DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Gita Metavia Handayani 1814301009
2. Komang Tiara Koregivani Giri 1814301010
3. Annisa Abidin 1814301011
4. Elda Maysari 1814301012
5. Desy Rahmadani 1814301013
6. Inda Maharani 1814301014
7. Nadya Ulfa Annisa 1814301015
8. Alya Nabila 1814301016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang Asuhan Keperawatan
Anak Pada By Ny J dengan Dx. Medis Berat Badan Lahir Rendah(BBLR) Di Ruang Perina
RSUD Bob Bazar SKM Kalianda.
Terima kasih kami ucapkan kepada pembimbing akademik yaitu ibu Ns. Titi
Astuti,M.Kep.Sp.Mat dan pembimbing klinik Ns. Rini Fitriyani,S.Kep. Atas bimbingan dan
pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah
ini merupakan hasil pembelajaran kami selama di rumah sakit. Kritik dan saranyang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pembelajaran bagi teman-teman.
Penyusun
2
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan pada By. Ny J dengan Dx. Medis Berat Badan
Lahir Rendah(BBLR) di Ruang Perina RSUD Dr.H.Bob Bazar,SKM Kalianda telah
disetujui dan disahkan pada :
Hari, Tanggal : Senin ,7 Desember 2020
Tempat : Ruang Perina RSUD Dr.H.Bob Bazar,SKM Kalianda
Dr.Anita,M.Kep.,Sp.Mat
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….. 5
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………. 5
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………… 5
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………. 6
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………….. 33
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………….. 33
B. SARAN ……………………………………………………………………………….. 33
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih
utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi
makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek
perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status
perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar
hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan
sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon
rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang
tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan
diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan
penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada
ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik
membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. “J” yang akan penulis bahas pada BAB
berikutnya.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengkajian pada anak dengan masalah utama berat badan lahir rendah
(BBLR) ?
b. Bagaimana cara menyusun diagnosa utama pada anak dengan masalah utama berat
badan lahir rendah (BBLR) ?
5
c. Bagaimana cara menyusun intervensi/rencana keperawatan pada anak dengan
masalah utama berat badan lahir rendah (BBLR) ?
d. Bagaimana implementasi keperawatan pada anak dengan masalah utama berat badan
lahir rendah (BBLR) ?
e. Bagaimana evaluasi pada anak dengan masalah utama berat badan lahir rendah
(BBLR) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran mengambil keputusan untuk menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR)
b. Menyusun diagnosa utama pada pasien dengan masalah Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
c. Menyusun intervensi dan rencana pada pasien dengan masalah Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
d. Menyusun implementasi pada pasien dengan masalah Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR)
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR)
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan <
2500 gram. BBLR merupakan salah satu indikator untuk melihat bagaimana derajat atau
status kesehatan anak, sehingga berperan penting untuk memantau bagaimana status
kesehatan anak sejak dilahirkan, apakah anak tersebut status kesehatannya baik atau tidak.
BBLR menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kematian bayi (AKB) (Sistriani, 2008 Jurnal.unnes).
WHO mendefinisikan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai bayi yang lahir
dengan berat badan 2500 gram. Hasil observasi epidemiologi membuktikan bahwa bayi
lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang
buruk bahkan hingga kematian. Mencegah terjadinya hal tersebut, perlu diberikan
penatalaksaan yang baik untuk meningkatkan kesehatan serta menurunkan angka kematian
bayi BBLR. Kasus. By. TA 1 hari dengan berat lahir 1700 gram dengan panjang badan
lahir 46 cm lahir spontan, presentasi kepala, langsung menangis kuat, gerak aktif. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan status gizi buruk < - 3 SD menurut standar WHO 2005.
Sedangkan, ballard score 20 sesuai dengan usia kehamilan 32 minggu. Simpulan. pada
pasien dengan BBLR, diberikan terapi trofik feeding 5cc/3 jam melalui OGT dinaikkan
bertahap pada toleransi baik. Pemberian antibiotik juga diperlukan pada bayi untuk
mencegah infeksi nosokomial. Serta pemberian aminofilin untuk mencegah masalah
pernafasan. Jumlah dan jenis cairan yang sesuai juga diperlukan pada penatalaksanaan Bayi
BBLR. [Medula Unila.2014;2(3):1-7
B. ETIOLOGI
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) sebagai berikut:
1. Berdasarkan masa kehamilan/Gestational age yaitu:
a. Preterm/bayi kurang bulan, yaitu masa kehamilan
b. Late preterm, yaitu usia kehamilan 34-36 minggu (239-259 hari)
c. Early preterm, yaitu usia kehamilan 22-34 minggu
7
d. Term/bayi cukup bulan, yaitu usia kehamilan 37-41 minggu (260-294 hari)
e. Post term/bayi lebih bulan, yaitu usia kehamilan 42 minggu atau lebih (≥295 hari). 2.
Berdasarkan berat lahir/Birthweight
a. Berat lahir amat sangat rendah/Extremely low birthweight (ELBW), yaitu bayi dengan
berat lahir <1000 gram
b. Berat lahir sangat rendah/Very Low birthweigt (VLBW), yaitu bayi dengan berat lahir
<1500 gram
c. Berat lahir rendah/Low birthweight (LBW), yaitu bayi dengan berat lahir <2500 gram
3. Berdasarkan berat lahir dan masa kehamilan
a. Sesuai masa kehamilan/Appropriate for gestational age (AGA) adalah berat lahir antara
10 persentil dan 90 persentil untuk usia kehamilan.
b. Kecil masa kehamilan/Small for gestational age (SGA)/IUGR adalah berat lahir 2
standar deviasi dibawah berat badan rata-rata untuk masa kehamilan atau dibawah 10
persentil untuk masa kehamilan. IUGR (Intrauterine Growth Restriction)/pertumbuhan
janin yang terhambat/terganggu adalah kondisi janin yang mengalami gangguan
pertumbuhan dalam rahim (intrauterine). Kegagalan dalam pertumbuhan rahim yang
optimal disebabkan oleh suatu in utero.
c. Besar masa kehamilan/Large for Gestational Age (LGA) LGA di defenisikan sebagai
berat lahir 2 standar deviasi diatas rata-rata berat untuk masa kehamilan atau di atas 90
persentil untuk masa kehamilan. LGA dapat di lihat pada bayi yang ibunya mengalami
diabetes, bayi dengan sindrom Beckwith-Wiedemandan sindrom lainya, bayi lebih bulan
(usia kehamilan > 42 minggu), dan bayi dengan hydrops fetalis. Bayi LGA juga
berhubungan dengan peningkatan berat badan ibu saat hamil, multiparitas, jenis kelamin
bayi laki-laki, penyakit jantung bawaan, khusunya perubahan pada arteri besar, displasia
sel, dan etnik tertentu (hispanik).
8
tinggi dibandingkan kurung waktu reproduksi sehat (usia 20-30 tahun) keadaan ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan lebih
menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stres) psikologik, sosial ekonomi, sehingga
memudahkan terjadinya keguguran, BBLR, mudah terjadi infeksi, anemia kehamilan,
keracunan kehamilan (gestosis) dan kematian ibu yang tinggi. gangguan persalinan, pre
eklampsia dan perdarahan antepartum.(16) Ibu hamil > 35 tahun terjadi penurunan fungsi
organ melalui proses penuaan dan jalan lahir juga tambah kaku sehingga terjadi persalinan
macet dan pendarahan, selain itu dapat melahirkan bayi belum cukup bulan.(19,25)
Penelitian Subekti, R (2014) menunjukkan bahwa umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
merupakan faktor risiko kejadian BBLR (OR=5.19; 95%CI=2.621-10.272). (26)
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan keputusan. Pendidikan
menentukan kemampuan menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu mengambil keputusan bahwa
pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan
janinnya, Tinggi rendahnya taraf pendidikan seseorang akan mendukung dan memberi
peluang terhadap daya serap ilmu pengetahuan dan keinginan serta kemauan untuk
mengetahui setiap hal yang berkaitan dengan kehamilan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, semakin baik kemampuan berpikir dan penerimaan informasi tentang
pentingnya perawatan ANC sedini mungkin, sehingga kebutuhan janin terpenuhi
sebagaimana yang diharapkan. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan tingkat
pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan dan gizi selama. (21,22,41) Ibu yang buta
huruf atau berpendidikan rendah memiliki insidens BBLR lebih tinggi dibandingkan ibu
yang berpendidikan lebih tinggi. Ibu yang berpendidikan rendah mempunyai informasi
kurang tentang perawatan prenatal (perawatan selama kehamilan), nutrisi selama
kehamilan, diet penting, dampak perilaku ibu terhadap janin.(12,42) Perbedaan tingkat
pendidikan pada daerah perkotaan dan pedesaan tampak jelas pada tingkat pendidikan
SMA dan pendidikan tinggi, yaitu wanita di perkotaan 2 kali lebih banyak yang
menamatkan SMA dibanding wanita di pedesaan (31% dibandingkan 15%) dan wanita di
perkotaan yang berpendidikan tinggi hampir 3 kali lipat dibandingkan wanita pedesaan
9
(masing-masing 18% dan 6%). (41) Penelitian Lestraningsih (2014) menunjukkan bahwa
ibu berpendidikan rendah berisiko 5,20 kali lebih besar melahirkan BBLR dibanding ibu
dengan pendidikan tinggi. (43) Penelitian Simarta (2010) menunjukkan bahwa ibu
pendidikan rendah berisiko 2,04 kali lebih besar melahirkan BBLR. (21)
c. Stres Psikologis
Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi diri seseorang. Stres psikologis pada ibu hamil cenderung mengarah pada depresi
atau kecemasan. Gejala depresi dapat terjadi tumpang tindih dengan gejala kecemasan.
Gangguan kecemasan lebih didominasi keluhan perasaan ketakutan dan kekhawatiran,
sedangkan depresi didominasi perasaan kemurungan dan kesedihan. (22,26) Gangguan
psikologis selama kehamilan dapat meningkatkan produksi hormon adrenalin. Hormon ini
masuk ke peredaran darah akan mempengaruhi jantung (berdebar-debar), meningkatkan
tekanan darah, asam lambung dan menurunkan sistem immunitas tubuh sehingga ibu
mudah sakit. Selain itu, gangguan psikologis selama kehamilan berhubungan dengan
terjadinya peningkatan indeks resistensi arteri uterina. Hal ini disebabkan karena terjadi
peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran darah ke uterus
menurun dan uterus sangat sensitif terhadap noradrenalin sehingga menimbulkan efek
vasokonstriksi. Mekanisme inilah yang mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan
dan perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR. Gangguan psikologis ibu
hamil dapat terjadi pada periode tertentu masa kehamilan dan berpengaruh besar terutama
pada janin jika terjadi pada trimester I dan III. Hal ini disebabkan karena pada periode ini
janin tumbuh dan berkembang sangat pesat. Namun, jika terdapat gangguan psikologis
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin. Selain mekanisme
tersebut pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan sangat tergantung pada
kondisi kesehatan ibu. Kehamilan dengan kondisi stres, cemas dan dengan depressive
symptoms dapat memicu meningkatnya sekresi hormon kortikotropin (CRH) yang
diketahui berinteraksi dengan hormon sitoksin dan progstaglandin. Hormon ini dapat
memediasi kontraksi uterus, sehingga terjadi kelahiran BBLR termasuk kelahiran
preterm.(22) Hasil penelitian rahman et al (2007) menunjukkan bahwa ibu yang
mengalami depresi berisiko 1,9 kali melahirkan BBLR.(44) Penelitian Nesreen (2010)
10
menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami depresi berisiko 2,24 kali melahirkan
BBLR.(45)
d. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah konsep multidimensial yang terkait dengan status pekerjaan,
tingkat pendidikan, pendapatan, kemiskinan dan kekayaan. (41) Status sosial ekonomi
secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya BBLR. Keterbatasan status sosial ekonomi
akan mengakibatkan terjadinya keterbatasan dalam mendapatkan asupan makanan yang
bergizi dan pelayanan antenatal yang adekuat. Umumnya ibu-ibu dengan sosial ekonomi
rendah akan mempunyai intake makanan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun
secara kuantitas, yang berakibat terhadap rendahnya status gizi ibu hamil tersebut. Keadaan
status gizi ibu yang buruk berisiko melahirkan bayi dengan BBLR dibanding dengan bayi
yang dilahirkan ibu dengan status gizi baik. Faktor pendapatan berperan dalam
meningkatkan risiko kejadian BBLR. Beberapa alasan diantaranya kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan kalori dan ibu-ibu yang miskin sebelumnya juga kurang gizi.(21,22)
Penelitian Sharmeen (2011) bahwa pendapatan keluarga yang rendah berhubungan dengan
BBLR (p=0.001). (46)
e. Status Gizi
Status gizi ibu pada kehamilan berpengaruh pada status gizi janin. Asupan makanan ibu
dapat masuk ke janin melalui tali pusat yang terhubung kepada tubuh ibu. Kondisi
terpenuhinya kebutuhan zat gizi janin terkait dengan perhatian asupan gizi dari makanan
yang adekuat agar tumbuh kembang janin berlangsung optimal. (47) Ibu hamil yang
memiliki status gizi normal, cenderung akan memiliki bayi baru lahir dengan berat badan
normal. Hal ini dimungkinkan karena volume darah normal, sehingga ukuran plasentanya
juga normal dan aliran makanan dari ibu kepada janin melalui plasenta bisa berjalan
dengan baik sehingga kebutuhan nutrisi janin terpenuhi.(48) Status gizi buruk sebelum dan
selama kehamilan akan menyebabkan bayi berat lahir rendah (BBLR), terhambatnya
perkembangan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir terinfeksi, dan
abortus.(49) Malnutrisi saat kehamilan dapat mengakibatkan volume darah menjadi
berkurang sehingga mengurangi aliran darah ke plasenta yang berdampak pada ukuran
plasenta tidak optimal dan transfer nutrient melalui plasenta berkurang sehingga
pertumbuhan janin terhambat atau terganggu (IUGR).(24) Beberapa cara yang digunakan
11
untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan
selama hamil, dan mengukur lingkar Lengan Atas (LILA), Pertambahan berat badan
bertujuan untuk memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk
mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK). (25)
1. Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA digunakan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis
(KEK). Ibu hamil yang menderita KEK dapat mengakibatkan ukuran plasenta menjadi
lebih kecil sehingga transfer oksigen dan nutrient ke janin berkurang. (50) Di Indonesia
batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Ibu hamil dengan resiko KEK
diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bayi lahir dengan BBLR akan mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan
anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia
subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, yaitu dengan LILA tidak kurang dari
23,5 cm.(25) Penelitian Suryati (2014) menunjukkan bhawa KEK selama kehamilan
mempunyai risiko 15.625 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR. (50) Hasil
penelitian Subekti R. (2014) menunjukkan bahwa LILA < 23,5 cm mempunyai risiko
1,95 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR.(26)
2. Pertambahan Berat Badan
Ibu Selama Hamil Salah satu parameter untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah
dengan melihat peningkatan berat badan selama kehamilan.(51) Pertumbuhan janin
dipengaruhi oleh berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. 11
Kenaikan berat badan saat hamil disebabkan oleh produk konsepsi janin, palsenta, air
ketuban dan faktor ibu seperti rahim, payudara, peningkatan volume darah peningkatan
simpanan lemak dan retensi air. Kekurangan zat gizi dini dapat dapat mengakibtakan
rendahnya ekspansi volume darah dan perkembangan jaringan ibu untuk mendukung
janin.(25,30) Pertambahan berat badan yang dianjurkan selama kehamilan berdasarkan
IMT sebelum hamil dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Pertambahan Berat Badan
Selama Kehamilan Berdasarkan IMT Sebelum Hamil. (52–54) IMT sebelum hamil
(kg/m2 ) Pertambahan BB (kg) Pertambahan BB TM 1 dan 2 (rata-rata kg/minggu)
Kurus (< 18.5 kg/m2) 12.5-18 0.51 (0.44-0.58) Normal (18.5-24.9 kg/m2) 11.5-16 0.42
(0.35-0.50) Gemuk (25.0-29.9 kg/m2) 7-11.5 0.28 (0.23-0.33) Obesitas (>30.0 kg/m2)
12
5-9 0.22 (0.17-0.27) Pertambahan berat badan TM 1 di asumsikan sebesar 0.5-2
kg.(52,53) IMT sebelum hamil dihitung dari BB awal ibu sebelum hamil dibagi tinggi
badan ibu kuadrat (dalam meter). Semakin tinggi berat badan ibu, maka semakin tinggi
nilai IMT-nya. Berikut rumus IMT:(55) Berat Badan (kg) IMT = Tinggi Badan (m) x
Tinggi Badan (m) 12 Penelitian Djaali (2011) menunjukkan bahwa berat badan ibu
selama hamil mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian BBLR (p=0,012).
(39) Penelitian Anggraini (2014) menunjukkan bahwa berat badan selama kehamilan
berisiko melahirkan BBLR (OR=8,087; 95%CI=1.429-45.762. (27) f. Paritas Paritas
adalah jumlah kelahiran bayi dengan umur kehamilan 22 minggu atau lebih (bayi
tunggal atau kembar dianggap telah mampu bertahan hidup diluar kandungan) yang
pernah dialami ibu, dengan kata lain paritas adalah banyaknya bayi yang telah
dilahirkan oleh seorang ibu baik dalam keadaan hidup atau lahir mati.(6)
1. Nullipara, golongan ibu dengan paritas 0 (wanita yang belum pernah melahirkan
bayi).
2. Primipara, golongan ibu dengan paritas 1 (ibu yang telah pernah melahirkan bayi
sebanyak 1 kali).
3. Multipara, golongan ibu dengan paritas 2-5 (ibu yang telah pernah melahirkan bayi
sebanyak 2 hingga 5 kali).
4. Grande multipara, golongan ibu dengan paritas > 5 (ibu yang telah pernah
melahirkan bayi sebanyak lebih dari 5 kali). Paritas yang tinggi memberikan gambaran
tingkat kehamilan yang banyak yang dapat menyebabkan risiko kehamilan, dan
kelahiran prematur, semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh ibu semakin
tinggi risiko untuk mengalami komplikasi, hal ini 13 dapat diterangkan bahwa setiap
kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan kelainan uterus dalam
hal ini kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan sirkulasi nutrisi kejanin.(6)
Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 4 kali atau lebih, lebih
mungkin mengalami kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya
lemah), pendarahan setelah persalinan, persalinan yang cepat, yang biasa menyebabkan
meningkatnya risiko pendarahan vagina yang berat, plasenta previa (plasenta letak
rendah).(6) Pada ibu dengan paritas > 3 kali, risiko anak untuk mengalami persalinan
prematur lebih tinggi, hal ini disebabkan karena kehamilan yang berulang (paritas
13
tinggi) akan membuat uterus menjadi renggang, sehingga dapat menyebabkan kelainan
letak janin dan plasenta yang akhirnya akan berpengaruh buruk pada proses persalinan
serta kemampuan untuk mengejan pada saat melahirkan sudah mulai berkurang sejalan
dengan usia ibu itu sendiri.(6) Ibu dengan paritas 1 berisiko untuk melahikan BBLR
karena fungsi organ reproduksi belum siap dalam menjaga dan menerima
kehamilan.(15) Penelitian Subekti R, (2014) menunjukkan bahwa primipara (paritas 1
mempunyai risiko 4,09 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR. (26) Penelitian
Pramono, M. S (2015) menunjukkan bahwa paritas1 dan > 3 mempunyai risiko 1,31
kali lebih besar untuk melahirkan BBLR.(15) Penelitian Sulistyorini S, (2013)
menunjukkan 14 bahwa ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR.
(37) g. Jarak Kehamilan jarak kehamilan adalah jarak antara kehamilan terakhir dengan
kehamilan sebelumnya. Seorang ibu hendaknya memperhatikan jarak kehamilanya.
Jarak antar kelahiran yang lebih panjang bukan hanya menguntungkan bagi anak, tetapi
juga aka meningkatkan status kesehatan ibu. Jarak kehamilan yang seharusnya adalah
diatas 2 tahun. Hal ini disebabkan karena kondisi yang belum pulih, mengakibatkan
terjadinya penyulit dalam kehamilan seperti anemia, menghambat proses persalinan,
waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang. (6,41) Hasil survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), sekitar 4% kelahiran terjadi dengan jarak 18 bulan dan 6
persen < 2 tahun setelah kelahiran sebelumnya. Kematian anak yang dilahirkan
sebelumnya berakibat pada pendeknya jarak antar kelahiran dibandingkan bila anak
yang dilahirkan masih hidup. Risiko kesakitan dan kematian pada anak akan lebih
tinggi pada jarak kelahiran < 2 th. (41) Interval kehamilan < 2 tahun dimana ibu
biasanya masih menyusui sehingga ibu terlalu lelah, merawat anak-anak yang masih
membutuhkan perhatian penuh dari ibunya sehingga ibu kurang memperhatikan
kehamilanya dan juga ibu menjadi rentang terhadap 15 penyakit karena masukan
nutrisi pada ibu harus dibagi yaitu untuk menyusui, dan untuk kehamilan ibu sendiri.(6)
Interval antar kehamilan yang pendek (< 18 tahun) dapat menyebabkan simpanan zat
gizi ibu tidak memadai yang menyebabkan pertumbuhan janin terhambat/Intra Uterine
Growth Retradation (IUGR). Di perkirakan IUGR menjadi penyebab utama BBLR
terutama pada negara berkembang. Pentingnya pemeriksaan obstetri bagi semua ibu
hamil adalah untuk mengetahui bagaimana risiko kehamilan saat ini berdasarkan data
14
riwayat kehamilan sebelumnya. Interval antar kehamilan dapat menjadi faktor risiko
yang dapat dimodifikasi secara bermakna untuk mencegah kelahiran prematur,
SGA/IUGR.(10,30)
h. Asupan Gizi
Makanan dan gizi seimbang merupakan makanan yang cukup mengandung karbohidrat
dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein, sebagai sumber zat pembangun, serta
vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrisi akan meningkat selama
ibu hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak
hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang di
kandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan
ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain.
Demikian pula bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu,
terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini
akan mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir 16 prematur, atau bahkan bayi lahir
akan meninggal dunia. Pada saat bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama,
perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan pembedahan.
Sebaliknya makanan yang berlebihan akan mengakibatkan kenaikan berat badan yang
berlebihan, bayi besar, dan dapat pula menyebabkan terjadinya pre eklampsia
(keracunan kehamilan). Beberapa faktor yang mempengaruhi gizi janin yaitu genetik,
nutrisi, gaya hidup ibu, kondisi kesehatan ibu dan lingkungan.(56) Trimester pertama
pada usia kehamilan 1-3 bulan: merupakan masa penyusunan ibu terhadap
kehamilanya, pertumbuhan janin masih berlangsung lambat sehingga kebutuhan gizi
untuk pertumbuhan janin belum banyak, kebutuhan gizi ibu hamil pada masa ini masih
sama dengan wanita dewasa biasa, keluhan yang timbul pada trimester 1 adalah kurang
napsu makan, mual, pusing, halusinasi, ingin makan yang aneh-aneh, mual, muntah dan
lain-lain, dalam batas tertentu hal ini masih wajar, yang perlu dianjurkan adalah
makanan yang berupa makanan yang mudah dicerna dalam porsi sedikit tapi sering,
bahan makanan yang baik diberikan adalah makanan kering seperti roti panggang,
biskuit serta buah-buahan.(56) Trimester kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan dan
trimester ketiga pada usia kehamilan 7-9 bulan, pertumbuhan janin berlangsung cepat
pada masa ini, 50% dari penambahan BB terjadi pada bulan keenam dan ketujuh, napsu
15
makan meningkat, pada masa ini 17 penambahan zat gula diperlukan untuk memelihara
kesehatan. Kebutuhan gizi pada ibu hamil antara lain: (56) 1) Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi pada ibu hamil tergantung pada BB sebelum hamil dan pertambahan
BB selama hamil, karena adanya peningkatan basal metabolisme dan pertumbuhan
janin yang pesat terutama pada trimester II dan III. Direkomendasikan penambahan
jumlah kalori sebesar 285-300 kalori perhari dibanding saat tidak hamil. Berdasarkan
perhitungan, pada akhir kehamilan di butuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari
kebutuhan kalori sebelum hamil. Pada trimester 1 energi masih sedikit dibutuhkan,
pada trimester II energi di butuhkan untuk penambahan darah, perkembangan uterus,
pertumbuhan masa mammae atau payudara, dan penimbunan lemak. Sedangkan pada
trimester III energi dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. 2) Protein
Tambahan protein diperlukan untuk pertumbuhan janin, uterus, jaringan payudara,
hormon, cairan darah ibu serta persiapan laktasi. Tambahan protein yang diperlukan
selama kehamilan sebanyak 12 gram/hari (71 gram). Kebutuhan protein selama
kehamilan meningkat. Sangat dianjurkan mengkonsumsi pangan sumber protein
hewani seperti ikan, susu dan telur. 18 3) Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber
utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan. Selain mengandung
vitamin dan mineral, karbohidrat juga meningkatkan asupan serat serta untuk
mencegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar dan wasir
4) Vitamin dan mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibanding sebelum
hamil untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses
diferensiasi sel. Ada beberapa zat gizi penting yang kebutuhanya meningkat dan
diperlukan selama hamil karena sangat bermanfaat untuk pertumbuhan janin
diantaranya zat besi, asam folat, kalsium, iodium dan zink. Kebutuhan zat besi selama
kehamilan digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru. merupakan unsur
penting dalam pembentukan hemoglobin. Kandungan zat besi tinggi pada Ikan, daging,
hati dan tempe. Ibu hamil disarankan mengonsumsi satu tablet tambah darah perhari
selama hamil dan masa nifas. Kebutuhan asam folat selama hamila digunakan untuk
pembentukan sel dan sistem saraf termasuk sel darah merah. Sayuran hijau seperti
bayam dan kacangkacangan banyak mengandung asam folat. Kebutuhan kalsium saat
16
hamil digunakan untuk mengganti cadangan kalsium ibu guna pembentukan jaringan
baru janin. Apabila konsumsi kalsium tidak 19 mencukupi berakibat meningkatkan
risiko ibu keracunan kehamilan (pre eklampsia), pengeroposan tulang dan gigi. Sumber
kalsium yang baik adalah sayuran hijau, kacang–kacangan dan ikan teri serta susu.(55)
Iodium merupakan bagian hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang berfungsi
mengatur pertumbuhan dan perkembangan bayi. Iodium berperan dalam sintesis
protein, absorsi karbohidrat dan saluran cerna serta sintesis kolesterol darah.
Kekurangan iodium berakibat terhambatnya perkembangan otak dan sistem saraf
terutama menurunkan IQ dan meningkatkan risiko kematian bayi, juga menyebabkan
pertumbuhan fisik anak yang dilahirkan terganggu (kretin). Dampak pada
perkembangan otak dan system syaraf biasanya menetap. Sumber iodium yang baik
adalah makanan laut seperti ikan, udang, kerang, rumput laut. Setiap memasak
diharuskan menggunakan garam beriodium
i. Konsumsi Alkohol
Kadar etanol dalam darah ibu berpengaruh langsung terhadap janin oleh karena
penghalang/barier plasenta dapat ditembus oleh etanol, tetapi ekskresi etanol oleh janin
tidak efektif. Tingginya kadar paparan etanol menyebabkan peningkatan produksi
prostaglandin (PG). Prostaglandin meningkatkan aktivitas Adenosin Monofosfat Siklik
(AMP), yang menyebabkan penurunan pembelahan sel dan mengakibatkan BBLR.
Asetaldehida yang merupakan produk turunan alkohol memiliki efek teratogenik bagi
perkembangan janin. Alkohol juga berhubungan dengan difesiensi gizi tertentu seperti
zinc. Paparan alkohol selama kehamilan dapat berindikasi pada pertumbuhan dan
perkembangan janin. Data epidemiologi menunjukkan bahwa mengkomsumsi alkohol
dalam jumlah yang banyak dapat megakibatkan berat lahir rendah.(30) Kondisi yang
timbul pada masa kehamilan akibat paparan meliputi malformasi, lahir mati, gangguan
pertumbuhan dalam rahim dan masa kanak-kanak, defisit belajar dan perilaku, masalah
sosial dan kesehatan mental.(58) Marisca et al, (2008) menyatakan bahwa komsumsi
alkohol > 12 gls/hari selama kehamilan dapat meningkatkan risiko 2,67 kali melahirkan
BBLR.(59)
17
C. Tanda dan Gejala Berat Badan Lahir Rendah
Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal, bayi BBLR juga
akan tampak:
• Lebih kurus.
• Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
• Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.
Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur. Masalah yang umum ditemui pada
bayi seperti ini adalah:
• Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia).
• Memiliki masalah dalam menyusu.
• Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan.
• Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada temperatur
yang normal.
• Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu kental
(polisitemia).
D. KLASIFIKASI
Bayi berat badan lahir rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi < 37 minggu (259 hari) dan berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
2. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya tersebut (KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi (SD)
(kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).
18
Bayi berat badan lahir rendah dapat dibedakan berdasarkan penanganan dan usia
kehamilan ( Meddow, 2003) yaitu antara lain:
a. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam:
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3) Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
b. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1) Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah
persentil 3 untuk jenis kelamin dan masa kehamilan
2) Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara
persentil ke-3 dan ke-97 kurva pertumbuhan janin.
3) Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas
persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan.
E. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya (Betz, 2003). Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir
semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pertumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek
hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneoumonia belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu.
Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada
bayi preterm.Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan
19
karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk
mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara
oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan
BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan akan kalori.
PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang biasanya dilakukan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (Sitohang, 2004) adalah:
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari.
20
2. Laboratorium
a. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir yang akan menurun kadarnya jika ada
infeksi atau sepsis.
b. Hematokrit: 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau haemorhagic perinatal)
c. Hemoglobin: 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
e. Dextrostic: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke-3
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): biasanya dalam batas normal pada awalnya.
g. Gula darah (8–12 jam post natal).
h. Analisa gas darah
i. Tes kocok/shake test
Interpretasi:
1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya
surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Hidayat, 2008 setelah bayi lahir dilakukan :
1. Tindakan Umum
a. Membersihkan jalan nafas.
b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
c. Perawatan tali pusat dan mata.
2. Tindakan Khusus
21
a. Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila, pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000
garm dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca menggunakan lampu.
b. Awasi frekuensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui sindroma
aspirasi mekonium.
c. Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila > 60x/mnt lakukan foto thorax.
d. Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
e. Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah).
f. Awasi keseimbangan cairan.
g. Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan
umum baik:
1) Berikan makanan dini early feeding untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia.
2) Periksa kadar gula darah 8–12 jam post natal.
3) Periksa refleks hisap dan menelan.
4) Motivasi pemberian ASI.
5) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrien yang dapat diberikan
meliputi; karbohidrat, lemak, asam amino, vitamin, dan mineral.
6) Berikan multivitamin jika minum enteral bisa diberikan secara kontinyu.
h. Tindakan pencegahan infeksi:
1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
4) Pemberian antibiotik sesuai indikasi.
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
i. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian.
22
H. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG
No. Data Pendukung Masalah Keperawatan
1. Data Subjektif: - Hipotermia
Data Objektif:
• Kulit teraba dingin
• Menggigil
• Suhu tubuh dibawah nilai normal
• Akrosianosis
• Brakikardi
• Dasar kuku sianotik
• Hipoglikemia
• Hipoksia
• Pengisian kapiler >3 detik
• Konsumsi oksigen meningkat
• Ventilasi menurun
• Piloereksi
• Takikardia
• Vasokontriksi perifer
• Kutis memorata (pada neonatus)
2. Data Subjektif: - Ikterik neonates
Data Objektif:
• Profil darah abnormal (hemolysis, bilirubin
serum total >2mg/dL. Bilirubin serum total
pada resiko tinggi menurut usia normogram
spesifik waktu)
• Membrane mukosa kuning
• Kulit kuning
• Sklera kuning
3. Data Subjektif: Gangguan ventilasi spontan
23
• Dyspnea
Data Objektif:
• Penggunaan otot bantu nafas meningkat
• Volume tidal menurun
• PCO2 meningkat
• PO2 menurun
• SaO2 menurun
• Gelisah
• Takikardia
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipotermia b.d penurunan laju metabolisme
2. Ikterik neonatus b.d usia kurang dari 7 hari
3. Gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolism
24
• Prematuritas menurun
• Aktivitas ekstremitas membaik
• Respons terhadap stimulus sensorik membaik
3. Gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolisme
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam, maka ventilasi
spontan meningkat
Kriteria hasil :
• Volume tidal menurun
• Dyspnea menurun
• Penggunaan otot bantu nafas menurun
• PCO2 membaik
• PO2 membaik
25
• Siapkan lampu fototerapi dan
incubator atau kotak bayi
• Lepaskan pakaian bayi kecuali
popok
• Berikan penutup mata pada bayi
• Ukur jarak antara lampu dan kulit
bayi
• Biarkan tubuh bayi terpapar sinar
fototerapi secara berkelanjutan
• Ganti segera alas dan popok bayi
jika bab/bak
• Gunakan linen berwarna putih agar
memantulkan cahaya sebanyak
mungkin
• Anjurkan ibu menyusui sekitar 20-
30 menit
3. Gangguan ventilasi spontan • Identifikasi adanya kelelahan otot
bantu otot nafas
• Identifikasi efek perubahan posisi
terhadap status pernafasan
• Monitor status respirasi dan
oksigenasi
• Pertahankan kepatenan jalan nafas
• Berikan posisi semifowler atau
fowler
• Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
• Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
• Ajarkan mengubah posisi secara
26
mandiri
• Kolaborasi pemberian
bronchodilator, jika perlu
27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Identitas
Nama : By Ny J
Umur : 6 Hari
Nama ayah : Tn. I
Nama ibu : Ny. J
Pekerjaan ayah : Petani
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sumber Wangi
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
B. Keluhan Utama
Klien masuk rumah sakit dan dirawat dengan keluhan berat badan bayi sangat
rendah 1.800 gram, klien lahir pada usia kurang dari 29 minggu. Pada saat
pengkajian tubuh klien tampak kuning, sianosis dan terpasang O2 0,5 L/menit.
Keadaan umum bayi sangat lemah,bayi menangis lemah, pola nafas cepat dan
dalam ,berat badan bayi saat pengkajian 1.300 gram.
C. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal
2. Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan <29 minggu, ditandai dengan
ketuban keluar sebelum persalinan, lama persalinan sekitar 1 jam dan bayi
lahir pukul 05.00 pagi di RS BOB Bazar.
3. Postnatal
Bayi lahir dengan berat badan 1800 gram, panjang lahir 35cm, lingkar kepala
kurang dari 23 cm, lingkar dada 22 cm. Jaringan lemak subkutan tipis, rambut
lanugo banyak, tonus otot lemah, keadaan umum lemah, gerak kurang aktif,
daya hisap kurang.
28
Riwayat Kesehatan Masa Lampau
D. Riwayat Keluarga
Genogram :
29
E. Riwayat Sosial
1. Yang Mengasuh
Saat ini klien dirawat di ruang perinatologi dan dirawat oleh perawat,
neneknya dan sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Nenek klien adalah ibu dari Ny. J yang menunggu serta mengasuh klien
diruang rawat perinatologi, ibu klien bisa mengunjungi, melihat dan
menyentuh bayinya saat dalam inkubator.
3. Hubungan dengan teman sebaya
Nenek klien selalu berinteraksi dengan keluarga pasien yang lain, hubungan
komunikasi baik dan mudah bergaul dengan orang sekitar
4. Pembawaan secara umum
Nenek klien sangat menyayangi cucunya dan tampak duduk disampingnya
selalu menemani klien.
5. Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan lingkungan rumah terdapat banyak pohon, sejuk, dan
asri, karena diperdesaan.
F. Kebutuhan dasar
1. Makanan
Makanan yang diberikan untuk klien hanya asi dan susu formula khusus
bayi BBLR
b. Selera
30
2. Pola tidur
sekali
6. Aktivitas
Klien hanya terbaring di dalam inkubator sejak lahir dan aktivitas klieN
dibantu oleh orang tua serta tenaga kesehatan
31
7. Hasil Laboratorium
Tanggal : 22/11/2020
32
Tanggal: 24/11/2020
8. Foto Rontgen
Tidak ada foto rontgen
9. Hasil Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Tidak ada pemeriksaan penunjang lainnya
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Compos mentis
2. Tanda vital :
a. RR : 68 x / menit
b. HR : 140 x / menit
c. TD : Tidak terkaji
d. Suhu : 36,5 oc
4. Lingkar Kepala : 23 cm
33
5. Kepala : bentuk kepala bulat, simetris, tidak ada oedem, kulit tipis,
lanugo lebat.
8. Telinga : simetris kanan dan kiri, terdapat lanugo, tidak ada oedem,
11. Dada : dada simetris, dinding ada elastis, puting susu belum
12. Paru – paru : tidak ada pembesaran paru – paru, suara nafas tambahan
pusar lepas.
15. Punggung : tidak ada kelainan tulang belakang, tidak ada oedem,
kulit kuning
34
17. Ekstremitas atas : klien dapat menggerakan tangannya
35
III. Diagnosa Keperawatan (Prioritaskan)
36
bilirubin direk sesering mungkin
<0.20 mg/Dl 10. Kolaborasi pemeriksaan
darah vena bilirubin
direk dan indirek
3. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan
ketidakadekuatan intervensi keperawatan gejala infeksi lokal dan
pertahanan tubuh selama 3x24 jam, maka sistemik
sekunder tingkat infeksi 2. Batasi jumlah
menurun, dengan pengunjung
kriteria hasil: 3. Cuci tangan sebelum
1. Kadar sel darah dan sesudah kontak
putih dengan pasien dan
membaik,nilai lingkungan pasien
normal 5.000- 4. Ajarkan cara mencuci
10.000 g/dL tangan dengan benar
2. Kebersihan tangan
meningkat dengan
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan klien
3. Kebersihan badan
meningkat dengan
memandikan
bayi,perawatan tali
pusat dan
perawatan setelah
BAB/BAK
V. Implementasi
37
4. Siapkan lampu fototerapi dan
incubator/kotak bayi
5. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
6. Berikan penutup mata
7. Ukur jarak antara lampu dan
permukaan kulit bayi
8. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar
fototerapi secara berkelanjutan
9. Anjurkan ibu menyusui sesering
mungkin
10. Kolaborasi pemeriksaan darah vena
bilirubin direk dan indirek
Senin Risiko infeksi b.d 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
23/11/20 ketidakadekuatan lokal dan sistemik
20 pertahanan tubuh 2. Batasi jumlah pengunjung
11.00 sekunder 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Ajarkan cara mencuci tangan dengan Annisa
benar
38
Selasa Gangguan pertukaran 1. Monitor kecepatan aliran O2
24/11/20 gas b.d 2. Monitor posisi alat terapi O2
20 ketidakseimbangan 3. Monitor aliran O2 secara periodik
17.00 ventilasi perfusi dan pastikan fraksi yang diberikan
cukup
Annisa
39
bilirubin direk dan indirek
Kamis Risiko infeksi b.d 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
26/11/20 ketidakadekuatan dan sistemik
20 pertahanan tubuh 2. Batasi jumlah pengunjung
16.00 sekunder 3. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar Annisa
4. Perawatan tali pusat
40
4. Ajarkan perawatan metode KMC
Sabtu Risiko infeksi b.d 1. Batasi jumlah pengunjung
28/11/20 ketidakadekuatan 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
20 pertahanan tubuh benar
16.00 sekunder
Annisa
41
14.00 • Pola nafas cepat dan dalam
• Klien terpasang O2 0,5L/menit a
• RR 62 x/menit
• Sianosis berkurang
A : gangguan pertukaran gas
P : pertahankan intervensi
Selasa Ikterik neonatus S:-
24/11/20 O:
20 • Kadar bilirubin total : 17,1
16.00 Direk : 1,7
• Kulit masih menguning pada Annisa
seluruh tubuh
• Sclera ikterik
• Suhu 36,1C
A : Ikterik neonatus
P : pertahankan intervensi
Selasa Risiko infeksi S:-
24/11/20 O:
20 • Jumlah leukosit 11.800 H
17.00 • BB 1300 gram
• Bayi tampak lemah Annisa
• Daya hisap kurang (-)
A : risiko infeksi
P : pertahankan intervensi
42
• Suhu 36,3 C
A : Ikterik neonatus
P : Pertahankan Intervensi
Rabu Risiko infeksi S : keluarga mengatakan tali pusat klien
25/11/20 kenapa belum lepas
20 O:
16.00 • Bayi menangis kuat
• BB 1400 gram Annisa
• Bayi tampak aktif
• Daya hisap +
• Tali pusat belum lepas
• Tali pusat tampak sudah kering
tetapi kotor
• Tidak ada oedem
A : risiko infeksi
P : Perawatan tali pusat
43
tgl/ Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf
waktu Keperawatan
Jum’at Gangguan Pertukaran S:-
27/11/20 Gas O:
20 • Klien terpasang O2 0,5 L/menit
09.00 • RR 38 x/menit
A : Gangguan Pertukaran Gas Annisa
P : Masalah Gangguan Pertukaran Gas
Teratasi
Jum’at Ikterik Neonatus S:-
27/11/20 O:
20 • Nilai bilirubin total : 5,0
11.00 direk : 1,2
• Suhu : 36,4 C
Annisa
A : Ikterik Neonatus
P : Masalah teratasi sebagian
Jum’at Risiko Infeksi S : keluarga klien mengatakan belum
27/11/20 mengganti kasa tali pusat dari kemarin
20 karena masih takut
12.00 O:
• Tali pusat tampak mengering
• Kassa tampak kotor Annisa
• Tali pusat belum terlepas
• BB : 1800 gram
• Tidak ada oedem
A : Risiko Infeksi pada tali pusat
P : Perawatan tali pusat
44
• Klien tampak aktif
• Klien menangis kuat
A : Ikterik Neonatus
P : Intervensi selesai masalah ikterik
neonatus teratasi
-fototerapi dihentikan
-tetap pantau perkembangan klien
-mengajarkan keluarga klien metode KMC
Sabtu Risiko Infeksi S : keluarga klien mengatakan saat tadi
28/11/20 pagi dilap dan digantikan baju tali pusat
20 sudah terlepas
11.00 O:
• Tali pusat tampak sudah terlepas
• BB : 1800 gram Annisa
• Tali pusat tampak kering
• Tidak ada odem atau kemerahan
sekitar tali pusat
A : Risiko Infeksi pada tali pusat
P : intervensi selesai masalah risiko infeksi
pada tali pusat teratasi
45
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat
badan < 2500 gram. BBLR merupakan salah satu indikator untuk melihat
bagaimana derajat atau status kesehatan anak, sehingga berperan penting untuk
memantau bagaimana status kesehatan anak sejak dilahirkan, apakah anak tersebut
status kesehatannya baik atau tidak. BBLR menjadi masalah kesehatan masyarakat
karena merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB)
(Sistriani, 2008 Jurnal.unnes). Dari penyebabnya sendiri dapat disimpulkan bahwa
terdapat penyebab pokok yaitu premature murni dan dismature.
B. SARAN
Dalam menerapkan asuhan keperawatan diharapkan perawat lebih peduli lagi
terhadap pasien yang ada di ruangan agar menumbuhkan hubungan terapeutik yang
maksima. Untuk mengkaji pasien juga harus lebih ditingkatkan ketelitian agar data
yang didapatkan lebih akurat agar dalam mengambil keputusan tindakannya tepat.
46
DAFTAR PUSTAKA
Kalady, M.A., Sunilbala, K., Y. Tomba, S., Nabakishore, S., Iainehskhem, L.M., Syarif, A.
2016. Effect of Maternal Anemia on Birth Weight of Term Babies in A Tertiary Care
Hospital, Manipur. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences, [e-journal] 15 (12), Ver.
VI: pp. 39–41
47