PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar dari falsafah Negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia wajib untuk
mempelajari, menghayati, mendalami dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam setiap
bidang kehidupan.
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai pancasila adalah falsafah
hidup atau pandangan yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia. Nilai pancasila
dianggap nilai dasar dan puncak atau sari dari budaya bangsa. Oleh karena itu, nilai ini
diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan mendasarnya nilai ini dalam menjiwai
dan memberikan indentitas, maka pengakuan atas kedudukan pancasila sebagai falsafah
adalah wajar.
Pancasila sebagai ajaran falsafah, pancasila mencerminkan nilai-nilai dan pandangan
mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan,
yakni Tuhan Yang Maha Esa. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai asas fundamental
dalam kesemestaan, dijadikan pula asas fundamental kenegaraan. Asas fundamental dalam
kesemestaan itu mencerminkan identitas atau kepribadian bangsa Indonesia yang religious.
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila sebagai
kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari
sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan obyektif yang ada dan
terletak pada pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan
berbeda dalam sistem-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat
secara obyektif. Dan untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam dan mendasar, kita
perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat secara menyeluruh.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat ?
2. Bagaimanakah pemikiran filosofis pancasila menurut para pendiri bangsa ?
3. Apakah yang dimaksud pancasila sebagai sistem filsafat?
C. Tujuan
1. Mengetahui serta menambah pengetahuan tentang makna dari filsafat.
2. Mengetahui serta menambah pengetahuan tentang pemikiran filosofis Pancasila
menurut para pendiri bangsa.
3. Mengetahui serta menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai sistem filsafat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
a. Pengertian filsafat secara etimologi
Kata falsafah/filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu: philosophia,
philo/philos/philein yang artinya cinta/pencinta/mencintai dan Sophia, yang
berarti kebijakan/ wisdom /kearifan/ hikamah / hakikat kebenaran. Jadi filsafat
artinya cinta akan kebijaksanaan atau hakikat kebenaran.
3
c. Filsafat menurut para ahli
1 Harold H. Titus
2 Hasbullah Bakry
4
mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan,
dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
5 Bertrand Russel
7 Plato
8 Aristoteles
9 Al Farabi
5
10 Cicero
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all
the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan ).
12 Paul Nartorp
13 Imanuel Kant
14 Notonegoro
15 Driyakarya
6
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan
yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
16 Sidi Gazalba
7
B. PEMIKIRAN FILOSOFIS PANCASILA MENURUT PARA PENDIRI
BANGSA
8
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Mr. Soepomo
Mr. Soepomo mengemukakan pemikirannya di hadapan sidang
BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan tentang
masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar negara Indonesia merdeka.
Negara yang akan dibentuk hendaklah negara integralistik yang berdasarkan
pada hal-hal berikut ini :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan sosial
c. Ir. Soekarno
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Sosio-nasionalisme
2. Sosio-demokratis
3. Ke-Tuhanan
9
1. Gotong Royong
10
Dasar Ontologis
Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah manusia
yang memiliki hakekat mutlak. Subyek pendukung pokok-pokok
Pancasila adalah manusia, hal ini dijelaskan sebagai berikut :
“Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan sosial adalah
manusia (Notonegoro, 1975:23). Demikian juga jikalau kita
pahami dari segi filsafat Negara, adapun pendukung pokok Negara
adalah rakyat, dan unsur rakyat adalah manusia itu sendiri,
sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa hakekat
dasar ontopologis sila-sila pancasila adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara
ontologism memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan
kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia
adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta
kedudukan kodrat manusia sebagai pribadi berdiri sendiri dan
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri
dan sebagai makhluk Tuhan inilah maka secara hirarkis sila
pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai
keempat sila-sila pancasila lainnya (notonegoro, 1975-53).
Dasar Epistemologis
Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada
hakekatnya juga merupakan suatu sistem pengetahuan. Dalam
kehidupan sehari-hari pancasila merupakan pedoman atau dasar
bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta,
manusia, masyarakat, bangsa dan Negara tentang makna hidup
serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah
yang terjadi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam
pengertian yang demikian ini telah menjadi suatu sistem cita-cita
atau keyakinan-keyakinan yang telah menyengkut praksis, karena
11
dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal ini
berarti filsafat telah menjelma menjadi ideologi (Abdul Gani,
1998). Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki 3 unsur
pokok pendukungnya yaitu :
Dasar Aksiologis
Sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki
satu kesatuan dasar aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga merupakan satu
kesatuan. Pada hakekatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai
macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut
dengan manusia.
Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai
kerohanian yang mengakui nilai material dan vital. Dengan
demikian nilai-nilai pancasila tergolong nilai kerohanian, yang juga
mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis, yaitu
nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan, atau
estetis, nilai kebaikan atau nilai moral ataupun nilai kesucian yang
secara keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila
pertama sebagai basisnya sampai sila kelima sebagai tujuannya
(Darmo diharjo).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
14