KELOMPOK VI
Di Susun Oleh :
KASMIN
M. HABIL
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Karena berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penulis
masih diberi kesempatan waktu dan kemampuan untuk bisa menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Komitmen dalam organisasi”.
Tak lupa pula shalawat dan salam tertuju kepada baginda Rasulallah SAW yang telah
membimbing kita dari Zaman gelapnya kebodohan, dan kekafiran menuju zaman terangnya
cahaya keimuan, dan keselamatan.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimah kasih kepada Ust. Ulil Multazam M.Pd.I
selaku dosen pengampu kami, yang berkenan meluangkan waktunya membantu membimbing
dalam menyelesaikan proses pengerjan makalah ini hingga selesai. Karena keterbatasan penulis
sebagai manusia, bila terdapat kesalahan dalam penulisan
kata maupun isi materi dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga
Allah SWT selalu membimbing penulis selalu dalam kebenaran. Aaamii
A. Latar belakang
Jadi, perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek- aspek tingkah
laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama meliputi
pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh manusia terhadap
organisasi. Pengertian ini sesuai dengan rumusan Kelly dalam bukunya Organizational
Behavior yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapat interaksi dan
1
Handoko, T. Hani. Manajemen, Edisi Kedua. (BPFE: Yogyakarta. 2000.), hlm 10
2
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2004), hlm. 1
3
Makmur, Teori Manajemen Stratejik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 41
hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak. 4 Kesemuanya
ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-
upaya pencapaian tujuan.
B. Tujuan
C. Pembahasan
4
Wexley, Kenneth. M. And Gary A. Yuki. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. (Rineka
Cipta: Jakarta 2005.), hlm 35
5
Ismail Nawawi, Perilaku Organisasi (Teori, Transformasi, Aplikasi pada Organisasi Bisnis Publik dan
Sosial), (Jakarta: CV. Dwi Putra Pustaka Jaya, 2010),hlm. 303
c. Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati, bertekad
berjerih payah, berkorban dan bertanggungjawab demi mencapai tujuan.
d. Robbins menyebutkan Komitmen adalah tingkatan di mana seseorang
mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan tujuan-tujuannya dan berkeinginan
untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi.
e. Bansal, Irving dan Taylor mendefenisikan komitmen sebagai kekuatan yang
mengikat seseorang pada suatu tindakan yang memiliki relevansi dengan satu atau
lebih sasaran.
f. Buchanan menyebutkan Komitmen menyangkut tiga sikap yaitu rasa
pengidentifikasian dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dan rasa kesetiaan
kepada organisas6
6
Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta : Grasindo, 2011), hlm. 2
7
S. Djuarsa Senjaya, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), hlm. 133
8
Alo Liliweri, Wacana Komunikasi Organisasi, (Bandung: Mandar Maju, 2004), hlm. 64
b. Memiliki keinginan yang lebih kuat untuk tetap bekerja pada organisasi yang sekarang
dan dapat terus memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan
c. Sepenuhnya melibatkan diri pada pekerjaan mereka, karena pekerjaan tersebut adalah
mekanisme kunci dan saluran individu untuk memberikan sumbangannya bagi
pencapaian tujuan organisasi
Keyakinan tentang pentingnya komitmen dalam kaitannya dengan efektivitas
organisasi tampak sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang dilakukan para ahli.
Penelitian yang dilakukan oleh Hom, Katerberg dan Dunham memberikan temuan yang
sama bahwa, komitmen terhadap organisasi memiliki hubungan yang negatif, baik
dengan kemangkiran kerja maupun dengan tingkat keluarnya karyawan.
Penelitian Mathieu dan Zajac maupun penelitian De Cottis dan Summers sama-sama
menemukan bahwa komitmen individu terhadap organisasi memiliki hubungan yang
positif dengan tingkat performansi kerja.
Hasil penelitian Mayer dan Schoorman terhadap 330 karyawan perusahaan keuangan di
Amerika Serikat menemukan terdapat korelasi positif yang signifikan antara komitmen
individu terhadap organisasi dengan tingkat kinerja maupun dengan tingkat kepuasan
kerja.
Penelitian Chow sebagaimana dikutip Johnson terhadap perusahaan di Jepang
menyimpulkan bahwa, tingginya produktivitas perusahaan di Jepang didukung secara
signifikan oleh tingginya komitmen sumber daya manusianya. Dari paparan di atas
memberikan indikasi bagaimana pentingnya variabel komitmen organisasi dalam
kaitannya dengan fenomena tingkat kinerja, Sehubungan dengan hal tersebut, Steers
berdasarkan pada hasil studi analisis terhadap berbagai hasil penelitian yang pernah
dilakukan para ahli sebelumnya, berhasil mengemukakan sebuah model tentang
komitmen dalam kaitannya dengan efektivitas organisasi.9
9
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm 86
menggiatkan peningkatan komitmen anggotanya terhadap organisasi. Menurut Martin
dan Nicholls10 menyatakan bahwa ada 3 pilar untuk membentuk komitmen seseorang
terhadap organisasi, yaitu:
10
Armstrong, 1991
menunjukkan kepada bawahan bahwa manajemen tahu benar kemana organisasi ini
akan dibawa, tahu dengan benar bagaimana cara membawa organisasi mencapai
keberhasilannya, bahkan sampai pada kemampuan menterjemahkan rencana ke dalam
realitas. Pada konteks ini karyawan akan melihat bagaimana ketegaran dan kekuatan
perusahaan dalam mencapai tujuan hingga sukses, kesuksesan inilah yang membawa
dampak kebanggaan pada diri karyawan. Apalagi mereka sadar bahwa keterlibatan
mereka dalam mencapai kesuksesan itu cukup besar dan sangat dihargai oleh
manajemen.11
11
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm 23
c. Komitmen pada organisasi (Organizational Commitment), merupakan jenjang
komitmen yang paling tinggi tingkatannya. Porter dan Steers mendefinisikan
komitmen organisasi sebagai derajat keterikatan relatif dari individu terhadap
organisasinya. Definisi komitmen organisasi menurut Luthans adalah sikap loyal
anggota organisasi atau pekerja bawaha dan merupakan proses yang berlangsung
secara terus menerus mereka menunjukkan kepedulian dan kelangsungan sukses
organisasi. Sedangkan definisi menurut Robbins adalah derajat sejauh mana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya, serta berniat
memelihara keanggotaan dalam organisasi. Menurut Buchanan, komitmen organisasi
terdiri dari tiga sikap, yaitu :
1) Perasaan identifikasi dengan misi organisasi,
2) Rasa keterlibatan dalam tugas-tugas organisasi,
3) Rasa kesetiaan dan cinta pada organisasi sebagai tempat hidup dan bekerja,
terlepas dari manfaat dan misi organisasi bagi individu.12
12
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2003), hlm 19
e. Gunakan setiap media komunikasi yang ada untuk menyampaikan pesan secara
tepat tentang misi, nilai, dan stratgei organisasi.
f. Berikan contoh-contoh dan pelatihan yang merupakan perwujudan dari gaya
manajemen organisasi dalam meningkatkan keterlibatan dan kerjasama anggota
g. Kembangkan proses dan iklim organisasi yang mampu meningkatkan
perkembangan ketrampilan orang dalam mencapai tujuan prestasi yang lebih
tinggi..
h. Kenalkan kepada anggota organisasi keuntungan (profit) organisasi dan rencana
pencapaian profit untuk tahun-tahuan mendatang.
i. Gunakan program pelatihan yang ada untuk meningkatkan impresi yang bagus
dari karyawan terutama karyawan baru terhadap organisasi.
j. Gunakan workshop atau jenis pelatihan lainnya untuk mengajak semua orang
mendiskusikan isu-isu penting yang dihadapi organisasi dan berikan kesempatan
pada mereka untuk memberikan kontribusi ide. Bahkan kalau perlu ambil
tindakan mengenai ide-ide bagus mereka.13
Komitmen pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses
yang cukup panjang dan bertahap. Steers14 menyatakan tiga faktor yang mempengaruhi
komitmen seorang karyawan antara lain :
1. Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi
kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan.
2. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan
kerja.
3. Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara
pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang
organisasi. 15
13
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm.123
14
Sopiah, 2008
15
Ibid, hlm 5
7. Aspek – Aspek Komitmen
1. Identifikasi
2. Keterlibatan
3. Loyalitas
Loyalitas anggota terhadap organisasi memiliki makna ksesediaan seseorang
untuk bisa melanggengkan hubungannya dengan organisasi kalau perlu dengan
mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apa pun. Keinginan anggota
untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang dapat menunjang
komitmen anggota terhadap organisasi di mana mereka bekerja. Hal ini di upayakan bila
anggota merasakan adanya keamanan dan kepuasan dalam tempat kerjanya.
8. Perilaku Karyawan Yang Terkait Dengan Perusahaan
Banyak para ahli mengemukakan arti dari komitmen terhadap organisasi. Armstrong
menyatakan bahwa pengertian komitmen mempunyai ada 3 area perasaan perilaku terkait
dengan perusahaan tempat seseorang bekerja
1. Kepercayaan, pada area ini seseorang melakukan penerimaan bahwa organisasi tempat
bekerja atau tujuan-tujuan organisasi didalamnya merupakan sebuah nilai yang
diyakini kebenarannya.
2. Keinginan untuk bekerja atau berusaha di dalam organisasi sebagai kontrak hidupnya.
Pada konteks ini orang akan memberikan waktu, kesempatan dan kegiatan pribadinya
untuk bekerja diorganisasi atau dikorbankan ke organisasi tanpa mengharapkan
imbalan personal.
3. Keinginan untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi.16
D. Kesimpulan
1. Komitmen dalam organisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang lebih memihak
kepada organisasi tertentu serta tujuan dan keinginannya yaitu untuk
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.
2. Menciptakan rasa kepemilikan terhadap organisasi sehingga rasa komitmen akan
tumbuh dan akan ikut serta dalam mengembangkan organisasi.
3. Jabatannya dalam organisasi, dan variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari
setiap anggota, pengalaman kerja seseorang yang kurang memahami suatu organisai
yang di ikutinya serta kurangnyaa interksi dan komunikasi antara anggota organisasi.
16
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm 142