Anda di halaman 1dari 34

Pasar Modal Syariah

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah
Dosen Pengampu: Nur Wachidah Yulianti, SE., M.S.Ak.

Disusun oleh :
Febri Anggraini 1117820000040

Arif Ramadhan 1117820000051

Hilwan Ridlwan 1117820000061

Ramadhan 1117820000071

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2019 M/1440 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas bakat rahmatnya, taufik dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyeleseaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca mengenai “Pasar Modal Syariah”.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik lagi. Oleh karena itu saya berharap kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 15 Mei 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum, yang dimaksud dengan pasar modal Syariah atau pasar modal
Islam adalah Seluruh aktivitas di pasar modal yang memenuhi prinsip-prinsip Islam.
Berdasarkan definisi tersebut, terdapat dua faktor utama yang membentuk pasar modal
Syariah, yaitu pasar modal dan prinsip Islam di pasar modal. Artinya, untuk memahami
pasar modal Syariah maka mempelajari konsep pasar modal dan prinsip-prinsip Islam
yang mendasarinya menjadi suatu keharusan tidak bisa dipilah antara keduanya.

Aktivitas di pasar modal mencakup pelaku pasar, infrastruktur pasar mekanisme


Transaksi dan efek yang ditransaksikan. Dengan demikian, suatu pasar modal dikatakan
memenuhi prinsip Islam atau dikategorikan sebagai pasar modal islam apabila pelaku
pasar, mekanisme transaksi, infrastruktur pasar dan efek yang ditransaksikan telah
memenuhi prinsip-prinsip Islam. Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) pasar
modal Islam atau prinsip syariah di pasar modal didefinisikan sebagai berikut :

" prinsip syariah di pasar modal adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
Syariah di pasar modal berdasarkan fatwa dewan Syariah nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI), sepanjang fatwa dimaksud tidak bertentangan dengan peraturan
Otoritas Jasa Keuangan tentang penerapan prinsip syariah di pasar modal dan atau
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Lainnya yang didasarkan pada fatwa DSN-MUI".
Berdasarkan definisi tersebut, terlihat jelas bahwa prinsip-prinsip Islam yang
dijadikan rujukan dalam aktivitas maupun regulasi pasar modal Islam di Indonesia adalah
fatwa yang dikeluarkan oleh DSN MUI. Dengan demikian, keberadaan DSN-MUI,
sebagai lembaga yang menerbitkan fatwa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
struktur pasar modal Islam Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui apa itu Pasar Modal Syariah
2. Mengetahui apa itu Saham dan Obligasi Syariah (Sukuk)
3. Mengetahui prinsip dasar Obligasi Syariah (sukuk)
4. Memahami Penilaian Investasi Syariah (Indeks Dan Rating)
5. Memahami bagaimana Cakupan Akuntansi Sukuk
6. Memahami bagaimana Akuntansi Sukuk Untuk Penerbit
7. Memahami bagaimana Akuntansi Sukuk Untuk Investor
BAB II
PEMBAHASAN

A. OVERVIEW PASAR MODAL SYARIAH


Kegiatan investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan dalam Islam,
karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan dapat mendatangkan
manfaat bagi orang lain. Dimana dalam Al-Quran dengan tegas melarang aktivitas penimbunan
(iktinaz) terhadap harta yang dimiliki (9:33). Karena hal-hal demikian adalah menyianyiakan
ciptaan Allah SWT dari fungsi sebenarnya harta dan secra ekonomi akan membahayakan karena
akan terjadi pemusatan kekayaan pada golongan tertentu saja Sebagai upaya untuk
mengimplementasikan seruan tersebut dibutuhkan sebuah sarana yakni lembaga untuk
berinvetasi. Salah satu contoh berinvestasi ialah dengan menanamkan modalnya pada pasar
modal syariah.
Berkembangnya pasar modal berbasis syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1997,
yakni dengan diluncurkannya Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa
Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000 yang
bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanmkan dananya secara syariah. Melalui
Islamic Indeks di Indonesia (JII) menjelaskan pasar modal sebagai lembaga syariah memberikan
kesempatan para investor untuk menanamkan dananya pada perusahaan yang sesuai prinsip
syariah. Beragam produk ditawarkan dalam indeks syariah dalam JII maupun ISSI seperti
saham, obligasi, sukuk , reksadana syariah, dsb.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama
mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.
Secara sederhana pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang
melaksanakan kegiatan/transaksinya berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan tentunya terlepas
dari hal yang dilarang Islam, seperti riba, perjudian, spekulasi dan sebagainya. Oleh karena itu,
pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara
keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar
modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu
bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
PERAN PASAR MODAL SYARIAH
 Sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan untuk pengembangan usahanya melalui
penerbitan efek syariah.
 Sebagai sarana investasi efek
syariah bagi investor.

PERBEDAAN PASAR MODAL SYARIAH DAN KONVENSIONAL


Ada beberapa hal yang menjadi perbedaan utama antara pasar modal konvensional dan pasar
modal syariah. Beberapa di antara adalah perbedaan berikut:
1. Instrumen yang Dijual
Pada investasi pasar modal konvensional, instrumen yang dijual adalah saham, obligasi,
reksa dana, opsi, right, dan warrant.Sedangkan pasar investasi pasar modal syariah, saham,
obligasi, dan reksa dana yang dijual merupakan instrumen yang telah sesuai hukum
syariah.Dengan adanya saham syariah, obligasi syariah, dan reksa dana syariah, Anda yang
mengutamakan kehalalan dalam transaksi dan aset yang dimiliki tidak perlu susah-susah mencari
dan memilah sendiri.Selain itu, produk investasi syariah saat ini juga sudah bisa ditemukan
dengan mudah.
2. Emiten Penjual Saham
Dalam pasar modal konvensional, emiten manapun bisa melakukan penjualannya sahamnya
di pasar modal tanpa memperhatikan status halal atau haram.Transaksi dan instrumen transaksi
yang dilakukan juga memiliki bunga dan kemungkinan terjadinya transaksi yang spekulatif dan
manipulatif juga sangat terbuka.
Sedangkan dalam pasar modal syariah, emiten yang menjual saham sangat memperhatikan
dan telah memenuhi syarat-syarat syariah yang sesuai. Transaksi yang dilakukan bebas bunga,
begitu pula instrumen transaksi yang digunakan.
Pada pasar modal syariah, instrumen transaksi yang digunakan menggunakan prinsip
mudharabah, musyarakah, dan salam. Selain itu, pasar modal syariah juga bebas dari manipulasi
pasar dan transaksi yang meragukan.
3. Indeks Saham
Indeks saham syariah yang ada, dikeluarkan oleh pasar modal syariah. Karena itu, seluruh
saham yang tercantum pada bursa pasar modal syariah sudah terjamin halalnya.
Sedangkan pada pasar modal konvensional, indeks yang ada terbuka secara bebas dan tidak
memisahkan saham yang halal secara khusus.
4. Mekanisme Transaksi
Mekanisme transaksi di pasar modal konvensional tidak menetapkan batasan apapun. Arah
perputaran uang juga dibuka secara bebas. Sehingga konsep bunga pada pasar modal
konvensional adalah hal yang pasti ada.
Transaksi yang tidak jelas, spekulatif, manipulatif, dan judi juga diizinkan dalam pasar modal
konvensional. Serta saham yang dimiliki dapat bergerak di bidang apapun secara bebas selama
mampu memberikan keuntungan.
Sedangkan pada pasar modal syariah, hal-hal tersebut diatur secara ketat. Dana yang Anda
tanam tidak akan digunakan untuk menggerakkan bidang yang tidak sesuai dengan prinsip
syariat. Misalnya seperti rokok, alkohol, makanan yang diharamkan dan lain sebagainya.
Selain itu, pasar modal syariah juga bebas dari transaksi ribawi, gharar atau meragukan,
manipulatif, dan juga judi.
5. Obligasi
Anda yang berminat terhadap obligasi juga harus tahu apa yang membedakan antara obligasi
konvensional dan syariah.
Secara umum, pada obligasi konvensional, prinsip yang digunakan adalah prinsip bunga
dengan pemegang obligasi sebagai kreditur atau orang yang berpiutang. Perhitungan nisbahnya
pun didasarkan kepada perkembangan suku bunga yang berlaku.
Sedangkan obligasi syariah telah diatur dalam fatwa DSN – MUI No.7/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan mudharabah.
Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa pihak pemegang obligasi bukanlah kreditur, tapi
pemodal atau shahibul mal. Sedangkan emiten disebut sebagai pengelola atau mudharib.
Selain itu, perhitungan nisbahnya pun sudah disebutkan di awal pada saat akad transaksi
dilakukan. Dalam penggunaan modal saham pun emiten diwajibkan untuk mengalokasikan
modal tersebut sesuai dengan hukum-hukum syariat yang berlaku.
6. Reksadana
Dalam Reksadana Syariah, Menggunakan akad wakalah dan mudharabah akan tetapi tetap
memperhatikan fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/ IX/ 2000 tentang reksa dana syariah,
Investasi dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai dengan syariah, Jenis usaha emiten
sesuai dengan syariah, Pembagian keuntungan berdasarkan proporsi yang ditentukan dalam akad.
Sedangkan dalam Reksadana Konvensional, Berdasarkan prinsip kontrak investasi kolektif
dengan memperhatikan pasal 18 sampai dengan pasal 29 bab IV UU No. 8 tahun 1995 tentang
pasar modal, Investasi dilakukan pada instrument konvensional, Jenis usaha emiten tidak harus
sesuai syariah, Pembagian keuntungan berdasarkan perkembangan suku bunga.
Hampir Mirip Tetapi Berbeda pada Praktiknya
Itulah 6 perbedaan utama antara pasar modal konvensional dan pasar modal syariah. Meskipun
terkesan hampir mirip, namun pada praktiknya antara pasar modal konvensional dan pasar modal
syariah memang cukup signifikan berbeda. Khususnya dalam pengelolaan dana dan akad yang
dilakukan.
KEGIATAN YANG DILARANG DALAM PASAR MODAL SYARIAH
Kegiatan/ tindakan yang bertentangan dengan prinsip syariah (sesuai fatwa DSN-MUI Nomor:
80/DSN-MUI/III/2011), antara lain:
1. Maisir
Setiap kegiatan yang melibatkan perjudian dimana pihak yang memenangkan perjudian
akan mengambil taruhannya
2. Gharar
Ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau kuantitas obyek akad
maupun mengenai penyerahannya.
3. Riba
Tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-barang ribawi (ak-amwal al-
ribawiyah) dan tambahan yang diberikan atas pokok utang dengan imbalan penagguhan
pembayaran secara mutlak;
4. Bathil
Jual beli bathil (batal) adalah jual beli yang tidak sesuai dengan rukun dan akadnya
(ketentuan asal/pokok dan sifatnya) atau tidak dibenarkan oleh syariah islam
5. Bai’al-ma’dum
Melakukan penjualan atas barang (Efek Syariah) yang belum dimiliki (Short selling)
6. Ikthikar
Membeli suatu barang yang sangat diperlukan masyarakat pada saat harga mahal dan
menimbunnya dengan tujuan untuk menjualnya kembali pada saat harganya lebih mahal
7. Thaghrir
Upaya mempengaruhi orang lain, baik dengan ucapan maupun tindakan yang
mengandung kebohongan, agar terdorong untuk melakukan transaksi
8. Ghabn
Ketidakseimbangan antara dua barang (obyek) yang dipertukarkan dalam suatu akad,
baik segi kualitas maupun kuantitasnya.
9. Talaqqi al-rukban
Bagian dari ghabn: yaitu jual beli atas baran dengan harga jauh dibawah harga pasar
karena pihak penjual tidak mengetahui harga tersebu
10. Tadlis
Tindakan menyembunyikan kecacatan obyek akad yang dilakukan oleh penjual untuk
mengelabuhi pembeli seolah-olah obyek akad tersebut tidak cacat
11. Ghisysy
Satu bentuk tadlis; yaiut penjual menjelaskan/ memaparkan keunggulan / keistimewaan
barang yang dijual serta menyembunyikan kecacatannya
12. Tanajusy/ najsy
Tidakan menawar barang dengan harga lebih tinggi oleh pihak yang tidak bermaksud
membelinya, untuk menimbulkan banyak pihak yangberminat membelinya
13. Dharar
Tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian bagi pihak lain
14. Risywah
Suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya,
membenarkan yang bathil dan menjadikan yang bathil sebagai sesuatu yang benar
15. Maksiat dan zalim
Perbuatan yang merugikan, mengambil atau menghalangi hak orang lain yang tidak
dibenarkan secara syariah, sehingga dapat dianggap sebagai salah satu bentuk
penganiayaan.
PRODUK DAN LAYANAN APA SAJA YANG ADA DI PASAR MODAL SYARIAH

Produk pasar modal syariah adalah efek syariah. Efek syariah merupakan efek yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
Efek syariah terdiri atas:
 Efek syariah berupa saham
 Sukuk
 Reksa Dana Syariah
 Efek Beragun Aset Syariah (EBA Syariah)
 Dana Investasi Real Estat Syariah (DIRE Syariah)
 Efek Syariah lainnya
Sedangkan layanan Pasar Modal Syariah, antara lain:
 Ahli Syariah Pasar Modal
 Manajer Investasi Syariah
 Unit Pengelolaan Investasi Syariah
 Pihak Penerbit Daftar Efek Syariah
 Sharia Online Trading System
 Bank Kustodian yang memberikan jasa kustodian syariah
 Wali Amanat yang memberikan jasa dalam penerbitan sukuk
 Sistem Online Trading Syariah
 Bank Kustodian yang memberikan jasa kustodian syariah
 Wali Amanat yang memberikan jasa dalam penerbitan sukuk

B. SAHAM DAN OBLIGASI SYARIAH (SUKUK)

Saham syariah merupakan efek berbentuk saham yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah di Pasar Modal. Definisi saham dalam konteks saham syariah merujuk kepada definisi
saham pada umumnya yang diatur dalam undang-undang maupun peraturan OJK lainnya. Ada
dua jenis saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia. Pertama, saham yang dinyatakan
memenuhi kriteria seleksi saham syariah berdasarkan peraturan OJK no. II.K.1 tentang
penerbitan Daftar Efek Syariah, kedua adalah saham yang dicatatkan sebagai saham syariah oleh
emiten atau perusahan publik syariah berdasarkan peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015.
Semua saham syariah yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia, baik yang tercatat di
BEI maupun tidak, dimasukkan ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh OJK
secara berkala, setiap bulan Mei dan November. Saat ini, kriteria seleksi saham syariah oleh OJK
adalah sebagai berikut;
1. Emiten tidak melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi;
b. perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain:
- perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
- perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
c. jasa keuangan ribawi, antara lain:
- bank berbasis bunga;
- perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
d. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir),
antara lain asuransi konvensional;
e. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau menyediakan antara lain:
- barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi);
- barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang ditetapkan oleh
DSN MUI;
- barang atau jasa yang merusak moral dan/atau bersifat mudarat;
f. melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah); dan
2. Emiten memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
a. total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45%
(empat puluh lima per seratus); atau
b. total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total
pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per
seratus)
PRINSIP DASAR SAHAM SYARIAH

Prinsip Dasar Saham secara syariah adalah sebagai berikut:


(1) Bersifat musyarakah jika saham ditawarkan secara terbatas;
(2) Bersifat mudharabah jika saham ditawarkan kepada umum;
(3) Tidak boleh ada perbedaan jenis saham sehingga ada keharusan untuk mendapatkan hasil
tertentu;
(4) Risiko harus dibagi rata, sehingga keuntungan akan dibagikan; sedangkan jika rugi, kerugian
akan ditanggung (jika terjadi likuidasi).
PERBEDAAN SAHAM SYARIAH DAN KONVENSIONAL
Saham Syariah:
 Investasi terbatas pada sektor tertentu (sesuai dengan syariah), dan tidak atas dasar utang.
 Didasarkan pada prinsip syariah (penerapan loss-profit sharing).
 Melarang berbagai bentuk bunga, spekulasi dan judi.
 Adanya syariah guidline yang mengatur berbagai aspek seperti alokasi aset, praktek
investasi, perdagangan dan distribusi pendapatan.
 Terdapat mekanisme screening perusahaan yang harus mengikuti prinsip syariah.
Konvensional:
 Investasi bebas pada seluruh sektor.
 Didasarkan pada prinsip bunga.
 Memperbolehkan spekulasi dan judi yang gilirannya akan mendorong fluktuasi pasar
yang tidak terkendali.
 Guidline investasi secara umum pada produk hukum pasar modal.

C. PRINSIP DASAR OBLIGASI SYARIAH


a. Pengertian sukuk

Sukuk adalah kata dalam bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari kata “sak” yang
artinya cek atau sertifikat, atau alat tukar yang sah selain uang. AAOIFI (The Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institution) berkesimpulan bahwa sukuk adalah
sertifikat yang bernilai sama dan merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu
aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Instrument ini sering disebut
dengan bonds.Obligasi di dalamnya mengandung suatu perjanjian/kontrak yang mengikat kedua
belah pihak, antara pembeli pinjaman dan penerima pinjaman. Penerbit obligasi menerima
pinjaman dari pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur, baik mengenai
waktu jatuh tempo pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya pelunasan dan ketentuan-
ketentuan tambahan lain.
Sementara itu, Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 32/DSN-MUI/IX/2002
mendefinisikan “Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.” Merujuk pada Fatwa DSN
tersebut, dapat diketahui bahwa penerapan obligasi syariah ini menggunakan akad antara lain:
akad musyarakah, mudarabah, murabahah, salam, istisna, dan ijarah. Emiten adalah mudharib
sedang pemegang obligasi adalah shahibul mal (investor). Bagi emiten tidak diperbolehkan
melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Dalam konsep ekonomi Islam, obligasi merupakan salah satu instrument investasi,
transaksi/akadnya sesuai dengan sistem pembiayaan dan pendanaan dalam perbankan syariah,
dengan tujuan untuk menerima kebutuhan produksi, yakni dengan adanya keperluan
penambahan modalnya mengadakan rehabilitasi perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru
dengan ciri-ciri untuk pengadaan barang-barang modal, mempunyai perencanaan alokasi dana
yang matang dan tertata, serta mempunyai jangka waktu menengah dan panjang.
b. Dasar Hukum Sukuk
Adapun dasar hukum dari penerbitan Sukuk Negara Ritel ini, yaitu UU Nomor 19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, PP Nomor 56 tentang Perusahaan Penerbit Surat
Berharga Syariah negara, PP Nomor 57 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit Surat Berharga
Syariah Negara, PMK Nomor 218 tahun 2008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga
Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri.

c. Karakteristik sukuk
 Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (benefical title).
 Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang
digunakan.
 Terbebas dari riba, gharar, dan maysir.
 Penerbitannya melalui special purpose vechicle (SPV)
 Memerlukan underlying asset.
 Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

d. Jenis sukuk yang ada di Indonesia


1. Sukuk Ijarah : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah, dimana
satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat atas suatu
aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti
perpindahan kepemilikan aset itu sendiri.
2. Sukuk Mudharabah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
mudharabah, dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan
pihak lain menydiakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama
tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati
sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia
modal, sepanjang kerugian tersebut tidak ada unsur moral hazard (niat tidak baik dari
mudharib).
3. Sukuk Musyarakah :Sukuk yang diterbitkan berdasarka perjanjian atau akad musyarakah,
dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun
proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha.
Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah
partisipasi modal masing-masing pihak.
4. Sukuk Istishna : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna,
dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau
barang. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang ditentukan
terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

PERBEDAAN ANTARA OBLIGASI SYARIAH (SUKUK) DENGAN KONVENSIONAL

Dari sisi orientasi, obligasi konvensional hanya memperhitungkan keuntungannya


semata. Tidak demikian pada obligasi syariah, disamping memperhatikan keuntungan, obligasi
syariah harus memperhatikan pula sisi halal-haram, artinya setiap investasi yg diharamkan dalam
obligasi pada produk-produk yang sesuai dengan prinsip syariah.
Obligasi konvensional, keuntungannya di dapat dari besaran bunga yang ditetapkan,
sedangkan obligasi syariah keuntungan akan diterima dari besarnya margin/fee yang ditetapkan
ataupun dengan sistems bagi hasil yang didasakan atas aset & produksi.
Obligasi syariah disetiap transaksinya ditetapkan berdasarkan akad. Diantaranya adalah
akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istisna,dan ijarah. Dana yang dihimpun tidak
dapat diinvestasikan kepasar uang & atau spekulasi di lantai bursa. Sedangkan untuk obligasi
konvensional tidak terdapat akad disetiap transaksinya.

D. PENILAIAN INVESTASI SYARIAH (INDEKS DAN RATING)


PASAR MODAL SYARIAH INDONESIA

Pasar Modal Syariah adalah seluruh kegiatan di pasar modal yang tidak bertentangan
dengan  prinsip-prinsip islam. Pasar modal syariah Indonesia merupakan bagian dari industri
keuangan syariah yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), khususnya direktorat pasar
modal syariah.

Tonggak sejarah kelahiran pasar modal syariah Indonesia diawali dengan diterbitkannya
reksa dana syariah pertama pada tahun 1997. Kemudian diikuti dengan diluncurkannya Jakarta
Islamic Index (JII) sebagai indek saham syariah pertama, yang terdiri dari 30 saham syariah
paling likuid di Indonesia, pada tahun 2000. Sukuk pertama di Indonesia dengan menggunakan
akad mudarabah diterbitkan pertama kali tahun 2002. Peraturan OJK (pada saat itu masih
Bapepam dan LK) tentang pasar modal syariah pertama dikeluarkan tahun 2006 dan dilanjutkan
dengan dikeluarkannya Daftar Efek Syariah (DES) pada tahun 2007. DES adalah panduan bagi
pelaku pasar dalam memilih saham yang memenuhi prinsip syariah. Pada tahun 2008,
pemerintah menerbitkan Undang-undang No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara.

Tonggak kebangkitan pasar modal syariah Indonesia diawali dengan diluncurkannya


Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebagai indeks komposit saham syariah, yang terdiri dari
seluruh saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada tahun 2011. Kemudian
diikuti dengan diluncurkannya Syariah Online Trading System (SOTS) oleh perusahaan efek
pada tahun yang sama. SOTS adalah sistem pertama di dunia yang dikembangkan untuk
memudahkan investor syariah dalam melakukan transaksi saham sesuai prinsip islam. Pada tahun
2013, Bank Syariah Mandiri menjadi Bank RDN Syariah pertama. Selain itu, pada tahun yang
sama, ETF Syariah pertama diluncurkan di Indonesia. Bank Panin Syariah menjadi emiten
syariah pertama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014. 

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, Indonesia adalah negara
yang memiliki pangsa pasar modal syariah terbesar di dunia. Di sisi lain, rasio nilai kapitalisasi
pasar terhadap GDP (Gross Domestic Products) Indonesia masih di bawah 50%. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa potensi pengembangan pasar modal syariah di Indonesia masih
sangat besar.

Prinsip syariah di Pasar Modal Indonesia

Lembaga yang mengatur tentang penerapan prinsip syariah di pasar modal Indonesia
adalah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam bentuk penerbitan
fatwa yang berhubungan dengan kegiatan investasi di pasar modal syariah Indonesia. Fatwa
pertama tentang pasar modal syariah yang diterbitkan DSN-MUI pada taun 2001 adalah fatwa
No. 20 tentang penerbitan reksa dana syariah. Pada tahun 2003, DSN-MUI menerbitkan fatwa
no. 40 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar
modal. Kemudian pada tahun 2011, DSN-MUI menerbitkan fatwa no. 80 tentang Penerapan
Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa
Efek.

Agar penerapan prinsip-prinsip syariah di pasar modal Indonesia menjadi lebih mengikat
dan mempunyai kepastian hukum, OJK mengonversi prinsip-prinsip syariah di pasar modal
Indonesia ke dalam peraturan OJK no. 15/POJK.04/2015 tentang penerapan prinsip syariah di
pasar modal.

Akad dalam penerbitan efek syariah di pasar modal Indonesia

OJK telah mengatur tentang akad-akad yang dapat digunakan dalam setiap penerbitan
efek syariah di pasar modal Indonesia melalui peraturan OJK No. 53/POJK.04/2015. Meskipun
demikian, pada dasarnya semua akad yang memenuhi prinsip syariah dapat digunakan dalam
penerbitan efek syariah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan OJK yang berlaku.
Adapun akad-akad yang dapat digunakan dalam penerbitan efek syariah di pasar modal
Indonesia menurut peraturan tersebut adalah
akad ijarah, istishna, kafalah, mudharabah, musyarakah dan wakalah

INDEKS SAHAM SYARIAH

INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI)


Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011
adalah indeks komposit saham syariah yang tercatat di BEI. ISSI merupakan indikator dari
kinerja pasar saham syariah Indonesia. Konstituen ISSI adalah seluruh saham syariah yang
tercatat di BEI dan masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh OJK.
Artinya, BEI tidak melakukan seleksi saham syariah yang masuk ke dalam ISSI.

Konstituen ISSI diseleksi ulang sebanyak dua kali dalam setahun, setiap bulan Mei dan
November, mengikuti jadwal review DES. Oleh sebab itu, setiap periode seleksi, selalu ada
saham syariah yang keluar atau masuk menjadi konstituen ISSI. Metode perhitungan ISSI
mengikuti metode perhitungan indeks saham BEI lainnya, yaitu rata-rata tertimbang dari
kapitalisasi pasar dengan menggunakan Desember 2007 sebagai tahun dasar perhitungan ISSI. 

 JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)


Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham syariah yang pertama kali diluncurkan di
pasar modal Indonesia pada tanggal 3 Juli 2000. Konstituen JII hanya terdiri dari 30 saham
syariah paling likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review saham syariah yang menjadi
konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei dan November, mengikuti
jadwal review DES oleh OJK.

BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 30 saham syariah yang menjadi
konstituen JII adalah sebagai berikut:

 Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
telah tercatat selama 6 bulan terakhir
 Dipilih 60 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1 tahun
terakhir
 Dari 60 saham tersebut, kemudian dipilih 30 saham berdasarkan rata-rata nilai transaksi
harian di pasar regular tertinggi
 30 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.
JAKARTA ISLAMIC INDEX 70 (JII70)
Jakarta Islamic Index 70 (JII70 Index) adalah indeks saham syariah yang diluncurkan
BEI pada tanggal 17 Mei 2018. Konstituen JII70 hanya terdiri dari 70 saham syariah paling
likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review saham syariah yang menjadi konstituen JII
dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei dan November, mengikuti jadwal review DES
oleh OJK.

BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII70.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 70 saham syariah yang menjadi
konstituen JII70 adalah sebagai berikut:

 Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
telah tercatat selama 6 bulan terakhir
 Dipilih 150 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1 tahun
terakhir
 Dari 150 saham tersebut, kemudian dipilih 70 saham berdasarkan rata-rata nilai transaksi
harian di pasar regular tertinggi.
 70 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.

E. CAKUPAN AKUNTANSI SUKUK


SEJARAH
Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan 110: Akuntansi Transaksi Asuransi
Syariah (PSAK 110) pertamakali dikeluarkanoleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAS IAI) pada26 Oktober 2011.
Setelah pertama kali disahkan di tahun 2011, PSAK 110 direvisi pada 24Februari 2015
terutama terkait klasifikasi investasi sukuk yang mengacu padarevisi atas International
Financial Reporting Standards 9: FinancialInstruments.
 
IKHTISAR RINGKAS
PSAK 110 mengatur mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah.
PSAK 110 diterapkan bagi entittas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan
mudharabah baik sebagai penerbit maupun investor sukuk PSAK 110 juga diterapkan untuk efek
yang mempunyai karakteristik serupa dengansukuk
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah, baik sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk.
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
a.     aset berwujud tertentu;
b.    manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan
ada;
c.     jasa yang sudah ataupun yang akan ada;
d.    aset proyek tertentu;atau
e.    kegiatan investasi yang telah ditentukan.

  Akuntansi Penerbit Akuntansi Investor

Pengakuan awal Sukuk ijarah diakui pada Entitas mengakui


saat entitas menjadi pihak investaspada sukuk ijarah
yang terikat dengan dan sukuk mudharabah
ketentuan penerbitan sukuk sebesar biaya perolehan.
ijarah. Sukuk ijarah diakui
sebesar nilai nominal,
disesuaikan dengan
premium atau diskonto, dan
biaya transaksi terkait
dengan penerbitannya.

Penyajian Sukuk ijarah disajikan Pendapatan investasi dan


sebagai liabilitas. beban amortisasi disajikan
secara neto dalam laba
rugi.

Pengungkapan Untuk sukuk ijarah, entitas Entitas mengungkapkan


mengungkapkan hal-hal hal-hal berikut ini:
berikut: d)    Klasifikasi
a)    Uraian tentang investasi
persyaratan utama berdasarkan jumlah
dalam penerbitan investasi;
sukuk ijarah, e)    Tujuan model
termasuk: usaha yang
            i.ringkasan akad digunakan;
syariah yang f)     Jumlah investasi
digunakan; yang
           ii. aset atau manfaat direklasifikasikan,
yang mendasari; jika ada, dan
          iii.besaran imbalan; penyebabnya;
          iv.nilai nominal; g)    Nilai wajar untuk
investasi yang
           v.jangka waktu;
diukur pada biaya
          vi. persyaratan penting perolehan; dan
lain.
b)    Penjelasan h)    Lain-lain.
mengenai aset atau
manfaat yang
mendasari
penerbitan sukuk
ijarah, termasuk
jenis dan umur
ekonomik; dan
c)    Lain-lain.

 
Berbeda dengan PSAK 110yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2011, PSAK 110
(revisi 2015) memberikan perubahan terkait klasifikasi sukuk pada laporan keuangan
investor.Investasi sukuk kini diklasifikasikan berdasarkan model usaha dan arus kas kontraktual.
Pada sisi investor,investasi sukuk diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan jika:
a.     investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama
untuk memperoleh arus kas kontraktual; dan
b.    persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok
dan/atau hasilnya.

F. AKUNTANSI SUKUK

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 110: Akuntansi Sukuk terdiri dari paragraf 1-48.
PSAK 110 dilengkapi dengan Lampiran yang bukan merupakan bagian dari PSAK 110. Seluruh
paragraf dalam PSAK ini memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak dengan
huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 110 harus dibaca dalam konteks
tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
memberikan dasar pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang
eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
1. Tujuan
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah.
2. Ruang Lingkup

Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah, baik sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk.
Entitas yang menerbitkan sukuk dan entitas yang memiliki sukuk dapat terdiri dari entitas
swasta ataupun entitas sektor publik. Pernyataan ini diterapkan oleh entitas swasta. Namun,
entitas sektor publik dapat menerapkan Pernyataan ini sepanjang dizinkan oleh regulasi yang
berlaku.
Pernyataan ini hanya mengatur sukuk ijarah dan sukuk mudharabah. Jika entitas
menerbitkan dan memiliki sukuk dengan akad selain akad ijarah dan mudharabah, maka entitas
dapat menerapkan Pernyataan ini dan PSAK lain yang mengatur akad yang mendasari sukuk.
Pernyataan ini dapat diterapkan untuk efek yang mempunyai karakteristik yang serupa
dengan sukuk.
3. Defnisi

Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Biaya transaksi adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan
penerbitan atau perolehan sukuk.
Pasar yang lazim adalah pasar yang mana pembelian atau penjualan sukuk berdasarkan
kontrak yang mensyaratkan penyerahan sukuk dalam kurum waktu yang umumnya ditetapkan
dengan peraturan atau kebiasaan yang berlaku di pasar.
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
(a) aset berwujud tertentu;
(b) manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada;
(c) jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
(d) aset proyek tertentu;
(e) kegiatan investasi yang telah ditentukan.
Sukuk Ijarah adalah sukuk yang menggunakan akad ijarah.
Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang menggunakan akad mudharabah.

4. Karakteristik

Sukuk merupakan sertifikat yang bernilai sama yang diterbitkan atas nama pemilik atau
pemegang sertifikat untuk menetapkan klaim pemilik sertifikat atas hak dan kewajiban keuangan
yang diwakili oleh sertifikat tersebut.
Sukuk mewakili kepemilikan bersama dalam kepemilikan aset yang tersedia untuk
diinvestasikan, baik aset nonmoneter, manfaat, jasa, atau kombinasi ketiganya, ditambah hak
takberwujud, utang dan aset moneter.
Penerbitan dan perdagangan sukuk harus berdasarkan akad-akad syariah, termasuk
adanya aset/aktivitas yang mendasari (underlying assets/activities).
Perdagangan sukuk tunduk kepada ketentuan yang mengatur perdagangan hak-hak yang
diwakilinya.
Pemilik sertifikat berbagi hasil sebagaimana dinyatakan dalam akad dan menanggung
kerugian sebanding dengan proporsi kepemilikan sertifikat.
Penerbitan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah umumnya tidak hanya menggunakan
akad ijarah atau mudharabah, tetapi dapat dikombinasikan dengan akad lain (multi akad). Untuk
tujuan pengaturan dalam Pernyataan ini, semua akad tersebut diperlakukan sebagai satu kesatuan
akad dalam penerbitan sukuk.

Akuntansi Sukuk Untuk Penerbit

1. Pengakuan dan Pengukuran

a. Sukuk Ijarah
1) Sukuk Ijarah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terikat dengan ketentuan
penerbitan sukuk ijarah. Sukuk ijarah diakui sebesar nominal dan biaya transaksi.
Pengakuan awal sukuk ijarah dilakukan pada saat sukuk ijarah diterbitkan.
2) Setelah pengakuan awal jika jumlah tercatat berbeda dengan nilai nominal, maka
perbedaan tersebut diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk ijarah.
3) Beban ijarah diakui pada saat terutang.
b. Sukuk Mudharabah
1) Sukuk mudharabah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terikat dengan
ketentuan penerbitan sukuk mudharabah. Sukuk mudharabah diakui sebesar nominal.
Biaya transaksi diakui secara terpisah dari sukuk mudharabah. Pengakuan awal sukuk
mudharabah dilakukan pada saat sukuk mudharabah diterbitkan.
2) Biaya transaksi diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk
mudharabah.
3) Bagi hasil yang menjadi hak investor sukuk mudharabah diakui sebagai pengurang
pendapatan, bukan sebagai beban.
2. Penyajian

a. Sukuk Ijarah
1) Sukuk ijarah disajikan sebagai liabilitas. Untuk entitas yang menyajikan liabilitas
menjadi liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang, maka sukuk ijarah
disajikan sesuai dengan klasifikasi liabilitas tersebut.
2) Sukuk ijarah disajikan secara neto setelah premium atau diskonto dan biaya transaksi
yang belum diamortisasi.
b. Sukuk Mudharabah
1) Sukuk mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer. Untuk entitas yang
menyajikan dana syirkah temporer secara terpisah dari liabilitas dan ekuitas (entitas
syariah), maka sukuk mudharabah disajikan dalam dana syirkah temporer.
Untuk entitas yang tidak menyajikan dana syirkah temporer secara terpisah dari
liabilitas dan ekuitas (bukan entitas syariah), maka sukuk mudharabah disajikan
dalam liabilitas yang terpisah dari liabilitas lain. Sukuk mudharabah disajikan dalam
urutan paling akhir dalam liabilitas.
Biaya transaksi untuk penerbitan sukuk mudharabah disajikan dalam asset sebagai
beban ditangguhkan, bukan bagian dari sukuk mudharabah.
3. Pengungkapan
a. Sukuk Ijarah
1) Untuk sukuk ijarah, entitas mengungkapkan hal-hal berikut:
a) Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan sukuk ijarah termasuk:
i. Ringkasan akad syariah yang digunakan;
ii. Asset atau manfaat yang mendasari
iii. Besaran imbalan;
iv. Nilai nominal;
v. Jangka waktu; dan
vi. Persyaratan penting lain.
b) Penjelasan mengenai asset atau manfaat yang mendasari penerbitan sukuk ijarah,
termasuk jenis dan umur ekonomis; dan
c) Lain-lain
b. Sukuk Mudharabah
1) Untuk sukuk mudharabah, entitas mengungkapkan hal-hal berikut:
a) Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan sukuk mudharabah, termasuk:
i. Ringkasan akad syariah yang digunakan;
ii. Aktivitas yang mendasari;
iii. Nilai nominal;
iv. Prinsip pembagian hasil usaha, dasar bagi hasil, dan besaran nisbah bagi
hasil;
v. Jangka waktu;
vi. Persyaratan penting lain.
b) Penjelasan mengenai aktivitas yang mendasari penerbitan sukuk mudharabah,
termasuk jenus usaha, kecenderungan (tren) usaha, pihak yang mengelola usaha
(jika dilakukan pihak lain); dan
c) Lain-lain.
4. Sukuk Ijarah Diteritkan atas Aset yang Dimiliki
Entitas A menerbitkan sukuk ijarah atas Aset Z yang dimilikinya. Nilai tercatat Aset Z
adalah Rp100 milyar dan metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.
Penerbitan sukuk dilakukan dengan skema sebagai berikut:
- Entitas A menerbitkan sukuk ijarah dan Investor membeli sukuk ijarah tersebut.
- Investor mewakilkan kepada Entitas A atas aset yang mendasari penerbitan sukuk
(Aset Z).
- Aset Z disewakan kepada Konsumen.

1) Pada saat Entitas A menerbitkan sukuk ijarah, Rp100 milyar, 5 tahun


Tidak ada jurnal
2) Pada saat Entitas A menerima pembayaran dari Investor
Kas 100.000.000.000
Sukuk ijarah 100.000.000.000
3) Pada saat aset disewakan kepada Konsumen
Tidak ada jurnal
4) Pada saat menerima pembayaran sewa dari Konsumen
Kas 30.000.000.000
Kewajiban 30.000.000.000

Sukuk ijarah 20.000.000.000


Pendapatan sewa 20.000.000.000

Beban penyusutan 20.000.000.000


Akumulasi penyusutan 20.000.000.000

5) Pada saat pembayaran kepada Investor


Kewajiban 30.000.000.000
Kas 30.000.000.000

5. Sukuk Ijarah Diterbitkan atas Aset yang Disewa


Entitas A menerbitkan sukuk ijarah atas Aset Z yang akan disewanya. Penerbitan
sukuk dilakukan dengan skema sebagai berikut:
- Entitas A menerbitkan sukuk ijarah dan Investor membeli sukuk ijarah tersebut.
- Investor mewakilkan kepada Entitas A untuk membeli Aset Z.
- Aset Z disewa oleh Entitas A selama jangka waktu sukuk ijarah.
- Aset Z dihibahkan kepada Entitas A setelah berakhirnya jangka waktu sukuk ijarah,
nilai wajar Aset Z sebesar Rp5 milyar.
1) Pada saat Entitas A menerbitkan sukuk ijarah, Rp100 milyar, 5 tahun

Tidak ada jurnal

2) Pada saat Entitas A menerima pembayaran dari Investor

Kas 100.000.000.000

Sukuk ijarah 100.000.000.000

3) Pada saat Entitas A membeli Aset Z atas nama Investor


Tidak ada jurnal

4) Pada saat Entitas A menyewa Aset Z kepada Investor


Tidak ada jurnal

5) Pada saat Entitas A membayar sewa


Beban ijarah 10.000.000.000
Sukuk ijarah 20.000.000.000
Kas 30.000.000.000

6) Pada saat Aset Z dihibahkan kepada Entitas A

Aset Z 5.000.000.000

Pendapatan 5.000.000.000

6. Sukuk Mudharabah
Entitas A menerbitkan sukuk mudharabah atas Proyek Z. Penerbitan sukuk
dilakukan dengan skema sebagai berikut:
Entitas A menerbitkan sukuk ijarah dan Investor membeli sukuk ijarah tersebut.
- Bagi hasil antara Entitas A dan Investor adalah 40% dan 60% dari pendapatan proyek
(dasar laba bruto atau gross profit basis).
- Pengembalian modal pokok dilakukan pada akhir tahun kelima.
1) Pada saat Entitas A menerbitkan sukuk mudharabah, Rp100 milyar, 5 tahun
Tidak ada jurnal
2) Pada saat Entitas A menerima pembayaran dari Investor
Kas 100.000.000.000
Sukuk mudharabah 100.000.000.000

3) Pada saat Aset Z menghasilkan laba bruto Rp15 milyar


Kas 15.000.000.000
Pendapatan 6.000.000.000
Kewajiban 9.000.000.000

Hal ini akan dilakukan setiap tahun. Pada saat jatuh tempo, dilakukan perhitungaan
untuk menentukan bagi hasil final.
4) Pada saat sukuk mudharabah jatuh tempo
Sukuk mudharabah 100.000.000.000
Kas 100.000.000.000

G. AKUNTANSI INVESTOR ATAS SUKUK


Menurut PSAK 110 tentang akuntansi sukuk

A. Pengakuan awal

1. Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukuk mudharabah sebesar harga
perolehan.
2. Harga perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang diukur pada biaya perolehan
termasuk biaya transaksi. Sedangkan harga perolehan sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah yang di ukur pada nilai wajar tidak termasuk biaya transaksi.
3. Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukuk mudharabah pada saat tanggal
perdagangan atau penyelesaian transaksi dalam pasar yang lazim

B. Klasifikasi dan reklasifikasi

1. Sebelum pengakuan awal Entitas menetukan klasifikasi investasi pada sukuk ijarah dan
sukuk mudharabah yaitu diukur pada biaya perolehan atau diukur pada nilai wajar.
2. Investasi diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan jika :

a. Investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk
memperoleh arus kas kontraktual
b. Persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok dan/atau
hasilnya.

3. Model usaha yang bertujuan untuk memperoleh arus kas kontraktual didasarkan pada
tujuan investasi yang ditentukan oleh entitas. Aruskan kontraktual yang dimaksud adalah
arus kas bagi hasil dan pokok dari sukuk mudharabah atau arus kas ijarah. Setelah
pengakuan awal, jika aktual berbeda dengan tujuan investasi yang telah ditetapkan, maka
entitas menelaah kembali konsistensi tujuan investasinya.
4. Investasi diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai wajar melalui penghasilan
komprehensif lain jika:

a. investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk
memperoleh arus kas kontraktual dan melakukan penjualan sukuk; dan
b. persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok dan/atau
hasilnya.

5. Biaya transaksi untuk investasi pada sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang
diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan diakui secara terpisah. Biaya
transaksi tersebut diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk sebagai
beban investasi.
6. Entitas tidak dapat merubah klasifikas investasi kecuali terjadi perubahan tujuan model
usaha seperti yang dijelaskan di nomor 3.

C. Setelah pengakuan awal

1. Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar, selisih antara harga pasar
dengan carrying amount diakui dalam laba rugi.
2. Nilai wajar investasi ditentukan dengan mengacu pada harga pasar yang dipublikasikan.
3. Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada biaya perolehan, jika terdapat indikasi
penurunan nilai, maka entitas akan mengukur recoverable amount. Jika recoverable
amount lebih kecil dari pada carrying amount, maka entitas mengakui rugi penurunan
nilai. Recoverable amount merupakan jumlah yang akan diperoleh entitas dari
pengembalian pokok tanpa memperhitungkan nilai kininya.

D. Penyajian

Pendapatan investasi dan beban amortisasi disajikan secara neto dalam laba rugi.

E. Pengungkapan

Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini:


a) Klasifikasi investasi berdasarkan jumlah investasi.
b) Tujuan model usaha yang digunakan.
c) Jumlah investasi yang direklasifikasikan, jika ada, dan penyebabnya.
d) Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya perolehan.

H. PENILAIAN KINERJA PASAR MODAL SYARIAH


Sebelum membahas kinerja pasar modal syariah, kita harus memahami terlebih dahulu
apa itu pasar modal syariah. Pasar modal syariah merupakan kegiatan pasar modal yang
memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk dalam karakteristik khusus ialah prinsip-
prinsip yang harus dipenuhi dalam upaya untuk menjalankan prinsip ekonomi Syariah dalam
menciptakan produk, membuat kontrak dalam penerbitan efek Syariah, melakukan transaksi
perdagangan, serta melakukan aktivitas pasar modal lainnya. 

Prinsip syariah yang harus dipenuhi antara lain terhindarnya aktivitas pasar modal syariah
dari unsur perjudian (maysir), ketidakpastian (gharar), sistem bunga (riba), dan ketidakadilan.

Dalam melihat kinerja pasar modal syariah maka indikator yang dapat digunakan antara
lain dengan melihat perkembangan instrumen-instrumen (produk-produk) yang ada pada
pasar modal syariah, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Obligasi Syariah
Pada bulan Maret 2004 PT Matahari Putra Prima Tbk menerbitkan obligasi syariah ijarah
(sewa menyewa/leasing bonds). Perusahaan yang bergerak dalam penjualan barang-barang
ritel itu mengeluarkan obligasi senilai Rp 300 miliar, sebanyak Rp 100 miliar di antaranya
adalah obligasi syariah dengan skema ijarah. Menyusul setelah itu, sejumlah perusahaan juga
menerbitkan obligasi syariah baik dengan skema mudharabah (bagi hasil) maupun ijarah
(sewa).

Instrumen Sukuk
Pada prinsipnya sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga sebagai instrumen
investasi yang diterbitkan berdasarkan suatu transaksi atau akad syariah yang melandasinya
(underlying transaction). 
Sukuk dapat berupa ijarah (sewa), mudharabah (bagi-hasil), musyarakah atau yang lain.
Sukuk yang sekarang sudah banyak diterbitkan adalah berdasar akad sewa (sukuk al-ijarah),
dimana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset tersebut.
Meskipun demikian, sukuk dapat pula diterbitkan berdasar akad syariah yang lain.

Saham Syariah
Produk syariah lain di BEJ, yang juga muncul sebelum hadirnya pasar Modal Syariah
adalah Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan pengelompokkan saham-saham 30 emiten
yang dipandang paling mendekati kriteria syariah. 
Mulai diluncurkan pada tahun 2000, seleksi yang dilakukan terhadap saham-saham yang
dimasukkan dalam kelompok JII meliputi seleksi yang bersifat normatif dan finansial.
Perhitungan lain memperlihatkan, selama akhir tahun 2004 hingga awal Januari 2005
diperoleh return kelompok JII pada bulan Desember sebesar 1,23 % sedangkan return IHSG
1,92%. Memasuki tahun 2005 (bulan Januari ) return JII sudah melewati return IHSG.

Reksadana Syariah
Selain obligasi dan saham, maka produk pasar modal syariah yang lain yaitu reksadana
syariah. Beberapa reksadana syariah yang diluncurkan pada tahun 2004 sebagai berikut: Pada
Januari 2004 PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNM-IM)
melakukan kerja sama dengan Bank Internasional Indonesia (BII) Syariah Platinum Access
untuk memasarkan reksadana syariah. Saat ini dana kelolaan reksadana syariah PNM-IM
hanya sekitar Rp 48 miliar dari keseluruhan kelolaan reksadana sekitar Rp 78 miliar.
Pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup memuaskan
dalam 5 tahun terakhir ini. Berikut adalah data perkembangan jumlah saham syariah 5 tahun
terakhir dari tanggal 1 Januari 2011 sampai dengan tanggal 30 Desember 2015. Bisa dilihat
pada gambar berikut:
gambar-2-5a28028e756db57edb3db342.png
                                                                                                             Sumber:www.ojk.go.id,
per Desember 2015
Pasar modal syariah di Indonesia memiliki 30 perusahaan tercatat sebagai saham syariah
yang tergabung di dalam Jakarta Islamic Index (JII) atau indeks syariah yang merupakan
benchmark saham syariah di Indonesia yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

gambar-3-5a2802cab464264d474ab0c2.png
                                                                                                             Sumber:www.ojk.go.id,
per Desember 2015
Perkembangan ini berbeda dengan apa yang dialami oleh pasar modal syariah di
Malaysia. Menurut Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga keuangan (Bapepam-LK),
Malaysia merupakan negara tetanggga dari Indonesia yang memiliki perkembangan yang
baik dalam pasar modal, khususnya pasar modal syariah. Malaysia juga memiliki banyak
perusahaan perusahaan yang bebasis syariah yang memungkinkan jumlah investasi di pasar
Modal syariah dapat meningkat (www.bapepam.go.id). 
Pada kenyataannya pertumbuhan jumlah saham syariah di pasar modal syariah Malaysia,
mengalami penurunan dalam kurun waktu 5 tahun ini. Hal ini dapat dilihat dari tahun 2011
jumlah sekuriti patuh syariah atau saham syariah di Malaysia sebesar 839 dari 946 total
jumlah sekuriti patuh di Malaysia, kemudian pada tahun 2015 turun menjadi 667 dari 901
total jumlah sekuriti patuh di Malaysia, sebagai mana terlihat pada gambar dibawah ini:

gambar-4-5a28032245480218ea1f4182.png
Sumber:securities commision Malaysia, 2015 (www.sc.com.my)
Menurut Lyanasari (2014), negara Malaysia saat ini memiliki benchmark saham
syariah yang merupakan satu satunya yang ada di Bursa Malaysia yaitu FBM Emas Shariah
Index. Indeks syariah ini, merupakan indeks syariah baru yang dihasilkan dari kerjasama
Bursa Malaysia dengan FTSE Group yang kemudian dikenal dengan FTSE Bursa Malaysia
Emas Shariah Index (FBMS). Perkembangan FBM Emas Syariah Index dapat digambarkan
sebagai berikut:
gambar-5-5a280352d14aeb43d64a34e2.png
                                                                                                               
Sumber: www.ftse.com, per September 2016
Perbedaan jumlah saham syariah di Indonesia dan Malaysia seperti yang sudah
dipaparkan diatas, membuat penulis tertarik untuk meneliti kinerja saham syariah khususnya
pada pergerakan return dan risk saham serta menyesuaikannya dengan penurunan yang
terjadi di Malaysia dan peningkatan yang terjadi di Indonesia terkait dengan jumlah saham
syariah yang sudah tercatat di kedua negara tersebut.

berdasarkan data terakhir (September 2015), jumlah saham syariah di Bursa Efek
Indonesia sebanyak 318 saham, atau 62 persen dari total saham tercatat. Persentasi itu masih
lebih rendah dibanding di Malaysia yang mencapai 74 persen. Demikian juga untuk reksa
dana syariah dan sukuk korporasi, di Indonesia porsinya masing-masing hanya 8 persen dan
10 persen. Padahal, di Malaysia porsi reksa dana syariah sudah mencapai 31 persen dan
sukuk korporasi sudah 68 persen.

Grafik Porsi Efek Syariah Terhadap Total Produk di Indonesia & Malaysia
Sumber: Bursa Efek Indonesia (September 2015), Securities Commission Malaysia (Juni
2015)
demikian juga untuk kontribusi efek syariah terhadap total nilai efek nasional. Di Indonesia,
kapitalisasi pasar (market cap) saham syariah sebesar 56 persen dari total, sedangkan di
Malaysia sudah mencapai 62 persen. Nilai dana kelolaan reksa dana (AUM) syariah di
Indonesia juga kontribusinya hanya 4 persen, dibandingkan di Malaysia yang sudah 18
persen. Adapun porsi outstanding sukuk korporasi Indonesia hanya 3 persen sedangkan di
Malaysia sudah mencapai 68 persen.
Grafik Kontribusi Nilai Efek Syariah Terhadap Total Efek di Indonesia & Malaysia

Sumber: Bursa Efek Indonesia (September 2015), Securities Commission Malaysia (Juni
2015)
Grafik Pertumbuhan Produk Syariah di Indonesia
Sumber: Bursa Efek Indonesia
Memang selama lima tahun terakhir efek syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan.
Jumlah saham syariah per September 2015 sebanyak 318 produk, tumbuh 34,1 persen dari
jumlah pada 2011. Jumlah produk reksa dana syariah per September 2015 mencapai 85
produk, tumbuh 70 persen dari angka di 2011.

gambar-7-5a2803bbd14aeb420b1c3b83.png
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama
mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.
Secara sederhana pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang
melaksanakan kegiatan/transaksinya berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan tentunya terlepas
dari hal yang dilarang Islam, seperti riba, perjudian, spekulasi dan sebagainya. Oleh karena itu,
pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara
keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar
modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu
bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Saham syariah merupakan efek berbentuk saham yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah di Pasar Modal. Definisi saham dalam konteks saham syariah merujuk kepada definisi
saham pada umumnya yang diatur dalam undang-undang maupun peraturan OJK lainnya. Ada
dua jenis saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia. Pertama, saham yang dinyatakan
memenuhi kriteria seleksi saham syariah berdasarkan peraturan OJK no. II.K.1 tentang
penerbitan Daftar Efek Syariah, kedua adalah saham yang dicatatkan sebagai saham syariah oleh
emiten atau perusahan publik syariah berdasarkan peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015.
Sukuk adalah kata dalam bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari kata “sak” yang
artinya cek atau sertifikat, atau alat tukar yang sah selain uang. AAOIFI (The Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institution) berkesimpulan bahwa sukuk adalah
sertifikat yang bernilai sama dan merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu
aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Instrument ini sering disebut
dengan bonds.Obligasi di dalamnya mengandung suatu perjanjian/kontrak yang mengikat kedua
belah pihak, antara pembeli pinjaman dan penerima pinjaman. Penerbit obligasi menerima
pinjaman dari pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur, baik mengenai
waktu jatuh tempo pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya pelunasan dan ketentuan-
ketentuan tambahan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Abdalloh Irwan.2018. Pasar Modal Syariah.Jakarta: PT Gramedia

http://www.ekonomiplanner.com/2014/06/pengertian-pasar-modal-syariah.html?m=1

https://www.finansialku.com/perbedaan-pasar-modal-syariah-dan-konvensional/amp/

https://www.kompasiana.com/fajarkurnia/58bea9b0a3afbde416b3a1d0/6-hal-perbedaan-pasar-modal-
konvensional-dan-pasar-modal-syariah?page=all

https://www.idx.co.id/idx-syariah/produk-syariah/

http://www.syariahsaham.com/2015/06/9-hal-yang-perlu-anda-ketahui-tentang.html?m=1

https://sharianomics.wordpress.com/2010/11/25/prinsip-dasar-saham-syariah/amp/

https://www.kompasiana.com/mayakurniasari/591b6b20317a61587829b2b7/kriteria-pemilihan-
saham-yang-memenuhi-prinsip-prinsip-syari

https://www.kompasiana.com/nur_inayah/591ab2de4ff9fd3834c49e23/bagaimana-konsep-obligasi-
syariah-dan-penerapanya-di-indonesia?page=all

https://www.kompasiana.com/ericanadhifatululum/570ddad5b27e6158072e2c76/perbedaan-antara-
obligasi-syariah-dan-obligasi-konvensional?page=all

https://www.idx.co.id/idx-syariah/indeks-saham-syariah/

https://www.idx.co.id/idx-syariah/

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-78-psak-110-akuntansi-sukuk

https://www.academia.edu/17200468/EDPSAKNo.110_Akuntansi_Sukuk

https://www.kompasiana.com/ilhambarseptember/5a2803f6b464264cf53f0a83/perbandingan-
kinerja-pasar-modal-syariah-indonesia-dengan-pasar-modal-syariah-sejenis-di-dunia?page=all
https://www.bareksa.com/id/text/2015/10/16/ekonomi-syariah-indonesia-masih-setengah-
hati/11689/analysis

Anda mungkin juga menyukai