Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa Nifas adalah masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
dalam rahim hingga 6 minggu berikutnya dengan pulihnya kembali organ-organ.yang
berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan (Suherni, 2008). Pada masa
nifas terjadi perubahan fisiologis berupa perubahan pada sistem reproduksi, sistem
pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskuloskeletal, dan perubahan pada vital sign
(Sulistyawati, 2009). Perubahan tersebut merupakan suatu bentuk proses adaptasi tubuh
untuk kembali lagi seperti saat sebelum hamil.
Pendarahan pasca melahirkan sering terjadi pada ibu, hal ini disebabkan oleh
kelemahan otot abdomen. Otot abdomen yang lemah disebabkan oleh distensi selama
kehamilan yang memiliki kemungkinan disertai oleh diastisis musculus rectus
abdominis, yang dapat menurunkan integritas dan fungsi dari otot abdomen. Hal ini
juga dapat memicu dari ketidakstabilan dari otot dasar panggul.
Kelemahan otot perut dan otot dinding perut menyebabkan otot-otot tersebut
tidak memiliki daya lentur yang baik sehingga kontraksi otot uterus di intra uteri lebih
sedikit dan tidak berfungsi optimal untuk mengeluarkan cairan lokhea dari dalam uterus
selama proses involusi. Otot dasar panggul dan otot perut merupakan otot penyokong
uterus sehingga ketika otot dasar panggul dan otot perut lemah begitu pula dengan
uterus. Latihan yang menekankan pada otot perut dan otot dasar panggul dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen menuju jaringan di endometrium
meningkat. Latihan otot-otot ini juga dapat menurunkan tinggi fundus uteri sebanyak
2.31 cm sedangkan yang melakukan latihan otot dasar panggul saja akan menurunkan
fundus uteri sebanyak 1.4 cm.Selain itu dalam proses pemulihan pada masa nifas ini
senam nifas juga sangat membantu dalam proses pemulihan dari ibu.
Senam nifas merupakan senam yang dapat membantu memulihkan otot yang
kendor, mengencangkan otot abdomen serta otot bagian punggung, serta dapat
membantu proses involusi uteri. Involusi uteri merupakan proses kembalinya uteri
setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Involusi uteri
dapat diamati dari luar dengan memeriksa tinggi fundus uteri setelah plasenta lahir, uteri
masuk ke dalam rongga panggul dan fundus uteri dapat teraba dari dinding perut.
Tinggi fundus uteri diukur dari symphisis pubis sampai ke fundus uteri. Dalam waktu 2-
4 jam setelah persalinan, tinggi fundus uteri meningkat menjadi 2 cm diatas pusat (12
cm diatas symphisis pubis), selanjutnya tinggi fundus uteri menurun 1 cm (1 jari) setiap
hari. Pada hari ke tujuh pasca persalinan menjadi 5 cm diatas symphisis pubis. Pada hari
ke dua belas pasca bersalin tinggi fundus uteri tidak dapat diraba lagi melalui dinding
perut (Bobak, 2004).
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada fase nifas tersebut
penulis tertarik untuk membuat makalah dan video pengaplikasian senam nifas pasca
melahirkan dengan beberapa modifikasi bentuk latihan senam untuk membantu
memulihkan otot-otot yang kendor (diastasis rectus abdominis muscle), menguatkan
otot-otot abdomen, mempercepat pemulihan edema, dan membantu proses involusi
uteri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana senam nifas, latihan otot mempengaruhi ibu pada masa
Nifas?
2. Bagaimana pengaplikaskan senam nifas pasca kehamilan?
3. Bagaimana model senam nifas yang akan diberikan kepada ibu hamil?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengaruh dari latihan otot dan senam nifas pada ibu
2. Untuk mengetahui gerakan yang sesuai dan baik pada
3. Untuk metode yang tepat dalam pelaksanaan senam nifas pasca
kehamilan
1.4 Manfaat Makalah
1.4.1 Manfaat Praktisi
1. Kajian ini diharapkan menjadi pilihan praktisi dalam penatalaksanaan
pada fase nifas.
2. Kajian ini dapat menjadi pertimbangan praktisi dalam pemilihan
intervensi pada fase nifas.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai senam nifas.
2. Menambah wawasan penulis mengenai gerakan senam nifas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masa Nifas


2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas merupakan masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
dalam rahim hingga 6 minggu berikutnya yang disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan
dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. Bisa dikatakan bahwa masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir saat alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil (Suherni, 2008; Ambarwati& Wulandari, 2009).

2.1.2 Periode Masa Nifas


Terdapat beberapa periode dalam masa nifas. Berikut merupakan periode-
periode dalam masa nifas menurut Sulistyawati (2009) :
1) Periode Immediate Post-partum
Periode ini merupakan masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan
24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah misalnya pendarahan
karena atonia uteri, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang teratur.
2) Periode Early Post-partum
Periode ini berlangsung mulai 24 jam pertama kelahiran sampai 1
minggu. Pada fase ini perawat dan bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada pendarahan, tidak berbau busuk, lokhea tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui dengan baik. Selain itu, pada fase ini ibu sudah diperbolehkan
berjalan dan melakukan perawatan diri yang akan bermanfaat pada semua
sistem tubuh.
3) Periode Late Post-partum
Periode ini berlangsung mulai 1 sampai 5 minggu. Pada periode ini tetap
dilakukan pemeriksaan dan perawatan serta konseling KB.

2.1.3 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas


Sistem dalam tubuh ibu akan beradaptasi kembali pasca melahirkan (Murray,
2014). Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain:
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pada uterus terjadi proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. Dengan pemeriksaan palpasi pada TFU (Tinggi Fundus Uteri),
seperti pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa

Tinggi Fundus
Involusi Berat Uterus
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
Pertengahan pusat
1 Minggu 500 gram
simpisis
Tidak teraba di atas
2 Minggu 350 gram
simpisis
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar Normal 30 gram
Sumber : (Sukaryati, 2011)

b. Lokhea
Lokhea adalah cairan yang dikeluarkan dari vagina pada masa nifas.
Lokhea dibedakan menjadi empat berdasarkan warna dan waktu keluarnya,
yaitu :
 Lokhea Rubra
Lokhea yang keluar berwarna merah karena mengandung darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, dan mekonium. Keluar dari
hari ke 1-4 post-partum.
 Lokhea Sanguinolenta
Lokhea yang keluar berwarna kecokelatan dan berlendir. Berlangsung
dari hari ke 4-7 post-partum.
 Lokhea Serosa
Lokhea berwarna kuning kecokletan dan kuning karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke
7-14 post-partum.
 Lokhea Alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel epitel, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati. Berlangsung selama 2-6 minggu post-
partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post-partum menunjukkan adanya
tanda-tanda pendarahan sekunder yang disebabkan oleh tertinggalnya sisa
atau selaput plasenta. Lokhea alba dan serosa yang berlanjut menandakan
adanya endometritis terutama bila diserta dengan demam dan nyeri pada
abdomen. Bila terjadi infeksi akan keluar cairan nanah berbau busuk yang
disebut lokhea purulenta(Safitri, 2010).
c. Vagina
Vagina dan vulva mengalami pengenduran dan akan kembali kebentuk
semula seperti sebelum hamil dan labia menjadi menonjol setelah 3 minggu
post partum (Maryunani, 2009).
d. Perineum
Pada hari ke-5 post partum, perineum tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum hamil, namun sudah mendapatkan kembali tonusnya.
e. Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong. Warna
serviks berubah menjadi kehitaman karena mengandung banyak pembuluh
darah dengan konsistensi lunak. Setelah melahirkan serviks masih melebar
dan bisa dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks
hanya bisa dilewati 2-3 jari. Setelah 1 minggu serviks hanya bisa dilewati
oleh 1 jari. Pada minggu ke-6 serviks akan kembali menutup (Ambarwati&
Wulandari, 2009).
2) Perubahan Sistem Pencernaan
Terjadinya konstipasi setelah persalinan karena saat melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya
asupan makan, dan kurangnya aktivitas tubuh (Ambarwati& Wulandari,
2009).
3) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan, ibu akan mengalami sulit buang air kecil
selama 24 jam pertama. Hal ini diakibatkan karena terdapat spasme sfinkter
dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung(Safitri, 2010).
4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah
yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit sehingga akan
menghentikan pendarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis serta fasia
yang meregang saat persalinan akan berangsur-angsur kembali ke kondisi
sebelum melahirkan. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan (Safitri, 2010).
5) Perubahan Vital Sign
Pada masa nifas, terdapat beberapa tanda vital yang harus diperhatikan,
antara lain (Safitri, 2010):
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) post-partum, suhu badan akan meningkat sedikit yaitu
sekitar 37,5º- 38,5ºC yang disebabkan oleh kehilangan cairan dan kelelahan
saat melahirkan. Dalam keadaan normal, suhu tubuh akan suhu badan akan
menjadi biasa. Hari ketiga, suhu tubuh akan meningkat lagi yang
disebabkan oleh adanya pembentukan ASI, namun apabila suhu tidak
menurun maka kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
b. Nadi
Denyut nadi pada orang dewasa yang normal adalah 60-80 kali/menit,
namun setelah melahirkan denyut nadi menjadi lebih cepat. Denyut nadi
yang melebihi 100 kali/menit harus diwaspadai kemungkinan terjadinya
dehidrasi, infeksi, ataupun pendarahan post-partum.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah tidak berubah biasanya. Tekanan darah yang lebih rendah
setelah ibu melahirkan kemungkinan disebabkan oleh adanya pendarahan,
sedangkan tekanan yang tinggi pada saat post-partummenandai adanya
preeklampsi post-partum.
d. Pernafasan
Kondisi pernafasan berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu badan dan denyut nadi tidak normal, pernafasan akan mengikuti
kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Pernafasan pada post-
partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

2.1.4 Permasalahan Utama pada Fase Nifas dalam Bidang Fisioterapi


a. Involusi Uteri
Involusi merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Involusi
disebabkan oleh kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-
menerus. Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai
dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan lokasi uterus yang
ditandai dengan warna dan jumlah lokhea (Nugroho, 2014).
b. Diastasis Rectii Abdominis
Diastasis Rekti Abdominis adalah pemisahan otot rectus abdominis lebih
dari 2,5 cm tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon
terhadap linea alba serta akibat peregangan mekanis dinding abdomen.
Kasus ini sering terjadi pada multiparitas, bayi besar, poli hidramnion,
kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan
gangguan kolagen. Sebagai akibat tekanan abdomen selama kehamilan,
jaringan ikat menjadi melemah dan lebih tipis. Hal ini akan meningkatkan
beban di bagian tertentu dari tubuh yang dapat menyebabkan perubahan
postur tubuh dan menyebabkan sakit punggung.
Masa nifas atau perpeium adalah masa pulihnya kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil. Lama masa ini adalah 6 – 8 minggu. Selama kehamilan otot dinding
perut meregang dan akhirnya kehilangan sedikit tonus otot.
Ibu dalam masa nifas/post partum, pada dinding abdomen mengalami
distensi yang berkepanjangan yang disebabkan oleh kehamilan, yang
menyebabkan dinding abdomen masih lunak dan kendur. Kembalinya
struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu beberapa minggu, Jika
otot-ototnya tetap atonik, dinding abdomen akan tetap kendur. Terdapat
pemisahan atau diastasis muskulus rektus yang jelas. Pada keadaan ini,
dinding abdomen di sekitar garis tengah hanya dibentuk oleh peritoneum,
fasia tipis, lemak subkutan dan kulit (Estiani& Aisyah, 2018).
Menurut Benjamin, et al. Pengurangan lebar dan mempercepat
pemulihan diastasis recti ini dapat dilakukan dengan melakukan latihan
aktivasi otot transversus abdominis. Karena otot transversus abdominis
merupakan otot perut yang terdalam dan langsung berhubungan dengan
fascia dan linea alba, sehingga aktivasi otot transversus abdominis dapat
menarik otot-otot rectus abdominis bersama-sama, meningkatkan integritas
linea alba dan meningkatkan ketegangan fascia (Benjamin, 2013). Latihan
menggunakan 3 gerakan classic pilates exercise berupa the hundreds, roll-
up, dan circle leg terbukti dapat meningkatkan kekuatan otot transversus
abdominis (Endleman, 2008).
c. Edema
Edema fisiologis pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan
sirkulasi ini disebabkan oleh uterus yang membesar menekan vena-vena
panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan pada vena kava inferior
saat ia berada dalam posisi telentang (Varney, 2006). Edema pada kaki biasa
dikeluhkan pada usia kehamilan diatas 34 minggu. Hal ini dikarenakan
tekanan uterus yang semakin meningkat dan mempengaruhi sirkulasi cairan,
dengan bertambahnya tekanan uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan
retensi cairan semakin besar (Irianti, 2014). Edema kaki fisiologis (tidak
disertai preeklamsia-eklamsia) terjadi pada setidaknya dua pertiga wanita
pada kehamilan lanjut. Edema disebabkan oleh retensi air dan kenaikan
tekanan vena pada kaki (Benson, 2008). Edema kaki fisiologis ditemukan
pada sekitar 80% dari ibu hamil trimester III. Hal ini terjadi akibat dari
penekanan uterus yang menghambat aliran balik vena. Edema kaki
fisiologis menyebabkan ketidaknyamanan, perasaan berat, dan kram di
malam hari (Coban, 2010). Edema kaki fisiologis memburuk seiring
penambahan usia kehamilan karena aliran balik vena terganggu akibat berat
uterus yang membesar. Fisioterapi bertugas untuk mempercepat proses
pemulihan edema di kaki pada saat postpartum.
d. Nyeri
Setelah melahirkan ibu akan merasakan afterpains, yaitu rasa nyeri kram
pada area abdomen yang terjadi 2-4 hari pasca persalinan yang disebabkan
oleh proses involusi uterus. Involusi uterus mengakibatkan pengeluaran
hormon oksitosin yang dilepas oleh kelenjar hipofisis yang memperkuat
kontraksi uterus dan mengompresi pembuluh darah. Afterpains akan
semakin diperparah pada saat proses menyusui karena terjadi pelepasan
oksitosin ketika bayi mengisap ASI. Hal ini akan mengakibatkan ketidak
nyamanan dan stress pada ibu serta bayi kekurangan asupan nutrisi karena
ibu tidak dapat menyusui.
Menurut Nisa (2014) Saat melakukan latihan fisik atau exercise tubuh
akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan
syaraf tulang belakang. Hormon ini berfungsi sebagai obat penenang alami,
sehingga menimbulkan rasa nyaman. Kadar endorphin dalam tubuh yang
meningkat dapat mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Latihan fisik
atau exercise dapat meningkatkan kadar endorphin empat sampai lima kali
dalam darah, sehingga semakin banyak melakukan exercise maka akan
semakin tinggi pula kadar endorphin. Ketika seseorang melakukan exercise,
maka endorphin akan keluar dan di tangkap oleh reseptor didalam
hipotalamus dan sistim limbic yang berfungsi untuk mengatur emosi.
Peningkatan endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunanrasa
nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan
seksual, tekanan darah dan pernafasan, sehingga exercise atau latihan fisik
dapat efektif dalam mengurangi nyeri.
2.2 Senam Nifas
2.2.1 Pengertian Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah melahirkan untuk
memulihkan otot yang kendor dan mengencangkan otot abdomen, selain itu berfungsi
untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
timbulkan komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah
kehamilan terutama pada otot bagian punggung, dasar panggul dan perut. Serta
membantu proses involusi uteri yang dilakukan 24 jam setelah melahirkan dengan
frekuensi 1 kali sehari selama 6 minggu (Anggriyana, 2010).

2.2.2 Tujuan Senam Nifas


Tujuan dari senam nifas pasca persalinan antara lain :
a. Mencegah pembentukan bekuan thrombosis pada pembuluh darah tungkai
b. Mempercepat pemulihan keadaan ibu setelah melahirkan
c. Mempercepat proses involusi uterus, pemulihan fungsi alat kandungan, serta
memperlancar pengeluaran lokhea
d. Memperbaiki sirkulasi darah
e. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan
f. Mengencangkan otot-otot perut, otot-otot sekitar vagina, maupun otot-otot
dasar panggul(Agustina, 2012)
g. Memperbaiki elastisitas otot-otot yang mengalami peregangan (Maryunani
& Sukaryati, 2011).

2.2.3 Manfaat Senam Nifas


Manfaat dari senam nifas antara lain :
a. Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami
trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut kebentuk
normal
b. Membantu menormalkan sendi-sendi yang longgar diakibatkan kehamilan
dan persalinan, serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut
c. Mengurangi depresi pada masa nifas
d. Memperlancar peredaran darah, mengurangi edema di kaki, mengurangi
varises vena serta mengurangi resiko sakit punggung dan pinggang
(Danuatmaja & Meilisari, 2003).
2.2.4 Kontraindikasi Senam Nifas
Senam nifas tidak boleh dilakukan oleh ibu yang menderita anemia atau yang
mempunyi riwayat sakit jantung dan paru-paru (Anggriyana, 2010).

2.2.5 Pelaksanaan Senam Nifas


Sebelum melakukan senam nifas dianjurkan untuk melakukan pemanasan
terlebih dahulu. Pemanasan yang dapat dilakukan yakni dengan latihan pernafasan serta
menggerak-gerakan kaki dan tangan secara santai. Pemanasan ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kejang pada otot saat melakukan senam nifas. (Anggriyana, 2010).
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan dan
secara teratur setiap hari. Mobilisasi dini boleh dilakukan pada 6 jam setelah persalinan
normal atau 8 jam setelah persalinan sesar. Ibu dengan proses persalinan normal
diperbolehkan melakukan senam nifas beberapa jam setelah proses persalinan.
Sedangkan ibu dengan proses persalinan sesar hanya diperbolehkan melakukan latihan
pernafasan beberapa jam setelah proses persalinan untuk mempercepat penyembuhan
luka, sementara itu latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi
darah bagian tungkai dapat dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat
tidur. (Anggriyana, 2010).
2.2.6 Gerakan Senam Nifas
Senam nifas memiliki beberapa gerakan yang mana setiap gerakan memiliki
maksud dan tujuannya masing-masing. Secara garis besar gerakan senam nifas terdiri
dari gerakan yang spesifik pada otot abdomen, otot dasar panggul, serta beberapa
gerakan kaki. Latihan pada otot abdomen dan otot dasar panggul bertujuan untuk
mempercepat proses involusi uteri, memperkuat otot-otot dasar panggul, serta
mengencangkan dan memperkuat otot-otot abdomen. Latihan pada kaki bertujuan untuk
memperlancar sirkulasi darah sehingga dapat mengurangi dan mencegah
pembengkakaan atau edema yang berlebih pada kaki. Berikut merupakan gerakan-
gerakan yang terdapat dalam senam nifas :
a. Gerakan spesifik otot abdomen (Sancho, 2015; Pascoal, 2014)
1) Gerakan pada otot rectus abdominis (Sancho, 2015; Pascoal, 2014)
1. Abdominal Cruches
Subjek diminta untuk mengangkat kepala dan pundak mereka
sampai Os. Scapula terangkat dari lantai dan kedua tangan lurus
dengan ujung jari menyentuh lutut. Latihan ini dilakukan secara
isometric dilakukan 3 sampai 5 detik
2) Gerakan Pada otot Obliq(Rebecca)
1. Crunches With Twist
Posisikan sama dengan gerakan awal crunches, jika pada cruches itu
lurus, pada gerakan ini dilakukan dengan memutar ke arah kanan dan
kiri secara bergantian. Dilakukan 10-20 kali repetisi, selama 1-3 set.
3) Gerakan pada otot transversus abdominis
1. Draw-in Maneuver(Da-Eung, 2014; Deydre, 2015)
Terlentang diatas bed, kemudian fleksikan lutut 900, kemudian
instruksikan secara pelan mencekungkan perut bagian bawah seolah-
olah menahan kencing, kemudian mengkontraksikan otot dasar
panggul secara bersama dengan perut bagian bawah mereka, sambil
terus bernafas secara normal. Tahan saat kontraksi selama 5 detik.
2. Pilates Exercise (3 classic pilates mat exercise) (Endleman, 2008)
Posisi awalan berupa badan terlentang di atas matras dengan kaki
lurus dan tangan lurus diatas kepala. Kemudian lakukan gerakan:
a. The Hundreds
fleksikan hip dan lutut sebesar 900 (ankle plantar fleksi), kemudian
turunkan kedua tangan disamping badan bersamaan dengan
menundukkan kepala (berusaha menempelkan dagu ke dada) serta
ekstensi lutut dengan fleksi hip ± 450 .
b. Roll-up
Arahkan tangan ke depan tubuh (tegak lurus dengan alas/tubuh),
kemudian angkat kepala dan dada sehingga membentuk sudut 450.
c. Leg circle
Angkat kaki kanan (fleksikan hip) sehingga membentuk sudut 90 0,
dengan lutut ekstensi penuh. lakukan bergantian dengan sisi kaki
yang lain.
b. Gerakan spesifik otot dasar panggul (McCabe dkk, 2017)
1) Kegel Exercise :
1. Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk dan sedikit
diregangkan, posisikan senyaman mungkin
2. Kencangkan otot-otot dasar panggul, namun perut dan paha tetap
dalam keadaan santai.
Untuk mengencangkan otot-otot dasar panggul, dapat dilakukan
dengan dua cara yakni :
 Bayangkan sedang buang air kecil lalu hentikan aliran urin ditengah
jalan
 Mencangkan otot-otot di sekitar anus seperti mencegah pelepasan gas
keluar dari anus.
3. Tahan selama 5 sampai 10 detik, lalu rileks selama 10 detik
4. Ulangi gerakan ini selama 5 kali. Jika 5 kali mudah dilakukan,
tingkatkan menjadi 10 kali.
c. Gerakan pada kaki (O’ Brian dkk, 2013)
1) Ankle Pumps: pasien duduk di atas bed, kedua kaki diluruskan , lakukan
gerakan penuh pada pergelangan kaki dengan mendorong kedepan dan
kebawah (plantar dan dorso fleksi). Ulangi 30 kali.
2) Calf Stretches: Pasien duduk di atas bed, kaki diluruskan lalu thera band
di letakkan di telapak kaki. Tarik pergelangan kaki dengan lembut
menggunakan handuk/thera band (plantar dan dorso fleksi) sampai
merasakan adanya tegangan di belakang betis. Tahan 60 detik, Ulangi 3-5
kali gerakan. Ulangi juga dengan lutut tertekuk.
3) Calf Strengthening:Posisi duduk kaki di luruskan, thera band diletakkan
diujung jari-jari kaki .lalu tekan ke dalam thera band sejauh kamu bisa.
Tahan 3 detik lalu lepaskan. lakukan gerakan ini sebanyak 20 kali repetisi,
Ulangi 3 kali..
4) Using a chair for support:
Dalam posisi berdiri, lalu kedua kaki dalam posisi netral kedua tangan
memegang kursi, setelah itu angkat kedua tumit. Ulangi 10 kali.

3.1 Kesimpulan
Nifas merupakan masa yang penting bagi seorang ibu karena dalam masa ini ibu
dalam masa pemulihannya untuk kembali seperti normal sedia kala sebelum
melahirkan. Latihan yang baik dan tepat dalam gerakan dan fungsinya selama proses
ini akan membantu ibu untuk mempercepat dalam proses pemulihan pasca
melahirkan yaitu masa nifas ini.
4.1 Saran
Makalah ini tak luputnya dari kekurangan kami mohon agar kekurangan-
kekurangan dari makalah ini dapat dilihat, disimak dan dibenahi kembali oleh
peneliti lain yang hendak menggunakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Rossana Dewi. 2012. Standar Operasional Prosedur Senam Nifas. Bandung :
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Jurusan Keperawatan
Bandung.

Anggriyana, Tri Widianti. 2010. Senam Kesehatan Aplikasi Senam Untuk Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Ambarwati, E. R., & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Danuatmaja, Bonny & Mila Meiliasari. 2003. 40 Hari Pasca Persalinan: Masalah dan
Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.

Estiani, M., & Aisyah. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Diastasis Rekti Abdominis pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Sukaraya Baturaja. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Vol 5 (2). pp
24-31.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta :
Trans Info Medika.

Maryunani, A dan Sukaryati, Y. 2011. Senam Hamil, Senam Nifas, dan Terapi Musik.
Jakarta: Trans Info Media.

McCabe, L., Young, K., and Ferguson, S. 2017. Pelvic Floor “Kegel Exercise”.
University Health Network.

Murray SS, McKinney ES. 2014. Foundations of maternal-newborn and women's


health nursing. Elsevier Health Sciences.

Nugroho, T., Nurrezki., Warnaliza, D. dan Wilis. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3
Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika.

Safitri, Yuniar. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Motivasi terhadap


Kemandirian Ibu Nifas dalam Perawatan Diri Selama Early Postpartum.
Universitas Diponegoro.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Sulistyawati,Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.Jogjakarta: Andi

Sukaryati, I., & Wahyu. 2011. Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uteri pada
Ibu Post Partum Primigravida di RSIA Srikandi Jember.

Ulfah, Mariah., & Safitri, Maya. 2016. Efektivitas Kombinasi Latihan Otot Dasar
Panggul dan Perut terhadap Involusi Uteri pada Ibu Nifas. Jurnal Ilmiah
Kebidanan. Vol 5 (2). pp 127-135.

O’Brien, J., Edwards, H., Finlayson, K., Kerr. 2013.Understanding the


relationshipsBetween the calf muscle pump, ankle range of motion, and healing
for Adults with venous leg ulcers: A review of the literature. Wound Practice
andAccessed.

Sancho MF, Pascoal AG, Mota P, Bo K. 2015. Abdominal exercises affect inter-rectus
distance in postpartum women: a 2D ultrasound study. (3): 286-91

Pascoal AG, Dionisio S, Cordeiro F, Mota P. 2014. Inter-rectus distance in postpartum


women can be reduced by isometric contractionof the abdominal muscles: a
preliminary case-control study. 100(4):344-8.

Benjamin DR, et al. 2013. Effects of exercise on diastasis of the rectus abdominis
muscle in the antenatal andpostnatal periods: a systematic
review.http://dx.doi.org/10.1016/j.physio.2013.08.005

Endleman I, Critchley DJ. 2008. Transversus abdominis and obliquus internus activity
during Pilates exercises: measurement with ultrasound scanning. Arch Phys
Med Rehabil;89:2205-12

Da-eun Jung, PT, MS., Kyoung Kim, PT, PhD., Su-kyoung Lee, PT, PhD., 2014.
Comparison of Muscle Activities Using a Pressure Biofeedback Unit during
Abdominal Muscle Training Performed by Normal Adults in the Standing and
Supine Positions. J. Phys. Ther. Sci. 26: 191–193.
Deydre S. Teyhen, PT, PhD,. 2009. Changes in Lateral Abdominal Muscle Thickness
During the Abdominal Drawing-in Maneuver in Those With Lumbopelvic
Pain. journal of orthopaedic & sports physical therapy; 39(11): 791- 798.

Nisa, M,K,. 2014. Pengaruh Pemberian Senam Nifas Terhadap Kekuatan Otot Perut
Pada Ibu Post Sectio Caesaria. Program Studi Diploma IV Fisioterapi. Fakultas
Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai