – 5 kali dalam Pakai selang kateter
sehari
Konsistensi Cair Cair
Warna dan bau Kuning jernih Kuning jernih
Kesulitan Tidak sulit Tidak sulit
Upaya mengatasi - -
Masalah: Pasien belum BAB sudah 3 hari dari mulai hari pertama MRS.
H. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Di Rumah Di RS
Tidur siang
Lamanya Terkadang 1 jam Bisa sampai 30 menit di
siang hari
Jam 12.00 s/d 15.00 Sekitar jam 12.00 Mulai tidur jam 11.00 s/d
jam 12.30
Kenyamanan setelah Nyaman Nyaman, tetapi masih
tidur sering terbangun
Tidur malam
Lamanya 7 jam 5 jam
Jam 21.00 s/d 05.00 Sekitar jam 22.00 Sekitar dari jam 23.00 s/d
s/d jam 05.00 jam 04.00
Kenyamanan setelah Nyaman Nyaman, tetapi masih
tidur sering terbangun
Kebiasaan sebelum Menonton TV Tidak ada
tidur
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya yang dilakukan - -
Masalah: Pola tidur di RS lebih sering terbangun karena di RS ramai dan juga
terbangun karena waktu memasukkan obat injeksi dan karena sesak
K. Pola Peran-Hubungan
a. Peran dalam keluarga: Pasien berperan sebagai Ibu rumah tangga
b. Sistem pendukung: Ada Suami dan anak
c. Kesulitan dalam keluarga: Tidak ada kesulitan dalam keluarga
d. Masalah tentang peran. Hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS; Baik
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: Tidak ada
Masalah: Tidak ada masalah dalam pola peran-hubungan
L. Pola Komunikasi
a. Bicara: Normal,Bahasa utama: Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
b. Tempat tinggal: Bersama keluarga (Suami dan orang tua)
c. Kehidupan keluarga:
Adat istiadat yang dianut: Tidak ada
Pantangan adaptasi dan agama yang dianut: Agam Islam dan tidak ada
pantangan
Penghasilan keluarga: Tidak menentu karena menunggu hasil panen
M. Pola Seksualitas
Tidak ada masalah dalam hubungan seksual, masih aktif namun juga jarang
berhubungan.
O. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran: Compos Metis
b. TTV: TD: 190/115 mmHg, RR: 23x/menit, Suhu: 37°C, Nadi: 90x/menit
c. Tinggi badan: 158 cm, Berat Badan: 65 Kg
2. Kepala dan Leher
a. Kepala
Bentuk: Normo Chepal
Distribusi rambut: Normal
Keluhan pusing/sakit kepala/migrain/lainnya: tidak
Massa: Tidak teraba
Warna kulit kepala; Normal
b. Mata: Normal
a. Hidung: Normal
b. Mulut dan Tenggorokan
Warna bibir: Pucat
Ulkus: Tidak ada
Massa: Tidak ada
Perdarahan gusi Tidak ada
Kesulitan menelan: Tidak
Sakit tenggorokan: Tidak
Pemeriksaan gigi terakhir: Hari ini
Mukosa: Kering
Lesi: Tidak ada
Warna lidah: Normal
Karies: Tidak ada
Gigi geligi: Tidak ada
Gangguna bicara: tidak ada
c. Telinga: Normal
d. Leher: Normal
3. Dada
Inspeksi dan palpasi dada: Normal
a. Jantung
Inspeksi: Simetris
Palpasi: Pengembangan dada simetris, tidak ada ictus cordis, fremitus raba
simetris, tidak ada benjolan
Perkusi: Sonor
Batas kanan : ICS 4 parastrernal dextra
Batas kiri : ICS 5-6 anterior axsilaryline sinistra
Auskultasi: Suara jantung S1 S2 tunggal, ireguler, murmur gallop tidak
ada
b. Paru
Inspeksi: Simetris
Palpasi: Pengembangan dada simetris, tidak ada ictus cordis, fremitus raba
simetris, tidak ada benjolan
Perkusi: Sonor
Auskultasi:
Rh - - Wz - -
- - - -
- - - -
4. Payudara dan Ketiak: Normal
5. Abdomen
Inspeksi: Bentuk normal
Auskultasi: Bising usus normal
Palpasi: tidak teraba pembesaran hepar
Perkusi: Normal
6. Genetalia: terpasang dower cateter
7. Ekstremitas
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Lain-lain: Normal
8. Kulit dan Kuku: akral dingin normal CRT >2
P. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Hasil
Pemeriksaan :
Pemeriksaan Hasil Ruang Normal
DL
Hemoglobin 12,5 11,7 – 15,7
SGOT Hitung Lekosit 9.700 4.000 – 11.000
Hitung Jenis 4/1/79/10/7
SGPT Eosinofil 4 2–4
Basinofil 1 0–1
Ureum
Neutrofil 79 50 – 70
Creatinin Limfosit 10 25 – 40
Monosit 7 2–8
GDA Hitung Trombosit 242.000 150.000 – 450.000
Hematokrit 39,7 35 – 47
Rapid Test Hitung Eritrosit 4,63 3,0 – 6,0
Albumin MCV 86 80 – 97
MCH 27,0 27 – 34
Lipid Profile MCHC 31,5 32 – 36
SGOT 33 <36
Urid Acid SGPT 13 <36
Thorax Ureum 88,2 10-50
(BUN) 41,2 5 – 23
EKG Kreatinin 3,09 0,6 – 1,1
GDA 106
Natrium 142 136 – 145
Kalium 3,90 3,4 – 4,5
Calcium 1,81 1,15 – 1,35
Rapid Test Non Reaktif
Albumin 3,23 3,5 – 5,2
Total Protein 5,63 6,5 – 8,0
Globulin 2,40 2,5 – 5,5
Urid Acid 10,37 L.3,4-7,0 P.2,4-5,7
Kolesterol Total 106 108 – 200
LDL 88 0 – 99
Trigliserida 49 23 – 149
HDL 47 40 – 125
Thorax :
COR : tampak bentuk dan ukuran normal
Pulmo :
Infiltrat proses (-), Lympadenopathi (-)
Corakan bronchovasikuler normal. Fibrocalcificatie proses(-)
Kedua hilus normal
Sinus diafragma normal
Kesimpulan : Cor dan Pulmo Ro normal
EKG :
A. Pengobatan
IVFD: NS 16 tpm makro
Injeksi: Lansoprazole 1x30mg, diphenhidramin 3x10 mg, furosemide 3x20 mg
Oral: Adalat oros 2x10 mg, captopril 3x25mg, flunarizine 1x1, alprazolam 1x0,5 mg,
allopurinol 1x100 mg, aspilet 1x80 mg
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Resistensi pembuluh
darah otak
Sulit tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : Irna 3A
Nama pasien : Ny. S
Diagnosa : HT Urgency
Gambaran EKG aritmia menurun 6. Monitor tekanan darah dan nadi sebelum
C. Perencanaan Pulang
1. Tujuan pulang : Ke rumah
2. Transportasi pulang : Mobil
3. Dukungan keluarga : Ada
4. Anstipasi bantuan biaya setelah pulang : tidak ada
5. Pengobatan : 1 bulan sekali
6. Rawat jalan : Ke poli jantung, Waktu : 7 hari setelah KRS, Frekuensi : Bisa 1 bulan sekali setelah kontrol pertama
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah : Diet yang dikonsumsi harus rendah lemak,rendah garam dan minum obat sesuai dosis
dan aturan