Analisa Sistem Tenaga Listrik untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, karena
pembangunan pada hakekatnya adalah usaha pemerintah untuk
Di Minahasa Dalam Menghindari Padam Total mencapai kemakmuran dan kesejahtaan bagi seluruh
masyarakat.
Hardiyanto Labulu(1), Ir. Fielman Lisi, MT. (2), Maickel Tuegeh, ST., MT. (3)
(1) Mahasiswa, (2) Pembimbing 1, (3) Pembimbing 2.
Abstract A. Umum
Along with the increasing need for and use of electric Perkembangan pemakaian tenaga listrik oleh konsumen,
power by the people , it is necessary that a continuous supply berkembang seirama dengan kebutuhan masyarakat akan
of electric power with an adequate quantity and quality , so tenaga listrik. Untuk keperluan penyedian tenaga listrik bagi
that the power outage does not need to occur in the entire para konsumen, diperlukan berbagi peralatan listrik yang
system , but the electrical system Minahasa Manado and dihubungkan satu sama lain yang mempunyai inter-relasi dan
Bitung often extinguished completely if there is one a secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik.
generator trip . Yang dimaksud dengan sistem tenaga listrik disini adalah
From the research results clearly indicate that the sekumpulan pusat listrik dan gardu induk yang satu sama lain
total system outages Minahasa Manado and Bitung in case dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan
one of the generators trip , caused shortages of available sebuah kesatuan interkoneksi.
power where power generated is less than the system load . Biaya operasi dari sistem tenaga listrik pada umumnya
Based on the research that the total extinguished merupakan bagian biaya yang terbesar dari biaya suatu
when one generator trip , is caused by a very rapid disruption perusahaan listrik.
that can not be resolved by the operator to reduce the Secara garis besar biaya operasi dari suatu sistem
regulatory burden of system load , this is due to the tenaga listrik terdiri dari biaya investasi pembayaran, biaya
unavailability ( Automatic Frequency Load Shedding ) with operasional, biaya bahan bakar/minyak lumas dan material
mengguanakan Under Frequency Relay. operasi dan biaya pemeliharaan.
Keywords : Engine Trouble, Frequency, Off to Total, Over Keempat biaya tersebut di atas, biaya bahan bakar pada
Load. umumnya adalah biaya yang terbesar. Untuk PLN biaya bahan
bakar adalah ± 60% dari biaya operasi secara keseluruhan.
I. PENDAHULUAN Mengingat hal-hal tersebut di atas maka operasi sistem
tenaga listrik perlu dikelolah atas dasar pemikiran manajemen
Tenaga listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok operasi yang baik terutama karena melibatkan biaya operasi
manusia pada dewasa ini, dalam era pembangunan sumber yang terbesar dan juga karena langsung menyangkut citra PLN
tenaga listrik adalah salah satu masalah yang menjadi perhatian kepada masyarakat. Manajemen operasi sistem tenaga listrik
pemerintah, dimana tenaga listrik merupakan salah satu sarana haruslah memikirkan bagaimana menyediakan tenaga listrik
E-journal Teknik Elektro dan Komputer (2015), ISSN : 2301-8402 27
Awalnya, masing-masing unit mempunyai beban P 1 listrik. Jika pengaturan ini di lakukan dengan menggunakan
komputer maka software dari komputer harus di isi datanya
dan P 2 sedangkan frekwensinya F1 dan jumlah beban P. oleh Pusat Pengatur Beban agar sesuai dengan kondisi sistem,
Kemudian beban berubah menjadi P′ sehingga beban masing- hal ini menyangkut penentuan unit pembangkit yang akan
diikuti dalam pengaturan frekwensi sistem serta penentuan
1 1 1
masing unit pembangkit menjadi P 1 dan P 2 =P dan faktor partisipasi. Faktor partisipasi ini tergantung pada syarat-
syarat mekanik dari unit pembangkit yang menyangkut
frekwensi turun menjadi F2 . kecepatan perubahan beban yang diperoleh (MW/detik),
Masa proses ini tidak ada pengaturan sekunder, sebab sehingga untuk pengaturan sekunder terutama yang memakai
terlihat bahwa unit pembangkit 1 yang mempunyai speed drop komputer perlu diketahui terlebih dahulu daya pengaturan
sistem yaitu berapa MW yang diperlukan untuk menaikkan
S 1 yang lebih kecil dari S 2 mengalami penambahan beban frekwensi sebesar satu Hertz.
1 Untuk mengetahui daya pengaturan sistem maka ∆F
unit pembangkit no. 2 sebesar P 2 − P2 . yaitu penyimpangan frekwensi terhadap frekuensi yang
Jadi dalam sistem yang terdiri banyak unit pembangkit dikehendaki, dapat dihitung daya yang diperlukan untuk
apabila terjadi perubahan beban maka unit pembangkit yang mengoreksi penyimpangan frekwensi sebesar ∆P = k f ∆F
mempunyai speed drop kecil akan mengalami penambahan
beban yang lebih besar dari pada unit pembangkit yang untuk kf adalah suatu konstanta yang menggambarkan daya
mempunyai speed drop besar. Sistem yang terdiri dari banyak
pembangkit sesungguhnya dapat dianalogikan dengan sebuah pengaturan sekunder, maka ∆P yang diperlukan ini dibagikan
unit pembangkit besar yang mempunyai speed drop tertentu. kepada unit yang direncanakan mengikuti pengaturan
Sering dipergunakan istilah statisme dari sistem yaitu frekwensi dengan memperhatikan faktor partisipasi dari
suatu angka yang menggambarkan berapa MW yang masing-masing unit pembangkit tersebut.
diperlukan untuk menurunkan frekwensi sistem satu hertz Jika pengaturan sekunder berlangsung cukup lama
tanpa pengaturan sekunder. Statisme tergantung pula pada maka pengaruh turunnya frekwensi sebagai akibat kenaikan
banyaknya unit pembangkit yang beroperasi dalam sistem serta beban sudah akan berpengaruh sehingga proses pengaturan
penyetelan speed drop-nya. Frekwensi adalah fungsi dari beban sekunder seperti yang digambarkan oleh gambar 3 yang
pada sistem. sesungguhnya berlangsung seperti digambarkan pada gambar
4.
E. Pengaturan Primer Dalam Keadaan Statis Frekwensi dinaikkan dari titik 1 ke titik 2, ini
Statisme suatu sistem adalah angka yang menyebabkan kenaikkan beban sistem mengikuti kenaikkan
menggambarkan berapa hertz frekwensi akan berubah untuk frekwensi, juga kenaikkan beban ini menyebabkan penurunan
perubahan dengan MW tertentu. frekwensi sepanjang garis statisme sistem menuju ke titik 3 dan
Statisme semata-mata merupakan hasil pengaturan seterusnya tahap demi tahap sampai ke titik 7.
primer dari governor-governor dalam sistem. Untuk proses ini dianggap bahwa selama langkah
Garis statisme dalam gambar 2 menunjukkan kenaikkan frekwensi dari titik 1 ke titik 2 dan dari titik 3 ke
titik 4, dari titik 5 ke titik 6, tidak terjadi kenaikkan beban
F1 − F2 F2 − F3 karena langkah-langkah kenaikkan frekwensi ini cukup kecil
Statisme = = (1)
(
− P1 − P2 ) (
− P2 − P3 ) dan belangsung cukup cepat sehingga beban belum naik.
Naiknya frekwensi dari titik 1 ke titik 7, beban juga
Untuk F1 − F2 sama dengan turunnya frekwensi karena naik sebesar ∆ B.
beban naik dari P1 menjadi P2 dan F2 − F3 sama dengan
turunnya frekwensi beban naik dari P2 menjadi P3 . G. Daya Tersedia dalam Sistem
Tanda negatif menunjukkan frekwensi (F ) turun
Daya tersedia dalam sistem tenaga listrik haruslah
cukup untuk melayani kebutuhan tenaga listrik dari pelanggan.
apabila beban (P ) naik. Persamaan 1 didapat dari geometri Daya tersedia tergantung kepada daya terpasang unit-unit
pembangkit dalam sistem dan juga tergantung kepada kesiapan
gambar 2
operasi unit-unit tersebut, berbagai faktor seperti gangguan
atau kerusakan dan pemeliharaan rutin menyebabkan unit
F1 − F2
=
AB
=
(
− P1 − P2 ) (2)
pembangkit tidak siap operasi.
Untuk dapat melayani beban yang diperkirakan dari
F2 − F3 BC − (P 2
− P)
3
perkiraan beban (load forecast) dan juga mengingat masalah
pemeliharaan unit pembangkit, maka harus diusahakan agar
daya tersedia dalam sistem selalu cukup untuk melayani beban.
F. Pengaturan Sekunder Karena unit pembangkit yang direncanakan tersedia untuk
Proses pengaturan frekwensi melalui pengaturan operasi dalam sistem ada kemungkinan mengalami force
sekunder berlangsung dalam sistem sebagai akibat penambahan outage maka besarnya cadangan daya tersedia sesungguhnya
beban, untuk uraian yang serupa dapat di analisa bagaimana merupakan ukuran keandalan operasi sistem. Keandalan
proses pengaturan frekwensi apabila terjadi penurunan beban operasi sistem sesungguhnya tidak semata-mata tergantung
dalam sistem. Pengaturan sekunder dapat dilakukan secara kepada cadangan daya yang tersedia dalam sistem tetapi juga
manual ataupun oleh komputer, jika di lakukan secara manual kepada besar kecilnya forced outage hours per-tahun dari unit
maka dalam sistem yang terdiri dari banyak unit pembangkit pembangkit yang beroperasi.
dan juga banyak pusat listrik yang tersebar, pelaksanaannya Keandalan operasi sistem akan makin tinggi apabila
perlu di koordinir. daya tersedia dalam sistem makin terjamin, sedangkan tingkat
Koordinasi pengaturan sekunder ini berarti pula jaminan tersedianya dalam sistem tergantung pada besarnya
koordinasi pembagian dalam sistem, oleh karenanya perlu di cadangan daya yang tersedia dan besarnya forced outage hours
lakukan pengaturan oleh Pusat Pengatur Beban sistem tenaga unit pembangkit dalam 1 tahun.
E-journal Teknik Elektro dan Komputer (2015), ISSN : 2301-8402 29
Seperti yang telah disebut diatas besarnya cadangan karena terlalu banyak unit yang ikut trip akibat beban lebih.
daya tersedia merupakan ukuran kuantitatif tingkat jaminan Sebelum ada unit pembangkit yang trip, keadaan adalah
penyediaan tenaga listrik dalam sistem. Secara kualitatif hal ini seimbang yang artinya daya yang dibangkitkan dalam sistem
perlu ditelaah lebih mendalam karena kualitas unit pembangkit PG = beban PB.
yang menyediakan cadangan daya tersedia ini, yaitu apakah
unit pembangkit sering mengalami gangguan atau tidak,
merupakan faktor utama dalam menentukan kualitas cadangan III. METODOLOGI PENELITIAN
daya tersedia.
Sistem tenaga listrik Minahasa merupakan sistem
H. Pengaturan Frekwensi tenaga listrik yang digunakan untuk menyediakan atau
Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga menyalurkan energi listrik dengan daerah pelayanan meliputi
listrik bagi para pelanggan dengan frekwensi yang praktis kota Manado, Bitung, Minahasa Utara, Minahasa Selatan,
konstan, sebab penyimpangan frekwensi dari nilai nominal Minahasa Induk, dan Minahasa Tenggara dimana sistem ini
harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. bekerja secara interkoneksi. Sistem tenaga listrik ini memiliki
Daya aktif mempunyai hubungan erat dengan nilai beberapa pusat tenaga listrik yaitu Pusat Listrik Tenaga Air
frekwensi dalan sistem, sedangkan beban sistem yang berupa (PLTA) yang terdiri dari PLTA Tonsea Lama, PLTA Tanggari
daya aktif maupun reaktif selalu berubah sepanjang waktu, 1, PLTA Tanggari 2 dan Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi
sehubungan dengan ini maka untuk mempertahankan frekwensi (PLTPB), PLTPB Lahendong serta Pusat Listrik Tenaga Diesel
dalam batas toleransi yang diperbolehkan. (PLTD) yaitu, PLTD Bitung, PLTD Lopana, PLTD Sewa.
Pembangkitan daya aktif dalam sistem harus
disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan atas daya aktif, A. Tempat dan Waktu Penelitian
penyesuaian daya aktif ini dilakukan dengan mengatur
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Manado, dengan
besarnya kopel penggerak generator.
pengambilan data di AP2B Tomohon.
Untuk sistem tenaga listrik umumnya digunakan
generator sinkron untuk pembangkit tenaga listrik yang utama,
maka pengaturan frekwensi sistem praktis tergantung kepada
karakteristik generator sinkron.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dengan metode studi kasus
Menurut hukum Newton ada hubungan antara kopel
dengan mengumpulkan data yang sering terjadinya gangguan
mekanis penggerak generator dengan perputaran generator
pembangkit.
yaitu
Tahap pelaksanaan penelitian dan pengolahan data
dω mengumpulkan data dari PT. PLN Persero Suluttenggo
TG − TB = H × (3)
dt mengenai gangguan pembangkit yang berakibat padam total,
melakukan perhitungan besar turunnya frekwensi bila salah
TG = Kopel penggerak generator satu mesin trip dan melepas beban untuk menghindari
gangguan yang lebih besar.
TB = Kopel beban yang membebani generator
H = Momen inersia dari generator C. Pengambilan Data
ω = Kecepatan sudut perputaran generator Data yang yang digunakan pada penelitian sebagian
besar bersumber dari PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo.
I. Prinsip Kerja Governor Data yang digunakan yaitu data pembangkit dan data gangguan
Pengaturan frekwensi sistem, harus dilakukan dengan yang berakibat padam total.
melakukan pengaturan penyediaan daya aktif dalam sistem.
Pengaturan penyediaan daya aktif dilakukan dengan D. Data Operasi
pengaturan besarnya kopel mekanis yang diperlukan untuk Data operasi sistem tenaga listrik saat beban puncak
memutar generator, hal ini berarti pengaturan dalam pemberian dapat dilihat pada tabel I dan data gangguan pembangkit yang
bahan bakar pada mesin diesel/air yang masuk pada turbin air. beroperasi pada tabel II.
Pengaturan dalam pemberian bahan bakar/air tersebut
dilakukan oleh governor unit pembangkit yang dapat dilihat
dalam gambar 5. IV. PEMBAHASAN
J. Penurunan Frekwensi Karena Gangguan Unit Dengan metode penelitian studi kasus, maka data yang
Pembangkit dikumpulkan dalam penelitian sering terjadinya padam total
Penambahan beban secara mendadak mempunyai adalah besarnya frekwensi minimum operasi sistem tenaga
dampak menurunkan frekwensi sistem, begitu pula apabila ada listrik adalah sebesar 50 ± 0.2 Hz dan besarnya frekwensi
unit pembangkit yang terganggu dan trip (jatuh) dari sistem, sistem yang pada saat pelepasan tanpa waktu tunda adalah
dampaknya juga menurunkan frekwensi. Dalam hal ini akan sebesar 49.6 – 49.3 Hz.
dibahas bagaimana menghitung penurunan frekwensi yang Besar frekwensi bila terjadi gangguan (trip) mesin
terjadi dalam sistem sebagai akibat gangguan unit pembangkit pembangkit yang berakibat padam total adalah sebesar < 49.3
yang mengalami trip dari sistem tanpa menghitung respons Hz.
governor. Karena daya tersedia dalam sistem haruslah cukup
Respons governor tidak diperhitungkan untuk untuk memenuhi kebutuhan permintaan akan tenaga listrik dari
mendapatkan hasil perhitungan yang lebih aman, karena konsumen maka pengaturan pengoperasian sistem
perhitungan penurunan frekwensi sebagai akibat trip nya salah pembangkitan, yaitu dengan mengikuti perkembangan beban.
satu unit pembangkit dimaksud untuk merencanakan pelepasan Contoh kasus terjadinya padam total yang terjadi pada :
beban dengan menggunakan Under Frequensi Relay (UFR) Senin, 19 November 2012 jam 11.52 WITA. Dari data yang
ketika menghindarkan gangguan padam total dalan sistem diperoleh, penulis mengambil contoh dari PLTA Bitung yang
E-journal Teknik Elektro dan Komputer (2015), ISSN : 2301-8402 30
terdiri dari 3 unit yang beroperasi. Saat terjadinya gangguan F1 = 49.496 Hz, maka selang waktu t1 → t 2 selanjutnya
tersebut beban sistem mencapai 8.0 MW sedangkan daya
tersedia 12.12 MW yang berarti sistem masih mempunyai daya dihitung dulu PB1 , karena :
cadangan berputar sebesar 4.12 MW.
Unit yang mengalami gangguan adalah unit yang σ PB 8 .0
D= = dianggap linier
mempunyai beban terbesar dan daya tersedia terbesar dalam σF 50 Hz
sistem sehingga daya tersedia dalam sistem akan mengalami
pengurangan sebesar 4.04 MW sehingga daya tersedia tinggal F1 49.496
8.08 MW sedangkan beban tetap 8.0 MW yang berarti dalam PB1 = × PB 0 = × 8.0 = 7.919 MW
F0 50
sistem kekurangan daya sebesar 8.0 – 8.08 = – 0.08 MW.
Akibat dari berkurangnya daya tersedia akan menyebabkan Sehuingga diperoleh :
beban generator menjadi lebih besar dari daya mesin penggerak df 49.496 (8.0 − 2.5) − 7.919
atau dengan kata lain mesin penggerak menerima beban yang t1 → t 2 = ×
lebih besar dari kemampuannya (overload). dt 2 (4.02 − 1.02 ) 4.12
− 2.419
Perhitungan besar turunnya frekwensi bila salah satu unit = 8.24 ×
pembangkit trip 4.12
Besarnya penurunan frekwensi akibat salah satu unit = − 4.838 Hz/det
pembangkit lepas dari sistem, sangat tergantung pada berapa
besarnya cadangan daya yang tersedia dalan sistem serta Maka :
df
t1 → t 2 × (t 2 → t1 )
besarnya inersia sistem.
Inersia sistem sangat menentukan laju penurunan F2 = F1 + (6)
frekwensi saat terjadinya gangguan salah satu unit pembangkit dt
trip, hal ini disebabkan oleh berapa besar kemampuan kopel (
= 49.496 + − 4.838 × 0.1)
mesin penggerak menerima kejutan beban dalam MW/det,
sehingga makin besar inergin sistem makin lambat penurunan = 49.01 Hz
frekwensi besarnya inersia sistem adalah besar daya mekanik Demikian seterusnya dapat dihitung berapa besar turunnya
per-MW daya terpasang sistem. frekwensi selang 1 detik kemudian.
Apabila kasus tanggal 19 Nov 2012 dihitung besar
turunnya frekwensi yang turun akibat salah satu unit terbesar
trip adalah sebagai berikut : Melepas Beban Untuk Menghindari Gangguan Yang
Diketahui : Lebih Besar
Jumlah unit mesin yang beroperasi adalah 3, dengan total Pelepasan beban sebagai akibat dari terganggunya unit
beban 8.800 kW. Daya yang tersedia 12.120 kW, frekwensi pembangkit, gangguan unit pembangkit dapat mengakibatkan
sistem 50 Hz salah satu unit dengan beban 2.500 kW trip. penurunan frekwensi sistem, yang disebabkan terjadinya
Maka dalam kasus ini akan di hitung berapa Hz/detik pembebanan mendadak pada sistem sedangkan energi kinetis
penurunan frekwensi. sistem berkurang sehingga beban generator menjadi lebih besar
Bilamana sebelum gangguan membangkitkan daya 2.5 dari pada daya mesin penggerak.
MW dengan daya terpasang 4.04 MW dan nilai H = 1.02 maka Apabila laju (df/dt) besar dapat membahayakan sistem,
dapat dihitung sebagai berikut : sehingga untuk menghindari gangguan besar pada sistem
Bila frekwensi awal F0 = 50 Hz , PSO = 2.5 MW dalam (padam total), maka perlu dilakukan pelepasan beban yang
bertujuan untuk memperkecil pengaruh PSO (daya tersedia
interval waktu t 0 → t1 = 0.1 detik dan t1 → t 2 = 0.1 detik .
lebih kecil dari beban).
Maka :
Pelepasan beban dapat dilakukan dengan menggunakan
df F0 PSO UFR (Under Frequency Relay), seperti kasus yang sudah
= × (4) diuraikan di atas yaitu dengan tergangguanya unit yang
dt 2H PGOT − PSOT
berbeban 2.5 MW dapat mengakibatkan penurunan frekwensi
50 2 .5 sebesar 0.99 Hz dalam selang waktu 0.2 detik, sehingga dalam
=− ×
( )
waktu 0.6 detik setelah gangguan frekwensi akan turun
2 4.02 − 1.02 12.12 − 8.0 mencapai 46.59 Hz, sehingga untuk menghindari sistem dari
gangguan yang lebih besar maka perlu dilakukan pelepasan
2 .5
= 8 .3 = − 5.036 Hz/det beban sebesar 4.04 MW untuk mengurangi pengaruh PSO
4.12
(sebesar 2.5 MW), agar frekwensi sistem dapat kembali normal
dengan cepat.
Sehingga selang waktu frekwensi dari t 0 → t1 pada saat
Apabila :
t1 adalah F1 sebesar :
F0
df
t 0 − t1 × (t1 → t 0 ) df F1 PGO − (PSO − PBR ) − PB
dt
(5)
1− 2 = (7)
dt 2H PGOT − PSOT
( )
50 + − 5.036 × 0.11 = 49.496 Hz
Untuk PBR = besar beban yang dilepas UFR.
Berarti besar frekwensi pada saat 0.1 detik setelah terjadi
Penurunan frekwensi akan mencapai 45.57 Hz dalam
gangguan frekwensi telah turun mencapai 49.496 Hz, untuk
waktu 0.6 detik, sedangkan frekwensi yang diijinkan untuk
selang waktu berikutnya selama 0.1 detik dengan
keamanan sistem sampai dengan 49.3 Hz, hal ini pun harus
dilakukan pelepasan beban tanpa waktu tunda.
E-journal Teknik Elektro dan Komputer (2015), ISSN : 2301-8402 31
Gambar 2 Garis statisme dalam hubungannya dengan frekwensi dan TABEL I DATA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
beban.
Daya Rencana Daya Mampu
No Pembangkit Terpasang
Minahasa Unit Salur Beban Salur Salur Real
KW Kit. Puncak Kit. Ops. isasi
1 PLTA 1 4.400 2,966 2,966 2,966 2,966 2.966
Tonselama 2 4,500 3,460 3,460 3.460 2,965 2,965
3 5.440 3,949 3.949 3,949 3,949 3.949
Sub Jumlah (1) 14,380 10,375 10.375 10,375 9,880 9,880
2 PLTA 1 9,000 7,869 7,869 7,869 7,869 7,869
Tanggari I 2 9,000 7,374 7,374 7,374 7,374 7,374
Sub Jumlah (2) 18,000 15,243 15,243 15,243 15,243 15,243
3 PLTA 1 9,500 0 0 0 7,377 7,377
Tanggari II 2 9,500 8,862 8,862 8,862 8,862 8,862
Sub Jumlah (3) 19,000 8,862 8,862 8,862 16,239 16,239
Total PLTA 51,380 34,480 34,480 34,480 41,362 41,362
4 PLTD 1 4,040 2,851 2,851 2,851 3,148 3,148
Bitung 2 4,040 0 0 0 2,356 2,356
3 4,040 2,356 2,356 2,356 - -
4 5,000 1,638 1,638 1,638 2,628 2,628
5 5,400 2,401 2,401 2,401 2,401 2,401
6 5,400 3,094 3,094 3,094 3,094 3,094
7 8,800 3,714 3,714 3,714 3,714 3,714
8 8,800 0 0 0 - -
9 11,000 4,619 4,619 4,619 4,619 4,619
Sub Jumlah (4) 56,520 20,673 20,673 20,673 21,960 21,960
5 PLTD 1 5,000 4,265 4,265 4,265 3,770 3,770
Lopana 2 5,000 3,770 3,770 3,770 3,275 3,275
Sub Jumlah (5) 10.000 8,035 8,035 8,035 7,044 7,045
6 PLTP 1 20,000 15,900 15,900 15,900 15,900 15,90
0
2 20,000 15.040 15,040 15.040 14,842 14,84
2
3 20,000 0 0 0 - -
4 0 16,625 16,625 16,625 17,417 17,41
Gambar 3 Pengaturan sekunder untuk menaikkan frekwensi sistem. 7 PLTU 1 0 0 0 0 -
7
-
2 0 5,725 5,725 5,725 - -
Sub Jumlah (7) 5,725 5,725 0 0
8 Genset Sewa 45,000 42,000 42,000 42,000 43,000 43,000
Sewatama Bitung 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000
Sewa KPM Btg
Sewa Tambahan Btg 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000
Sewa Tambahan Mnd 5,000 4,000 4,000 4,000 5,000 5,000
Sewa KPM Lopana 20,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000
Sub Total I 222,900 158,478 158,478 158,478 161,525 161,525
Untuk kasus ini apabila F1 = 46.59 Hz , pada waktu t1 Cara yang sama perhitungan dapat dilanjutkan hinggga
frekwensi mencapai 50 Hz, waktu yang dibutuhkan berapa
dilakukan pelepasan beban maka waktu t 2 frekwensi akan naik lama. Sehingga dapat diketahui bahwa dengan melakukan
sebesar : pelepasan beban sebesar 4.04 MW, frekwensi akan naik
kembali karena nilai df/dt menjadi positif. Nilai df/dt akan
PBR = 4.04 MW positif apabila PBR > PSO yang artinya apabila beban yang
Maka : dilepas lebih besar dari daya pembangkitan yang hilang karena
46.59 ada unit pembangkit yang terganggu yaitu PSO .
PB1 = × 8.0 = 7.45 MW
50
8.0 − (2.5 − 4.04 ) − 7.45
V. KESIMPULAN
df 46.59
1 − 2 = ×
dt 2 (4.02 − 1.02 ) 12.12 − 8.0 Selesainya pelaksanaan penelitian dan penyusunan
( )
skripsi, maka penulis dapat menarik kesimpulan.
8.0 − − 1.54 − 7.45 Setelah terjadinya gangguan mesin pembangkit maka
= 7.76 × = 3.93 Hz/det
4.12 dari hasil penelitian dan perhitungan contoh kasus yang terjadi
pada tanggal 19 November 2012, ternyata bahwa hipotisesis
Sehingga besar frekwensi setelah pelepasan beban pada pertama dan kedua dapat diterima yaitu
Terjadinya pengurangan daya tersedia sebesar 4.04 MW dari
waktu t 2 dalam interval waktu t1 → t 2 sebesar 0.1 detik, maka daya tersedia sebelumnya sebesar 12.12, sehingga daya tersedia
yang tersisa sebesar 12.12 – 4.04 = 8.08 MW sedangkan beban
F2 adalah sebesar :
sistem berkurang yaitu sebesar 8.0 MW dari daya mesin.
df
1 − 2 × (t 2 → t1 )
Akibat berkurangnya daya tersedia pembangkit berakibat
F2 = F1 terjadinya pembebanan lebih pada mesin pembangkit karena
dt beban generator menjadi lebih kecil dari daya mesin yaitu
= 46.59 + 3,93 × 0.1 sebesar 0.08 MW, sehingga dari perhitungan dan pengolahan
= 46.983 Hz data yang dikumpulkan ternyata dengan beban sebesar 0.08
MW, frekwensi akan turun sebesar waktu 0.6 detik.
Selanjutnya untuk selang waktu t 2 → t 3 dengan Perhitungan dari kasus yang terjadi pada tanggal 19
November 2012, bilamana dilakukan pelepasan beban sebesar
interval waktu 0.1 detik, maka besar F3 setelah 0.1 detik pada 4.04 MW maka dalam waktu 0.2 detik setelah pelepasan beban,
frekwensi naik.
saat t 3 sebesar :
46.983 DAFTAR PUSTAKA
PB 2 = × 8.0 = 7.52
50 [1] C. S. Siskind, Electrical Machine, second edition McGraw Hill
df 46.983 8.0 − (2.5 − 4.04 ) − 7.45 Book Company, 1978.
2−3= × [2] Ir. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Balai
dt 6 12.12 − 8.0 Penerbit & Humas ISTN Jakarta, 1990.
[3] J. B. Gupta, Electrical Power, sixth edition Katson Publishing
= 7.83 × 0.507 = 3.969 Hz/det House B. D. Kataria & Sons, 1980.
Sehingga : [4] R. H. Miller, Power System Operation, Second edition McGraw
Hill Book Company, 1983.
df
F3 = F2 2 − 3 × (t 3 − t 2 ) [5] W. D. Stevenson Jr. Alih Bahasa Ir. Kamal Idris, Sistem Tenaga
Listrik, edisi ke empat, Penerbit Erlangga, 1990.
dt [6] Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya.
= 46.983 + 3.969 × 0.1 = 47.397 Hz Penerbit PT. Gramedia Jakarta, 1990.