Sosial Politik
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Berkembangnya Agama Islam sampai ke seluruh penjuru dunia, dan tetap bertahan
sampai zaman sekarang ini, salah satu faktornya adalah kecerdasan sang pembawa risalah
tersebut, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah tokoh dengan karakter yang paling hebat.
Bahkan Michael J Hart yang non muslim pun menempatkan beliau di urutan teratas dalam daftar
100 orang terhebat dalam buku karyanya. Semua aspek telah ditekuninya salah satunya yaitu
berpolitik.
Politik biasa diartikan sebagai seni dalam mengatur dan memerintah masyarakat. Agak
sulit mememisahkan Muhammad SAW dari kepemimpinan politik. Disamping sebagai seorang
rasul, beliau adalah kepala masyarakat politik Muslim pertama dengan Madinah sebagai pusat
pemerintahan. Muhammad SAW merupakan seorang pemimpin politik karena mempunyai
kapasitas dalam mengatur dan mengelola masyarakat Muslim yang dipusatkan di Madinah.
Para sejarawan membagi periode awal Islam menjadi periode Makkah dan periode
Madinah. Periode Mekkah merupakan periode peletakan dasar-dasar agama tauhid dan
pembentukan akhlak yang mulia. Periode Madinah menandai kemunculan Islam sebagai
kekuatan sosial dan politik Muhammad SAW tidak lagi hanya tampil sebagai seorang rasul yang
menyerukan agam Islam, tetapi juga sebagai pemimpin dari sebuah komunitas peradaban baru
berpusat di Madinah. Dengan demikian, pembentukan sebuah masyarakat Islami telah dimulai.
Sejak itu, wahyu yang turun tidak lagi terbatas pada seputar keesaan Tuhan, tetapi mulai
mencakup ajaran lainnya yang berhubungan dengan pengaturan kehidupan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Atau sebaliknya, mereka yang berhasil mengatur pemerintah, gagal ketika harus
bertindak memimpin peperangan. Muhammad SAW telah terbukti mampu menjalankan kedua
fungsi dalam waktu yang bersamaan. Beliau seorang kepala negara namun juga seorang jenderal
yang menguasai taktik peperangan.
Pada waktu itu disekitar dunia Arab ada beberapa kerajaan, seperti Romawi dan Persia.
Sementara di tanah Arab sendiri terdapat beberapa penguasa kecil yang wilayahnya tidak terlalu
besar. Kerajaan-kerajaan sebesar Romawi dan Persia tidak tertarik dengan semenanjung Arab
yang tandus. Jazirah Arab pada waktu itu dijadikan sebagai daerah pemisah antara Romawi dan
Persia.
Masyarakat yang hidup di jazirah Arab terdiri dari berbagai suku-suku besar yang terbagi
lagi ke beberapa suku-suku yang lebih kecil. Mereka hidup meurut aturan-aturanyang hanya
mangikat terhadap anggota masing-masing suku. Meskipun demikian mereka memiliki adat
kebiasaan yang disepakati bersama oleh semua suku. Dengan demikian mereka tidak terikat
dengan hukum kerajaan sebagia masyarakat Romawi atau Persia.
Dalam bersikap sebagai negara besar , Romawi dan Persia masing-masing suku
mempunyai kecenderungan yang brebeda. Namun dari segi politik dan administrasi pemerintah
mereka tetap merdeka. Diantar mereka ada yang lebih memihak Romawi dan yang lain memihak
Persia. Sebagai contooh, ketika Persia mengalahkan Romawi di wilayah Syiria, kaum musyrik
Makkah bergembira karena mempunyai keterikatan emosinal sebagai sesama kaum musyrik.
Sebaliknya, kaum Muslim lebih mengharapkan kemenangan Romawi karena negara tersebut
menganut agama Nasrani. Wahyu pun turun merespon peristiwa ini sebagaimana tercatat dalam
surat ar-Rum (30) ayat 1-5.
Strategi politik Muhammad Saw berbeda dengan pemimpin politik di masanya. Beliau
tidak membangun kerajaan melainkna sebuah negara (state) dengan prinsip-prinsip baru yang
berbeda dengan tradisi yang ada pada waktu itu. Unsur negara yang beliau fokuskan pertama kali
adalah membentuk negara sebagai power-base.1
Setelah melaksanakan dakwah selama 10 tahun kepada penduduk Makkah dan tidak
mendapat respon positif yang signifikan, Muhammad Saw mulai berdakwah kepada para jamaah
haji yang berziarah ke ka’bah selama musim-musim haji. Diantara para jamaah haji tersebut
berasal dari Yatsrib, yaitu daerah Utara Makkah.
Muhammad Saw telah cukup berhasil membentuk keimanan dan mental yang tangguh
diantara para pengikutnya. Hal ini perlu dilanjutkan dengan membentuk sebuah komunitas yang
Islami dengan tatanan sosial yang lebih baik. Oleh karena itu masyarakat Muslim awal itu
memerlukan suatu daerah yang mampu memberikan perlindungan bagi mereka sekaligus tempat
untuk membentuk kawasan percontohan komunitas Muslim yang ideal.
Diceritakan, pada suatu musim haji, Muhammad Saw berdakwah kepada jamaah dari
Yatsrib dan disambut dengan positif. Mereka berjanji akan datang lagi di musim haji berikutnya
dan meminta Muhammad Saw mengirimkan salah seorang sahabatnya untuk mengajarkan Islam
kepada penduduk Yatsrib. Muhammad mengutus Mus’ab bin Umair sebagai duta Islam pertama
dan ia cukup berhasil dalam menjalankan misinya. Pada tahun berikutnya, penduduk Yatsrib
datang dengan jumlah yang lebih banyak dan mengikrarkan janji setia kepada Muhammad Saw
dan memintanya untuk pindah ke Yatsrib. Mereka bersedia membela Muhammad Saw dan
sahabat-sahabatnya dengan jiwa dan harta mereka.2
Setelah mendapat izin dari Allah, Muhammad Saw hijrah ke Yatsrib yang kemudian berganti
dengan nama Al-Madinah Al-Munawwarah (kota yang bercahaya). Pergantian nama Yatsrib
menjadi Madinah merupakan suatu keputusa politik yang tepat. Secara bahasa Madinah
mempunyai akar kata yang sama dengan tamaddun (peradaban). Dengan demikian Madinah
dapat diartikan sebagai sebuah tempat peradaban yang lazim diterjemahkan dengan kota.
1
Muhammad Syafii Antonio,The Super Leader Super Manager, Jakarta, ProLM Centre & Tazkia Publishing, 2009,
hal 154
2
Ibid, hal 156
Penggunaan nama Madinah mengisyaratkan adanya suatu visi politik menjadikan daerah tersebut
sebagai salah satu pusat peradaban manusia yang baru.
Dengan demikian berakhirlah periode Makkah dan dimulainya periode Madinah. Dalam
periode Makkah yang ditekankan adalah pembentukan karakter warga negara yang akan
didirikan. Sementara periode Madinah adalah peletakan fondasi administrasi pemerintahan dan
hal-hal kenegaraan lain-lainnya.3
Hijrah bukan hanya bermakna menghindar dari siksaan, fitnah dan cacian belaka, namun juga
merupakan suatu strategi untuk mendirikan masyarakat baru di dalam negeri yang aman. Strategi
dakwah Rasulullah Saw di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai Negara Islam
pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak yang disediakan oleh
Rasulullah Saw begitu kukuh sehingga menjadi tauladan kepada pemerintahan Islam sehingga
kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua perundangan utama yaitu al-Quran dan Hadis
menjadi intipati kekuatan perancangan Islam dalam menegakkan kalimah Tauhid.4Oleh karena
itu setiap Muslim yang mampu wajib ikut andil dalam membangun negeri baru itu dan
mencurahkan kemampuannya untuk melindungi dan membelanya.
Menurut catatan sejarah, Yatsrib pada waktu itu merupakan suatu lingkungan oase yang
subur. Kota itu dihuni oleh orang-orang Arab pagan atau musyrik dengan suku-suku utama ‘Aus
dan Kharaj. Kota Oase itu agaknya sudah ada sejak zaman kuno dengan nama Yatsrib atau
menurut catatan ilmu bumi Plolomeus, Yethroba.
Masyarakat yang ditemui Rasulullah Saw di Madinah ada tiga golongan. Golongan-golongan
tersebut adalah para sahabat, kaum Musyrik, dan orang-orang Yahudi. Setiap golongan memiliki
kondisi yang berbeda dengan golongan lain. Beliau menghadapi berbagai masalah dari setiap
golongan, dan masalah yang beliau hadapi dari setiap golongan tersebut tidak sama.
Kaum Muslim sendiri terdiri dari dua golongan. Pertama, golongan Anshar, kedua golongan
Muhajirin. Pada waktu itu Madinah bukanlah negeri yang kaya. Pertambahan jumlah penduduk
yang mendadak sedikit banyaknya mengguncang perekonomian Madinah. Dalam kondisi yang
kritis tersebut, berbagai kekuatan yang memusuhi Islam melakukan semacam embargo ekonomi
sehingga persediaan (supply) barang berkurang dan dan keadaan pun semakin gawat.
Yatsrib merupakan nama pertama dan tertua untuk menunjukkan nama Madinah. Yatsrib
berasal dari nama salah seorang anak keturunan Nabi Nuh As yang mengembara dari daerah
Babilonia, Irak. Sesudah hijrah ke Madinah Nabi SAW mengubah nama ini, karena Yatsrib
3
Ibid, hal 157
4
http://sejarahnabimuhammaddimadinah.blogspot.com/2011/05/kesimpulan.html
berkonotasi yang kurang baik, yakni ‘memaki’ atau ‘yang kotor’. Namun dikalangan orang yang
anti islam ketika itu masih saja menggunakan kata tersebut.5
Penggunaan kata “Madinah” oleh Nabi Muhammad Saw untuk menukar nama kota hijrah
beliau itu mengisyaratkan suatu deklarasi atau proklamasi bahwa di tempat baru itu hendak
diwujudkan suatu masyarakat teratur (atau berperaturan) sebagaimana mestinya suatu
masyarakat. Dengan demikian konsep Madinah adalah pola kehidupan sosial yang sopan yang
ditegakkan atas dasar kewajiban dan kesadaran umum untuk patuh kepada peraturan atau hukum.
Dalam Al-Qur’an mereka yang disebut al-A’rab digambarkan sebagai gologan masyarakat
yang kasar dan sulit memahami dan mematuhi aturan.6 Mereka juga digambarkan sebagai
golongan yang ketaatannya kepada Nabi Muhammad Saw hanya sampai batas kepatuhan
lahiriyah tanpa kedalaman iman. Dalam Al-Qur’an terbaca firman yang memerintahkan Nabi
Muhammad Saw untuk mengingatkan bahwa mereka itu baru “berislam” (secara harfiyah)
karena iman belum masuk ke dalam hati mereka.7
Tahap kedua adalah keterlibatan kaum muslim dalam konflik idiologis dengan komunitas
non muslim. Pada awalnya konflik tersebut hanya berlangsung kecil-kecilan antara pihak muslim
dan bani atau keluarga non muslim disekitar wilayah Madinah. Namun kemudian konflik
menjadi besar yang melibatkan ribuan orang dalam beberapa kali peperangan seperti Perang
Badr, Perang Uhud, Perang Khandaq.
Tahap ketiga adalah kaum muslim mulai keluar Madina. Awalnya adalah kepergian
Muhammad beserta rombongan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah umrah, tetapi gagal karena
tidak diizinkan memasuki Mekkah oleh kaum Quraisy, namun Muhammad berhasil menekan
pihak quraisy untuk mengadakan perjanjian di Hudaibiyah. Dengan adanya perjanjian ini,
ancaman dari luar sedikit berkurang sehingga Muhammad dapat berkonsentrasi pada penataan
masyarakat Madinah dan membina hubungan diplomatik dengan suku atau kabilah-kabilah di
sekitar Madinah.
5
http://dicfingerprintdepok.wordpress.com/2011/10/19/nam-nama-madinah/
6
Lihat QS. At-Taubah (9): 97
7
Lihat QS. Al-Hujurat (49): 14
Tahap keempat adalah ketika pihak Muslim berhasil menguasai seluruh jasirah Arabia.
Memang tidak semua orang masuk Islam, namun suku dan kabilah diwilayah tersebut berada
dibawah kekuasaan Muslim. Bagi mereka yang non muslim diwajibkan membayar Jizyah (pajak
keamanan) atau menyerahkan sebagian hasil panen. Penyebaran islam semakin berkembang
pesat sebagaimana terlihat dalam upaya Muhammad mendakwahi para penguasa di luar jazirah
Arabia.
2. Konstitusi Madinah
Langkah politik selanjutnya yang beliau lakukan adalah membuat kesepakatan antar
berbagai faksi yang ada di Madinah. Yang dikenal dengan al-Shahifa al-Madinah atau Piagam
Madinah. Ada juga yang mengislilahkan kesepakatan ini dengan Konstitusi Madinah.
Kesepakatan ini dilatar belakangi oleh kondisi daerah itu sebelum perstiwa hijrah. Sejak
lama Yatsrib dicekam konflik yang berkepanjangan antarsuku. Dua suku yang paling besar, ‘Auz
dan Khazraj, bermusuhan sejak lama dan sering terjadi konflik berdarah. Suku-suku yang lebih
kecil memilih berafiliasi dengan salah satu diantara keduanya. Suku Yahudi yang merupakan
suku pendatang terus menghembuskan permusuhan diantara ‘Auz dan Khazraj dengan harapan
dapat menangguk keuntungan materil dari konflik tersebut. Penduduk Yatsrib meminta
Muhammad untuk hijrah ke Yatsrib agar beliau menciptakan perdamaian dan ketentraman di
Madinah. Kemudian tidak lama setelah sampai di Madina Muhammad mngumpulkan para
8
. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyur-Rahman. 1998. Sirah Nabawiyah. Terjemah dari al-rahiq al-Makhtum, Bahtsun fi al-Sirah
al-Nabawiyah ‘Ala Shahibiha Afdhulu al-Shalatu wa al-Salam. Jakarta : Robbani Press. Hal 252-253.
pemimpin Madinah untuk merumuskan suatu kesepakatan politik yang belakangan dikenal
sebagai “ Piagam Madinah”.
Demikianlah, seluruh kota Madinah dan sekitarnya telah benar-benar jadi terhormat bagi
seluruh penduduknya. Mereka berkewajiban mempertahankan kota ini dan mengusir setiap
serangan yang dating dari luar. Mereka harus bekerjasama antara sesame mereka guna
menghormati segala hak dan kebebasan yang sudah disepakati bersama.
Beliau juga memberikan jaminan keamanan bagi kelompok miniritas dengan nyawanya
sendiri. Beliau pernah mengatakan bahwa siapa yang menganiaya kelompok minoritas tersebut
berarti menganiayanya juga. Tidak ada juga perbedaan status hak dan kewajiban antara orang
Arab dengan non Arab, pendatang dan penduduk asli Madinah. Semua diperlakukan sama
didepan hokum dan sebagai warga Negara dengan hak dan kewajiban masing-masing.
4. Persoalan pendidikan
Selan berhasil dalam mengurusi persoalan dalam negeri Madinah, Muhammad juga
cukup berhasil menjalankan politik luar negeri. Salah satu contoh keberhasilan itu yaitu dalam
Perjanjian Hudaibiyah. Sebelu tercapainya kesepakatan tersebut, kaum musyrik Makkah
merupakan anacaman luar bagi Negara yang baru lahir tersebut. Kaum muslim selalu merasa
tidak tenang karena khawatir sewaktu-waktu pasukan Makkah dating menyerang.
Oleh karena itu, cara yang paling tepat adalah membawa pemimpin-pemimpin Quraisy ke
genjatan bersenjata dalam waktu tertentu atau selamanya. Tetapi untuk mencapai hal itu tidaklah
mudah, tentu saja bangsa Quraisy tidak akan mudah untuk memilih damai, mereka akan lebih
memilih perang dan mengalahkan Muhammad dan pasukannya. Untuk itu diperlukan terapi yang
dapat membuat para pemimpin Quraisy mau mengadakan perjanjian perdamaian.
Cara yang ditempuh adalah membawa sejumlah besar warga Muslim untuk
melaksanakan Umrah ke Makkah. Beliau mengirim juga utusan-utausan ke berbagai kabilah
yang masih belum beriman dengannya untuk bergabung. Hal ini bertujuan agar dengan jumlah
yang besra itu kaum musyrik tidak akan berani menghalangi untuk memasuki kota Mekkah.
Cara ini cukup ampuh dan pada akhirnya para pemimpin Quraisy mengirim utusan untuk
membuat perjanjian perdamaian dengan Muhammad. Dan selanjutnya tercapailah kesepakatan
yang disebut dengan “Perjanjian Hudaibiyah”.
Dari perjanjian tersebut terkesan beliau kalah dalam diplomasi dan terpaksa menyetujui
beberapa hal yang berpihak pada kaum Quraisy. Kesan tersebut ternyata terbukti sebaliknya
setelah perjanjian tersebut disepakati. Di sinilah terlihat kelihaian diplomasi Muhammad dan
pandangan beliau yang jauh kedepan.
Kemenangan diplomasi ini antara lain sebagai berikut. Pertama, inilah untuk pertama
kalinya kaum Quraisy mengakui Muhammad seorang pemimpin yang memiliki kekuatan politik
yang seimbang dengan kaum Quraisy bukan seorang yang selama ini mereka sebutkan seperti
orang yang sesat, orang yang kerasukan roh halus, pemberontak, pemecah belah persaudaraan
dan lain-lain.
Kedua, mereka juga mengakui hak kaum Muslim dan warga Madina untuk memasuki
kota Makkah dan berziarah ke K’bah untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Ketiga, perjanjian itu member efek untuk meningkatkan posisi tawar Madinah sebagai
kekuatan politik baru di jazirah Arab. Kaum Quraisy adalah kaum yang disegani dan dihormati
di tanah Arab. Kemauan kaum Quraisy mengadakan perjanjian dengan Muhammad menandakan
bahwa Madinah mempunyai kekuatan politik yang cukup besar dan tidak dapat dipandang remeh
karena mendapat pengakuan dari kaum Quraisy.
6. Utusan-utusan Diplomatik
Langkah politik luar negeri lainnya yang dilakukan Muhammad adalah mengirim surat-surat
diplomatic. Dalam pasca perjanjian Hudaibiyah tersebut Muhammad mengutus beberapa orang
untuk menemiau para penguasa disekitar jazirah Arab dan mengajak mereka untuk memeluk
Islam. Waktu itu ada beberapa kerajaan seperti Romawi, Persia, Ghassam, Yaman, Mesir,
dan Abisinia. Disamping itu untuk misi dakwah, secara politis pengiriman utusan-utusan
tersebut sekaligus memberitahu keberadaan sebuah Negara baru yang berpusat di
Madinah. Misi ini cukup berhasil dan keberadaan Madinah mulai diakui dan disegani di
kawasan tersebut. Muhammad sendiri juga semakin diperhitungkan daya tawar
politiknya.
F. POLITIK EKONOMI
Kekuatan dan kesejahteraan sebuah negara tidak dapat dipisahkan dari pengaturan sistem
ekonomi untuk mensejahterakan semua warga. Sebagaiman lazimnya sebuah negara yang baru
berdiri, negara Madinah juga tidak luput dari persoalan ekonomi. Disisi lain, jumlah penduduk
Madinah semakin bertambah karena semakin banyaknya kaum Muhajirin yang datang ke
Madinah. Sementara perekonomian Madinah dikuasai oleh kaum Yahudi yang terkenal mahir
dalam melakukan aktivitas perekonomian.
Adapun kebijakan ekonomi Muhammad SAW yang digambarkan secara ringkas, yaitu:
2. Sistem Upah.
Muhammad SAW sangat memperhatikan sistem upah. Salah satu pesan beliau
tentang sistem upah ini adalah agar membayar upah buruh sesegera mungkin sebelum
keringat mereka kering.
Lembaga lain yang didirikan Khalifah Umar adalah Diwan Militer yang
bertugas untuk mengelola Administrasi militer dan pembayaran tunjangan
mereka. Administrasi tersebut meliputi pendataan prajurit Muslim dan status
keterlibatan mereka dalam peperangan sejarah awal Islam. Dalam penentuan
gaji yang diterima para tentara Umar menggunakan beberapa kriteria khusus.
Pada masa rasulullah Saw belum ada tentara formal yang mendapat gaji
secara teratur dari negara. Semua muslim yang mampu dapat menjadi tentara.
Mereka tidak mendapat gaji tetap, tetapi mereka diperbolehkan mendapat bagian
dari rampasan tersebut meliputi; senjata, kuda, unta dan barang-barang lainnya
yang didapatkan dalam perang.
Kehakiman ditangani oleh para hakim sipil yang biasa disebut qadhi yang
ditunjuk oleh Umar. Walau demikian, kehakiman bersifat independen dan
terpisah dari pemerintahan (eksekutif). Disini banyak perubahan yang dibawah
oleh umar dalam penyediaan kesejahteraan negara. Dan pengeluaran yang paling
penting adalah adanya penyediaan layanan kesejahteraan sosial.
Sebagai seorang pemimpin politik, Rasulullah Saw telah melakukan sesuatu perubahan
yang sangat besar dan tergolong sangat modern dizamannya. Ditengah masyarakat nomadik,
beliau bentuk sistem masyarakat sipil yang berkeadaban. Di tengah masyarakat kesukuan beliau
ciptakan persaudaraan yang lebih luas melintasi suku dan ras. Beliau juga melakukan dasar-
dasar sistem keuangan publik yang terbukti keberhasilannya dalam membiayai kebutuhan
masyarakat yang dipimpinnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Strategi politik Muhammad Saw berbeda dengan pemimpin politik di masanya. Beliau
tidak membangun kerajaan melainkna sebuah negara (state) dengan prinsip-prinsip baru yang
berbeda dengan tradisi yang ada pada waktu itu. Unsur negara yang beliau fokuskan pertama kali
adalah membentuk negara sebagai power-base.
Adapun kebijakan-kebijakan Sosial-Politik yang beliau buat pada periode Madinah yaitu:
1. Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
2. Konstitusi Madinah
3. Kesetaraan bagi semua negara
4. Persoalan pendidikan
5. Perjanjian Hudaibiyah
6. Utusan-utusan diplomatik
http://sejarahnabimuhammaddimadinah.blogspot.com/2011/05/kesimpulan.html, diakses
pada hari Sabtu tanggal 25 April 2015. Pukul 06:55 WIB
http://dicfingerprintdepok.wordpress.com/2011/10/19/nam-nama-madinah/, diakses pada
hari Sabtu tanggal 02 Mei 2015. Pukul 20:34 WIB