NAPZA
OLEH :
AULIA SAPUTRI
ANJELI. S
NURASFA NURSANDA
WAODE YUNI
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
HIV/AIDS saat ini merupakan penyakit yang dianggap paling menakutkan.
WHO (World Health Organization), badan PBB untuk kesehatan dunia,
memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali
diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Pada tahun 2005 saja, AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di
antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-
Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan
persediaan sumber daya manusia di sana. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan
salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. Selain itu, sampai saat ini belum
ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penderita dari penyakit ini. Obat yang ada
hanya berfungsi untuk menghambat pertumbuhan virus dan memperpanjang masa
hidup penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan diagnosa dini
terhadap penyakit ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang tidak
menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama padahal pada masa tersebut penderita
sudah dapat menularkan penyakit HIV/AIDS ini kepada orang lain.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks,
yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan
kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif
yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam
Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan
tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun
masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak
hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh
wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah
sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA
paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah
sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu
mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan
generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, melalui upaya Promotif, Preventif,
Terapi dan Rehabilitasi.
B. Rumusan masalah :
1. Apa pengertian Hiv/Aids ?
2. Apa penyebab Hiv/Aids ?
3. Bagaimana upaya pencegahan Hiv/Aids ?
4. Apa pengertian NAPZA ?
5. Apa saja Jenis NAPZA yang disalahgunakan ?
6. Bagaimana pencegahan penyalahgunaan NAPZA ?
C. Tujuan :
1. Mengetahui pengertian Hiv/Aids.
2. Mengetahui penyebab Hiv/Aids.
3. Mengetahui upaya pencegahan Hiv/Aids.
4. Mengetahui pengertian NAPZA.
5. Mengetahui Jenis NAPZA yang disalahgunakan.
6. Mengetahui pencegahan penyalahgunaan NAPZA ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hiv/Aids
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan penyebab dari AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus HIV ini juga disebut juga sebagai
Human Lymphotropic Virus tipe III, Lymphadenophaty-associated Virus ataupun
Lymphadenophaty Virus. Virus HIV merupakan retrovirus. Retrovirus adalah virus
RNA yang mempunyai enzim reverse transcriptase. Dengan menggunakan enzim
reverse transcriptase, virus ini menggunakan RNA sebagai cetakan untuk membuat
DNA komplementer yang dapat berintegrasi dengan DNA induk.
Gambaran umum hubungan antara multiplikasi HIV dan jumlah CD4 pada infeksi HIV yang
tidak diobati.
Keterangan: Jumlah CD4+ T Limfosit (sel/mm³)
HIV RNA kopi per mL plasma
kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV),
Kondom di Indonesia di kenal dengan alat kontrasepsi pada pria selain untuk
KB kondom biyasanya di konotasikan dengan pelacuran,sehingga gambaran
masyarakat awam tentang kondom sangat rendah. Dalam upaya pencegahan
pencegahan penyebab AIDS, kondom sangat berperan dalam memutuskan mata
rantai penularan aids lewat jalur seksual. Penyuluhan di tunjukan pada resiko
tinggi,agar melakukan safe sexs dengan menggunakan kondom saat melakukan
hubungan kondom. Kondom yang di anjurkan untuk di gunakan adalah terbuat
dari lateks, sebab hasil penelitian membuktikan, bahwa kondom lateks tidak dapat
di tembus HIV. Sedangkan kondom yang terbuat dari bahan alamiah seperti usus
kambing dan sejenisnya tidak dapat memberikan proteksi yang baik di anjurkan
pula untuk menggunakan obat-obat pembunuh sperma, karena obat tersebut juga
dapat membunuh HIV.
NARKOTIKA : adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. NARKOTIKA
dibedakan kedalam golongan-golongan :
1. Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan
tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
2. Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN II :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
a. Minuman berakohol,
1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau program pembinaan.
Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah para anggota masyarakat yang belum
memakai atau bahkan belum mengenal narkoba sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh program ini
adalah dengan meningkatkan peranan dan kegitanan masyarakat agar kelompok ini menjadi lebih
sejahtera secara nyata sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh
kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba. Bentuk program yang ditawrkan antara lain
pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar, kelompok olah raga, seni budaya, atau
kelompok usaha. Pelaku program yang sebenarnya paling tepat adalah lembaga-lembaga masyarakat
yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
2. Preventif
Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana program ini ditujukan kepada
masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah mengenal narkoba agar mereka mengetahui tentang
seluk beluk narkoba sehingga mereka menjadi tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Program ini
selain dilakukan oleh pemerintah, juga sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan institusi
lain termasuk lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan,
organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan agenda kegiatan dalam program preventif ini:
Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat ini adalah:
b)Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian narkoba (detoksifikasi);
d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba seperti HIV/AIDS,
Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya. Pengobatan ini sangat kompleks dan memerlukan biaya yang sangat
mahal. Selain itu tingkat kesembuhan dari pengobatan ini tidaklah besar karena keberhasilan
penghentian penyalahgunaan narkoba ini tergantung ada jenis narkoba yang dipakai, kurun waktu
yang dipakai sewaktu menggunakan narkoba, dosis yang dipakai, kesadaran penderita, sikap keluarga
penderita dan hubungan penderita dengan sindikat pengedar.
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan
kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak
memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas pemakaian narkoba.
Kerusakan fisik, kerusakan mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut
menghampiri para pemakai narkoba. Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa program
rehabilitasi tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang harus dihadapi oleh
bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita akan merasa putus asa setelah dirinya
tahu telah terjangit penyakit macam HIV/AIDS dan lebih memilih untuk mengakhiri dirinya sendiri.
Cara yang paling banyak dilakukan dalam upaya bunuh diri ini adalah dengan cara menyuntikkan
dosis obat dalam jumlah berlebihan yang mengakibatkan pemakai mengalami Over Dosis (OD). Cara
lain yang biasa digunakan untuk bunuh diri dalah dengan melompat dari ketinggian, membenturkan
kepala ke tembok atau sengaja melempar dirinya untuk ditbrakkan pada kendaraaan yang sedang
lewat. Banyak upaya pemulihan namun keberhasilannya sendiri sangat bergantung pada sikap
profesionalisme lembaga yang menangani program rehabilitasi ini, kesadaran dan kesungguhan
penderita untuk sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita, keluarga dan lembaga.
5. Represif
Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen, bandar, pengedar dan
pemakai narkoba secara hukum.Program ini merupakan instansi peerintah yang berkewajiban
mengawasi dan mengendalikan produksi aupun distribusi narkoba.Selain itu juga berupa penindakan
terhadap pemakai yang melanggar undang-undang tentang narkoba. Instansi yang terkain dengan
program ini antara lain polisi, Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM), Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan peredaran gelap
narkoba ini tentu diharapkan peran serta masyarakat, termasuk LSM dan lembaga kemasyarakatan
lain untuk berpartisipasi membantu para aparat terkait tersebut Masyarakat juga harus berpartisipasi,
paling tidak melaporkan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan yang terkait dengan
penyalahgunaan narkoba dilingkungannya. Untuk memudahkan partisipasi masyarakat tersebut, polisi
harus ikut aktif menggalakkan pesan dan ajakan untuk melapor ke polisi bila melihat kegiatan
penyalahgunaan narkoba.Cantumkan pula nomor dan alamat yang bisa dihubungi sehingga
masyarakat tidak kebingungan bila hendak melapor.
Melaporkan kegiatan pelanggaran narkoba seperti ini tentu saja secara tidak langsung ikut
mebahayakan keselamatan si pelapor, karena sindikat narkoba tentu tak ingin kegiatan mereka
terlacak dan diketahui oleh aparat. Karena itu sudah jadi tugas polisi untuk melindungi keselamatan
jiwa si pelapor dan merahasiakan identitasnya. Masalah penyalahgunaan narkoba adalah masalah
yang kompleks yang pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, faktor
lingkungan/sosial dan faktor ketersediaan, menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba
yang efektif memerlukan pendekatan secara terpadu dan komprehensif. Pendekatan apa pun yang
dilakukan tanpa mempertimbangkan ketiga faktor tersebut akan mubazir. Oleh karena itu peranan
semua sektor terkait termasuk para orangtua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok remaja
dan LSM di masyarakat, dalam pencegahan narkoba sangat penting.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan penyebab dari AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome). Virus HIV ini juga disebut juga sebagai Human
Lymphotropic Virus tipe III, Lymphadenophaty-associated Virus ataupun
Lymphadenophaty Virus. Virus HIV merupakan retrovirus. Retrovirus adalah virus
RNA yang mempunyai enzim reverse transcriptase
2. Penyebab penyakit AIDS ialah terinfeksinya sel limfosit T helper oleh virus HIV.
3. Ada dua upaya pencegahan penularan AIDS yakni upaya pencegahan jangka pendek
dan upaya pencegahan jangka panjang.
4. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang
bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan
saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA.
5. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik
beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan
sosial.
6. Upaya pencegahan penyalahgunaan napza yakni : promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan refresif.
B. SARAN
Agar tetap menghindari serta menjauhi NAPZA dan hiv/aids yang
saling berkaitan. Karena dampaknya tidak hanya merusak jasmani kita
namun juga merusak interaksi kita dalam berkeluarga serta
bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://bnn.go.id/pengertian-narkoba-dan-bahaya-narkoba-bagi-kesehatan/
https://www.researchgate.net/publication/341530342_Makalah_mengenai_Narkotika_
Narkoba_Pstkotropika_dan_Zat_adiktif_lainnya
https://www.researchgate.net/publication/341577361_Makalah_Narkoba
Kumar, Robbins Cotran. 1966. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Tim Naskah Dapur Sedunia. 2011. Penyakit AIDS. Bandung : Amalia Book.