Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 6
PENENTUAN HARGA TRANSFER
Capaian : Mahasiswa dapat Memahami Penentuan
Harga Transfer
Pembelajaran
1.1 Tujuan penentuan harga transfer
Sub Pokok :
1.2 Metode penentuan haarga transfer
Bahasan 1.3 Penentuan harga jasa korporat
1.4 Administrasi harga transfer
1.5 Latihan soal
1. Anthony, Robert N., Govindarajan, Vijay.,
Daftar Pustaka : Management Control Systems, 7th edition
(Twelfth Edition), McGraw Hill International
Edition, 2007
2. Anthony, Robert N., Govindarajan, Vijay., Alih
Bahasa Maulana, Agus., Sistem Pengendalian
Manajemen, Edisi Keenam Jilid 1 dan Jilid 2,
Bina Rupa Aksara, Jakarta 1992
3. Anthony, Robert N., Govindarajan, Vijay.,
Management Control Systems, Edisi
terjemahan, Salemba Empat 2005
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar belakang


Semakin ketatnya persaingan di dunia usaha baik berupa barang atau jasa membuat
setiap perusahaan berusaha untuk dapat memenuhi segala kebutuhan konsumen dengan harga
yang relatif terjangkau namun tetap memperhatikan biaya-biaya yang diperlukan dalam
menghasilkan barang atau jasa tersebut . Salah satu yang mempengaruhi ialah harga transfer.
Harga transfer adalah biaya (cost) atau harga (price) yang dibebankan atas pemindahan
(transfer) suatu barang atau jasa dari satu divisi ke divisi lain dalam suatu perusahaan. Hal ini
berarti adanya biaya atau harga tambahan yang dikenanakan pada setiap barang atau jasa
yang diproduksi yang mengalami perpindahan dari satu divisi ke divisi lain dalam kegiatan
produksi. Kewenangan dalam menetapkan besaran harga transfer ini detentukan oleh masing-
masing divisi.
Harga transfer juga mempengaruhi keputusan manajemen dalam menetapkan besaran
harga suatu produk atau jasa yang akan dijual ke masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan oleh
setiap divisi bahwa apabila harga transfer yang ditentukan tinggi maka harga jual produk atau
jasa tersebut juga akan menjadi tinggi sehingga akan membuat masyarakat tidak tertarik
untuk membeli produk tersebut.
Oleh karena itu pada makalah ini kami mencoba menjelaskan bagaimana sebenarnya
yang dimaksud harga transfer tersebut. Sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi para
pembaca agar mengetahui bagaimana cara penentuan besaran harga transfer agar nantinya
bisa ditetapakan dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian harga transfer


 Menurut Tsurumi danGunadi (1997), dalam suatu grup perusahaan, transfer
pricing merupakan harga yang diperhitungkan untuk pengendalian manajemen
(management control) atas transfer barang dan jasa dalam satu grup perusahaan. 
 Menurut Charles T.Horngren, George Foster dan Srikant Datar dalam
akuntansi biaya, harga transfer merupakan harga yang dikenakan oleh satu subunit
(segmen, departemen, divisi dan sebagainya) untuk produk atau jasa yang dipasok ke
subunit lain dalam organisasi yang sama. 
 Menurut Ralph Estes dalam kamus akuntansi, harga transfer adalah suatu harga
internal yang dibebankan oleh satu unit (seperti divisi, perusahaan anak, atau
departemen) dari suatu perusahaan pada unit lainnya dalam perusahaan yang sama. 
 Menurut Don R.Hansen dan Maryanne M.Moven dalam management
accounting, harga transfer adalah harga yang ditagihkan untuk barang yang ditransfer
dari satu divisi ke divisi lainnya. 
 Menurut Sophar Lumbantoruan, harga transfer adalah penentuan harga atau balas
jasa atas suatu transaksi antar unit dalam satu perusahaan atau antar perusahaan dalam
satu grup. 
Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada prinsipnya
transfer pricing (harga transfer) adalah suatu metode penentuan harga antar grup (divisi,
segmen, departemen, subunit dll) dalam satu perusahaan yang sama.

2.2 Sasaran dari harga transfer


Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan jika pusat laba
atau lebih bertanggung jawab atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran sesuatu
sehingga masing-masing harus berbagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut
terjual.
Harga Transfer harus dirancang sedemikian rupa supaya mencapai beberapa sasaran
sebagai berikut:

3
1) Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan timbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan
2) Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita, maksudnya sistem harus
dirancang sedemikian rupa agar keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga
akan meningkatkan laba perusahaan.
3) Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari tiap unit usaha.
4) Sistem harus mudah dimengerti dan dikelola
Harga transfer sering memicu masalah, terutama pada penentuan harga sepakatannya
karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga
mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit
pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka
penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting.
Menurut Gunadi, pada tahun 1985 telah dilakukan penelitian oleh tim UNTC dari PBB
yang diketuai oleh DR.Silvain Plasschaert tentang transfer pricing di Indonesia. Hasil
penelitian tersebut menyimpulkan ada beberapa motivasi transfer pricing di Indonesia yaitu :
 Pengurangan obyek pajak terutama pajak penghasilan 
 Pelonggaran pengaruh pembatasan kepemilikan luar negeri 
 Penurunan pengaruh depresiasi rupiah
 Menguatkan tuntutan kenaikan harga atau proteksi terhadap saingan impor 
 Mempertahankan sikap low profile tanpa mempedulikan tingkat keuntungan usaha 
 Mengamankan perusahaan dari tuntutan atas imbalan atau kesejahteraan karyawan
dan kepedulian lingkungan (ekologi dan masyarakat) 
 Memperkecil akibat pembatasan, ketidakpastian atas resiko kegiatan perusahaan luar
negeri

4
Karakteristik Harga Transfer.
1) Harga transfer timbul jika divisi terkait diukur kinerjanya berdasarkan laba
2) Harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk biaya penuh
produk yang dibeli mengandung unsur laba
3) Harga transfer selalu mengandung unsur laba
4) Harga transfer sebagai alat untuk mempertegas diverifikasi dan integrasi divisi yang
dibentuk.

2.3 Metode-metode harga transfer


Istilah “harga transfer” yang digunakan disini adalah nilai yang diberikan kepada suatu
transfer barang dan jasa dalam suatu transaksi dimana setidaknya ada satu pusat laba yang
terlibat didalamnya. Harga semacam ini biasanya melibatkan suatu elemen laba karena
sebuah perusahaan yang independent tidak akan mentransfer barang dan jasa ke perusahaan
independent yang lain sebesar biaya produksi atau lebih rendah dari itu.
Prinsip Dasar
Prinsip dasar dari harga transfer adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan
harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli
dari pemasok luar. Ketika suatu pusat laba di suatu perusahaan membeli produk dari, dan
menjual ke, satu sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk
adalah:
a) Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari
pemasok luar? (keputusan sourcing)
b) Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga berapakah produk tersebut akan
ditransfer antar pusat laba? ( keputusan harga transfer )

Situasi Ideal
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika
kondisi-kondisi berikut ada, yaitu:
1. Orang-orang kompeten
Idealnya manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dan jangka pendek

5
dari pusat tanggung jawab mereka.
2. Atmosfer yang baik
Manajer harus menjadikan profitabilitas sebagai cita-cita yang penting dan
pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja pusat tanggung jawab. Mereka
juga harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
3. Harga pasar
Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan hrga pasar normal dan mapan dari
produk identik yang sedang ditransfer, maksudnya harga pasar mencerminkan kondisi
yang sama (kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas) dengan produk yang dikenakan
harga transfer.
4. Kebebasan memperoleh sumber daya
Idealnya alternatif pusat tanggung jawab dalam memperoleh sumber daya
haruslah ada, dan para manajer sebaiknya diizinkan untuk memilih alternative yang baik
bagi pusat tanggung jawab mereka.
5. Informasi penuh
Para manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta biaya dan
pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
6. Negosiasi
Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan negosiasi
“kontrak” antar unit usaha.

Hambatan-hambatan dalam perolehan sumber daya


Idealnya seorang manajer pembelian, bebas mengambil keputusan sourcing.Demikian
halnya dengan manajer penjualan, ia harus bebas untuk menjual produknya ke pasar yang
paling menguntungkan.
Akibat-akibat yang terjadi jika para manajer pusat laba tidak memiliki kebebasan dalam
mengambil keputusan sourcing:
1) Pasar yang Terbatas
Beberapa alasan pasar terbatas bagi pusat laba (pembeli dan penjual):
a) Keberadaan kapasitas internal mungkin membatasi pengembangan penjualan
eksternal.

6
b) Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang
terdifferensiasi, tidak ada sumber dari luar.
c) Jika perusahaan telah melakukan investasi yang besar, cenderung tidak akan
menggunakan sumber daya dari luar kecuali harga jual di luar mendekati biaya
variable perusahaan.
Dalam kondisi pasar yang terbatas, harga transfer yang paling memenuhi persyaratan
sistem pusat laba adalah harga kompetitif. Dimana harga kompetitif mengukur kontribusi
dari setiap pusat laba terhadap laba perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan dapat
mengetahui tingkat harga kompetitiif jika perusahaan tersebut tidak membeli atau menjual
produknya ke pasar bebas melalui cara-cara:
a. Jika ada harga pasar diterbitkan, maka harga tersebut dapat digunakan untuk
menentukan harga transfer.
b. Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran.
c. Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa di pasar bebas, maka pusat laba
tersebut sering kali meniru harga kompetitif berdasarkan harga di luar.
d. Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar luar/bebas mak pusat
laba tersebut dapat meniru untuk harga kompetitif untuk produk-produk eklusifnya.

2) Kelebihan atau Kekurangan Kapasitas Industri


Misalnya, jika pusat laba penjualan tidak dapat menjual seluruh produk ke pasar
bebasatau memiliki kapasitas produksi yang berlebih. Perusahaan mungkin tidak
akanmengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli produk dari pemasok
luarsementara kapasitas produksi di dalam masih memadai. Dan sebaliknya, jika pusat
laba pembelian idak dapat memperoleh produk yang diperlukan dari luar sementara
pusat laba penjualan menjual produknya ke pihak luar. Situasi ini terjadi ketika terdapat
kekurangan kapasitas produksi di dalam industry. Sehingga pusat laba pembelian
terhalang dan laba perusahaan tidak optimal.
Meskipun ada hambatan dalam pemerolehan sumber daya, harga pasar tetap
merupakan harga transfer yang baik. Jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan
maka gunakanlah. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga
kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya

7
(cost based transfer price). Biasanya, perusahaan akan mengeliminasi unsur iklan,
pendanaan, atau pengeluaran lain yang tidak dikeluarkan oleh pihak penjual dalam
transaksi internal saat penentuan harga transfer.

Ada 2 cara dalam menentukan harga transfer yaitu:


1. Harga transfer berdasarakan biaya
Dasar biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar. Biaya aktual tidak bole digunakan
karena faktor inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian. Jika biaya
standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang
ketat da untuk meningkatkan standar tersebut.
Markup laba
Dalam menghitung markup laba, terdapat 2 (dua) keputusan: (1) apa dasar
markup laba dan (2) tingkat laba yang diperbolehkan.
Dasar yang paling mudah dan umum dipergunakan adalah persentase dari biaya.
Jika dasar tersebut digunakan maka tidak ada pertimbangan atas modal yang diperlukan.
Dasar yang secara konsep lebih baik adalah persentase dari investasi, tetapi untuk
menghitung investasi yang akan dikenakan ke setiap produk yang dihasilkan dapat
menimbulkan permasalahan teknis. Jika menggunakan dasar biaya historis suatu aktiva,
maka fasilitas baru yang dirancang untuk mengurangi harga secara aktual dapat
meningkatkan biaya karena aktiva yang lama menjadi dinyatakan terlalu rendah.
Masalah kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi dari
manajemen senior atas kinerja keuangan dari sutau pusat laba akan dipengaruhi oleh laba
yang ditunjukan oleh pusat laba tersebut. Solusi konseptual adalah membuat penyisihan
laba berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh
pusat laba pembelian. Nilai investasi tersebut dihitung pada tingkat ‘standar’, dengan
aktiva tetap dan persediaan pada tingkat biaya penggantian (replacement cost).

2. Biaya tetap dan laba hulu


Penetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius
dalam perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk ke

8
pihak luar mungkin tidak menyadari jumlah biaya tetap dan laba bagian hulu yang
terkandung di dalam harga pembelian internal. Bahkan jika hal itu disadari, pusat laba
mungkin enggan untuk mengurangi labanya guna mengoptimalkan laba perusahaan.
Adapun metode yang dapat digunkan perusahaan untuk mengatasi masalah ini
adalah dengan cara berikut:
Persetujuan antarunit usaha
Beberapa perusahaan membuat mekanisme formal dimana wakil-wakil dari unit
pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga penjualan ke
pihak luar dan pembagian laba untuk produk-produk dengan biaya tetap dan laba bagian
hulu yang signifikan. Mekanisme ini hanya bekerja bila proses peninjauannya terbatas
pada keputusan-keputusan yang melibatkan jumlah bisnis yang signifikan bagi paling
tidak satu pusat laba. Jika tidak demikian maka negosiasi ini akan sia-sia.
Dua langkah penentuan harga
Cara lain untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat harga transfer
yang meliputi dua beban. Pertama, untuk setiap unit yang terjual, pembebanan biaya
dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya variabel standar produksi. Kedua,
pembebanan biaya berkala dilakukan dalam jumlah sama dengan biaya tetap yang
erkaitan dengan fasilitas yang disediakan untuk unit pembelian.

Menurut Don R.Hansen dan Maryanne M.Moven, tiga metode yang lazim digunakan
dalam penetapan harga transfer adalah : 
1) Harga transfer berdasarkan harga pasar 
Apabila terdapat pasar luar dengan persaingan sempurna untuk produk yang
ditransfer, maka harga transfer yang sesuai adalah harga pasar. Dengan harga pasar
tidak ada divisi yang memperoleh manfaat di atas beban divisi lain. Dalam hal ini,
harga pasar mencerminkan biaya kesempatan (opportunity cost) divisi penjual dan
divisi pembeli.
2) Harga transfer yang dinegosiasikan 
Dalam banyak kasus, pembeli atau penjual mampu mempengaruhi harga sampai
derajat tertentu (sebagai contoh melalui jumlah yang besar atau melalui penjualan
produk yang erat kaitannya tetapi berbeda, atau melalui penjualan produk yang unik).

9
Apabila tidak terdapat pasar dengan persaingan sempurna, harga transfer yang
dinegosiasikan adalah pilihan yang baik. Dalam hal ini, biaya kesempatan divisi
penjual dan divisi pembeli berbeda, dan mereka menetapkan harga batas atas dan
batas bawah untuk harga transfer. Harga transfer yang dinegosiasi menawarkan
harapan untuk melengkapi ketiga kriteria kesesuaian tujuan, otonomi dan akurasi
evaluasi kinerja. 
3) Harga transfer berdasarkan biaya 
Penggunaan harga transfer berdasarkan biaya tidak lazim direkomendasikan,
tetapi, apabila transfer menimbulkan dampak yang kecil terhadap profitabilitas kedua
divisi, pendekatan ini dapat diterima. Perusahaan yang menggunakan penetapan harga
transfer berdasarkan biaya mensyaratkan bahwa seluruh transfer berlangsung pada
suatu bentuk biaya. Tiga bentuk dari penetapan harga transfer berdasarkan biaya yang
akan dipertimbangkan adalah :

 Full cost 
Full cost meliputi direct materials (bahan baku langsung), direct labor
(tenaga kerja langsung), variable overhead dan bagian dari fixed overhead.
Penetapan harga transfer full cost dapat merusak insentif dan mengganggu
ukuran-ukuran kinerja dan akan menutup kemungkinan pemberlakuan harga
transfer yang dinegosiasikan. 
 Full cost plus markup 
Rumusan full cost plus markup mungkin dapat digunakan untuk
menggambarkan harga transfer yang dinegosiasi. Dalam beberapa kasus,
suatu rumusan full cost plus markup mungkin menjadi hasil dari negosiasi,
bila demikian, cara ini hanyalah sebuah contoh lain dari penetapan harga
transfer yang dinegosiasi.
 Variable cost plus fixed fee 
Seperti full cost plus markup, variable cost plus fixed fee merupakan
pendekatan yang dapat digunakan dalam penetapan harga transfer, dengan
tingkat fixed fee dapat dinegosiasikan. Metode ini memiliki satu keunggulan
dibandingkan full cost plus markup yaitu apabila divisi penjual sedang

10
beroperasi di bawah kapasitas, maka variable cost adalah opportunity cost-
nya.Dengan mengasumsikan bahwa fixed fee dapat dinegosiasikan,
pendekatan variable cost adalah sama dengan penetapan harga transfer yang
dinegosiasi. 
Rumus Umum Harga Transfer

Harga Transfer = Biaya Penuh** + Laba

y% x aktiva penu (aktiva lancar + tidak lancar)

**) Biaya Penuh bisa memakai 3 pendekatan :


1. Pendekatan Full Costing
2. Pendekatan Variabel Costing
3. Pendekatan ABC

JIKA GUNAKAN PENDEKATAN FULL COSTING


OKKY Corp. memiliki dua divisi (Divisi A dan B) yang dibentuk sebagai pusat laba. Divisi A
menghasilkan suku cadang Q dan dijual di pasar luar sebanyak 10% dan sisanya ditransfer ke
divisi B. Manajer Divisi A dan B sedang mempertimbangkan penentuan harga transfer suku
cadang Q untuk tahun anggaran yad. Menurut anggaran, divisi A akan beroperasi pada kapasitas
normal sebanyak 1000 unit dengan taksiran biaya benuh untuk tahun anggaran yad sebagai
berikut :
Biaya produksi Rp. 200.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
-------------------- +
TOTAL biaya penuh divisi A Rp. 270.000.000
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggarna adalah sebesar Rp. 1.000.000.000 dan
laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam ROI = 20%
Tentukan harga transfer untuk suku cadang Q !

Jawab :
 Perhitungan Markup :
Biaya administrasi & umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
Laba yang diharapkan : 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000
-------------------- +
Jumlah Rp. 270.000.000
Biaya Produksi Rp. 200.000.000
---------------------
Markup 135%

11
Perhitungan Harga Transfer :
Biaya Produksi Rp. 200.000.000
Markup 135% x Rp. 200.000.000 Rp. 270.000.000
-------------------- +
Jumlah harga jual Rp. 470.000.000
Volume produksi 1.000 unit
Harga transfer perunit Rp. 470.000,-

JIKA GUNAKAN PENDEKATAN VARIABLE COSTING


Biaya Variabel :
Biaya produksi variable Rp. 150.000.000
Biaya administrasi umum variable Rp. 10.000.000
Biaya pemasaran variable Rp. 5.000.000
-------------------- + Rp. 165.000.000
Biaya Tetap :
Biaya produksi tetap Rp. 50.000.000
Biaya administrasi umum tetap Rp. 40.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 15.000.000
--------------------- + Rp. 95.000.000
-------------------- +
TOTAL BIAYA PENUH Rp. 270.000.000

 Perhitungan Markup :
Biaya Tetap Rp. 95.000.000
Laba yang diharapkan 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000
-------------------- +
Jumlah Rp. 295.000.000
Biaya variable Rp. 165.000.000
-------------------- :
Markup 179%
 Perhitungan Harga Jual:
Biaya Variabel Rp. 165.000.000
Markup 179% x 165.000.000 Rp. 295.000.000
-------------------- +
Jumlah harga jual Rp. 460.350.000
Volume produksi 10.000 kg
--------------------- :
Harga jual per kg Rp. 4.600

JIKA GUNAKAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING

Jika activity based costing dipakai sebagai pendekatan perekayasaan biaya yang digunakan
sebagai dasar penentuan harga transfer, unsure-unsur yang diperhitungkan dalam penentuan
harga transfer menjadi :

Harga Transfer = Biaya penuh + Laba

12
Berdasarkan :
Unit Level Activity Cost  jumlah yang diproduksi
Batch Level Activity Cost  jumlah batch produksi
Product Level Activity Cost  taksiran jumlah unit produksi
Facility Sustaining Activity Cost  taksiran unit produksi pd kap.normal

Yunita Corp. memiliki dua divisi (A dan B) yang di bentuk sebagai pusat laba. Divisi A
menghasilkan suku cadang Q dan R yang dijual di pasar luar sebanyak 10% dan sisanya
ditransfer ke divisi B. Manajer divisi A dan B sedang mempertimbangkan penentuan harga
transfer suku cadang A untuk tahun anggaran yad. Perusahaan menggunakan pendekatan activity
based costing dalam penentuan biaya penuh. Menurut anggaran, divisi A direncanakan akan
beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1.000.000 unit suku cadang Q dan 2.000.000 unit
suku cadang R.

Suku Cadang Q Suku Cadang R


Unit Level Activity Cost
Biaya standar perunit Rp. 1.500 Rp. 2.000
Batch Related Activity Cost
Biaya standar per batch Rp. 200.000 Rp. 150.000
Product Sustaining Activity Cost
Biaya perunit Rp. 500 Rp. 300
Facility Sustaining Activity Cost
Biaya setahun Rp. 200.000.000 Rp. 400.000.000
Tabel 1 : Data Activity Costs suku cadang Q dan R

Misalkan divisi A mentransfer 1000 unit suku cadang Q ke Divisi B dalam bulan Januari 20X1.
Jumlah tersebut diproduksi dalam dua productin run (batch)
Total aktiva Divisi A yang diperkirakan pada awal tahun anggaran Rp. 1.000.000.000 dan laba
yang diharapkan divisi A yang dinyatakan dalam ROI sebesar 22%.
Markup untuk suku cadang Q dan R didasarkan pada unit level activity cost.
Diminta : Hitung harga transfer suku cadang Q !

Laba yang diharapkan 22% x Rp. 1Milyar Rp. 220.000.000


Unit Level Activity Cost :
Suku cadang Q : 1.000.000 x Rp. 1.500 Rp. 1.500.000.000
Suku cadang R : 2.000.000 x Rp. 2.000 Rp. 4.000.000.000
Markup 40%

Harga transfer 100.000 unit suku cadang Q bulan Januari 200X1 yang dibebankan oleh divisi A
kepada divisi B :

Biaya Penuh:
Unit Level Activity Cost
100.000 unit x Rp. 1.500 Rp. 150.000.000
Batch Level Activity Cost

13
2 batch x Rp. 200.00 Rp. 400.000
Product Level Activity Cost
100.000 unit x Rp. 500 Rp. 50.000.000
Facility Level Activity Cost
100.000 unit x Rp. 200  Rp. 200.000.000 : 1.000.000 unit Rp. 20.000.000
Biaya Penuh suku cadang Q Rp. 220.400.000
Markup 40% x Rp. 150.000.000 (unit Level Activity Cost) Rp. 60.000.000
Harga Transfer suku cadang Q (100.000 unit) Rp. 280.400.000

2.4 Penetapan harga jasa dari unit staf


Pengendalian atas jumlah jasa
Unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf korporat untuk jasa – jasa
seperti teknologi informasi serta riset dan pengembangan. Ada tiga teori pemikiran mengenai
jasa – jasa tersebut:
 Teori pertama menyatakan bahwa suatu unit usaha harus membayar biaya variabel
standar dari jasa yang diberikan. Jika membayar kurang dari itu,maka unit usaha
akan termotivasi untuk menggunakan jasa – jasa dalam jumlah yang lebih banyak
daripada yang dibenarkan secara ekonomis.
 Teori pemikiran yang kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variabel
standar ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standar yaitu biata penuh.
 Teori pemikiran yang ketiga menyarankan harga yang sama dengan harga pasar,atau
biaya penuh standar ditambah dengan margin laba. Harga pasar akan digunakan jika
memungkinkan, jika tidak maka harga sebesar biaya penuh ditambah ROI yang akan
digunakan

2.5 Administrasi harga transfer


 Negosiasi

Unit usaha harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam melakukan
negosiasi harga tersebut. Dimana aturan harus mengatur sedemikian rupa supaya penentuan
harga transfer tidak semata-mata ditentukan oleh keahlian individu dalam bernegosiasi. Tanpa
adanya aturan semacam ini, manajer yang paling keras kepala sekalipun akan melakukan
negosiasi dengan harga yang paling pantas.

14
 Arbitrase dan penyelesaian konflik

Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga transfer, mungkin ada kasus dimana
unit usaha tidak dapat menyetujui harga tertentu. Makasuatu prosedur harus dapat dibuat
menengahi arbitrase harga transfer. Tingkat formalitas dalam arbitrase harga transfer tergantung
pada jenis dan luasnya potensi harga transfer. Dalam berbagai kasus arbitrase harga transfer
merupakan tanggung jawab dari kelompok atau eksekutif tingkat satu kantor pusat karena
keputusan arbitrase memiliki dampak yang sangat mempengaruhi laba unit-unit usaha.
Cara arbitrase dalam sistem yang formal adalah kedua pihak menyerahkan kasus secara
tertulis kepada pihak penengah/pendamai (arbitrator). Kemudian arbitrator akan meninjau posisi
mereka masing-masing dan memutuskan harga yang ditetapkan, kadang kala dengan bantuan staf
kantor yang lain.
Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga
mempengaruhi efektifitas suatu sistem harga transfer. Terdapat empat cara penyelesaian konflik:
memaksa (forcing), membujuk (smoothing), menawarkan (bargaining) dan penyelesaian masalah
(problem solving). Mekanisme penyelesaian konflik dapat bervariasi, dari menghindari konflik
melalui forcing dan smoothing, sampai penyelesaian konflik melalui bargaining dan problem
solving.
 Klasifikasi produk

Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga transfer
tergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar serta harga
pasar. Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, maka semakin formal dan
semakin spesifik peraturan yang ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka perolehannsumber
daya dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau beli (make or
buy decisison) yang melebihi jumlah tertentu.

15
BAB VI
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwa dari berbagai definisi yang ada kamimenarik suatu kesimpulan bahwa pada
prinsipnya transfer pricing (harga transfer) adalah suatu metode penentuan harga antar
perusahaan dalam satu grup yang sama.
Implikasi pajak yang signifikan dari transaksi transfer pricing adalah berkurangnya atau
hilangnya potensi penerimaan pajak yang seharusnya diperoleh. 
Harga transfer memiliki beberapa sasaran, antara lain:
1. Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan
imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit usaha
namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan).
3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola

Terdapat tiga metode penentuan harga transfer yaitu:


1. Harga transfer berdasarkan pasar
2. Harga transfer berdasarkan biaya
3. Harga transfer hasil negosiasi

LATIHAN SOAL :
SOAL 1
Sebutkan Tujuan dari penentuan harga transfer !
SOAL 2
PT. FATAH memiliki dua divisi yang dibentuk sebagai pusat laba : Divisi HERDYN dan Divisi
RASYID. Divisi HERDYN menghasilkan suku cadang Q yang dijual dipasar luar sebanyak 5%
dan sisanya ditransfer ke divisi RASYID. Manajer ke2 divisi sedang mempertimbangkan
penentuan harga transfer suku cadang Q untuk tahun anggaran 200X.Menurut anggaran, divisi
HERDYN direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal 1.000.000 unit dengan taksiran
biaya penuh standart untuk tahun anggaran yang akan datang sebagai berikut :
Biaya bahan baku Rp. 60.000.000
Biaya tenaga kerja Rp. 120.000.000

16
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 50.000.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp. 90.000.000
Biaya administrasi variabel Rp. 70.000.000
Biaya administrasi tetap Rp. 80.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 40.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 23.000.000
-------------------- +
Total biaya penuh Rp. 453.000.000
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran adalah sebesar 2 Milyar dan laba yang
diharapkan dalam bentuk ROI sebesar 15%
Ditanya : Tentukan Harga transfer suku cadang Q jika perusahaan menggunakan pendekatan
Full Costing dan Variabel Costing !
Pajak

17

Anda mungkin juga menyukai