BAYI/BALITA DI INDONESIA
DISUSUH OLEH :
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Perkembangan Status Gizi
Bayi/Balita di Indonesia”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangunkan. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
A. Pengertian Stunting....................................................................................................
B. Pentingnya Pemberian ASI Terhadap Gizi Bayi-Balita..........................................
C. Status Perkembangan Gizi Bayi/Balita Terkait Pemberian ASI di Indonesia......
D. Upaya Pemerintah dalam Peningkatan Gizi Bayi-Balita........................................
Di negara berkembang, kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi
oleh status gizi (Supariasa, 2001). Status gizi balita perlu dipertahankan dalam status gizi
baik, dengan cara memberikan makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk
pertumbuhan (Paath, 2004).
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, salah satunya
yaitu mengenai persoalan Balita Pendek (stunting). Stunting dapat di diagnosis melalui indeks
antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang
dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat
dari gizi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk
mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi
(ACC/SCN, 2000).
Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang tidak mencukupi
dan penyakit infeksi. Terdapat dua kelompok utama zat gizi yaitu zat gizi makro dan zat gizi
mikro (Admin, 2008). Zat gizi makro merupakan zat gizi yang menyediakan energi bagi
tubuh dan diperlukan dalam pertumbuhan, termasuk di dalamnya adalah karbohidrat, protein,
dan lemak. Sedangkan zat gizi mikro merupakan zat gizi yang diperlukan untuk menjalankan
fungsi tubuh lainnya, misalnya dalam memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan zat
besi. Termasuk di dalamnya adalah vitamin dan mineral.
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan
laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar
negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas
2010, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah
35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stunting ?
2. Apa pentingnya pemberian ASI terhadap gizi bayi-balita?
3. Bagaimana status perkembangan gizi bayi-balita terkait pemberian ASI di Indonesia ?
4. Apa saja upaya pemerintah dalam peningkatan gizi bayi – balita ?
C. Tujuan
1. Mengetahui stunting dan faktor penyebab stunting.
2. Mengetahui dan memahami pentingnya pemberian ASI pada bayi-balita terhadap gizi
bayi-balita.
3. Mengetahui status perkembangan gizi bayi-balita terkait pemberian ASI di Indonesia.
4. Mengetahui upaya pemerintah dalam peningkatan gizi bayi – balita.
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari
kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita
selama masa balita. Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya terkait masalah kesehatan,
namun juga dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi
kesehatan.
Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 bulan,
karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK. Periode
1.000 HPK meliputi yang 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang
dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas
kehidupan. Oleh karena itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai "periode emas",
"periode kritis", dan Bank Dunia (2006) menyebutnya sebagai "window of opportunity".
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka
pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik,
dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang
dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia
tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas
ekonomi.
Upaya intervensi tersebut meliputi:
1. Pada Ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi
stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam
keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu
diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat
tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap
dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh banyak
faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Ada beberapa faktor utama penyebab stunting (UNICEF, 2007) yaitu :
a. Asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan
yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air)
b. Asupan ASI ekslusif kurang
c. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
d. Riwayat penyakit (UNICEF, 2007).
Kegiatan penyuluhan ini juga dilakukan untuk membantu mengatasi masalah gizi
makro. Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui
pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, subsidi loangsung berupa dana untuk
pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada ibu balita gizi buruk dan ibu hamil yang
mengalami kurang gizi kronis (Depkes RI, 2006).
Dalam puncak peringatan Hari Gizi Nasional ke-55, sejumlah \kementerian dan
lembaga pemerintah mulai memetakan persoalan kesehatan dan gizi masyarakat. Sejumlah
program klasik seperti imunisasi, gerakan seribu hari kehidupan pertama sampai mendorong
ASI ekslusif mulai digeber lagi.
Pemerintah juga punya target menurunkan prevalensi anemia ibu hamil dari 37,1
persen menjadi 28 persen. Sedangkan bayi berat lahir rendah akan ditekan dari 10,2 persen
menjadi 8 persen. Kemudian, meningkatkan bayi mendapatkan ASI ekslusif dari 41,5 persen
menjadi 60 persen.
Nila menambahkan, tahun ini pemerintah akan fokus pada penurunan angka stunting,
balita kurus, dan gencar sosialisasi ASI ekslusif. “Strategi percepatan perbaikan gizi tahap
awal adalah membangun komitmen dan kerjasama antara pemangku kepentingan,” katanya.
Ke depan, seluruh program terkait penanganan kesehatan dan gizi akan berada di
bawah koordinasi Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Pendataan termasuk konsep dan anggaran melalui pintu Bappenas.
“Itu yang mengatur dilakukan satu pintu di Bappenas. Kemudian kordinasikan dengan
kementerian terkait. Semua program itu berbasis dengan RPJMN,” lanjut Puan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia memiliki berbagai macam masalah dalam perkembangan gizi seperti
stunting atau balita pendek, pemberian ASI, dan berbagai kendala lainnya yang
mengancam keselamatan dan kesehatan anak usia bayi dan balita. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu adanya upaya pencegahan dari pemerintah maupun masyarakat seperti
pemberian penyuluhan akan pentingnya gizi dan sosialisasi mengenai dampak negatif
kurang gizi bagi mmasyarakat.
B. Saran
1. Pemerintah perlu gencar dalam melakukan perbaikan gizi pada bayi dan balita
2. Pemerintah perlu meningkatkan mutu pangan pada masyarakat khusunya bagi bayi
dan balita agar berbagai masalah gizi bisa dicegah.
3. Pemerataan program bulan vitamin A di Puskesmas dan Posyandu di seluruh
Indonesia.
4. Pemberian penyuluhan kesehatan pada masa kehamilan bagi ibu hamil.
5. Meningkatkan kinerja program gizi dengan memperbaiki manajemen perencanaan,
pengadaan, distribusi, dan pengawasan bantuan 20 keranga kebijakan 1000 hari
pertama kehidupan suplemen tablet zat besi dan pemeberian makan tambahan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.varia.id/2015/02/11/upaya-pemerintah-percepat-perbaikan-kesehatan-dan-gizi-
masyarakat/#ixzz4uUz0Xi00
http://adisubagio92.blogspot.co.id/2015/01/upaya-peningkatan-status-gizi-balita.html
Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI ISSN 2442-7659