KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKLETAL DAN GANGGUAN
SISTEM INTEGUMEN DENGAN RHEUMATHOID ARTHRITIS
Disusun Oleh :
Kelompok 7 / Kelas 7B
1. Alvianita Mulya P. (1130017047)
2. Farrah Fatati (1130017076)
Fasilitator :
Iis Noventi S.Kep.,Ns.,M.Kep.
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUARABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmad- Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Gerontik. Tanpa ridho- Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem muskuloskletal dan gangguan
sistem integumen. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Gerontik dan teman – teman yang telah membantu
penyusunan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupum makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang dapat
membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI..................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Lansia...........................................................................4
2.1.1 Definisi Lansia...........................................................................4
2.1.2 Batasan Usia Lansia...................................................................4
2.2 Proses Menua......................................................................................5
2.2.1 Teori Proses Menua....................................................................5
2.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Ketuaan...............7
2.2.3 Perubahan – Perubahan yang Terjadi pada Lansia.....................7
2.3 Sitem Muskuloskletal..........................................................................11
2.3.1 Anatomi dan Fisiologi................................................................11
2.3.2 Masalah Muskuloskletal pada Lansia.........................................16
2.4 Sistem Integumen................................................................................17
2.4.1 Anatomi dan Fisiologi................................................................17
2.4.2 Masalah Integumen pada Lansia................................................21
2.5 Rheumathiod Arthritis.........................................................................24
2.5.1 Definisi Rheumathiod Arthritis..................................................24
2.5.2 Etiologi dan Faktor Risiko Rheumathiod Arthritis....................24
2.5.3 Patofisiologi Rheumathiod Arthritis..........................................26
2.5.4 WOC...........................................................................................29
iii
2.5.5 Manifestasi Klinis Rheumathiod Arthritis.................................29
2.5.6 Komplikasi Rheumathiod Arthritis............................................30
2.5.7 Pemeriksaan Penunjang Rheumathiod Arthritis.........................31
2.5.8 Penatalaksanaan Rheumathiod Arthritis....................................32
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS.............................35
3.1 Pengkajian...........................................................................................35
3.2 Diagnosa..............................................................................................37
3.3 Implementasi.......................................................................................38
3.4 Intervensi.............................................................................................42
3.5 Evaluasi ..............................................................................................42
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................43
4.1 Kasus Rheumathiod Arthritis..............................................................43
4.2 Asuhan Keperawatan...........................................................................43
4.3 Jurnal...................................................................................................64
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................68
5.1 Simpulan...............................................................................................68
5.2 Saran.....................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................69
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan rheumatoid
arthritis
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang konsep dasar lansia
2. Mengetahui tentangproses menua
3. Mengetahui tentangsistem muskuloskletal
4. Mengetahui tentang sistem integument
5. Mengetahui tentang konsep dasar rheumatoid arthrtitis
6. Mengetahui tentang asuhan keperawatan teoritis pada pasien rheumatoid
arthritis
7. Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada kasus pasien rheumatoid
arthritis
3
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
rheumatoid arthritis serta meningkatkan keterampilan dan wawasan.
2. Bagi pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan pada
pasien dengan rheumatoid arthritis.
3. Bagi FKK
Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan rheumatoid
arthritis.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
5
8. Kinerja (Performance)
9. Motivasi
C. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (hereditas)
5. Lingkungan
6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri,perubahan konsep diri.
D. Perubahan spiritual.
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakinmatang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini
terlihat dalam berfikir danbertindak sehari-hari.
E. Perubahan Psikososial
1. Kesepian.
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jikalansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita
penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan sensorik
terutama pendengaran.
2. Duka cita (Bereavement).
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan
hewan kesayangandapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah
rapuh pada lansia. Hal tersebutdapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
11
3. Depresi.
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong,
lalu diikuti dengankeinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresijuga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuanadaptasi.
4. Gangguan cemas.
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan
cemas umum,gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguantersebut merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan berhubungandengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejalapenghentian mendadak
dari suatu obat.
5. Parafrenia.
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansiasering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniatmembunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi ataumenarik diri dari kegiatan sosial.
6. Sindroma Diogenes.
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena
lansia bermain-maindengan feses dan urin nya, sering menumpuk
barang dengan tidak teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan
tersebut dapat terulang kembali.
2.3 Sistem Muskuloskletal
2.3.1 Anatomi dan Fisiologi (Wahyuningsih, 2017)
1. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intraseluler. Tulang
berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses
osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menibunnya garam kalsium.
12
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikutikendali otot. Akan
tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak
akanterjaditanpa tulang. Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk
rangka. Salah satubagian terpenting dari sistem rangka adalah tulang
belakang.
Sel penyusun tulang adalah sebagai berikut :
Tulang tersusun oleh sel osteobast, osteosit, dan osteoclast.
a. Osteobast, merupakan sel tulang muda yang menghasilkan jaringan
osteosit danmengkresikan fosfatase dalam pengendapan kalsium dan
fosfat ke dalam matrikstulang.
b. Osteosit, yaitu sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan
untuk pertukarankimiawi melaui tulang yang padat.
c. Osteoclast, yaitu sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan matriks
tulang.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a. Penyangga berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen- ligamen, otot,
jaringan lunakdan organ. Membentuk kerangka yang berfungsi untuk
menyangga tubuh dan otot-ototyang melekat pada tulang.
b. Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
atau hemopoesis.
c. Produksi sel darah (red marrow).
d. Pelindung yaitu membentuk rongga melindungi organ yang halus dan
lunak, sertamemproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
e. Penggerak yaitu dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat
bergerak karenaadanya persendian.
a. Tulang Panjang (femur, humerus) terdiri dari satu batang dan dua
epifisis.Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis
dibentuk oleh spongi bone.
b. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan spongi dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang spongi.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebra)sama seperti tulang pendek.
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang terletak disekitar tulang
yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon dan
jaringan fasial, missal patella (lutut).
2. Otot dibagi menjadi tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari :
a. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi
untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahnkan sikap
menghasilkan panas.
b. Otot visceral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
c. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.
3. Kartilago.
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang
kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutisi
mencapai ke sel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari
kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago)
atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.
4. Ligament.
14
menjadi satu pada permukaan kulit, dan faktor kekeringan kulit karena
berkurangnya lemak permukaan kulit.
3) Kulit kendor/menggelantung dengan kerutan dan garis kulit lebih
jelas.Hal ini disebabkan oleh:Penurunan jumlah fibroblast yang
menyebabkan penurunan jumlah serat elastin, lebih sklerotik dan
menebal sehingga jaringan kolagen menjadi kendor dan serabut elastin
kehilangan daya kenyalnya, kulit menjadi tidak dapat tegang dan
kurang lentur.Tulang dan otot menjadi atrofi, jaringan lemak subkutan
berkurang, lapisan kulit tipis serta kehilangan daya kenyalnya
sehingga membentuk kerutan dan garis-garis kulit.Kontraksi otot
mimik tidak diikuti oleh kontraksi kulit yang sesuai sehingga
mengakibatkan alur-alur keriput di daerah wajah.
4) Gangguan pigmentasi pada kulit.Disebabkan perubahan distribusi
pigmen melanin dan proliferasi melanosit, serta fungsi melanosit
menurun sehingga penumpukan melanin tidak teratur dalam sel basal
epidermis. Disamping itu epidermal turn over menurun sehingga
lapisan sel kulit mempunyai banyak waktu untuk menyerap melanin
yang mengakibatkan terjadinya bercak pigmentasi pada kulit.Lentigo
senilis (lentigo solaris), kelainan kulit berupa makula hiperpigmentasi
pada daerah terpapar sinar matahari seperti muka, punggung tangan,
lengan atas, lengan bawah dan lain-lain.warna kecokelatan sampai
cokelat tua, berbatas tegas, bentuk bulat lonjong, ukuran mili sampai
lebih dari 1 cm. terutama timbul pada golongan kaukasia dan
mongoloid, antara dekade keempat dan keenam. Kadang-kadang lesi
menyerupai tahi lalat.
5) Terjadi Proliferasi yang sifatnya jinak.
a. Acrochordon (fibroma molle, skin tag).Berupa papul multiple yang
lunak, filiformis, seperti kantong soliter, atau bertangkai.
Berukuran 1–5 mm, dapat >1cm, berwarna seperti kulit normal
sampai cokelat muda. Biasanya ditemukan didaerah aksila, leher,
23
Perubahan anatomik pada kuku manusia ketika memasuki fase lanjut usia
(lansia) antara lain :
1. Pertumbuham kuku lebih lambat, kecepatan pertumbuhan menurun
30-50% dari orang dewasa.
2. Kuku menjadi pudar.
3. Warna kuku agak kekuningan.
4. Kuku menjadi tebal, keras tapi rapuh.
5. Garis-garis kuku longitudinal tampak lebih jelas. Kelainan ini
dilaporkan terdapat pada 67% lansia berusia 70 tahun.
2.5 Reumatoid Arthritis
2.5.1 Definisi Reumatoid Artritis
Rheumatoid artritis (RA) adalah gangguan inflamasi kronis yang dapat
mempengaruhi lebih dari sekedar persendian. Pada beberapa orang,
kondisinya juga bias merusak berbagai macam system tubuh, termasuk kulit,
mata, paru-paru, jantung dan pembuluh darah. Gangguan autoimun,
Rheumatoid artritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru
menyerang jaringan tubuh sendiri. Tidak seperti kerusakan osteoarthritis,
reumatoid artritis mempengaruhi lapisan sendi, menyebabkan pembengkakan
yang menyakitkan yang pada akhirnya menyebabkan erosi tulang dan
deformitas sendi.
2.5.2 Etiologi dan Faktor Resiko Reumatoid Artritis
terjadinya infeksi akibat virus. Ada beberapa factor dalam fisik seseorang,
yang meliputi usia, jenis kelamin, genetic, suku dan berat badan.
1. Usia.
Sebagian besar reumatik menyerang pada orang lanjut usia. Meskipun
ada sebagian kasus tertentu reumatik bisa saja terjadi pada anak muda usia
15 tahun dan 20 tahun ke atas. Jika dilihat dari prevalensinya, reumatik
menyerang pada orang tua yang sudah berusia lanjut. Di usia lebih dari 60
tahun.
2. Jenis Kelamin.
Jenis kelamin menjadi factor penentu serangan reumatik. Khusus
osteoarthritis lutut dan persendian sebagian besar menterang kaum hawa.
Sementara itu, laki-laki menderita osteoarthritis dibagian paha, leher dan
pergelangan tangan. Jenis kelamin sebagai factor tertentu terkait dengan
factor hormonal pada pathogenesis osteoarthritis.
3. Genetik.
Factor genetic menjadi factor herediter, klien yang memiliki factor
keturunan lebih berisiko akan mengalaminya juga. Jadi, ada
kecenderungan tigan kali lebih sering daripada klien yang tidak memiliki
keturunan.
4. Suku.
Suku menjadi factor resiko. Tidak banyak orang tahu bahwa suku
menjadi prevalensi dan pola tekanan osteoarthritis. Orang kulit hitam
misalnya, lebih jarang terkena osteosrthritis paha. Sedangkan di Amerika
asli lebih sering didapati klien yang mengalami osteoarthritis lebih
banyak. Terkait hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup dan perbedaan
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Berat Badan
Klien reumatik yang memiliki berat badan memiliki peluang terkena
reumatik dibandingkan mereka yang memiliki berat badan proporsional.
Terutama klien yang memiliki masalah obesitas meningkatkan risiko
26
menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat
menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas
juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.
Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan
dapat merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1
dan TNF-b. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila
antigen penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi
pada artritis reumatoid, antigen atau komponen antigen umumnya akan
menetap pada struktur persendian, sehingga proses destruksi sendi akan
berlangsung terus. Tidak terhentinya destruksi persendian pada artritis
reumatoid kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya faktor reumatoid.
Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG
yang dijumpai pada 70-90 % pasien artritis reumatoid. Faktor reumatoid akan
berikatan dengan komplemen atau mengalami agregasi sendiri, sehingga
proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks imun juga
menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya
pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam
arakidonat.
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan
kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen
yang paling destruktif dalam patogenesis artritis reumatoid. Pannus
merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang
berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara
histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel
mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan
proteoglikan.
29
2.5.4 WOC
Gejala dan efek RA bisa datang dan pergi. Suatu periode aktivitas
penyakit dengan intensitas tinggi (peningkatan peradangan dan gejala lainnya)
disebut flare. Flare bisa berlangsung selama berhari – hari atau berbulan –
bulan. Tingkat peradangan yang tinggi menyebabkan masalah di seluruh tubuh.
Berikut beberapa cara RA dapat mempengaruhi organ dan system tubuh:
1. Mata. Mata menjadi kering, nyeri, kemerahan, tidak tahan terhadap cahaya
yang terlalu terang, dan timbulnya gangguan penglihatan.
2. Mulut. Mulut menjadi kering dan gusi iritasi atau infeksi.
3. Kulit. Timbulnya nodus reumatoid-benjolan kecil di bawah kulit di atas
daerah tulang.
4. Paru – paru. Peradangan dan jaringan parut bisa menyebabkan sesak napas.
5. Darah dan pembuluh darah. Pada darah bisa menyebabkan anemia,
sedangkan pada pembuluh darah menyebabkan peradangan pembuluh
darah yang bisa mengakibatkan kerusakan pada syaraf, kulit, dan organ
tubuh lainnya.
2.5.6 Komplikasi Reumatoid Artritis
1. Osteoporosis. Reumatoid arthritis bersamaan dengan beberapa obat yang
digunakan untuk mengobatinya, dapat meningkatkan risiko osteoporosis,
yakni suatu kondisi yang melemahkan tulang dan membuat tulang lebih
mudah patah.
31
Reumatoid srthritis bisa sulit didiagnosis pada tahap awal karena tanda
dan gejala awal meniru banyak penyakit lainnya. Tidak ada satu tes darah atau
temuan fisik untuk memastikan diagnosisnya. Namun demikian, pemeriksaan
32
1. Tes darah
Orang dengan reumatoid arthritis sering memiliki tingkat
sedimentasi eritrosit yang meningkat (ESR atau sed rate) atau C-reactive
protein (CRP), yang dapat mengindikasikan adanya proses inflamasi
dalam tubuh. Tes darah umum lainnya berguna mencari faktor reumatoid
dan antibody peptide citrullinated (anti-PKC).
2. Tes pencitraan (Imaging)
Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu melacak
perkembangan reumatoid arthritis di persendian dari waktu ke waktu. Tes
MRI dan USG dapat membantu menilai tingkat keparahan penyakit di
tubuh.
2.5.8 Penatalaksanaan Reumatoid Artritis
1. Konsumsi Obat
Klien reumatoid artritis mengurangi rasa sakit dengan cara
mengkonsumsi obat. Meskipun demikian, mengkonsumsi obat tidak
menjamin menyembuhkan secara total. Konsumsi obat dalam hal ini
sifatnya hanya mengurangi sakit. Khususnya untuk reumatik osteoarthritis
konsumsi obat anti inflamasion steroid berfungsi analgetik dan
mengurangi sinovitis.
2. Perlindungan Sendi
Upaya meminimalisasi terjadinya Reumatois arthritis dapat
dilakukan dengan melakukan perlindungan sendi. Salah satu pemicu
utama sendi atau reumatik karena mekanisme tubuh atau antibody tubuh
kurang prima. Salah satunya, dengan cara menghindari aktivitas berat,
terkhusus bagi klien yang mengalami sakit. Pada kasus tertentu,
perlindungan sendi yang sakit dapat dilakukan dengan menggunakan
tongkat atau alat lain yang sifatnya memudahkan.
33
3. Diet
Klien reumatois arthritis yang memiliki obesitas atau kegemukan
berlebih penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan melakukan program
diet. Khusus jenis osteoarthritis diet menjadi program penting upaya
pengobatan. Selain penggunaan obat, diet justru lebih efektif dan mampu
mengurangi rasa sakit dipersendian.
4. Penanganan Psikososial
Hampir semua penyakit yang dialami oleh klien berpengaruh
terhadap beban psikologisnya. Selain menindaklanjuti pengobatan secara
medis, penanganan psikologis harus dilakukan. Selain psikologis klien,
klien juga membutuhkan dukungan psikososial dari lingkungan, terutama
keluarga terdekat. Ketidakmampuan klien dalam hal ini, jelas
membutuhkan keluarga yang selalu mendukung secara penuh.
5. Penanganan Seksual
Sebagian besar klien reumatik yang terserang di bagian tulang
belakang akan mengalami gangguan seksual. Salah satu osteoarthritis,
selain menyerang tulang belakang menyerang bagian paha dan lutut.
Kasus ini sayangnya tidak semua klien mudah berkonsultasi terkait
dengan penanganan seksual yang mereka derita.
6. Fisioterapi
Penatalaksanaan fisioterapi pada penderita reumatik bisa menjadi
jalan keluar. Fisioterapi secara rutin mampu mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada prinsipnya, fisioterapi merupakan program latihan untuk
memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot sekitar persendian.
Misalnya dengan melalukan latihan isometric.
7. Operasi
Operasi penanganan reumatik yang paling akhir. Tindakan ini
dilakukan karena tidak ada jalan keluar yang lainnya. Operasi hanya
dilakukan ketika terjadi kerusakan sendi secara serius, biasanya dilakukan
apabila keluhan klien merasakan nyeri secara menetap dan mengalami
34
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang harus
dilakukan secara sistematis agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
tepat untuk klien. Adapun beberapa hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1. Identitas Umum :
Nama / nama panggilan, atau usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
warga Negara, bahasa yang digunakan, cara masuk, alasan masuk, tanggal
masuk, diagnosa medic, nomor rekam medis dan lain sebagainya.
2. Identitas Penanggungjawab(nama, alamat, hubungan dengan klien)
3. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (breathing) : Kaji pernafasan , apakah ada pembesaran tonsil,
apakah ada mucus atau secret di hidung , apakah ada suara napas
tambahan, apakah ada obstruksi pada laring, pembesaran kelenjar
2) B2 (Blood) : Apakah ada kelamahan otot jantung, monitor apakah ada
atau tidak sianosis, bagaimana suara jantung, kaji nadi pasien, apakah
ada JVP
3) B3 (Brain) :Bagaimana kesadaran, cara bicara, Bagaimana fungsi
motoric dan sensori, dan bagaimana reflek pada ekstremitas
35
36
3.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan
pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan – tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung,
2011).
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI
.
1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Definisi : Kriteria Hasil 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Pengalaman sensorik atau emosional 1. Keluhan nyeri dari skala 2 durasi, frekuensi, kualitas,
yang berkaitan dengan kerusakan (cukup meningkat) menjadi intensitas nyeri
jaringan actual atau fungsiional, dengan skala 4 (cukup menurun) 2. Identifikasi skala nyeri
onset mendadak atau lambat dan 2. Meringis dari skala 3 (sedang) 3. Identifikasi respon nyeri non
berintensitas ringan hingga berat yang menjadi skala 4 (cukup verbal
berlangsung kurang dari 3 bulan menurun) 4. Identifikasi factor yang
Penyebab: 3. Sikap protektif dari skala 3 memperberat dan memperingan
1. Agen pencedera fisiologis (mis. (sedang) menjadi skala 4 nyeri
Inflamasi, iskemia, neoplasma) (cukup menurun) 5. Monitor efek samping penggunaan
2. Agen pencedera kimiawi (mis. 4. Gelisah dari skala 2 (cukup analgetik
Terbakar, bahan kimia iritan) meningkat) menjadi skala 4 6. Berikan teknik nonfarmakologis
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, (cukup menurun) untuk mengurangi rasa nyeri
amputasi, terbakar, terpotong, 5. Kesulitan tidur darri skala 3 7. Kontrol lingkungan yang
mengangkat berat, prosedur (sedang) menjadi skala 4 memperberat rasa nyeri
operasi, trauma, latihan fisik (cukup menurun) 8. Fasilitasi istirahat dan tidur
berlebihan) 9. Jelaskan penyebab, periode dan
Gejala dan tanda mayor pemicu nyeri
Subjektif : mengeluh nyeri 10. Anjurkan memonitor nyeri secara
Objektif: mandiri
1. Tampak meringis 11. Jelaskan pemberian analgetik
39
PEMBAHASAN
1. PENGKAJIAN
A. Data Biografis Klien
Nama : Ny. D
Alamat : Wonokromo
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Kriteria umur : Middle Elderly Old Very old
Status perkawinan : Menikah Tidak menikah Janda Duda
Agama : Islam Protestan Hindu Budha
Suku : Jawa Madura Lainnya, _________________
Pendidikan : Tidak tamat SD Tamat SD SMP
SMA PT Buta huruf
43
44
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini:
Nyeri dada Pusing Batuk Demam
Sesak napas Gatal Diare Nyeri sendi
Jantung berdebar Penglihatan kabur
Lainnya:
Nyeri dibagian jari-jari tangan dan pergelangan tangan.rasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan tangan sulit digerakkan.
N = 60 kali/menit
Suhu = 37 °C
RR = 18 kali/menit
TB = 160 cm
BB = 60 kg
IMT = 23,4 (Normal)
Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bersih Kotor
Kerontokan rambut : Ya Tidak
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: _____________________________________________
2. Mata
Sklera : putih icterus merah perdarahan
Konjungtiva : pucat merah muda
Pupil : isokor anisokor miosis midriasis
Strabismus : Ya Tidak
Riwayat katarak: Ya Tidak
Fungsi penglihatan: presbiopi
Peradangan: tidak ada peradangan pada Ny. D
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: Tidak bisa melihat jarak dekat
3. Hidung
Keadaan hidung normal, bersih, tidak ada memar, simetris kanan dan kiri,
tidak ada benjolan pada hidung.
Peradangan: Tidak ada peradangan pada Ny. D
Fungsi penghidu: Keadaan hidung Ny. D normal
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: Tidak ada keluhan dibagian hidung
4. Mulut dan tenggorokan
Keadaan bibir lembab, keadaan gigi dan gusi bersih, bau mulut, gigi klien
tidak lengkap
Peradangan: tidak ada peradangan pada mulut dan tenggorokan Ny.D
Kesulitan mengunyah : Ya Tidak
Kesulitan menelan : Ya Tidak
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan dibagian mulut dan tenggorokan
46
5. Telinga
Bersih Kotor
Peradangan: Tidak terjadi peradangan
Fungsi pendengaran: normal
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan
6. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Ya Tidak
JVD: tidak ada
Refleks (spesifik): adanya reflex fisiologis
7. Thoraks
Bentuk dada : simetris tidak simetris
Suara napas tambahan
wheezing lokasi : ___________________
ronchi lokasi : ___________________
Tidak ada
Suara jantung
normal, S1 S2 tunggal
lainnya, ______________________________
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: ________________________________________
8. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal, hepar tidak teraba
Rectum : ________________________________
BAB : 2-3 kali dalam sehari Konsistensi : ___________________
diare konstipasi feses berdarah tidak terasa
lavament
kesulitan melena colostomy wasir
pencahar
tidak ada masalah
alat bantu, tidak ada
diet khusus, rendah garam rendah lemak
9. Genitalia
Payudara : simetris asimetris tidak ada benjolan
bersih kotor, _________________________________________
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: ______________________________________________
10. Integumen
47
D. Status Kesehatan
Keluhan utama :
Klien mengatakan nyeri dan kaku dibagian sendi jari-jari tangan dan pergelangan
tangan seperti ditusuk-tusuk, tangan sulit digerakkan sehingga sulit bergerak,
kurang nafsu makan, dan mual.
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:
Ny. D mengira bahwa gejala yang dialami karena asam urat, jadi Ny. D hanya
mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli di apotik.
Penggunaan obat-obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Alofar 100mg 2x1
2. Carbidu 0,5mg 2x1
3. Voltadex 50mg 2x1
48
E. Pengkajian Psikososial
Hubungan dengan orang lain dalam wisma:
Tidak kenal Sebatas kenal Mampu interaksi Mampu bekerja
sama
Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti:
Tidak kenal Sebatas kenal Mampu interaksi Mampu bekerja
sama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya di dalam panti:
Selalu Sering Jarang Tidak pernah
Stabilitas emosi:
Labil Stabil Irritable Datar
Jelaskan:
________________________________________________________________
Motivasi penghuni panti: Kemampuan sendiri Paksaan
Frekuensi kunjungan keluarga:
1 kali/bulan 2 kali/bulan Tidak pernah
F. Pengkajian Fungsional
1. Masalah emosional
Pertanyaan tahan 1
a) Apakah klien mengalami susah tidur? Iya
b) Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak ada
c) Apakan klien murung atau menangis sendiri? Tidak
d) Apakah klien sering was-was atau khawatir? Iya
Pertanyaan tahan 2
a) Keluhan ≥ 3 bulan atau ≥ 1 bulan satu kali dalam satu bulan? Tidak
b) Ada masalahh atau banyak pikiran?Tidak
c) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain? Tidak
d) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter?Tidak
e) Cenderung mengurung diri?Tidak
2. Tingkat kerusakan intelektual
Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire),
ajukan beberapa pertanyaan pada daftar di bawah ini!
Benar Salah No Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat ini?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
49
5. 65
Minta klien untuk mengulang ketiga
5 Mengingat 3 3
objek pada poin ke-2 (tiap poin nilai 1)
Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut)
1. Obyek sepatu
2. Obyek sandal
Minta klien untuk mengulang kata
berikut:
“ tidak ada, dan, jika atau tetapi)
Klien menjawab: Sepatu dan Sandal
Frekuensi makan:
1x/hari 2x/hari 3x/hari Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan:
1 porsi dihabiskan <1/2 porsi yang dihabiskan
1/2 porsi yang dihabiskan Lain-lain,
___________________________________
Makanan tambahan:
Dihabiskan Tidak dihabiskan Kadang-kadang
dihabiskan
2. Pola pemenuhan cairan
Frekuensi minum:
< 3 gelas/hari > 3 gelas/hari
Jika jawaban > 3 gelas/hari, alasan:
Takut kencing malam hari Persediaan air minum terbatas
Tidak haus Kebiasaan minum sedikit
Jenis miuman:
Air putih Kopi Teh Susu Lainnya, ___________
3. Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur:
< 4 jam 4-6 jam > 6 jam
Gangguan tidur berupa:
Insomnia Sulit mengawali
Sering terbangun Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur:
Santai Keterampilan
Diam saja Ibadah/kegiatan keagamaan
4. Pola eliminasi alvi
Frekuensi BAB: 1x/hari 2x/hari Lainnya, __________________
Konsistensi : _________________________
Gangguan BAB:
Inkotinensia alvi Konstipasi Diare Tidak ada
5. Pola eliminasi uri
Frekuensi BAK: 1-3x/hari 4-6x/hari > 6x/hari
Warna urine : kuning
Gangguan BAK :
Inkotinensia urine Retensi urine Lainnya, Tidak ada
6. Pola aktivitas
Kegiatan produktif lansia yag sering dilakukan:
52
Total Nilai 99
Keterangan:
Masing- masing indikator penilaian memiliki rentang nilai 5-10
Interpretasi:
60 : Ketergantungan penuh
65-125 : Ketergantunagn ringan
53
120 : Mandiri
H. Pengkajian Lingkungan
1. Pemukiman
Luas bangunan : 9x4
Bentuk bangunan :
Permanen Petak Asrama Paviliun
Jenis bangunan :
Permanen Semi permanen Non permanen
Atap rumah :
Genting Seng Ijuk Kayu Asbes
Dinding :
Tembok Kayu Bambu Lainnya, ________________
Lantai :
Semen Ubin Keramik Tanah Lainnya,______
Kebersihan lantai : Baik Kurang
Ventilasi : < 15% luas lantai 15% luas lantai
Pencahayaan : Baik Kurang
Pengaturan penataan perabot: Baik Kurang
Kelengkapan alat rumah tangga: Lengkap Tidak Lengkap
2. Sanitasi
Penyediaan air bersih (MCK) :
PDAM Sumur Sungai Lainnya, _______________
Penyediaan air minum :
Air rebus sendiri Air biasa tanpa rebus Beli air kemasan
Pengelolaan jamban: Bersama Pribadi Kelompok Lainnya,
Jenis Jamban :
Leher angsa Cemplung tertutup Cemplung terbuka
Lainnya, ______________________________
Jarak dengan sumber air: < 10 meter > 10 meter
Sarana pembuangan air limbah: Lancar Tidak lancar
Pembuangan sampah :
Ditimbun Dibakar Didaur ulang
Di buang sembarang tempat Di kelola dinas
Polusi udara :
Pabrik Rumah Tangga Industri Lainnya, Tidak ada
Pengelolaan binatang pengerat :
54
PRIORITAS DIAGNOSA
No. Prioritas Diagnosa
1 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi dan
penurunan integritas tulang
2
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
59
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI
.
1. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Definisi : Kriteria Hasil 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari 1. Pergerakan esktremitas dari keluhan fisik lainnya
satu atau lebih esktremitas secara skala 2 (cukup menurun) 2. Identifikasi toleransi fisik
mandiri menjadi skala 4 (cukup melakukan pergerakan
Penyebab: meningkat) 3. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
1. Penurunan massa otot 2. Kekuatan otot dari skala 2 dengan alat bantu (mis. pagar
2. Penurunan kekuatan otot (cukup menurun) menjadi skala tempat tidur)
3. Kekakuan sendi 4 (cukup meningkat) 4. Libatkan keluarga untuk
4. Gangguan muskuloskletal 3. Rentang gerak (ROM) dari membantu pasien dalam
5. Nyeri skala 2 (cukup menurun) meningkatkan pergerakan
6. Kecemasan menjadi skala 4 (cukup 5. Jelaskan tujuan dan prosedur
Gejala dan tanda mayor meningkat) mobilisasi
Subjektif : 4. Nyeri dari skala 2 (cukup 6. Anjurkan melakukan mobilisasi
Mengeluh sulit menggerakkan meningkat) menjadi skala 4 dini
esktremitas (cukup menurun) 7. Ajarkan mobilisasi sederhana (mis.
Objektif : 5. Kecemasan dari skala 2 (cukup duduk di tempat tidur, duduk di
1. Kekuatan otot menurun meningkat) menjadi skala 4 sisi tempat tidur, pindah dari
2. Rentang gerak (ROM) menurun (cukup menurun) tempat tidur ke kursi
Gejala dan tanda minor 6. Kaku sendi dari skala 2 (cukup 8. Ajarkan pasien untuk melakukan
Subjektif : meningkat) menjadi skala 4 latihan gerak aktif
1. Nyeri saat bergerak (cukup menurun) 9. Monitor kemampuan pasien
2. Merasa cemas saat bergerak 7. Gerakan terbatas dari skala 2 melakukan gerak aktif
Objektif : (cukup meningkat) menjadi
1. Sendi kaku skala 4 (cukup menurun)
2. Gerakan terbatas 8. Kelemahan fisik dari skala 2
3. Fisik lemah (cukup meningkat) menjadi
60
IMPLEMENTASI
EVALUASI
4.3 JURNAL 1
Judul : Tingkat Pengetahuan Terhadap Penanganan Penyakit Rheumatoid Artritis Pada Lansia
Penulis : Juli Andri, Padila, Andry Sartika, Selviyana Ega Nanang Putri, Harsismanto
Tahun :2020
P (Problem) I (Intervention) C (Comparation) O (Outcome)
Sebagian besar masyarakat Dalam penelitian ini Berdasarkan uji kolerasi Berdasarkan hasil
Indonesia menganggap remeh digunakan jenis penelitian yang telah dilakukan pada penelitian, terdapat
penyakit Rematik, karena observasional analitik dengan penelitian ini dapat di lihat hubungan antara tingkat
sifatnya yang seolah-olah rancangan penelitian Korelasi. bahwa nilai korelasi tingkat pengetahuan dengan
tidak menimbulkan kematian Dimana rancangan penelitian pengetahuan dengan penanganan penyakit
padahal rasa nyeri yang ini digunakan untuk melihat penanganan penyakit rheumatoid arthritis di Balai
ditimbulkan sangat hubungan tingkat rheumatoid arthritis di dapat Pelayanan dan Penyantunan
menghambat seseorang untuk pengetahuan perawatan lansia nilai r = 0.904 atau kekuatan Lanjut Usia Pagar Dewa
melakukan aktivitas sehari- dengan kejadian Reumatoid hubungan sangat kuat, dan Kota Bengkulu.
hari. Penyakit Rematik sering Artritis pada lansia di Balai pola hubungan positif (+)
kita dengar di masyarakat, Pelayanan dan Penyantunan yang artinya semakin tinggi
Namun pemahaman yang Lanjut Usia Pagar Dewa tingkat pengetahuan
benar tentang Rematik di Bengkulu.Cara pengumpulan responden maka semakin
keluarga belum memuaskan. data diperoleh lansung dari tinggi pula penanganan
Banyak orang menganggap subjek penelitian meliputi terhadap penyakit
rheumatoid arthritis sebagai informasi mengenaai tingkat rheumatoid arthritis
radang sendi biasa, sehingga pengetahuan lansia dan responden. Dan didapatkan
mereka terlambat melakukan dengan penanganan penyakit pula nilai p. value 0.000 atau
pengobatan (Padila, 2013). rheumatoid arthritis pada p.value < α yang artinya ada
Salah satu faktor yang lansia di Balai Pelayanan dan hubungan antara tingkat
mempengaruhi perilaku Penyantunana Lanjut Usia pengetahuan dengan
tentang penatalaksanaan Pagar Dewa Kota Bengkulu penanganan penyakit
rheumatoid arthritis adalah melalui pertanyaan yang rheumatoid arthritis pada
pengetahuan dan informasi. diberikan. lansia di Balai Pelayanan dan
64
JURNAL 2
Judul :Pengaruh latihan gerak aktif terhadap intensitas nyeri rematik pada lansia
Penulis :Adi Antoni, Nurhabibah Lubis
Tahun :2018
P (Problem) I (Intervention) C (Comparation) O (Outcome)
Terapi farmakologi Desain penelitian kuantitatif Berdasarkan hasil pengujian, Berdasarkan hasil
seperti NSAID dapat berisiko yangdigunakan dalam pemberian latihan rentang penelitian, latihan gerak
mengalami toksisitas pada penelitian ini adalah kuasi gerakdapat menyebabkan aktif dapat
system gastrointestinal, dan eksperimen dengan rancangan rileks sehingga akan menurunkanintensitas nyeri
kardio-renal. Terapi non one group pre-test and mengaktifkan sistem limbik pada lansia, dimana terjadi
farmakologi yang dapat posttest only design (Polit & dalam tubuh bertujuan untuk penurunan itensitas nyeri
digunakan antara lain Beck, 2012). memproduksi hormone dengan rerata pre test 4.88
fisioterapi, terapi okupasi, Metode pengambilan sampel endorfrin. Selanjutnya dan posttest 3.38, nilai
hand exercise, podiatri, diet yang digunakan dengan cara hormon endorfrin dilepaskan p<0.001.
dan terapi komplementer purposive sampling. Criteria untuk memblok transmisi
(NICE, 2018). sampel yaitu klienlansia RA stimulus nyeri. Stimulus
dengan intensitas nyeri ringan kutaneus seperti latihan
Latihan gerak aktif sampai sedang. Jumlah rentang gerak mengaktifkan
merupakan sampel sebanyak 16 transmisi serabut A-beta
salah satu bagian dari terapi responden. Pengambilan data yang lebih besar dan lebih
non farmakologi. Latihan ini dilakukan dengan cepat, implus ini akan
juga memiliki dampak menggunakan Numeric menghambat implus dari
kesehatan bagi klien Rating Scale (NRS). Analisis serabut berdiameter kecil
65
JURNAL 3
Judul :Peningkatan Kenyamanan Lansia Dengan Nyeri Rheumatoid Arthritis Melalui Model Comfort Food For The Soul
Penulis :Dhina Widayati, Farida Hayati
Tahun :2017
P (Problem) I (Intervention) C (Comparation) O (Outcome)
Salah satu permasalahan Penelitian ini menggunakan Berdasarkan hasil pengujian, Berdasarkan hasil
lansia dalam sistem Quasyeksperimen dengan Pre- data tingkat penelitian, model comfort
muskuloskeletal adalah post test control group design. kenyamananresponden pada food for the soul
Rheumatoid Arthritis (RA). Jumlah sampel 32 responden kelompok perlakuan dan yangdiberikan melalui
Padaorang tua dengan RA diperoleh dengan purposive kontrol sesudah pemberian music religi dan slow depth
memiliki keluhan utama nyeri sampling dibagi menjadi intervensi model comfort for breath dapat menurunkan
yang juga dapat menjadi kelompok eksperimen dan the soul menunjukkan bahwa tingkat stres padalansia
stressor terhadap stres. kontrol. Data variabel sebagian responden, 8 orang yang menderita RA melalui
Salah satu bentuk intervensi dependen dikumpulkan (50,00%) pada kelompok produksiBeta Endorphin
dalam model kenyamanan melalui DASS kuesioner perlakuan mempunyai pada jalur mekanisme HPA
makanan bagi jiwa dapat (tingkat stres) dan GCQ tingkat kenyamanan dalam axis. Model comfort fod for
66
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk
saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
67
68
DAFTAR PUSTAKA
Antoni, A., & Lubis, N. (2018). Pengaruh latihan gerak aktif terhadap intensitas nyeri
rematik pada lansia. 3(2), 2016–2019.
Ermawan Budhy, S.Kp.,M.Sc. 2018. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Yogyakarta: PT Pustaka Baru
Juli Andri, Padila, Andry Sartika, Selviyana Ega Nanang Putri, H. (2020). Tingkat
Pengetahuan Terhadap Penanganan Penyakit Rheumatoid Artritis Pada Lansia. 2,
12–21.
Kholifah Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan : Pusdik SDM
Kesehatan
Lilik Ma’rifatul. 2016. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Martono, H. Hadi, 2014. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi, 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defini dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi, 1. Jakarta: DPP PPNI.
Priasmoro, D. P., Ernawati, N., Basic, T., Support, L., Di, B. L. S., & Ponorogo, K.
(2017). Peningkatan Kenyamanan Lansia Dengan Nyeri Rheumatoid Arthritis
Melalui Model Comfort Food For The Soul. 5(1), 6–15.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6; Cet.1 ;
Jil.II . Jakarta : EG
Wahyuningsih Heni Puji, Kusmiyati Yuni. 2017. Anatomi Fisiologi. Jakarta Selatan :
Pusdik SDM Kesehatan