Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistol lebih atau
sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg
sesuai kriteria WHO atau memiliki riwayat hipertensi sebelumnya (Bhadoria et al., 2014).
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,
2014). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 130-139 mmHg dan
2. Etiologi
Penyebab hipertensi menurut (Smeltzer, S.C., BareB.G., Hincle, J.L., Cheever, 2008)
Hipertensi yang penyebabnya belum jelas, terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui, yang terjadi pada 5-10% pada penderita
Julukan “the silent disease” diberikan kepada penyakit hipertensi ini. Hal ini sesuai dengan
kedatangannya yang tidak terduga dan tanpa menunjukkan adanya gejala tertentu
(Suiraoka, 2012). Gejala hipertensi yang sering muncul adalah sakit kepala, penglihatan
kabur, pusing atau migrain, epistaksis, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, suka marah dan
a. Terjadi lerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tiak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan aliran darah ke
Klasifikasi hipertensi menurut Amarican Heart Association (AHA) dan American College
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah menurut (ESH/ESC Mancia et al., 2013)
dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol (Suiraoka, 2012):
1) Obesitas
darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu
penderita hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung dan sirkulasi
volume darah lebih tinggi dari pada hipertensi yang tidak obesitas (Sutanto,
2) Aktivitas Fisik
Orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki curah jantung yang lebih
tinggi. Semakin tinggi curah jantung maka semakin keras kerja setiap kontraksi
sehingga semakin besar oksigen yang dibutuhkan oleh selsel tubuh (Mannan,
Wahiduddin, & Rismayanti, 2012; Suiraoka, 2012). Aktivitas fisik yang bisa
dilakukan dalan upaya menurunkan tekanan darah salah satunya adalah latihan
isometric handgrip. Salah satu penelitian tentang latihan isometric handgrip ini
dilakukan oleh Mortimer, dimana penelitian ini melihat short-term efek dari latihan
menggunakan handgrip. Hasil dari penelitian ini adalah setelah dilakukan latihan
selama 5 hari berturut-turut diperoleh penurunan tekanan darah sebesar 3 mmHg dan
3) Merokok
Merokok atau mengunyah tembakau mempengaruhi terjadinya kenaikkan tekanan
darah dan bahan kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak lapisan
pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-
pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya
dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin)
Asupan lemak jenuh dapat mengakibatkan dislipidemia yang merupakan salah satu
faktor utama risiko arterosklerosis, yang pada gilirannya berpengaruh pada penyakit
Natrium dan klorida adalah ion utama pada cairan ekstraselular. Konsumsi garam
6) Konsumsi Alkohol
mengkonsumsi alkohol memiliki peluang 4,378 kali lebih besar menderita penyakit
7) Stres
Faktor risiko stres berpengaruh dengan terjadinya hipertensi dikaitkan dengan peran
Sutanto, 2010).
Faktor keturunan memang memilki peran yang besar terhadap munculnya hipertensi.
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak terjadi
S, & Widodo, 2013; Sutanto, 2010). Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu
hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasiun terhadap sodium. Seseorang dengan orang tua yang
menderita hipertensi berisiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi. Kasus
hipertensi esensial 70-80% diturunkan dari orang tuanya (Anggraini et al., 2009).
2) Jenis Kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini
hipertensi seperti merokok, kurang nyaman terhadap pekerjaan dan makan tidak
terkontrol. (Suiraoka, 2012). Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
al., 2009).
3) Umur
berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
pembuluh darah dan aterosklerosis merupakan faktor penyebab hipertensi usia tua
(Sutanto, 2010)
6. Penatalaksanaan Hipertensi
farmakologi dimulai ketika terjadi hipertensi derajat 2 atau pada hipertensi derajat 1 yang
a. Terapi nonfarmakologi
1) Penurunan berat badan
Pada penderita dengan berat badan berlebih atau obesitas, penurunan berat badan
2) Pengurangan garam
Mekanisme yang berhubungan antara intake garam dan peningkatan tekanan darah
3) Olahraga
meningkatkan respon tubuh terhadap kebutuhan oksigen dan energi yang meningkat
pada sistem tubuh. Penurunan tekanan darah yang bermakna terlihat setelah dua
minggu latihan dan akan menetap selama individu meneruskan kebiasaan latihannya
(Black, J.M., & Hawks, 2009). Dalam hal ini salah satu latihan yang bisa dilakukan
untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan latihan isometric handgrip. Salah
satu hasil penelitian mengatakan bahwa terjadi penurunan tekanan darah pada pasien
Konsumsi 2 gelas alkohol dalam satu hari membantu dalam perlindungan terhadap
kanker, namun jumlah konsumsi alkohol yang lebih banyak dapat meningkatkan
tekanan darah dan harus diantisipasi. Pada wanita, alkohol harus dibatasi yaitu satu
5) Berhenti merokok
Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah dan nadi akut, dan menetap
selama lebih dari 15 menit setelah mengonsumsi satu rokok, hal ini terjadi akibat
adanya stimulasi saraf simpatis pada tingkat sentral dan ujung saraf (Mancia et al.,
2013).
b. Terapi farmakologis
Terapi dengan obat harus dimulai pada penderita dengan tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg apabila modifikasi gaya hidup tidak efektif menurunkan tekanan darah
(Mancia et al., 2013). Pada penderita dengan hipertensi derajat 2, terapi obat harus
dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis, biasanya dengan kombinasi 2 obat, tanpa
7. Komplikasi
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh. Jika seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam pembuluh adalah 100
Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh (Guyton, A.C & Hall, 2008). Tekanan darah adalah aktivitas otot-otot
jantung dan aliran darah secara keseluruhan dimana saat jantung memompa darah, otot-
otot jantung mengerut atau berkontraksi, sebaliknya saat jantung beristirahat darah dari
sekuruh tubuh masuk ke jantung (Ardiansyah, 2012). Tekanan darah adalah tekanan yang
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan
disebut tekanan darah sistolik, sedangkan tekanan terendah yang terjadi saat jantung
istirahat disebut tekanan darah diastolik. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai
rasio tekanan darah sistolik terhadap tekanan darah diastolik, dengan nilai dewasa
normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal
Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg) karena
manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah
sejak dulu. Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam pembuluh
darah 50 mmHg, hal itu berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong
kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50 mmHg (Guyton, A.C & Hall, 2008).
Tekanan harus cukup tinggi untuk menghasilkan daya dorong tetapi tidak boleh terlalu
Tekanan darah menggambarkan interelasi dari curah jantung, tahanan vaskuler perifer,
volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Curah jantung merupakan volume
darah yang di pompa jantung (volume sekuncup) selama 1 menit (frekuensi jantung).
Tekanan darah (TD) bergantung pada curah jantung dan tahanan perifer. Bila volume
meningkat (Potter, P. A. & Perry, 2006). Resistensi merupakan ukuran hambatan terhadap
aliran darah melalui suatu pembuluh yang ditimbulkan oleh friksi antara cairan yang
mengalir dan dinding pembuluh darah yang stasioner. Resistensi bergantung pada tiga
pembuluh(Sherwood, 2011).
Tekanan darah dapat berubah dari satu denyut jantung ke denyut jantung lainnya. tidak
a. Usia
Tingkat normal dari tekanan darah bervariasi sepanjang hidup. Pada anak- anak akan
meningkat dan selama masa remaja tekanan darah tetap bervariasi sesuai ukuran dengan
dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada lansia,
arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap tekanan darah. Hal ini
dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel (Berman, 2009).
b. Stres
Stimulasi simpatik diakibatkan oleh ansietas, takut, nyeri, dan stres emosi. Stimulasi
simpatik ini akan meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tahanan vaskuler
perifer. Efeknya akan meningkatkan tekanan darah (Potter, P. A. & Perry, 2006).
Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan vasokonstriksi arteriol,
c. Ras
Frekuensi hipertensi pada orang Afrika Amerika lebih tinggi dibanding pada orang
Eropa Amerika. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga lebih banyak pada
berhubungan dengan genetik dan lingkungan (Potter, P. A. & Perry, 2006). Hipertensi
pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih (Corwin
Elizabeth J, 2009).
d. Medikasi
Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
tekanan darah. Salah satu golongan medikasi yang dapat mempengaruhi tekanan darah
adalah analgesik narkotik, yaitu dapat menurunkan tekanan darah (Potter, P. A. & Perry,
2006).
e. Variasi Diurnal
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah
pada pagi-pagi sekali, secara berangsur angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan
mencapai puncaknya pada senja atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat
f. Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada laki-laki atau
perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih
tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
Menurut (Smeltzer, S.C., BareB.G., Hincle, J.L., Cheever, 2008), Slow Deep Breathing
merupakan latihan pernapasan dengan teknik bernapas secara perlahan dan dalam,
dan dada mengembang penuh.Slow deep breathing merupakan tindakan yang disadari
untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat yang dapat menimbulkan efek
relaksasi (Tarwoto, 2011). Terapi SDB adalah teknik pernapasan yang lambat, yang
mengurangi frekuensi bernapas dari 16-20 kali per menit menjadi 10 per menit atau
kurang. Pernapasan dalam dan lambat akan memungkinkan tubuh untuk melakukan
pernafasan diafragma dan secara dramatis dapat mengubah fisiologi tubuh dengan
Tujuan latihan slow deep breathing antara lain untuk memelihara pertukaran gas,
meningkatkan efisiensi batuk dan mengurangi stress fisik maupun psikologis,stress fisik
rangsangan di area pusat vasomotor yang terletak pada medula otak sehingga berpengaruh
pada kerja sistem syaraf otonom dan sirkulasi hormon, rangsangan yang terjadi akan
slow deep breathing memiliki pengaruh pada peningkatan volume tidal sehingga
dapat menurunkan aktifitas simpatis dan tekanan darah (Sepdianto et al., 2010).
3. Manfaat Terapi
Latihan pernapasan merupakan salah satu alternatif sarana untuk memperoleh kesehatan
yang diharapkan bisa mengefektifkan semua organ dalam tubuh secara optimal dengan
napas dan olahraga secara teratur, sehingga hasil metabolisme tubuh dan energi penggerak
untuk melakukan aktivitas menjadi lebih besar dan berguna untuk menangkal penyakit
a. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, serta posisi klien (duduk atau posisi
semi-fowler) dengan nyaman dan stabil. Agar lebih terkonsentrasi dan lebih santai,
b. Klien diarahkan untuk menghirup udara melalui kedua hidung perlahan selama sekitar
d. Ulangi tindakan pada nomor dua dan tiga. Setiap siklus dalam prosedur pelengkap
pernapasan lambat memakan waktu 10 detik (inspirasi lima detik dan ekspirasi lima
istirahat 10 detik dan melanjutkan prosedur SDB 6x / menit sampai mencapai 15 menit.
e. Dalam penelitian ini, klien dapat melakukan 13 kali SDB 6x / menit dengan istirahat 10
detik selama 15 menit yang diberikan dan prosedur ini dilakukan dua kali sehari selama
empat hari.
f. Alat tulis dan peralatan komputer yang digunakan dalam riset operasional dan
Teknik SDB meningkatkan kadar oksigen dalam jaringan tubuh. Peningkatan oksigen
pernafasan tepat di medula oblongata yang juga merupakan pusat medula jantung meduler.
Sinyal yang ditransmisikan ke otak akan menyebabkan aktivitas saraf parasimpatis
meningkat dan menurunkan aktivitas saraf simpatik (Van Diest et al., 2014). Pernyataan ini
dikuatkan oleh (D. E. Anderson, McNeely, & Windham, 2010; E. Anderson, 2015) yang
menyebutkan bahwa teknik SDB akan menghasilkan sinyal yang mengaktifkan refleks
baroreceptor melalui peningkatan tekanan arteri pada pembuluh darah akibat peningkatan
volume stroke. dan jantung curah di jantung kiri. Akibatnya akan terjadi penurunan BP dari
medula oblongata yang mengarah pada peningkatan kerja saraf parasimpatis dan
Selanjutnya, (Turankar et al., 2013) menemukan bahwa pernapasan dalam dan latihan
pernapasan yang lambat secara teratur dapat meningkatkan sensitivitas barokeptor dan
aktivitas kemoreseptor untuk menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Dorongan
aferen dari baroreceptor mencapai pusat jantung yang akan merangsang aktivitas saraf
vasodilatasi sistemik, penurunan denyut jantung dan daya (Ignatavicius & Workman,
2006). Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian (Pramanik et al., 2009) yang
selama lima menit, terjadi penurunan darah yang signifikan. Tekanan sistolik dan diastolik,
Pernapasan lambat meningkatkan aktivitas vagal oleh karena itu dapat menurunkan denyut
jantung dan tekanan darah. Mekanisme ini dikaitkan dengan peningkatan tonus vagal dan
latihan pernapasan lambat (Singh & Jain, 2009). Denyut jantung meningkat selama
inspirasi dan menurun selama ekspirasi. Rekaman dari saraf otonom jantung
mengungkapkan bahwa aktivitas saraf meningkat pada serabut simpatis selama inspirasi
dan peningkatan serabut vagal selama ekspirasi (Ahmad, 2013; Berne and Levy, 2009)