Anda di halaman 1dari 4

SOSIOLOGI HUKUM

Nama : M.Fuad Risyki

Npm : 21601012024

Kelas: AS,A/ III

Dosen pembimbing:H.Khoirul Asfiyak,M.HI

A. Teori Formalisme Mazhab Formalisme John Austin.

Tokoh terpenting dalam mazhab ini adalah Jhon Austin (1790-1859), ia mengatakan
bahwa: hukum merupakan perintah dari mereka yang memegang kekuasan tertinggi (law is
command of the lawgivers), atau dari yang memegang kedaulatan. Menurut Austin, hukum
adalah perintah yang dibebankan untuk mengatur mahluk berfikir, perintah mana yang
dilakukan oleh mahluk berfikir yang memegang dan mempunyai kekuasaan. Austin
menganggap hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup dan karena
ajarannya dinamakan Analitical Jurisprudence. Ajaran Austin kurang/tidak memberi tempat
bagi hukum yang hidup dalam masyarakat.

Austin membagi hukum dalam 2 (dua) bagian:

a. Hukum yang sebenarnya; hukum yang tepat disebut sebagai hukum, jenis hukum ini
disebut juga sebagai hukum positif. Hukum yang sebenarnya mengandung: perintah, sanksi,
kewajiban dan kedaulatan. Hukum yang sebenarnya terbagi 2 (dua): Hukum yang dibuat oleh
penguasa seperti undang-undang, peraturan pemerintah dan lain-lain. Hukum yang dibuat
atau disusun oleh rakyat secara individual yang dipergunakan untuk melaksanakan hak-hak
yang diberikan kepadanya, misalnya: hak kurator terhadap badan/orang dalam kuratele atau
hak wali terhadap orang yang berada dibawah perwalian.

b. Hukum yang tidak sebenarnya adalah bukan hukum yang merupakan hukum yang secara
langsung berasal dari penguasa, tetapi peraturan-peraturan yang berasal dari perkumpulan-
perkumpulan atau badan-badan tertentu.

Pemikiran formalisme hukum adalah menganggap hukum sekadar ketaatan terhadap


undang-undang saja. Formalisme sering diidentifikasi sebagai dalil aplikasi mekanik dari
aturan-aturan yang telah ditetapkan, melayani terutama sebagai “loosely employed term of
abuse”. Formalisme berfokus pada fenomena yang teramat menunjukkan aspek yuridis dari
kehidupan sosial kita, terhadap interaksi antara pihak-pihak yang kepentingannya terpisah
dan terhadap peranan pengadilan-pengadilan dalam menyelesaikan kontroversi-kontroversi
yang merupakan akibat dari perbedaan kepentingan tersebut.

. Hukum Menurut Austin :

 Hukum yang di ciptakan Tuhan untuk manusia.


 Hukum yang di ciptakan manusia sendiri.
 Hukum yang sebenarnya,yaitu hukum positif yang mengandung
perintah,larangan,sanksi dan otoritas
Terbagi menjadi 2 yaitu:
 Hukum produk pemerintah :UU dan PP dll.
 Hukum produk rakyat : Wali Curatele.

Hukum yang bukan sebenarnya. Yaitu hukum yang secara langsung tidak berasal dari
penguasa,tetapi berupa peraturan –peraturan yang berasal dari perkumpulan-perkumpulan
atau badan-badan tertentu.

Hukum itu sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup. Hukum merupakan
perintah dari pemengang kekuasaan tertinggi, hukum tidak didasarkan pada nilai baik-buruk,
terpisah dengan keadilan tetapi semata-mata atas dasar kehendak dari penguasa.

Menurut analitycal jurisprudence, hukum merupakan perintah dari penguasa yang


tertinggi, begitu pula halnya hukum di Indonesia. Hukum di Indonesia yang berupa undang-
undang, undang-undang tersebut dibuat oleh DPR bersama dengan Presiden. Dalam hal ini,
undang-undang berlaku di seluruh wilayah yurisdiksi Indonesia. Begitu pula dengan suatu
peraturan yang berlaku di suatu wilayah tertentu dalam wilayah yurisdiksi Indonesia, yakni
Perda. Perda dibuat oleh DPRD tingkat I berserta Gubernur. Jadi, antara analitycal
yurisprudence dan hukum positif Indonesia memiliki keterkaitan.

Hukum dan moral merupakan dua bidang terpisah dan harus dipisahkan.Salah satu cabang
dari aliran yang menganut pendapat diatas adalah mazhab formalisme yang teorinya lebih
dikenal dengan nama analytical jurisprudence.

Austin mendefenisikan hukum sebagai;

“Peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan kepada mahluk yang berakal oleh
mahluk yang berkuasa atasnya”.
Hukum merupakan perintah dari yang mereka yang memegang kekuasaan tertinggi, atau dari
yang memegang kedaulatan.

Hukum yang sebenarnya mengandung 4 unsur menurut Austin:

1. Perintah

2. Sanksi (sesuatu yang buruk melekat pada perintah)

3. Kewajiban

4. Kedaulatan.

Ajaran Austin sama sekali tidak menyangkut kebaikan-kebaikan atau keburukan-


keburukan hukum, oleh karena penilaian tersebut dianggapnya sebagai persoalan yang
berbeda di luar hukum. Walaupun Austin mengakui hukum Alam atau moral yang
mempengaruhi warga masyarakat, tetapi itu tidak penting bagi hukum.

B. Analisa Mazhab Formalisme di Indonesia.

Jadi hukum menurut austin tidak menilai/tidak mengakui adanya hukum yang di buat
masyarakat itu sendiri atau bisa di bilang hukum adat,karna hukum menurut mazhab
formalisme yang di kemukakan Austin hanya di buat oleh orang yang berkuasa tanpa di
dasari baik-buruk,tapi hanya keinginan dari orang yang berkuasa.

Seperti yang sudah di jelaskan di atas, Indonesia yang mengamalkan mazhab formalisme
dalam hukum yang sudah di atur tidak bisa di tawar-menawar .Hukum di indonesia sangat
konsekuen dengan undang-undang yaitu sesuai dengan apa yang telah dikatakan,berwatak
teguh, tidak menyimpang dari apa yang sudah diputuskan.

Hukum di Indonesia berteguh pada undang-undang.Undang-undang di buat oleh orang


yang memegang kekuasaan tertinggi yaitu Presiden dan yang memegang kedaulatan yaitu
DPR hukum di Indonesia tidak memandang belas kasih dan tidak memandang bulu sesuai
dengan yang di atur oleh undang-undang.Salah satu contoh seperti mantan Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang belum selesai menjabat dikenai hukuman penjara
karena kasus penistaan agama dan seseorang yang sudah lansia nenek Minah di pidana
karena memetik 3 buah kakao.
Jadi siapa saja yang berbenturan /bertentangan dengan undang-undang maka di kenai
hukuman,seperti kontradiksi yang sempat memanas yaitu munculnya ormas HTI yang tidak
sejalan dengan ideologi bangsa.HTI berusaha mengganti NKRI yang berdasarkan pancasila
dengan sistem kholifah.Walaupun Indonesia mayoritas islam tapi tidak bisa untuk di jadikan
negara hukum islam.

Karna aliran/perilaku HTI bertentangan dengan uandang –undang yang telah di tetapkan
maka ormas HTI di bubarkan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi manusia
(kamenkumham).Alasan kamenkumham membubarkan adalah “Hafzan mengatakan,
kebijakan pemerintah membatalkan status badan hukum HTI memiliki tujuan untuk menjaga
kepentingan negara terhadap upaya propaganda yang ditutupi jargon dakwah agama.”

“Dalam hal ini, dia menambahkan, HTI berusaha mengganti NKRI yang berdasarkan
Pancasila dengan sistem khilafah, yang diikuti dengan sikap menyalahkan sistem demokrasi
dan pemilu, menganggap nasionalisme sebagai pemecah- belah, serta memprovokasi gender
dalam politik. “

“Bahkan, ajakan politik praktis untuk menegakkan khilafah juga diajukan kepada panglima
dan para perwira militer agar melakukan kudeta,” kata Hafzan.

“Jadi jelas sekali kegiatan penggugat menjadi penghianatan dari konsensus kebangsaan,” kata
Hafzan menambahkan.

Dari sini saya menyimpulkan terkait kontradiksi HTI bahwa kebijakan telah di buat
Pemeintah dan peraturan di buat oleh pemegang kekuasaan tertinggi,walaupun Indonesia
mayoritas islam tapi tidak bisa berbuat semaunya yang melanggar kebijakan Pemerintah dan
undang-undang bersifat tetap serta tidak bisa di tawar menawar.

Anda mungkin juga menyukai