Kebenaran, berasal dari kata dasar BENAR, yang menurut KBBI berarti : sesuai
sebagaimana adanya (seharusnya); betul; tidak salah. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang
tidak seharusnya adalah salah, dan sesuatu yang salah tentu adalah hal yang tidak baik.
Kebenaran tidak akan pernah berubah menjadi sesuatu yang salah. Sekali benar tetap benar.
Siapapun yang berusaha untuk mengubah kebenaran menjadi salah tentu adalah oknum yang
dalam pikirannya penuh kejahatan, karena dia bertentangan dengan kebenaran itu sendiri.
Kebenaran adalah sesuatu yang juga menjadi pedoman bagi manusia dalam menjalani
hidupnya. Manusia yang berpedoman pada sesuatu yang salah adalah manusia yang jalan
hidupnya akan tersesat, sedangkan manusia yang berpedoman pada kebenaran, hidupnya
akan tetap berjalan pada jalur yang benar. Pertanyaaannya, bagaimana kita mengetahui
bahwa sesuatu itu benar? Sebagai orang yang Kristen dan percaya pada Tuhan, tentu kita
percaya bahwa kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan saja. Tidak ada manusia yang benar
di dunia ini, karena sejak semulanya, nenek moyang manusia telah memilih kesalahan
sebagai jalan hidupnya. Tuhan menyatakan kebenaran kepada manusia dengan Firman-Nya
yang Dia berikan kepada manusia baik secara langsung maupun dengan perantaraan para
nabi. Berpatokan pada Firman Tuhan, maka kita dapat mengetahui mana yang benar dan
mana yang salah.
Manusia dalam perjalanan kehidupannya tahu bahwa kebenaran hanya ada pada
Tuhan dan Firman-Nya. Namun yang terjadi adalah manusia memilih untuk melawan Tuhan
daripada menuruti-Nya. Tuhan yang adalah sumber kebenaran, tak bisa menyetujui ketidak-
benaran dan tidak akan bisa menyatu dengan kebenaran, maka sudah tentu Tuhan akan
menegur bahkan menghukum pelaku ketidak-benaran itu, karena di mata Tuhan, kebenaran
tetaplah kebenaran dan kesalahan haruslah tetap salah dan tak dapat dibenarkan. Bermula dari
membangkangnya nenek moyang umat manusia, Adam dan Hawa, maka Tuhan mengusir
mereka dari taman Eden (Kej.3). Tuhan membenci ketidak-benaran mereka dalam rupa
pembangkangan, maka Tuhan menghukum mereka sehingga mereka harus kehilangan
kemuliaan Allah dan hidup terpisah dari Allah.
Begitu juga yang terjadi pada zaman raja Daud, dimana Daud yang adalah raja besar
berzinah dengan Batsyeba, dan membunuh Uria. Tuhan melihat ini sebagai pembangkangan
terhadap Tuhan, sehingga dengan perantaraan nabi Natan, Tuhan menegur Daud akan
kesalahannya itu (2 Sam.12:1-25). Natan dengan pertolongan Roh Tuhan berani menegur raja
Kisah Alkitab berlanjut kepada zaman dimana Kerajaaan Israel menemui titik rendah
di hadapan Tuhan karena penyembahan berhala, yang disponsori oleh Raja Ahab dan istrinya,
Izebel (1 Raj.16:29-34). Maka Tuhan melihat itu sebagai dosa dan mengutus Nabi Elia untuk
menegur Ahab dan seluruh kerajaan Israel. Dengan semangat dan keberanian yang berapi-api
dari Tuhan, Elia menegur Ahab dan istrinya dengan keras dan tidak lunak sedikitpun kepada
dosa Ahab dan Israel. Tanpa takut dihukum bahkan dibunuh, Elia menjalankan perintah
Tuhan, karena Elia berpendirian dalam Tuhan bahwa kebenaran tetaplah kebenaran walaupun
langit runtuh, dan ketidak-benaran tidak dapat didiamkan saja. Elia juga tidak gentar saat dia
harus melawan 450 orang nabi Baal (1 Raj.18:20-46). Walau sendiri, dia maju karena dia
membawa kebenaran yang daripada Allah, dan dia mau membuktikan pada bangsa Israel dan
Raja Ahab mana Allah yang hidup, TUHAN Allah Israel ataukah Baal. Elia membuktikan itu
dengan tidak gentar, karena dia tahu, kebenaran haruslah ditegakkan, itulah kehendak Tuhan.
Kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh.
Kisah berlanjut di zaman perjanjian baru, dimana Yohanes pembaptis, yang dengan
tegas menegur perzinahan Herodes dengan Herodias (Mat.13:3-4), karena dia tahu bahwa itu
adalah dosa yang bertentangan dengan kebenaran. Walau dia di benci Herodias, ditangkap
dan akhirnya dipenggal, namun sampai matinya Yohanes tetap teguh mempertahankan
kebenaran, karena dia tahu bahwa apa yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Tuhan,
dan ketidak-benaran tidak dapat dibiarkan begitu saja. Herodes akhirnya harus terus hidup
dalam kesalahannya karena melawan kebenaran yang diberitakan oleh nabi Tuhan yang
pemberani itu.
Tuhan Yesus saat Dia turun menjadi manusia. Yesus tidak segan mengecam para ahli
Taurat yang pada waktu itu adalah pemuka agama yang berkuasa. Yesus tak takut mengutuk
perbuatan-perbuatan mereka yang tidak mengandung kebenaran di hadapan Tuhan. Yesus
melakukan ini karena Dia sebagai Tuhan sejati tidak dapat melihat ketidak-benaran
merajalela dalam kehidupan ini. Yesus membenci ketidak-benaran mereka dan mengecam
serta mengutuk segala perbuatan mereka. Tidak hanya sekali, namun berulang kali Yesus
Kisah berlanjut lagi ke zaman dimana Kristen sudah menjadi kepercayaan yang diakui
oleh dunia saat itu. Walaupun sudah diakui, rupanya keKristenan tidak luput dari serangan
iblis dalam bentuk kesesatan. Tercatat dalam bahwa Katolik Roma pernah melakukan
penjualan surat pengapusan dosa atau Indulgensia, dimana siapa yang membeli surat ini maka
dia akan selamat dari murka Tuhan. Dalam kemelut kesesatan yang semakin menjadi-jadi
dalam lingkungan gereja akibat ulah para pemimpin gereja, muncul seseorang yang dipilih
Tuhan untuk menyerukan kebenaran. Dialah salah satu bapa Reformasi gereja, Martin Luther.
Dengan kegigihannya, Luther menentang segala kesalahan para pemimpin gereja walau dia
tahu bahwa nyawa taruhannya, karena dia tahu, bahwa keputusan Paus dan Katolik Roma
TIDAK SESUAI DAN TIDAK BERDASAR PADA ALKITAB. Tanggal 31 Oktober 1517,
Luther menempel 95 dalil di pintu gereja Wittenberg, menentang keputusan Paus Leo dan
gereja katolik Roma yang penuh kesesatan. Saat diperintah untuk menarik kembali segala
tulisannya yang dianggap sebagai bidah, Luther menolak dan tak gentar, karena dia tahu,
kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh. Ini karena kecintaannya pada Tuhan
dan pada kebenaran Firman Tuhan. Akhirnya setelah gerakan Luther, gereja direformasi dan
Tahun berganti tahun, dalam masa modern pun umat Kristen diterpa segala macam
kesesatan, baik dari luar maupun dari dalam gereja sendiri. Dari mormon, Saksi Yehovah,
Advent hari ke-7, ajaran teologi kemakmuran, penyalahgunaan perjamuan kudus dan minyak
urapan, kesesatan yang mengatasnamakan Roh Kudus, ajaran kesembuhan ilahi atau mujizat
yang berlebihan, pluralisme dan inklusivisme yang dicampuradukkan dengan iman dsb,
banyak mengganggu dan menyesatkan umat Kristen masa kini. Bermunculan banyak nabi-
nabi palsu yang mengatas-namakan Tuhan dan kebenaran, mengatas-namakan Firman Tuhan
namun sebenarnya tidak sama sekali. Jika dilihat sepintas mereka seperti mengajarkan
Firman Tuhan, namun sesungguhnya mereka mengajarkan kesesatan. Jika tidak berhati-hati,
maka umat Kristen tentu tersesat. Bagaimana kita menghadapinya?
Belajar dari para pendahulu kita, para nabi, para Rasul, para martir, para teolog
reformasi dan para pembela kebenaran Firman Tuhan lainnya, dimana mereka dalam
menentukan sesuatu benar atau salah, dalam mereka memberitakan kebenaran, mereka hanya
merujuk pada 1 sumber, yaitu FIRMAN TUHAN (zaman sekarang dalam bentuk
ALKITAB). Ini adalah salah 1 samboyan Reformasi yaitu SOLA SCRIPTURA : HANYA
ALKITAB. Maka dari ini, kita dapat belajar, bahwa dengan merujuk pada Alkitab, dengan
berdasarkan hanya pada Alkitab, maka kita dapat menilai satu ajaran apakah ajaran dan
segala perbuatan dalam hidup itu benar atau tidak. Rujukan dari Alkitab tidak akan salah dan
tidak pernah salah, karena Firman Tuhan TIDAK PERNAH SALAH. Apa yang tidak
diajarkan dalam Alkitab, jangan ditambah-tambahkan, begitu juga apa yang diajarkan dalam
Alkitab, jangan dikurang-kurangi. Namun dalam proses memahami Firman Tuhan untuk
kehidupan kita, jangan lupa meminta tuntunan Roh Kudus untuk membimbing kita agar kita
diberi hikmat untuk mengerti Firman Tuhan. Jangan mengandalkan hikmat sendiri, namun
minta pertolongan Tuhan agar dapat mengerti kebenaran itu.
Yang berikut adalah jangan takut memberitakan kebenaran. Ingat kegigihan para
tokoh Alkitab maupun para reformator dan hamba-hamba Tuhan dalam memberitakan
kebenaran. Apapun yang terjadi, kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh.
Mungkin dalam memberitakan kebenaran saat ini kita tidak diancam dibunuh atau disiksa
(namun kemungkinan dibunuh dan disiksa bisa saja ada dan pasti akan ada), namun mungkin
Kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh. Kebenaran yang berasal dari
Tuhan mustahil salah dan tak akan pernah menjadi salah. Sampai kiamat, kebenaran tetap
kebenaran. Jika kita hidup dalam kebenaran, tentu kita hidup berkenan sesuai Firman Tuhan.
Jangan mengorbankan kebenaran untuk hal-hal duniawi. Jika karena kebenaran maka suatu
perdamaian bisa pecah, maka jangan pedulikan perdamaian yang semu itu, namun tetaplah
berpegang pada kebenaran. Lebih baik jika kebenaran ditegakkan daripada perdamaian yang
berdiri diatas dasar ketidakbenaran, karena perdamaian semu akan runtuh dengan sendirinya.
Kebenaran berdasarkan apa yang kita pegang? Kebenaran berdasarkan FIRMAN TUHAN,
YANG TERTUANG DENGAN JELAS DALAM ALKITAB. Tidak ada lagi yang bisa
dipercayai sebgai Firman Tuhan selain daripada Alkitab. Jangan berdasarkan pada hati
nurani, jang berdasarkan pada kata-kata manusia, jangan berdasarkan pada apapu juga selain
daripada Alkitab. Biarlah melalui tuntunan Roh Kudus, kita dapat memahami kebenaran
Firman Tuhan, dan dapat kita pakai sebagai dasar hidup kita.
--AMIN--