Anda di halaman 1dari 18

PENCEGAHAN HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA

DOSEN PENGAMPU : FIRMAN S.KEP,.NS.,M.KEP

OLEH :

MUH. ILHAM IDRIS

SITTI WAHYUNI SINAPOY

MUH. BAYU YUSRIL ALHASSAN

AULIA SAPUTRI

ANDRIANI CAHYA SAPUTRI

ANJELI. S

NURASFA NURSANDA

WAODE YUNI

RISKA AWALIA RAMADHAN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Asalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT,karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “PENCEGAHAN HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN
NAPZA ”.
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, penulis berharap agar pembaca
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan tulisan ini dapat di mengerti.
Mengingat proses penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat
lebih sempurna dan bermanfaat. Akhir kata semoga Allah SWT selalu menuntun kita menuju
jalan yang benar.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendari, 11 Januari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
HIV/AIDS saat ini merupakan penyakit yang dianggap paling menakutkan.
WHO (World Health Organization), badan PBB untuk kesehatan dunia,
memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali
diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Pada tahun 2005 saja, AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di
antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-
Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan
persediaan sumber daya manusia di sana. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan
salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. Selain itu, sampai saat ini belum
ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penderita dari penyakit ini. Obat yang ada
hanya berfungsi untuk menghambat pertumbuhan virus dan memperpanjang masa
hidup penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan diagnosa dini
terhadap penyakit ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang tidak
menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama padahal pada masa tersebut penderita
sudah dapat menularkan penyakit HIV/AIDS ini kepada orang lain.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks,
yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan
kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif
yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam
Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan
tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun
masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak
hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh
wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah
sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA
paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah
sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu
mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan
generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, melalui upaya Promotif, Preventif,
Terapi dan Rehabilitasi.

B. Rumusan masalah :
1. Apa pengertian Hiv/Aids ?
2. Apa penyebab Hiv/Aids ?
3. Bagaimana upaya pencegahan Hiv/Aids ?
4. Apa pengertian NAPZA ?
5. Apa saja Jenis NAPZA yang disalahgunakan ?
6. Bagaimana pencegahan penyalahgunaan NAPZA ?
C. Tujuan :
1. Mengetahui pengertian Hiv/Aids.
2. Mengetahui penyebab Hiv/Aids.
3. Mengetahui upaya pencegahan Hiv/Aids.
4. Mengetahui pengertian NAPZA.
5. Mengetahui Jenis NAPZA yang disalahgunakan.
6. Mengetahui pencegahan penyalahgunaan NAPZA ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hiv/Aids
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan penyebab dari AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus HIV ini juga disebut juga sebagai
Human Lymphotropic Virus tipe III, Lymphadenophaty-associated Virus ataupun
Lymphadenophaty Virus. Virus HIV merupakan retrovirus. Retrovirus adalah virus
RNA yang mempunyai enzim reverse transcriptase. Dengan menggunakan enzim
reverse transcriptase, virus ini menggunakan RNA sebagai cetakan untuk membuat
DNA komplementer yang dapat berintegrasi dengan DNA induk.

Sesuai dengan namanya, virus HIV hanya menyerang manusia khususnya


sistem kekebalan tubuh manusia yang melindungi tubuh dari infeksi. Sel imun yang
terinfeksi adalah CD4+ sel T, makrofag, dan sel dendritik. CD4 + sel T secara langsung
maupun tidak langsung dihancurkan oleh virus tersebut. Infeksi HIV menyebabkan
sistem kekebalan tubuh akan semakin lemah. Keadaan ini akan membuat orang
mudah diserang beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak
mempengaruhi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Penyakit tersebut
disebut sebagai infeksi oportunistik.
Jika seseorang didiagnosis terinfeksi HIV (HIV positif), orang tersebut dapat
tetap sehat tanpa gejala klinis sehingga disebut penyakit HIV tanpa gejala. Setelah
timbul gejala, maka disebut sebagai infeksi HIV bergejala atau penyakit HIV lanjutan.
Namun pasien HIV positif tidak langsung didiagnosis menderita AIDS. AIDS itu
sendiri merupakan kumpulan gejala dan infeksi akibat melemahnya sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. Beberapa negara mempunyai kriteria
tertentu dalam mendiagnosis pasien AIDS. Di Amerika Serikat dan beberapa negara
lainnya, seseorang didiagnosis menderita AIDS ketika HIV membunuh CD4 + sel T
hingga jumlah CD4+ sel T dalam darah kurang dari 200 sel/µL darah akibatnya
kekebalan seluler menjadi hilang. Sedangkan di Kanada, orang yang terinfeksi HIV
didiagnosis menderita AIDS ketika muncul infeksi oportunistik.
Tanpa terapi antiretroviral, rata-rata waktu infeksi HIV berubah menjadi
penyakit AIDS adalah sekitar 9 hingga 10 tahun dan rata-rata harapan hidup penderita
AIDS adalah 9,2 bulan. Bagaimanapun perkembangan klinis masing-masing pasien
bervariasi, mulai dari 2 minggu hingga 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi
perkembangan penyakit ini, misalnya kemampuan tubuh untuk melawan HIV yang
bekaitan dengan sistem imun tubuh. Pasien AIDS yang lebih tua mempunyai sistem
imun tubuh yang lebih lemah daripada pasien muda sehingga resiko perkembangan
penyakit AIDS menjadi lebih besar. Akses yang sulit untuk mencapai pelayanan
kesehatan dan kehadiran agen infeksi seperti TBC juga dapat memperburuk
perkembangan penyakit.

Gambaran umum hubungan antara multiplikasi HIV dan jumlah CD4 pada infeksi HIV yang
tidak diobati.
Keterangan:                      Jumlah CD4+ T Limfosit (sel/mm³)
                     HIV RNA kopi per mL plasma

B. Penyebab Penyakit HIV/AIDS


AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. Pada umumnya AIDS berujung
pada kematian. HIV merupakan retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA. Tidak
semua virus RNA merupakan retrovirus, misalnya seperti virus campak atau virus flu
merupakan virus RNA tetapi bukan retrovirus. Yang menjadi ciri khas retrovirus adalah
proses replikasi dilakukan mundur (backward replication). HIV disebut retrovirus karena
kemampuannya merubah RNA menjadi DNA, yang merupakan proses terbalik dari apa
yang biasanya terjadi di dalam sel (biasanya, DNA dirubah menjadi RNA oleh inti sel
untuk menyampaikan perintah kepada bagian sel lainnya). Bila virus masuk ke dalam
tubuh penderita (sel hospes) maka RNA virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse
transcriptase yang dimiliki oleh HIV. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan
ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
Sistem imun manusia dibagi menjadi dua yaitu sistem imun spesifik dan sistem
imun non spesifik. Virus HIV menyerang sistem imun spesifik yaitu sistem imun selular
khususnya adalah T helper CD4. Sel T helper CD4 adalah sel T yang telah disintesis
dari kelenjar timus dan akan terbawa sirkulasi darah sehingga masuk ke dalam limfa dan
bermigrasi ke dalam jaringan limfatik, kemudian bermigrasi kembali ke dalam sirkulasi
darah, hingga suatu saat terjadi terstimulasi oleh antigen tertentu dengat ikatan pada
molekul MHC kelas II. Apabila virus HIV masuk dalam badan,dia akan mulai
merusakkan sel T helper CD4. Sel CD4 bertindak sebagai utusan kepada sel-sel sistem
pertahanan tubuh badan yang lain, memberitahu mereka untuk melawan mikroorganisme
yang berbahaya. HIV melekat dan menjangkiti sel CD4 dan mejadikan sel CD4 sebagai
tempat untuk menggandakan virus HIV. Dalam proses ini, sel CD4 yang telah terjangkit
kehilangan kekuatannya untuk melawan penyakit.
C. UPAYA PENCEGAHAN

1. Upaya Pencegahan Jangka Pendek

Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan memberikan informasi

kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV),

sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya. Adapun pencegahan

Infeksi HIV melalui beberapa cara yaitu :

 Pencegahan infeksi melalui hubunggan seksual


HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti
berperan dalam penularan AIDS adalah air mani, cairan vagina dan darah. HIV
dapat menyebar melalui hubunggan sexual dari pria ke wanita, dari wanita ke
pria dan dari pria ke pria.
a) Cara hubunggan sexual yang sangat rawan bagi penularan AIDS yaitu:
1) Penis mitra sexual mengidap HIV masuk ke lubang dubur pasangannya
(Anognital Pasif).
2) Penis orang sehat masuk ke lubang dubur mitra sexual pengidap HIV
(Anogenital Aktif).
3) Penis Mitra Sexual pengidap HIV masuk ke vagina orang sehat (G-
MITO-Genital Aktif)
4) Penis orang sehat masuk ke vagina mitra sexual pengidap HIV (G-
MITO-Genital Aktif).
5) Senggama terputus (coitus interuptus) dengan mitra sexual pengidaf
HIV.
b) Hubungan yang belum tentu aman
Hubungan atara mulut orang sehat dengan kelamin mitra sexual
pengidap HIV ( orogenital), dengan tidak ada luka di mulut ( sariawan).
c) Hubungan yang Aman
1) Penggunaan kondom secara tepat
2) Melakukan hubunggan sexual hanya dengan seorang mitra sexual yang
setia dan tidak terinfeksi HIV (Monogami).
3) Mengurangi jumlah mitra sexual sesedikit mungkin.
4) Hindarai hubungan sexual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS.
5) Tidak melakukan hubungan sexual anogenital
6) Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan sexual dengan
kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV
1. Pencegahan infeksi HIV melalui darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan AIDS
melalui darah terjadi dengan:
a. Trasfusi darah yang mengandung HIV
b. Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupunktur,tato,tindik) bekas pake
orang yang mengidaf HIV tanpa di sterilkan dengan baik.
c. Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pake orang pengidap HIV.
Langkah-langkah utuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:
1. Darah yang digunakan untuk traspusi di usahakan bebas HIV dengan jalan
memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat di laksanakan, sebab
memerlukan biaya yang tinggi serta peralatan yang canggih. Karena
prevalensi HIV di indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah
hanya dengan uji petik.
2. Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi
donor darah. Apabila terpaksa karena menolak menjadi donor menyalahi
kode etik donor, maka darah yang di curigai harus di buang.
3. Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus di sterilisasikan secara baku
setiap kali habis di pakai.
4. Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus di
sterilisasikan secara baku.
5. Kelompok penyalahguna narkotika harus menghentikan kebiasan
menyuntikan obat kedalam badannya, serta menghentikan kebiasaan
menggunakan jarum suntik bersama
6. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
7. Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV
2. Pencegahan Infeksi HIV melalui Ibu Hamil
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada
janinnya. Penularannya dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada
waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan. Upaya untuk mencegah agar tidak
terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak
hamil.
3. Pencegahan AIDS Dengan Kondom

Kondom di Indonesia di kenal dengan alat kontrasepsi pada pria selain untuk
KB kondom biyasanya di konotasikan dengan pelacuran,sehingga gambaran
masyarakat awam tentang kondom sangat rendah. Dalam upaya pencegahan
pencegahan penyebab AIDS, kondom sangat berperan dalam memutuskan mata
rantai penularan aids lewat jalur seksual. Penyuluhan di tunjukan pada resiko
tinggi,agar melakukan safe sexs dengan menggunakan kondom saat melakukan
hubungan kondom. Kondom yang di anjurkan untuk di gunakan adalah terbuat
dari lateks, sebab hasil penelitian membuktikan, bahwa kondom lateks tidak dapat
di tembus HIV. Sedangkan kondom yang terbuat dari bahan alamiah seperti usus
kambing dan sejenisnya tidak dapat memberikan proteksi yang baik di anjurkan
pula untuk menggunakan obat-obat pembunuh sperma, karena obat tersebut juga
dapat membunuh HIV.

 Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang


Penyebaran AIDS di Indonesia ( Asia Pasifik ) sebagian besar adalah karena
hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang menimpa
orang Indonesia adalah mereka yang pernah keluar negeri dan mengadakan
hubungan seksual dengan orang asing. Hasil penelitian menunjukan, bahwa
resiko penularan dari suami pengidap HIV keisterinya adalah 22% dan dari isteri
pengidap HIV kesuaminya adalah 8%. Namun ada penelitian lain yang lain
berpendapat, bahwa resiko penulara suami – isteri dan isteri – suami dianggap
sama. Kemungkinan penularan tidak tergantung pada frekuensi hubungan yang
dilakukan suami isteri. Mengingat masalah seksual masih merupakan barang
tabuh di Indonesia, karena norma – norma budaya dan agama yang masih kuat,
sebetulnya masyarakat kita tidak boleh risau terhadap penyebaran virus AIDS.
Namun demikian, kita boleh lengah sebab Negara kita merupakan terbuka. Upaya
jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS
adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan meningkatkan norma –
norma agama maupun social, sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual
yang bertanggung jawab.
D. NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,
psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang
menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis,
dan sosial.NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang
bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
Sedangkan NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obay/Bahan berbahaya.
Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat
penegak hukum yang sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan NAPZA
Ada juga menggunakan istilah Madat untuk NAPZA Tetapi istilah
Madat tidak disarankan karena hanya berkaitan dengan satu jenis Narkotika saja,
yaitu turunan Opium.
E. JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN NARKOTIKA
(Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika).

NARKOTIKA : adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. NARKOTIKA
dibedakan kedalam golongan-golongan :

1. Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan
tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).

2. Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan


dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin,
petidin)
3. Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein)

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :

- Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain

- Ganja atau kanabis, marihuana, hashis


- Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.

PSIKOTROPIKA (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang

Psikotropika). Yang dimaksud dengan :PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat,


baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.

PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut.

PSIKOTROPIKA GOLONGAN I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)

PSIKOTROPIKA GOLONGAN II :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi,


dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)

PSIKOTROPIKA GOLONGAN III :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi


dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).


PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :

- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu


- Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur):
MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain

- Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

3. ZAT ADIKTIF LAIN

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar


yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

a. Minuman berakohol,

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf


pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,
memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :

- Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)


- Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,
Johny Walker, Kamput.)
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor
dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner,
penghapus cat kuku, bensin.

Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di


masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalah- gunaan
NAPZA lain yang lebih berbahaya.

Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :

Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I.

Penggunaan dengan resep dokter : amfetamin, sedatif hipnotika.

Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.

Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.


F. PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. Promotif

Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau program pembinaan.
Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah para anggota masyarakat yang belum
memakai atau bahkan belum mengenal narkoba sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh program ini
adalah dengan meningkatkan peranan dan kegitanan masyarakat agar kelompok ini menjadi lebih
sejahtera secara nyata sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh
kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba. Bentuk program yang ditawrkan antara lain
pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar, kelompok olah raga, seni budaya, atau
kelompok usaha. Pelaku program yang sebenarnya paling tepat adalah lembaga-lembaga masyarakat
yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.

2. Preventif

Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana program ini ditujukan kepada
masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah mengenal narkoba agar mereka mengetahui tentang
seluk beluk narkoba sehingga mereka menjadi tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Program ini
selain dilakukan oleh pemerintah, juga sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan institusi
lain termasuk lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan,
organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan agenda kegiatan dalam program preventif ini:

 Kampanye anti penyalahgunaan narkoba


Program pemberian informasi satu arah dari pembicara kepada pendengar tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba. Kampanye ini hanya memberikan informasi saja kepada para
pendengarnya, tanpa disertai sesi tanya jawab. Biasanya yang dipaparkan oleh pembicara hanyalah
garis besarnya saja dan bersifat informasi umum.Informasi ini biasa disampaikan oleh para tokoh
asyarakat.Kampanye ini juga dapat dilakukan melalui spanduk poster atau baliho.Pesan yang ingin
disampaikan hanyalah sebatas arahan agar menjauhi penyalahgunan narkoba tanpa merinci lebih
dala mengenai narkoba.
 Penyuluhan seluk beluk narkoba Berbeda dengan kampanye yang hanya bersifat memberikan
informasi, pada penyuluhan ini lebih bersifat dialog yang disertai dengan sesi tanya jawab.
Bentuknya bisa berupa seminar atau ceramah.Tujuan penyuluhan ini adalah untuk mendalami
pelbagai masalah tentang narkoba sehingga masyarakat menjadi lebih tahu karenanya dan menjadi
tidak tertarik enggunakannya selepas mengikuti program ini. Materi dalam program ini biasa
disampaikan oleh tenaga profesional seperti dokter, psikolog, polisi, ahli hukum ataupun sosiolog
sesuai dengan tema penyuluhannya.
 Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya
Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan didalam kelompok masyarakat agar upaya
menanggulangi penyalahgunaan narkoba didalam masyarakat ini menjadi lebih efektif. Pada
program ini pengenalan narkoba akan dibahas lebih mendalam yang nantinya akan disertai dengan
simulasi penanggulangan, termasuk latihan pidato, latihan diskusi dan latihan menolong penderita.
Program ini biasa dilakukan dilebaga pendidikan seperti sekolah atau kampus dan melibatkan
narasumber dan pelatih yang bersifat tenaga profesional.
3. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini ditujukan kepada
para peakai narkoba.Tujuan dari program ini adalah mebantu mengobati ketergantungan dan
menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan peakaian
narkoba.Tidak sembarang pihak dapat mengobati pemakai narkoba ini, hanya dokter yang telah
mempelajari narkoba secara khususlah yang diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan pemakai
narkoba ini.Pngobatan ini sangat rumit dan dibutuhkan kesabaran dala menjalaninya.Kunci
keberhasilan pengobatan ini adalah kerjasama yang baik antara dokter, pasien dan keluarganya.

Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat ini adalah:

a) Penghentian secara langsung;

b)Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian narkoba (detoksifikasi);

c) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba;

d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba seperti HIV/AIDS,
Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya. Pengobatan ini sangat kompleks dan memerlukan biaya yang sangat
mahal. Selain itu tingkat kesembuhan dari pengobatan ini tidaklah besar karena keberhasilan
penghentian penyalahgunaan narkoba ini tergantung ada jenis narkoba yang dipakai, kurun waktu
yang dipakai sewaktu menggunakan narkoba, dosis yang dipakai, kesadaran penderita, sikap keluarga
penderita dan hubungan penderita dengan sindikat pengedar.

4. Rehabilitatif

Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan
kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak
memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas pemakaian narkoba.
Kerusakan fisik, kerusakan mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut
menghampiri para pemakai narkoba. Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa program
rehabilitasi tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang harus dihadapi oleh
bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita akan merasa putus asa setelah dirinya
tahu telah terjangit penyakit macam HIV/AIDS dan lebih memilih untuk mengakhiri dirinya sendiri.
Cara yang paling banyak dilakukan dalam upaya bunuh diri ini adalah dengan cara menyuntikkan
dosis obat dalam jumlah berlebihan yang mengakibatkan pemakai mengalami Over Dosis (OD). Cara
lain yang biasa digunakan untuk bunuh diri dalah dengan melompat dari ketinggian, membenturkan
kepala ke tembok atau sengaja melempar dirinya untuk ditbrakkan pada kendaraaan yang sedang
lewat. Banyak upaya pemulihan namun keberhasilannya sendiri sangat bergantung pada sikap
profesionalisme lembaga yang menangani program rehabilitasi ini, kesadaran dan kesungguhan
penderita untuk sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita, keluarga dan lembaga.

5. Represif

Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen, bandar, pengedar dan
pemakai narkoba secara hukum.Program ini merupakan instansi peerintah yang berkewajiban

mengawasi dan mengendalikan produksi aupun distribusi narkoba.Selain itu juga berupa penindakan
terhadap pemakai yang melanggar undang-undang tentang narkoba. Instansi yang terkain dengan
program ini antara lain polisi, Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM), Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan peredaran gelap
narkoba ini tentu diharapkan peran serta masyarakat, termasuk LSM dan lembaga kemasyarakatan
lain untuk berpartisipasi membantu para aparat terkait tersebut Masyarakat juga harus berpartisipasi,
paling tidak melaporkan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan yang terkait dengan
penyalahgunaan narkoba dilingkungannya. Untuk memudahkan partisipasi masyarakat tersebut, polisi
harus ikut aktif menggalakkan pesan dan ajakan untuk melapor ke polisi bila melihat kegiatan
penyalahgunaan narkoba.Cantumkan pula nomor dan alamat yang bisa dihubungi sehingga
masyarakat tidak kebingungan bila hendak melapor.

Melaporkan kegiatan pelanggaran narkoba seperti ini tentu saja secara tidak langsung ikut
mebahayakan keselamatan si pelapor, karena sindikat narkoba tentu tak ingin kegiatan mereka
terlacak dan diketahui oleh aparat. Karena itu sudah jadi tugas polisi untuk melindungi keselamatan
jiwa si pelapor dan merahasiakan identitasnya. Masalah penyalahgunaan narkoba adalah masalah
yang kompleks yang pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, faktor
lingkungan/sosial dan faktor ketersediaan, menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba
yang efektif memerlukan pendekatan secara terpadu dan komprehensif. Pendekatan apa pun yang
dilakukan tanpa mempertimbangkan ketiga faktor tersebut akan mubazir. Oleh karena itu peranan
semua sektor terkait termasuk para orangtua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok remaja
dan LSM di masyarakat, dalam pencegahan narkoba sangat penting.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan penyebab dari AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome). Virus HIV ini juga disebut juga sebagai Human
Lymphotropic Virus tipe III, Lymphadenophaty-associated Virus ataupun
Lymphadenophaty Virus. Virus HIV merupakan retrovirus. Retrovirus adalah virus
RNA yang mempunyai enzim reverse transcriptase

2. Penyebab penyakit AIDS ialah terinfeksinya sel limfosit T helper oleh virus HIV.

3. Ada dua upaya pencegahan penularan AIDS yakni upaya pencegahan jangka pendek
dan upaya pencegahan jangka panjang.

4. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang
bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan
saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA.
5. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik
beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan
sosial.
6. Upaya pencegahan penyalahgunaan napza yakni : promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan refresif.

B. SARAN
Agar tetap menghindari serta menjauhi NAPZA dan hiv/aids yang
saling berkaitan. Karena dampaknya tidak hanya merusak jasmani kita
namun juga merusak interaksi kita dalam berkeluarga serta
bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://bnn.go.id/pengertian-narkoba-dan-bahaya-narkoba-bagi-kesehatan/

https://www.researchgate.net/publication/341530342_Makalah_mengenai_Narkotika_
Narkoba_Pstkotropika_dan_Zat_adiktif_lainnya

https://www.researchgate.net/publication/341577361_Makalah_Narkoba

Johnson, Earvin. 1995. Cara – Cara Menghindari AIDS. Jakarta : Arcan.

Kumar, Robbins Cotran. 1966. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Organiasi Kesehatan Sedunia. 1994. Pencegahan AIDS melalui Promosi Kesehatan.


Bandung : ITB.

Rosmayanti, Lushi. 2012. “Penyakit HIV/AIDS”.


http://lushirosmayanti.blogspot.com/. Pada tanggal 20 Mei 2013.

Subowo. 2008. Imunobiologi. Bandung : Angkasa.

Tim Naskah Dapur Sedunia. 2011. Penyakit AIDS. Bandung : Amalia Book.

Anda mungkin juga menyukai