Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas


Dengan dosen pembimbing Ibu Sumirah, SKp.M.Kep

Oleh
AlfiaIndrawati (P17220191005)
Fathimatuzzahro (P17220191008)
Muhammad Ivan Z.A. (P17220191017)
Lusi Arif Rahmawati (P17220193040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN LAWANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah diperiksan dan disetujui untuk


dipresentasikan pada tanggal

Pembimbing

Sumirah, SKp.M.Kep
NIP. 197610242001122001
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan tentang
Mola Hidatidosa dari segi konsep teoritis.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga asuhan keperawatan Mola Hidatidosa ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang,November 2020
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ........................................................................................1
1.2.Tujuan.......................................................................................................1
1.3.Manfaat.....................................................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. konsep medis
a. pengertian ............................................................................................2
b. Tanda dan gejala klinis.........................................................................3
c. Patofisiologi ( narasi dan bagan )..........................................................3
d. Komplikasi............................................................................................3
e. Pemeriksaan penunjang........................................................................4
f. Penatalaksanaan/pengobatan ...............................................................5
2.2 Konsep Asuhan keperawatan
a. Pengkajian.............................................................................................5
b. Diagnosa Keperawatan.........................................................................7
c. Rencana Tindakan keperawatan............................................................8
BAB 3 Asuhan Keperawatan Gangguan Reproduksi Infertilitas
2.3 Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian...........................................................................................12
b. Diagnosa Keperawatan.......................................................................17
c. Rencana Tindakan Keperawatan.........................................................17
d. Tindakan Keperawatan.......................................................................17
e. Evaluasi Keperawatan........................................................................18
BAB 4
4.1 Pembahasan............................................................................................20
BAB 5
5.1 Kesimpulan.............................................................................................23
5.2 Saran.......................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mola hidatidosa didefinisikan sebagai suatu tumor jinak (benigna) dari korion. Penyakit ini
biasanya dikaitkan dengan; sosioekonomi rendah, letak geografis berbeda (Asia Tenggara dan
Mexico dengan insidensi yang banyak), malnutrisi (konsumsi protein rendah, asam folat rendah,
dan karoten rendah), dan usia 40 tahun. Prevalensi mola hidatidosa 1/1500 di USA dan 1/25
terdistribusi di Mexico. Kejadian pada wanita Asia lebih tinggi (1 kasus dari 120 kehamilan)
daripada wanita di negara-negara barat (1 kasus dari 2000 kehamilan). (Benson & Pemoll's,
1994; Hanifa W, 1999). Banyaknya penyulit pada kasus mola hidatidosa, memperburuk
prognosis dari penyakit ini, seperti: preeklampsia, tirotoksikosis, anemia, dan hipotensi (Anna
dkk, 2001). Apabila penanganan pada penyakit ini kurang baik tidak jarang menimbukan
kematian. Dengan adanya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, mola hidatidosa beserta pola
penyakitnya dapat diketahui dan diharapkan masyarakat mengetahui juga lebih waspada terhadap
gejala-gejala yang menyertainya dan melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap kandungannya.
Dengan deteksi dini maka angka kematian dapat ditekan semaksimal mungkin.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Mola Hidatidosa

1.3 Manfaat
1. Sebagai acuan untuk dugaan terjadinya Mola Hidatidosa pada pasien yang diduga Mola
Hidatidosa
2. Memberikan informasi mengenai penyebab Mola Hidatidosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista
yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh
dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,
vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista
yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh
dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).
Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam rahim yang
terjadi pada awal kehamilan.

B. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya
terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa,
pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah
beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.
Tanda dan gejala serta komplikasi mola :
1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang
tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
5. Amenore dan tanda-tanda kehamilan
6. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan
lanjut kadang keluar gelembung mola.
7. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)

C. PATOFISIOLOGI
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.


2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :

 Teori missed abortion


Mudigah (Calon Janin) mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan
peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung.

 Teori neoplasma dari Park


Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.

 Studi dari Hertig


Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada
minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya
fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan
cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista kecil
seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio. Secara histo patologic kadang-
kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa.
Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1
cm.
Mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola. Secara
mikroskopik terlihat trias :
a) Proliferasi dari trofoblas
b) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
c) Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma

D. KOMPLIKASI
Menurut Yulaikhah (2008) komplikasi yang dapat terjadi padapenderita Mola hidatidosa
adalah :
a) Anemia terjadi akibat perdarahan berulang
b) Syok hipovolemik akibat perdarahan hebat dapat terjadi jika tidak segera ditangani,
bahkandapat berakibat fatal
c) Infeksi sekunder
d) Preeklamsia dan Eklampsia
e) Tirotoksikosis, prognosis lebih buruk, biasanya meninggal akibat krisis tiroid
f) Sering disertai kista lutein baik unilateral maupun bilateral, kista menghilang jika
mola sudah dievakuasi
g) Emboli sel trofoblas ke paru

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

a) Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG serial


b) Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di
dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan
maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam
pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang
normal.
c) Foto rontgen : pada mola ada gambaram emboli udara
d) Uji sonde : sonde (penduga Rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati kedalam
kanalis servikalis kavum uteri .bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik
sedikit bila tetap tidak ada tahanan kemungkinan mola (cara Acosta-sison)
e) Foto thoraks : pada mola ada gambaran emboli udara
f) Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotokskosis (Arif mansicer dkk.2001:266)

F. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :

1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.


2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana
sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada :
Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting,
pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji
kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ
sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).
5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas,
masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola
hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses
evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL
dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap
perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber
vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat
digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan
tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan
setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600
mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L
praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif),
berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan
USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin
menghentikan fertilisasi.

1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Mola hidatidosa
1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Seperti : nama, umur, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, alamat
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri atau kram perut disertai dengan
perdarahan pervaginam, keluar secret pervaginam, muntah-muntah
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya keluhan pasien akan mengalami perdarahan pervaginam diluar siklus
haidnya, terjadi pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji jumlah paritas ibu, paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai karena semakin banyak
anak keadaan rahim ibu akan semakin melemah. ibu multipara cenderung beresiko
terjadinya kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran.
4. Status obstetri ginekologi
a. Usia saat hamil , sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak
bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
b. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatan atau di dukun, melakukan persalinan secara normal atau
operasi.
c. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
d. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yang menyengat.
Kemungkinan adanya infeksi.

2. Riwayat kesehatan keluarga


Hal yang perlu dikaji kesehatan suami, apakah suami mengalami infeksi system urogenetalia,
dapat menular pada istri dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
a) Pola aktivitas sehari – hari
1. Pola nutrisi
Biasanya pada klien mola hidatidosa terjadi penurunan nafsu makan, karena pasien
biasanya akan mengalami mual dan muntah akibat peningkatan kadar hCG dalam
tubuh.
2. Eliminasi
Biasanya pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasi itu
diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obat nyeri, adanya intake
makanan dan cairan yang kurang. Sehingga tidak ada rangsangan dalam pengeluaran
feces. Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr, karena
intake makanan dan cairan yang kurang.
3. Personal hygiene
Biasanya akibat banyak nya perdarahan yang dialami pasien akan mengalami
kelemahan fisik, pasien akan mengalami pusing dan dapat mengakibatkan pembatasan
gerak, takut mlakukan aktivitas, karena kemungkinan akan timbul nya nyeri, sehingga
dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
4. Pola aktivitas (istirahat tidur)
Biasanya terjadi gangguan istirahat, nyeri akibat luka post op atau setelah kuratese
b) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum kllien akan tampak pucat, lemah, lesu, dan tampak mual
atau muntah
2. Pemeriksaan kepala dan leher
Biasanya muka dan mata pucat, conjungtiva anemis
3. Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda mola hidatidosa tidak dapat di identifikasikan melalui leher dan thorax
4. Pemeriksaan abdomen
Biasanya hampir 50 % pasien mola hidatidosa uterus lebih besar dari yang
diperkirakan dari lama nya amenore.Pada 25% pasien uterus lebih kecil dari yang
diperkirakan.Bunyi jantung janin tidak ada. (Prawirohardjo, 2010)
5. Pemeriksaan genetalia
Biasanya sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia eksterna
dapat ditemukan adanya perdarahan pervaginam.
6. Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akral dingin akibat syok
serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki.

c) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan HCG
2. Pemeriksaan USG

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2. Nyeri berhubungan dengan perdarahan, proses penjalaran penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan
kadar HCG
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai darah ke
otak dan suplai nutrisi ke jaringan
5. Resiko infeksi
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan fungsi peran
(Nanda, 2017)

3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosis dan Perencanaan Keperawatan NANDA Internasional (2015-2017), NIC-NOC
(2016)
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan

Kekurangan volume NOC:Setelah dilakukan Manajemen cairan


cairan berhubungan tindakan 1. Jaga intake atau asupan yang akurat dengan catat
dengan perdarahan keperawatan, output
pasien
2. Monitor status hidrasi ( misalnya, membran mukosa
lembab,denyut nadi adekuat)
3. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
retensi
cairan ( misalnya penurunan hematokrit )
pervaginam 4. Monitor tanda-tanda vital pasien
Defenisi : penurunan 5. Monitor makanan atau cairan yang dikonsumsi dan
pasien
cairan intravaskuler, hitung
menunjukkan
intertisial, dan atau asupan kalori harian
keseimbangan
intarselular. Ini 6. Berikan terapi IV
cairan dengan
mengacu 7. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam
kriteria hasil :
pada dehidrasi, pemberian makan dengan baik
1. Tekanan darah
kehilangan Pencegahan perdarahan
dalam rentang
cairan saja tanpa 1. Catat nilai hemoglobin dan hemtokrit sebelum dan
normal ( 110-130
perubahan kadar setelah
mmHg)
natrium pasien kehilangan darah sesuai indikasi
2. Keseimbangan
Batasan karakteristik : 2. Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap
intake dan output
1) Kelemahan ( contoh :
dalam 24 jam tidak
2) Kulit kering cek smua sekresi darah yang terlihat jelas maupun yang
terganggu
3) Membran mukosa tersembunyi )
3. Hematokrit dalam
kering 3. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk
rentang normal
4) Peningkatan protrombin
( 37-43%)
hematokrit time (PT), Partial Thromboplastin Time (PTT),
4. Turgor kulit baik
5) Penurunan tekanan fibrinogen,
5. Membran mukosa
darah degradasi fibrin, dan trombosit hitung dengan cepat.
lembab
6) Penurunan turgor 4. Monitor tanda-tanda vital
kulit 5. Pertahankan agar pasien tetap tirah baring jika
terjadi
perdarahan aktif
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan
yang
kaya vitamin K

Nyeri akut berhubungan NOC : setelah Manajemen nyeri


dengan perdarahan, dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang
proses perjalanan tindakan meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
penyakit keperawatan dan berat nya nyeri
Defenisi : pengalaman paseien mampu 2. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien dilakukan
sensori dan emosional mengontorl nyeri dengan pemantauan yang ketat
tidak menyenangkan yang dengan kriteria 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai ny
muncul akibat kerusakan hasil : 4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab ny
jaringan aktual atau 1. Nyeri terkontrol berapa lama nyeri akan dirasakan, mengantisipasi dari
potensial atau yang 2. Mampu ketidaknyamanan akibat prosedur
digambarkan sebagai memutuskan 5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
kerusakan ; awitan yang tindakan untuk 6. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga
memberikan
berat dengan akhir yang
kenyaman
dapat diantisipasi atau
3. Mampu menerima ( misalnya, farmakologi, non farmakologi, interpersonal )
diprediksi
infomasi yang untuk memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan
Batasan Karakteristik :
disediakan ntuk kebutuhan
1) Kspresi wajah
mengurangi nyeri 7. Evaluasi ke efektifan dari tindakan pengontorl nyeri yan
nyeri ( mis, mata
4. Mampu mengambil dipakai selama pengkajian nyeri yang dilakukan
kurang bercahaya,
tindakan untuk
meringis )
mengurangi nyeri
2) Fokus pada diri
sendiri
3) Keluhan tentang
intensitas
menggunakan
standar skala nyeri
( mis, skala Wong
Baker FACES )
4) Keluhan tentang
karakteristik nyeri
dengan
menggunakan
standar instrumen
nyeri
5) Laporan tentang
perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas
6) Mengekspresikan
prilaku ( mis,
gelisah, merengek,
menangis,waspada
)
7) Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
8) Sikap melindungi
area nyeri.
Ketidakseimbangan NOC:Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari tindakan 1) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
kebutuhan tubuh keperawatan, untuk memenuhi persyaratan gizi

berhubungan dengan pasien mampu 2) Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut
penurunan asupan oral, menunjukkan sebelum makan
mual sekunder akibat keseimbangan 3) Monitor kalori dan asupan makanan
peningkatan kadar hCG nutrisi tidak 4) Monitor kecendrungan terjadinya penurunan dan kenaikan
Definisi: terganggu dengan berat badan
Asupan nutrisi tidak kriteria hasil : 5) Berikan arahan bila diperlukan
1. Nafsu Makan :
Indikator :
cukup untuk memenuhi a. Keinginan untuk
kebutuhan metabolik. makan tidak
Batasan Karakteristik: terganggu
a) Bising usus hiperaktif b. Rangsangan untuk Monitor Nutrisi
b) Cepat kenyang makan tidak 1. Timbang berat badan pasien
setelah makan terganggu 2. Monitor kecendrungan turun dan naiknya berat badan
c) Kurang informasi 2. Status Nutrisi : 3. Identifikasi pertumbuhan berat badan terakhir
d) Kurang minat pada Asupan makanan 4. Monitor tugor kulit dan mobilitas
makanan & cairan 5. Monitor adanya mual muntah
e) Membran mukosa Indikator : 6. Monitor adanya (warna) pucat, kemerahan dan jaringan
pucat a. Asupan konjungtiva yang kering
f) Nyeri andomen makanan 7. Lakukan pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht )
g) Penurunan berat secara oral
badan dengan asupan tidak terganggu
makanan adekuat b. Asupan cairan
secara oral
tidak terganggu
Intoleransi aktivitas NOC:Setelah dilakukan Peningkatan mekanika tubuh
berhubungan dengan tindakan 1. Kaji komitmen pasien untuk berjalan dan menggunakan
ketidakseimbangan keperawatan, postur tubuh yang benar

pasien mampu
menunjukkan
2. Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama
toleransi terhadap
antara suplai darah ke dalam jangka waktu yang lama
aktivitas dengan
otak dan suplai nutrisi 3. Instruksikan pasien untuk menggerakakn kaki terlebih
kriteria hasil :
ke jaringan dahulu
1. Frekuennsi
Defenisi : kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
nadi saat
Ketidakcakupan energi 4. Edukasi pasien/kelurga tentang frekuensi dan jumlah
beraktivitas
psikologis atau fisiologis pengulangan dari setiap latihan
tidak terganggu
untuk mempertahankan Piningkatan Latihan
(80-100
atau menyelesaikan 1. Gali hambatan untuk melakukan latihan
kali/menit)
aktivitas kehidupan 2. Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan atau
2. Tekanan darah
sehari-hari yang harus kebutuhan
sistolik dalam
atau yang ingin untuk melakukan latihan
beraktivitas
dilakukan 3. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan
tidak terganggu
Batasan Karakteristik 4. Lakukan latihan bersama individu, jika diperlukan
(110-140
1) Dispnea setelah 5. Libatkan keluarga/orang yang memberikan perawatan
mmHg)
beraktivitas dalam
3. Tekanan darah
2) Ketidaknyamanan merencanakan dan meningkatkan program latihan
diastolik dalam
setelah beraktivitas 6. Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi, dan
beraktivitas
3) Keletihan intensitas
tidak terganggu
4) Respon tekanan darah prodram latihan yang diinginkan
(75-85 mmHg)
abnormal terhadap 7. Monitor respon individu terhadaap program latihan
4. Frekuensi
aktivitas 8. Sediakan umpan balik positif atau usaha yang dilakukan
pernapasan
individu
ketika
beraktivitas
tidak terganggu
(12-20
kali/menit)

NOC:Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan,
pasien mampu
mengontrol
infeksi , dengan
kriteria hasil :
1. Mampu
mengidentifikasi
faktor risiko
infeksi
2. Mengetahui
konsekuensi
terkait infeksi Kontrol infeksi
3. Mampu 1. Cucitangansetiapsebelumdansesudahtindakankeperawata
mengidentifikasi n
Risiko infeksi
tanda dan gejala 2. Tingkatkan intake nutrisi
Definisi: Rentan
infeksi 3. Monitor tandadangejalainfeksisistemikdan lokal
mengalami invasi dan
4. Mempu 4. Inspeksikulitdanmembranemukosaterhadapkemerahan,
multiplikasi organisme
menunjukan panas, drainase
patogenik yang dapat
mencuci tangan 5. Monitor adanyaluka
mengganggu kesehatan.
untuk 6. Dorongmasukancairan
pencegahan 7. Dorongistirahat
infeksi 8. Ajarkanpasiendankeluargatandadangejalainfeksi
5. Tidak ada
kemerahan
6. Tidak ada
demam
7. Tidak ada
hipotermia
8. Tidak ada
kestabilan suhu
9. Tidak ada
kehilangan nafsu
makan
10. Tidak ada
malaise

Ansietas berhubungan NOC:Setelah dilakukan Terapi Relaksasi :


dengan perubahan tindakan keperawatan, 1. Tentukan apakah ada intervensi relaksasi dimasa lalu yang
fungsi peran pasien menunjukkan sudah memberikan manfaat
Definisi :Perasaan tidak cemas berkurang 2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang
nyaman atau kekhawatiran dengan tandatanda vital dipilih
yang samar disertai respon dalam rentang normal 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi den
autonom (sumber sering kali dengan kriteria hasil : lampu yang redup dan suhu lingkungan yang nyaman,
tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu)
memungkinkan
perasaan takut yang 1. Suhu tubuh dalam
4. Dapatkan perilaku yang menunjukan terjadinya relaksasi
disebabkan oleh antisipasi rentang normal
misalnya bernapas dalam, menguap, pernapasan perut, atau
terhadap bahaya. Perasaan 2. Tingkat
banyangan yang menyenangkan
ini merupakan isyarat pernapasan dalam
5. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi
kewaspadaan yang rentang normal
6. Tunjukan dan praktekan teknik relaksasi pada pasien
memperingatkan bahaya 3. Tekanan darah
Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi
yang akan terjadi dan
memampukan individu

melakukan tindakan untuk


menghadapi ancaman
Batasan Karakteristik
Perilaku
1. Penurunan
produktivitas
2. Mengekspresikan
kekhawatiran akibat
perubahan dalam
peristiwa hidup
3. Gelisah 4.Implementasi Keperawatan
4. Insomnia sistolik dalam rentang Menurut Perry & Potter (2009)
5. Kontak mata buruk normal implementasi merupakan tahap keempat
6. Resah 4. Tekanan darah diastolik dari proses keperawatan yang dimulai
dalam rentang normal setelah perawat menyusun rencana
Afektif 5. Tekanan nadi dalam keperawatan. Perencanaan keperawatan
1. Gelisah rentang normal yang dibuat berdasarkan diagnosis yang
2. Distress 6. Kedalaman inspirasi tepat. Tindakan keperawatan diharapkan
3. Ketakutan dalam rentang normal dapat mencapai tujuan dan hasil yang
4. Perasaan tidak adekuat diinginkan untuk mendukung dan
5. Marah mengingatkan status kesehatan klien.
6. Menyesal
Tindakan keperawatan merupakan bentuk
7. Perasaan takut
penanganan yang dilakukan oleh perawat
8. Khawatir
berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan
Fisiologis klinis yang bertujuan untuk meningkatkan
1. Wajah tegang hasil perawatan klien. Proses tindakan
2. Peningkatan keringat keperawatan memerlukan pengkajian ulang
3. Gemetar/tremor terhadap klien. Saat melakukan tindakan
4. Suara bergetar keperawatan, perawat akan berfokus untuk
melakukan tindakan pencegahan terjadinya
perdarahan, atau mengupayakan agar klien
tidak mengalami kekurangan volume cairan. Bisa dilakukan dengan melakukan transfusi
darah, pemenuhan cairan melalu infus. Serta pemantauan tanda-tanda vital pasien
(Purwaningsih, 2010)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontiniu yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan
pasien. Setelah melaksanakan tindakan keperawatan, kumpulkan data subjectif dan objektif
dari klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan. Selain itu perawat juga dapat meninjau ulang
pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil
yang diharapkan. Proses evaluasi keperawatan dari data yang didapatkan diharapkan pada
pasien mola hidatidosa tidak terjadi lagi perdarahan, klien tidak anemis, tanda-tanda vital
dalam batas normal (Purwaningsih, 2010). Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan untuk
klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan (Perry & Potter, 2009)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSA


Kasus
          Ny. X berusia 30 tahun dibawah keluarganya karena mengalami pendarahan. Klien
sudah6 hari mengalami pendarahan. Hasil pemeriksaan diadapatkan vulva tampak kotor dan
keluar cairan putih kekuningan serta berbau, darah yang keluar disertai gelembung-
gelembung cairan. Klien tampak lemah, mukosa bibir kering, turgor kulit kering tidak elastis,
pasien mengaku mual, muntah, tampak meringis menahan nyeri. Pasien mengaku nyeri
dibagian perutnya. Perdarahan 500 cc, TD 100/80 mmHg, RR 22x/menit, N 125x/menit, suhu
37ᵒ c, BB 55 kg. pasien juga mengatakan pusing selama 2 hari. Usia kandungannya sudah 9
minggu. Selama perdarahan pasien hanya berbaring di tempat tidur.
A. Pengkajian
 Identitas
Nama   : Ny. X
Umur   : 30 tahun
Pekerjaan         : Ibu rumah tangga
 Keluhan utama
Pasien dating ke Rumah Sakit dengan keluhan mengalami perdarahan disertai
gelembung berisi cairan.
 Riwayat penyakit dahulu
-
 Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh mengalami perdarahan disertai gelembung-gelemung berisi sejak 6 hari,
mual muntah, pusing sudah 3 hari, nyeri bagian perut.
 Riwayat kesehatan keluarga
-
 Riwayat Obstetri
a.       Riwayat menstruasi
Menstruasi pertama usia 14 tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, setiap kali menstruasi
selama 6 hari. Hari pertama haid terakhir tanggal 4  2016, sebelumnya tidak mengalami
perdarahan , pada tanggal 2 september mengalami perdarahan sampai saat ini dan baru di
bawa kerumah sakit pada tanggal 10 september 2016.
b.      Riwayat kehamilan
Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti  sekarang, selama hamil anak 1, dan baru
kehamilan anak ke 2 mengalami perdarahan.
 Pola kesehatan
a.       Pola aktivitas dan latihan : Klien seorang ibu rumah tangga, setiap hari melakukan
pekerjaan rumah dan waktu istirahat sedikit. Klien merasakan nyeri pada bagian perut
bawahnya, nyeri bertambah berat ketika bergerak.
b.      Tidur dan istirahat : Klien tidur selama 6- 8 jam. Saat sakit klien mengalami gangguan tidur
karena nyeri yang dirasakan.
c.       Nyaman dan nyeri : Klien Mengalami nyeri dibagian perut bawahnya dan perdarahan,
nyeri yang hebat membuat klien tidak bisa tidur.
d.      Pola nutrisi : Klien mengalami gangguan nafsu makan, karena setiap kali makan dan
minum klien selalu muntah.
e.       Cairan elektrolit : Mukosa bibir klien kering, turgor kulit tidak elastis.
f.        Oksigenasi : Klien tidak mengalami sesak nafas.
g.      Eliminasi urin : Klien BAK 6-7 kali dalam sehari, warna kuning bercampur darah, tidak
nyeri saat BAK, dilakuakn secara mandiri.
h.      Eliminasi fekal : Klien melakukan eleminasi fekal 1 kali sehari, namun saat sakit klien tidak
BAB sama sekali.
i.        Sensori, persepsi, dan kognitif :  Klien tidak mengalami gangguan penglihatan, ketajaman
visus baik, Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, tidak mengalami gangguan
penciuman maupun pengecapan.
 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak meringis kesakitan memengang perutnya, pucat
Kesadaran klien : composmentis dengan GCS 15,
Tanda – tanda viital
TD       : 100/80,
RR       : 22x/menit,
N         : 125x/menit,
suhu     : 37 ○ c.
BB       : 55 kg
a.       Kepala :
Inspeksi : tampak simetris, rambut bersih, tidak ada lesi, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik, hidung normal, tidak terlihat adanya sektum deviasi, epiktaksis. telinga simetris.
Wajah pucat, mukosa bibir kering.
b.      Leher :
Inspeksi : Leher terlihat normal tidak terlihat adanya kaku kuduk, tenggorokan normal.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran tonsil dan nyeri telan, tidak teraba adanya pembesaran
tiroid.
c.       Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya bantuan otot pernafasan.
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : Suara nafas normal, Tidak terdengar suara nafas tambahan.
Perkusi : Terdengar suara sonor.
d.      Abdomen :
Terdapat nyeri tekan di perut, saat di auskultasi terdengar wising usus, dan peristaltik
15x/menit.
e.       Genetalia :
Vulva tampak kotor, terdapat peradarahan pervagina.
f.        Kulit:
Turgor kulit kering tidak elastis, tidak terdapat lesi, tidak terdapat tanda alergi.
g.      Rektum
Rektum bersih tidak ada infeksi.
B. Diagnosa / Analisa data
No Hari/ Data Penunjang Etiologi Masalah Paraf
tanggal/
jam
1 Ds : pasien Abortus Resiko
mengatakan tinggi syok
mengalami hipovelemik
Perdarahan yang
perdarahan sejak 6
terus menerus
hari
Do :
Kehilangan volume
a.       Vulva tampak
darah
kotor
b.      Keluar cairan
putih kekuningan Resiko tinggi syok
serta berbau hipovelemik
c.       Darah yang
keluar disertai
gelembung-
gelembung cairan
d.      TD : 100/80
mmHg
e.       Pucat
f.        Lemah

2 Ds : pasien Hiperemesis Kekurangan


mengatakan volume
mengalami cairan
Kehilangan cairan
perdarahan sejak 6
berlebih
hari
                                
Pasien mengaku
Dehidrasi
mual dan muntah
Do :
Kehilangan volume
a.       Mukosa bibir
cairan
kering
b.      Turgor kulit
kering tidak elastis
c.       Pasien tampak
lemah
3 Ds : pasien Jonjot-jonjot korio Nyeri akut
mengaku nyeri bermestatase
dibagian perutnya
Do : Terdapat ulkus
a.       Pasien tampak divagina
meringis menahan
nyeri
Perlukaan jalan
b.      Pasien tampak
lahir
lemah
c.       N : 22x/menit
Nyeri akut
d.      RR : 125x/menit

C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
. kriteria hasil
1 Resiko tinggi Setelah 1.      Monitor status 1.  Mengetahui tanda
syok dilakukan sirkulasi, warna syok hipovelemik
hipovelemik perawatan kulit, suhu kulit, 2.  Menjaga
2x24 jam denyut jantung. keseimbangan cairan
syok dapat 2.      Monitor input dan selama perdarahan.
teratasi output. 3.  Membantu
Kriteria hasil3.      Berikan cairan Iv mengangti cairan
: atau oral yang tepat. yang hilang selam
a.       Perdaraha4.      Ajarkan pasien perdarahan.
n berkurang dan keluarga tanda 4.  Mengantisipasi
b.      TTV dan gejala datangya terjadinya syok
normal syok. berulang
c.       TD normal
2 Kekurangan Setelah            Monitor status
1.      mengetahui status
volume cairan dilakukan hidrasi dehidrasi
perawtan            Monitor  TTV 2.      Mengetahui tanda
selama 2x24            Monitor pendarahan
jam dehidrasi masukan cairan 3.      Mengetahui
teratasi            Monitor intake keseimbangan  cairan
Kriteria hasil dan output cairan 4.      Menghindari
:            Kolaborasi terjadinya dehidrasi
a. TTV pemberian cairan IV kembali
dalam batas            Persiapkan 5.      Mempertahankan
normal transfusi cairan dan elektrolit
b. Tidak ada
tanda-tanda
dehidrasi
c. elastisitas
turgor kulit
baik
d. Membran
mukosa
lembab

3 Nyeri akut Setelah 1.      Kaji skala nyeri. 1.  Mengetahui skala


dilakukan 2.      Kontrol nyeri yang dialami
perawatan lingkungan yang pasien.
2x24 jam dapat 2.  Membantu
pasien mempengaruhi mengurangi nyeri,.
mampu nyeri seperti suhu, 3.  Membantu
mengontrol ruangan, menentukan
nyeri pencahayaan, dan intervensi yang tepat
Kriteria hasil kebisingan. untuk jenis nyeri.
: 3.      Kaji tipe dan 4.  Mengetahui skala
a. Mampu sumber nyeri untuk nyeri, misalkan dari
mengontrol menentukan ekspresi wajah. 
nyeri intervensi. 5.  Membantu
b. Nyeri 4.      Observasi aspek mengurangi nyeri.
berkurang nonverbal dari
c. ketidak nyamanan.
5.      Kolaborasi
pemberian
analgetik.

D. Implementasi
No Diagnosa Hari/tanggal/jam Implementasi paraf
.
1 Resiko 1.    Memonitor status sirkulasi,
tinggi syok warna kulit, suhu kulit,
hipovelemik denyut jantung.
2.    Memonitor input dan
output.
3.    Memberikan cairan Iv atau
oral yang tepat.
4.    Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
datangya syok
2 Kekurangan 1.      memonitor status dehidrasi
volume 2.      memonitor TTV
cairan 3.      memonitor masukan cairan
4.      memonitor intake dan
output cairan
5.      memberikan cairan IV
6.      mempersiapkan transfuse
3 Nyeri akut 1.      Mengkaji skala nyeri.
2.      Mengontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu, ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan.
3.      Mengkaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi.
4.      Mengobservasi aspek
nonverbal dari ketidak
nyamanan.
5.      Berkolaborasi pemberian
analgetik.

E. Evaluasi
No Hari/tanggal/jam no. diagnose Evaluasi paraf
.
1 1 S : pasien
mengatakan darah
yang keluar lebih
sedikit
O:
a.       Darah yang keluar
tidak terlalu banyak
b.      Vulva tidak
tampak terlalu kotor
c.       Gelembung-
gelembung cairan
sudah tidak keluar
lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan
intervensi
2 2 S :Pasien
mengatakan sudah
tidak mual dan
muntah saat makan
O:
a. Mukosa bibir
kembali normal
b. Turgor kulit
kembali elastis
A : Masalah teratasi
P : Hentikan
Intervensi
3 3 S : pasien
mengatakan nyeri
sedikit berkurang
O:
a.       Pasien tidak
tampak meringis
kesakitan lagi
b.      Pasien sudah tidak
memagangi
perutnya lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan
intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista
yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh
dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).
Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam rahim yang
terjadi pada awal kehamilan.
Menurut Yulaikhah (2008) komplikasi yang dapat terjadi padapenderita Mola hidatidosa
adalah :
h) Anemia terjadi akibat perdarahan berulang
i) Syok hipovolemik akibat perdarahan hebat dapat terjadi jika tidak segera ditangani,
bahkandapat berakibat fatal
j) Infeksi sekunder
k) Preeklamsia dan Eklampsia
l) Tirotoksikosis, prognosis lebih buruk, biasanya meninggal akibat krisis tiroid
m) Sering disertai kista lutein baik unilateral maupun bilateral, kista menghilang jika
mola sudah dievakuasi
n) Emboli sel trofoblas ke paru

5.2 SARAN
Kepada ibu hamil disarankan untuk selalu melakukan pemeriksaan kandungan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala patologis yang sering terjadi saat sedang
mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu harus segera melaporkan kepada tenaga
medis agar tidak terjadi hal-hal ang tidak diinginkan terhadap kandungannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://brangkolong.blogspot.com/2017/03/makalah-askep-mola-hidatidosa.html

Anda mungkin juga menyukai