Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH HOMECARE

DENGAN RESIKO TINGGI PADA BAYI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. Ahmad Basuki Kurniawan (0119004B)


2. Daya Pamuji (0119009B)
3. Eka Yulia Wulandari (0119012B)
4. Nur Faridatul (0119055B)
5. Nur Santi Dewi (0119040B)
6. Ika Aprilia (0119012B)
7. Irawati (0119015B)
8. Septiari Candra (0119054B)

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini
disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat
sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga
informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Perkembangan era globalisasi
yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan
perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang, sosial ekonomi
masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi
lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga
memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit.
Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era
peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang
besar, managed care,  perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian
pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variabel
ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama
perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi masalah
yang kompleks dan harus diatasi dengan  perhatian yang besar bila salah satu
tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh
pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui
staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980
Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan Di Rumah Yang
Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan
perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa
perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan

2
pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerlukan izin operasional.
Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan
kesehatan dirumah antara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK
bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan
kesehatan di rumah.
Berdasarkan uraian diatas kami tertarik untuk membuat Rancangan Ide
Pelayanan Home Care pada Rumah Sakit Swasta di Masa Depan, untuk
membantu program rumah sakit pemerintah yang telah dijalankan selama ini.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan karya tulis
ilmuah ini adalah bagaimana rancangan program pelayanan home care rumah
sakit swasta di masa depan?
C.    Tujuan penulisan
1.   Tujuan umum
Terselenggaranya pelayanan keperawatan secara menyeluruh, efektif dan
efisien yang berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga.
2.   Tujuan khusus
a.       Memenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko- sosial- spiritual) secara
mandiri.
b.      Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
c.       Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.
d.      Meminimalisir tingkat kematian.
e.       Menekan serendah mungkin biaya rumah sakit
D.    Manfaat Penulisan
1.   Manfaat bagi pasien :
a. Agar pasien mengetahui pelayanan yang ada di rumah sakit swasta
b. Agar pasien mengetahui rumah sakit mana saja yang ada pelayanan home
care

3
c. Agar pasien mampu membandingkan keefektifan dan keefisienan
pelayanan yang di rumah sakit

2.   Manfaat bagi perawat :


a. Untuk menambah wawasan perawat
b. Agar mengurangi pandangan buruk masyarakat terhadap perawat
c. Untuk memotivasi perawat agar mampu melaksanakan perannya dengan
baik
3.   Manfaat bagi rumah sakit :
a. Untuk mempromosikan rumah sakit
b. Untuk memotivasi rumah sakit merencanakan, membuat/  memperbaharui
program–program rumah sakit yang mampu meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
c. Agar rumah sakit mendapat citra yang baik dimasyarakat  

E.  LandasanHukum
1. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas.
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal
perawat.
9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.

F.  Ruang lingkup
Ruang Lingkup Home Care yaitu :

4
1.    Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif
2.    Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya.
3.    Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga.
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1.      Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2.      Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3.      Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4.      Pelayanan informasi dan rujukan
5.      Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6.      Higiene, dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7.      Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial.

G.  Prinsip Home Care


Agar  pelayanan home care ini dapat berjalan dengan lancar maka perlu
diperhatikan beberapa prinsip dalam melakuakan pelayanan home care.
Prinsip – prinsip terssebut diantaranya : 
1. Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat
2. Pelaksana Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang ada (dokter,
bidan, perawat,ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga profesi yang lain).
3. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
4. Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
5. Menggunakan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan dalam
menetapkan diagnosa.
6. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada kebutuhan.
7. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari prepentif, kuratif, promotif
dan rehabilitaif.
8. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan,
medik dan lainnya.
9. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen.
10. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.

5
11. Mengembankan kemampuan profesional.
12. Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Perawatan Tali Pusat


1. Tali pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.
Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan,
sebab selama dalam rahim, tali pusat ini lah yang menyalurkan oksigen dan
makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalam nya. Begitu janin
dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen.dari ibunya, karena bayi
mungil ini sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah
tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit, atau diikat
(Wibowo, 2008).

Diameter tali pusat antara 1cm - 2,5cm, dengan rentang panjang


antara 30cm- 100cm, rata-rata 55cm, terdiri atas alantoin yang rudimenter,
sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membran mukus yang tipis,
selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung
mukoid yang disebut jeli whartor. Setelah tali pusat lahir akan segera
berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan menyempit tetapi belum
obliterasi, karena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuat-kuat
supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan

(Retniati, 2010;9).

2. Definisi perawatan tali pusat


Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali
pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput (Paisal, 2008).

6
Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi
tali pusat (Hidayat,2005).

3. Tujuan perawatan tali pusat


Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus
pada bayi baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk
sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan
oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (Racun), yang
masuk melalui luka tali pusat, karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih
(Saifuddin, 2001). Menurut Paisal (2008), perawatan tali pusat bertujuan untuk
menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru
lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas.

4. Penatalaksanaan perawatan tali pusat yang benar


(Panduan APN, 2010)

a. Peralatan Yang Dibutuhkan:

1). 2 Air DTT, hangat :

- 1 untuk membasahi dan menyabuni

- 1 untuk membilas

2). Washlap kering dan basah

3). Sabun bayi

4). Kassa steril


5). 1 set pakaian bayi

b. Prosedur Perawatan Tali Pusat:

1). Cuci tangan.

7
2). Dekatkan alat.

3). Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju,
bedong yang sudah digelar.

4). Buka bedong bayi.

5). Lepas bungkus tali pusat.

6). Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka sampai kaki/
atas ke bawah.

7). Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.

8). Bersihkan tali pusat, dengan cara:

a). Pegang bagian ujung

b). Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang

c). Disabuni pada bagian batang dan pangkal

d). Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang

e). Keringkan sisa air dengan kassa steril

f). Tali pusat tidak dibungkus.

9). Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di
pinggir. Keuntungan : Tali pusatnya tidak lembab, jika pipis tidak langsung
mengenai tali pusat, tetapi ke bagian popok dulu.

10). Bereskan alat.

11). Cuci tangan.

Menurut rekomendasi WHO, cara perawatan tali pusat yaitu cukup


membersihkan bagian pangkal tali pusat, bukan ujungnya, dibersihkan
menggunakan air dan sabun, lalu kering anginkan hingga benar-benar kering.

8
Untuk membersihkan pangkal tali pusat, dengan sedikit diangkat (bukan
ditarik).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tali pusat yang


dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas)
dibanding tali pusat yang dibersihkan menggunakan alkohol. Selama
sebelum tali pusat puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dengan air hangat. Tali pusat harus
dibersihkan sedikitnya 2x sehari selama balutan atau kain yang bersentuhan
dengan tali pusat tidak dalam keadaan kotor atau basah. Tali pusat juga tidak
boleh dibalut atau ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga dapat
menimbulkan resiko infeksi. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena
udara agar cepat mengering dan terlepas.

5. Dampak positif dan dampak negatif


Dampak positif dari perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat dengan
kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih
cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa ada komplikasi (Hidayat, 2005).Dampak
negatif perawatan tali pusat adalah apabila tali pusat tidak dirawat dengan baik,
kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan
penyakit Tetanus neonatorum.

Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia
Tenggara dengan jumlah 220.000 kematian bayi, sebab masih banyak
masyarakat yang belum mengerti tentang cara perawatan tali pusat yang baik
dan benar (Dinkes RI, 2005). Cara persalinan yang tidak steril dan cara
perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan tradisional meningkatkan
terjadinya tetanus pada bayi baru lahir (Retniati, 2010;11).

9
6. Cara pencegahan infeksi pada tali pusat
Cara penanggulangan atau pencegahan infeksi pada tali pusat
meliputi:

a). Penyuluhan bagi ibu pasca melahirkan tentang merawat tali pusat

b). Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca

persalinan.

c). Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.

d). Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah atau
kotor. (Arin & Akbar, 2009).

Hasil penelitian Sri Mutia Batu Bara (2009) di desa Kota Datar
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang menyebutkan bahwa
jumlah infeksi pada tali pusat pada tahun 2008 berjumlah 65% kemudian
meningkat menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini menunjukkan bahwa
angka infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan
tentang perawatan tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab
tingginya angka kematian akibat infeksi tali pusat, (Iis Sinsin, 2008).

Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan


perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan
kering dan bersih. Pemakaian antimikrobial topikal pada perawatan tali
pusat dapat mempengaruhi waktu pelepasan tali pusat, yaitu merusak flora
normal sekitar tali pusat sehingga memperlambat pelepasan tali pusat
(Retniati, 2010;4). Pemberian antiseptik pada tali pusat tidak diperlukan,
karena resiko terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting terjaga
kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang dirawat di rumah sakit,
penggunaan antiseptik mungkin diperlukan untuk mengurangi terjadinya
infeksi pada tali pusat (Ratri Wijaya, 2006;12). Perawatan praktis lainnya
yang mungkin dapat mengurangi timbulnya resiko terjadinya infeksi tali

10
pusat adalah dengan cara rawat gabung dan kontak langsung kulit bayi dan
ibunya mulai lahir agar bayi mendapatkan pertumbuhan flora normal dari
ibunya yang sifatnya patogen. Pemberian air susu ibu yang dini dan sering
akan memberikan antibodi kepada bayi untuk melawan infeksi. Pemberian
antiseptik pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko terjadinya
kontaminasi adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya. Berbeda
dengan bayi yang dirawat di rumah sakit, penggunaan antiseptik mungkin
diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Retniati,
2010;12).

11
BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian : 30 April 2020

3.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS

Nama : By. Ny. A

Umur : 4 Hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa/Indonesia

Bahasa : Jawa

Alamat :Mojokerto

B. KELUHAN UTAMA

Ibu pasien mengatakan pusar anaknya bengkak

C. RIWAYAT KELUHAN SEKARANG

12
Pusat bengkak, bernanah dan berdarah sejak tiga hari yang lalu, panas ± 2 hari
ini, oleh karena itu, orang tua pasien membawanya ke RSU.
D. RIWAYAT KEHAMILAN / PERSALINAN
1. Prenatal
Keluhan waktu hamil : Tdk ada.
Tempat pemeriksaan kehamilan : Puskesmas.
Ibu memeriksakan kehamilan dengan teratur.
Lamanya hamil 39 – 40 mgg.
Pengobatan yang pernah diberikan kepada ibu selama hamil yaitu S.F dan
vitamin B compleks, serta suntikan TT 2x.
Tidak ada ketergantungan kepada obat – obatan.
Tidak ada kebiasaan merokok.
2. Natal
Tempat persalinan : Di rumah.
Ditolong oleh : Puskesmas
Bayi lahir : spontan.
Bayi langsung menangis saat lahir.
Bayi tidak mengalami trauma.
3. Post Natal
Keadaan ibu : Baik
Keadaan bayi : Baik
Pengawasan neo natal : Dirawat gabung dengan ibu.
Ibu pasien tidak tau bagaimana caranya merawat tali pusar anaknya

E. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


1.      BB lahir : 2500 gram.
2.      Panjang bayi lahir : 48 cm.
3.      lingkar kepala : 31 cm.
4.      lingkar dada : 30.
5.      lingkar lengan : 10 CM.
6.      Pertumbuhan gigi : belum ada.

13
7.      Perkembangan anak : Miring, tengkurap, duduk,merangkak,
berdiri tangan pengangan, berjalan dengan pegangan, berjalan sendiri, berlari /
memanjat, tidak dikaji karena umur anak baru 4 hari.

F. PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan umum : Lemah.
2.      Tanda – tanda vital
 Denyut nadi : 120 x/menit
 Suhu : 38ºC
 Pernafasan : 40 x/menit
 Tekanan darah : tdk dilakukan
3. Berat badan : 2400 gram.
4. Panjang badan : 49 cm.
5. Lingkar kepala : 31 cm.
6. Lingkar dada : 30 cm.
7. Lingkar lengan atas : 10 cm
8. Lingkar perut : 35 cm.
9. Kepala
 Inspeksi
Keadaan rambut : warna rambut hitam dan penyebaran rambut merata.
 Palpasi
Rambut tidak mudah rontok.
Tidak teraba adanya benjolan.
Ubun – ubun tidak terlalu menonjol.
10. Mata
 Inspeksi
Palpebra : tidak tampak adanya oedema, tanda – tanda
peradangan dan sarel pada mata.
Kelopak mata : menutup dengan sempurna.
Sclera : tidak tampak icterus
Konjuntiva : tidak pucat

14
  Refleks: : pupil isokor.
 Palpasi
 Tidak teraba tio.
11. Hidung
 Inspeksi
Tidak nampak adanya secret, bengkak dan tanda – tanda peradangan.
12.  Telinga
 Inspeksi
Tidak nampak adanya serumen / cairan.
Telinga nampak bersih.
Telinga dan mata simetris.
13.  Mulut
 Inspeksi
Bibir tidak pucat .
Pertumbuhan gigi belum ada.
Gusi, pharin, larinx, tidak dilakukan pemeriksaan.
Reflek isap baik.
14.  Leher
 Inspeksi
Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar lympe tiroid, dan vena
jugularis.
 Palpasi
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limpa, thiroid, dan vena
juguralis.
Kaku kuduk tidak ada.
15.  Dada
 Inspeksi
Bentuk dada barel chest.
Pergerakan dan pengembangan dada waktu bernafas mengikuti gerak
pernafasan simetris kanan/kiri dan tidak ada rettraksi intercostals.
PMI tampak pda intercostal5 mid clavikula sisi dada kiri.

15
Tidak tampak adanya pembesaran jantung.
 Palpasi
Expansi dada ki/ka simetris.
Ictus cordis teraba pada intercostals 5 mid clavikula dengan kekuatan
sedang.
 Perkusi
Bunyi pekak pada jantung di intercostals 3, 4, 5, sisi dada kiri.
 Auskultasi
Bj I : murni ,regular
Bj II : murni ,regular
Tidak terdengar adanya bising jantung.
16.  Abdomen
 Inspeksi : cembung, ikut gerak nafas, tali pusar puput,
pinggir edema, hiperemis, pus (+), darah (+), peri.
 Palpasi : tampak bayi menangis bila ditekan.
 Auskultasi : peristaltic (+) kesan
 Perkusi : timpani (+)
17.  Genetalia anus
 Inspeksi
Genetalia nampak merah
Anus : tidak tampak ada tanda – tanda peradangan.
18.  Extremitas atas dan bawah.
 Inspeksi
Tonus otot baik
Pergerakan baik, nampak terpasang infuse pada lengan kanan.
 Palapsi
Extremitas hangat.
19.  Kulit
 Inspeksi
Warana kulit : sawo matang
Turgor kulit : baik

16
Kulit merah tidak pucat.

G. ISTIRAHAT DAN TIDUR


1. Tidur bayi : bayi rewel, tidur hanya ± 4 jam semalam
2. Posisi baring : terlentang

H. HYEGIENE
 Sebelum sakit
1. Setiap pagi dan sore bayi dimandikan ibunya.
2. Popok diganti setiap BAK / BAB.
 Saat sakit
Pasien hanya di seka air hangat saja dan perban tali pusarnya diganti 1 hari
ssekali.
I. ELIMINASI
1.      Buang air besar .
2.      ± 4X sehari
3.      Konsistensi lunak, berwaranah hitam + darah ( melena ).
4.      Buang air kecil
5.      1x dalam 4 jam
6.      Berwarna kuning

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
WBC : 13,9 10³/mm³
PLT : 1,970 10³/mm³
RBC : 4,53 10³/MM³
HGB : 13,7 g/ dl

17
3.2 ANALISA DATA

Nama Pasien : By. Ny. A

Umur : 4 hari

No
. Data Penunjang Masalah Etiologi
Dx

I DS : Ibu pasien mengatakan anaknya panas 2 hari Gangguan Infeksi tali


Peningkatan pusar
DO : Ku lemah.
suhu tubuh
Suhu : 38ºC b/d invasi
kuman
Pernafasan : 40x / mnt.
dalam
Nadi : 120 x / mnt. tubuh.

Nampak pusar bengkak, bernana dan berdarah

18
Pinggir pusat edema dan hiperemis

2 DS : Ibu pasien tidak tahu cara merawat taki pusar anaknya Tidak
mampu
DO : saat sakit ananya di seka air hangat dan perban tali Kurangnya
melakukan
pusarnya dig anti sehari sekali pengetahua
perawatan
n ibu
tali pusar
terhadap
perawatan
tali pusar

PRIORITAS MASALAH

Nama Pasien : By. Ny. A

Umur : 4 hari

Tanggal / Jam Diagnosa Keperawatan Paraf

30 april 2020 Gangguan Peningkatan suhu tubuh b/d


invasi kuman dalam tubuh.

Kurangnya pengetahuan ibu terhadap


30 april 2020
perawatan tali pusar

19
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : By. Ny.A

Umur : 4 Hari

NO
Tangg
. Tujuan / Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
al Diagnosa
Dx

30 april 1 Gangguan Peningkatan suhu Setelah dilakukan tindakan 1. Obser 1. Untuk mengetahui
2020 tubuh b/d invasi kuman dalam keperawatan selama 1x24 vasi TTV adanya peningkatan
tubuh jam, peningkatan suhu suhu tubuh
2. Beri
tubuh berkurang
Ditandai dengan : kompres jika panas 2. Untuk menurunkan
Kriteria hasil : suhu tubuh
Ku lemah. 3. Berik
 Keadaan umum bayi an perawatan pada tali 3. Untuk mengurangi
Suhu : 38ºC
baik pusar bayi pembengkakan dan
Pernafasan : 40x / mnt. perdarahan pada tali
 Suhu tubuh dalam 4. Eduka
pusar
Nadi : 120 x / mnt. batas normal si kepada keluarga pasien
tentang tindakan yang 4. Edukasi dapat
Nampak pusar bengkak, bernana  Tali pusar tampak
dilakukan meningkatkan motivasi
dan berdarah membaik
keluarga pasien
5. Kolab
Pinggir pusat edema dan  Tidak ada perdarahan
orasi dengan dokter terkait 5. Dokter dapat
pada tali pusar
20
hiperemis dengan bengkak dan memberikan terapi
berdarah pada tali pusar farmakologi yang tepat
pasien untuk pasien

21
22

Anda mungkin juga menyukai