Anda di halaman 1dari 62

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

BAB - 2
KONDISI UMUM DAERAH

2.1 KONDISI UMUM DAERAH

2.1.1 Geografi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat tadalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku
dan merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku
Tenggara Barat.

Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2008 dibentuklah


Kabupaten Maluku Barat Daya sebagai pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara
Barat.

Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat berkedudukan di Saumlaki yang


merupakan ibukota Kecamatan Tanimbar Selatan. Secara geografi Kabupaten Maluku
Tenggara Barat berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Laut Banda

 Sebelah Selatan : Laut Timur dan Australia

 Sebelah Barat : Kabupaten Maluku Barat Daya

 Sebelah Timur : Laut Arafura

Kondisi Umum Daerah | 2-1


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Secara astronomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak pada posisi 60 34’ 24”
– 80 24’ 36” Lintang Selatan dan 1300 37’ 47” – 1330 4’ 12” Bujur Timur.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kepulauan dan terkonsentrasi pada


Gugus Pulau Tanimbar yang memiliki luas keseluruhan 52.995,19 km2 yang terdiri
dari wilayah daratan seluas 10.102,92 km2 (19,06%) dan wilayah perairan seluas
42.892,28 km2 (80,94%). Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah
Kecamatan Wermaktian yaitu 15.427,95 km2 (29,11% dari luas keseluruhan). Adapun
luas masing-masing Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
selengkapnya tergambar dalam Tabel 2-1 dan Gambar 2-1 dan Gambar 2-2 pada
halaman berikutnya.

Tabel 2-1 Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Luas Wilayah (km2)


No Kecamatan
Darat Laut Total
1 Tanimbar Selatan 825,69 3.505,48 4.331,17
2 Wertamrian 1.298,45 5.512,62 6.811,07
3 Wermaktian 2.941,16 12.486,79 15.427,95
4 Selaru 826,26 3.507,90 4.334,16
5 Tanimbar Utara 1.075,74 4.567,10 5.642,84
6 Yaru 79,42 337,20 416,62
7 Wuarlabobar *) 654,74 2.779,71 3.434,45
8 Nirunmas 1.468,30 6.233,70 7.702,00
9 Kormomolin 933,16 3.961,77 4.894,93
10 Molu Maru - - -
JUMLAH 10.102,92 42.892,27 52.995,19
Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016
Keterangan: *) Termasuk Kecamatan Molu Maru

Gambar 2-1 Grafik Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Kondisi Umum Daerah | 2-2


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-2 Peta Administrasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Kondisi Umum Daerah | 2-3


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.1.2 Topografi dan Fisiografi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah yang relatif datar (0-3%),
landai/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam (15–30%), curam (30–
50%) dan sangat curam (>50%). Topografi wilayah terkait dengan faktor lereng dan
ketinggian tempat dari muka laut. Kelas lereng 0-8 persen (datar sampai berombak),
sesuai untuk semua usaha pertanian: tanaman pangan/semusim, tanaman umur
panjang, dan peternakan. Kelas lereng 8-30 persen (bergelombang sampai berbukit),
tidak sesuai untuk tanaman pangan/semusim dan peternakan, hanya sesuai untuk
tanaman tahunan. Di utara Pulau Yamdena terdapat sederet pulau-pulau kecil. Kedua
deretan pulau tersebut terpisah oleh selat yang dangkal dengan kedalaman tidak lebih
dari 20 meter, sehingga apabila terjadi pasang surut, terbentuk daratan kering yang
luasnya bisa mencapai setengah kilometer dari tepi pantai Yamdena. Yamdena utara
umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter, sedang daerah perbukitan
di bagian selatan tingginya melebihi 200 meter. Secara keseluruhan morfologi di
daerah ini dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu perbukitan, dataran
rendah dan teras. Di daerah perbukitan seperti yang terdapat di Pulau Labobar
puncak tertinggi mencapai lebih dari 300 meter di atas muka laut. Di pulau-pulau
lainnya, ketinggiannya kurang dari itu. Umumnya berlereng terjal, bersungai pendek
dan berpola aliran memancar. Di Pulau Yamdena tenggara terdapat pebukitan
bergelombang dengan ketinggian mencapai 260 meter; pola aliran disini hampir
sejajar dengan pantainya terjal. Dataran rendah terdapat mengikuti aliran sungai.
Dataran rendah yang terpanjang terdapat di sepanjang sungai Ranormoye. Undak
batu gamping terdapat disejumlah pulau kecil seperti Pulau Selaru, Larat dan Fordata.
Undak tersebut dibatasi lereng terjal, tetapi puncaknya hampir datar dengan puncak
tertinggi 104 meter.

2.1.3 Geologi

Kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang merupakan


kepulauan dan terkonsentrasi pada Gugus Pulau Tanimbar dan sekitarnya, telah
diselidiki dan dipetakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G,
Bandung) pada tahun 1989 oleh Sukardi dan Sutrisno. Daerah kajian termasuk ke
dalam Peta Geologi Lembar Kepulauan Tanimbar, Maluku dengan skala 1: 250.000.

Analisis geomorfologi daerah ini didasarkan pada penafsiran peta fisiografi/morfologi,


pengamatan bentang alam dan proses pembentukan morfologi seperti tahapan
pembentukan sungai dan jentera erosi, pengamatan litologi serta struktur geologi
yang berkembang di lapangan. Menurut Sukardi dan Sutrisno (1989) morfologi

Kondisi Umum Daerah | 2-4


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

daerah ini secara umum merupakan Perbukitan Sejajar, Perbukitan Bergelombang dan
Pedataran Alluvial.

Dasar stratigrafi yang dipilih dalam penentuan satuan stratigrafi daerah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya adalah litostratigrafi. Penamaan masing-
masing satuan stratigrafi bersendi pada litologi penyusun yang dominan dan memakai
satuan tidak resmi. Penyebaran setiap satuan stratigrafi dalam peta geologi dibuat
berdasarkan penyebaran satuan stratigrafi atau formasi yang sudah diterbitkan
petanya. Batas setiap satuan stratigrafi ditentukan atas dasar hubungan
ketidakselarasan atau keselarasan antara suatu satuan stratigrafi atau formasi dengan
suatu satuan stratigrafi atau formasi yang berdekatan. Umur dan batuan penyusun
setiap satuan stratigrafi, mengikuti umur dan batuan penyusun formasi yang telah
ditetapkan.

Berdasarkan pada peta geologi yang sudah terbit (Peta Geologi Lembar Kepulauan
Tanimbar, Maluku yang disusun oleh Sukardi dan Sutrisno, 1989) di daerah
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya dapat dibagi menjadi 7 (empat)
Formasi stratigrafi tidak resmi. Berurutan dari umur tua sampai muda terdiri dari:

1. Kompleks Molu (M), terdiri dari batupasir kuarsa, batugamping napalan berfosil
Belemnit dan Moluska, batugamping Kristal, batugamping oolit, batugamping
berfosil Spiriferina, rijang, sekis, andesit piroksen, basal amigdal, diorit
hornblenda, trakit porfir dan tufa.

2. Formasi Tangustabun (Tpt), terdiri dari: perselingan antara lempung coklat


kemerahan, tufa kaca, rijang, batupasir kuarsa dan batugamping.

3. Formasi Batimafudi (Tmb), terdiri dari: perselingan batugamping pasiran, napal,


batupasir gampingan dengan struktur perlapisan berupa silang siur.

4. Anggota Napal, Formasi Batimafudi (Tmbm), terdiri dari: Napal bersisipkan


batugamping pasiran setempat dijumpai struktur laminasi.

5. Formasi Batilembuti (QTb), terdiri dari: Napal yang kaya akan fosil plangton dan
bentos, batugamping yang sangat rapuh, yang terbentuk seluruhnya dari fosil
plangton dan bentos, napal kapuran berwarna putih dan ringan.

6. Formasi Saumlaki (Qs), terdiri dari: batugamping koral, padat, setempat


terbreksikan, bagian bawah konglomerat dengan komponen batugamping dan
cangkang fosil.

7. Aluvium (Qa), terdiri dari: lumpur, pasir dan kerikil.

Kondisi Umum Daerah | 2-5


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Batugamping yang terdapat di daerah kajian ini umumnya bersifat mudah


meresapkan dan melarutkan air. Tersebar di daerah Pantai Barat dan Utara
Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Larat, dan pulau-pulau kecil disekitar pulau
Yamdena.

Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya, dapat di
lihat pada Gambar 2-3 berikut ini.

Gambar 2-3 Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
sekitarnya

(Sukardi dan Sutrisno, 1989)

Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
sekitarnya dikontrol dan tidak terlepas dari pengaruh struktur besar dan tektonik
regional yang berkembang di Pulau Maluku dan sekitarnya. Kelurusan-kelurusan yang
dianggap sebagai manifestasi struktur geologi relatif berarah Utara - Selatan dan Barat

Kondisi Umum Daerah | 2-6


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

- Timur. Struktur geologi yang dapat diamati berupa lipatan, sesar naik, sesar geser,
dan kelurusan-kelurusan yang menunjukkan arah utama Utara - Selatan dan
Baratdaya-Timurlaut. Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah Baratlaut -
Tenggara dan Baratdaya - Timurlaut.

Di daerah ini proses tektonik terjadi pada Akhir Paleogen atau bahkan lebih tua.
Gejala ini mengakibatkan perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional derajat
rendah. Tektonik yang dapat diamati terjadi pada Plio-Plistosen, yang mengakibatkan
ketidakselarasan dengan batuan yang lebih tua dan mengaktifkan kembali struktur-
struktur geologi yang terbentuk sebelumnya. Untuk memperoleh data yang lebih
akurat tentang perkembangan struktur geologi ini perlu dilakukan pengamatan yang
lebih detail.

Secara umum kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
sekitarnya, seperti yang telah dibahas di atas relatif harus mendapat perhatian khusus
menyangkut masalah tanah dasar dan batuan maupun struktur geologi. Struktur
geologi yang berkembang di daerah kajian cukup intensif (lihat Peta Geologi, Gambar
2.3), untuk lebih memastikan seberapa besar pengaruh dari struktur geologi ini
terhadap ketersediaan air tanah atau kondisi hidrogeologi secara umum perlu
dilakukan penyelidikan lanjutan.

2.1.4 Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi

A. Air tanah dan akuifer

Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, sehingga ada ilmu pengetahuan
khusus yang membahas tentang air yaitu hidrologi. Hidrologi adalah ilmu tentang air
baik di atmosfer, di permukaan bumi, dan di dalam bumi, tentang terjadinya,
perputarannya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini
(Shiddiqy, 2014).

Keberadaan Air Tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang
dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi
litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan
yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam formasi
batuan. Dan sebaliknya batuan dengan sementasi kuat dan kompak memiliki
kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan
akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya adalah
perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, penebangan hutan

Kondisi Umum Daerah | 2-7


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi
pada daerah resapan (recharge area).

Pemanfaatan air untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi kuantitas
air yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas air akan
menurun. Air di bumi ini selalu mengalir dan dapat berubah wujud menjadi uap air
sebagai akibat pemanasan oleh sinar matahari dan tiupan angin. Uap air ini kemudian
menguap dan mengumpul membentuk awan. Pada tahap ini terjadi proses
kondensasi yang kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau salju. Sebagian dari air
yang jatuh kebumi meresap kedalam tanah sebagai Air Tanah, sedangkan sebagian
lainya mengalir sebagai air permukaan yang kemudian menguap kembali akibat sinar
matahari. Siklus disebut siklus hidrologi (hydrologic cycle).

Gambar 2-4 Siklus Hidrologi (hydrologic cycle)

Secara umum, siklus hidrologi dapat dibagi dalam tiga tahapan:

1) Air permukaan yang ada di muka bumi ini membentuk kumpulan butir-butir
air sebagai awan, ditiup angin ke arah dataran, kemudian turun sebagai hujan;

2) Air hujan yang turun ke permukaan bumi, sebagian mengalir sebagai air
permukaan, sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian lagi menyerap

Kondisi Umum Daerah | 2-8


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

melalui pori-pori tanah ke dalam tanah (infiltrasi) sebagai Air Tanah


(groundwater);

3) Air yang masuk kedalam tanah sebagai Air Tanah, sebagian mengisi lapisan
tanah/batuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal,
dan sebagian lagi terus masuk kedalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer
yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama.
Lokasi pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan
airnya (discharge area).

Secara skematis siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2-5 Diagram siklus hidrologi (Dr. Ir. Robert J Kodoatie, 1996)

Keterangan gambar:
7. aliran jaringan sungai (runoff)
1. penguapan (evaporasi) 8. transpirasi
2. evapotranspirasi 9. kenaikan kapiler
3. hujan (air atau salju) 10. infiltrasi
4. air mengalir lewat batang tanaman 11. aliran antara (interflow)
atau jatuh langsung dari tanaman 12. aliran dasar (baseflow)
5. aliran di muka tanah (over land flow) 13. aliran runout
6. banjir (genangan) 14. perkolasi
15. kenaikan kapiler

Kondisi Umum Daerah | 2-9


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Salah
satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat lubang pori di
antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan bumi ini disebut
akuifer.

Ada beberapa pengertian akuifer berdasarkan pendapat para ahli, Todd (1955)
menyatakan bahwa akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata aqua yang
berarti air dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan
pembawa air. Herlambang (1996) menyatakan bahwa akuifer adalah lapisan tanah
yang mengandung air, di mana air ini bergerak di dalam tanah karena adanya ruang
antar butir-butir tanah. Berdasarkan kedua pendapat, dapat disimpulkan bahwa
akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mampu mengalirkan
air. Hal ini disebabkan karena lapisan tersebut bersifat permeable yang mampu
mengalirkan air baik karena adanya pori-pori pada lapisan tersebut ataupun memang
sifat dari lapisan batuan tertentu. Contoh batuan pada lapisan akuifer adalah pasir,
kerikil, batu pasir, batu gamping rekahan. Akuifer dan aliran air pada pori-pori
ditunjukkan oleh Gambar 2.6 dan Gambar 2.7 pada halaman berikutnya.

Gambar 2-6 Akuifer di bawah tanah (Shiddiqy, 2014)

Kondisi Umum Daerah | 2-10


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-7 Aliran air pada pori-pori antar butir tanah (Shiddiqy, 2014)

Terdapat tiga parameter penting yang menentukan karakteristik akuifer yaitu tebal
akuifer, koefisien lolos atau permeabilitas, dan hasil jenis. Tebal akuifer diukur mulai
dari permukaan air tanah (water table) sampai pada suatu lapisan yang bersifat semi
kedap air (impermeable) termasuk aquiclude dan aquifuge. Permeabilitas merupakan
kemampuan suatu akuifer untuk meloloskan sejumlah air tanah melalui penampang 1
m2. Nilai permeabilitas akuifer sangat ditentukan oleh tekstur dan struktur mineral
atau partikel-partikel atau butir-butir penyusun batuan. Semakin kasar tekstur dengan
struktur lepas, maka semakin tinggi batuan meloloskan sejumlah air tanah.
Sebaliknya, semakin halus tekstur dengan struktur semakin tidak teratur atau semakin
mampat, maka semakin rendah kemampuan batuan untuk meloloskan sejumlah air
tanah. Dengan demikian, setiap jenis batuan akan mempunyai nilai permeabilitas
yang berbeda dengan jenis batuan yang lainnya.

Hasil jenis adalah kemampuan suatu akuifer untuk menyimpan dan memberikan
sejumlah air dalam kondisi alami. Besarnya cadangan air tanah atau hasil jenis yang
dapat tersimpan dalam akuifer sangat ditentukan oleh sifat fisik batuan penyusun
akuifer (tekstur dan struktur butir-butir penyusunnya) (Anonim, 2006).

Menurut Krussman dan Ridder (1970), berdasarkan kadar kedap air dari batuan yang
melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis akuifer, yaitu: Akuifer terkungkung
(confined aquifer), akuifer setengah terkungkung (semi confined aquifer), akuifer
setengah bebas (semi unconfined aquifer), dan akuifer bebas (unconfined aquifer).
Akuifer terkungkung adalah akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh
lapisan yang kedap air. Akuifer setengah terkungkung adalah akuifer yang lapisan di
atas atau di bawahnya masih mampu meloloskan atau dilewati air meskipun sangat
kecil (lambat). Akuifer setengah bebas merupakan peralihan antara akuifer setengah
terkungkung dengan akuifer bebas. Lapisan bawahnya yang merupakan lapisan kedap
air, sedangkan lapisan atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada
lapisan penutupnya masih dimungkinkan adanya gerakan air. Akuifer bebas lapisan
atasnya mempunyai permeabilitas yang tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan

Kondisi Umum Daerah | 2-11


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

air sama dengan atmosfer. Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas (tidak
terkungkung) dan akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer. Jenis-jenis
akuifer ditunjukkan pada Gambar 2.8 berikut ini.

Gambar 2-8 Jenis-jenis Akuifer (Shiddiqy, 2014)

Todd (1980) menyatakan bahwa tidak semua formasi litologi dan kondisi
geomorfologi merupakan akuifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan,
akuifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:

1. Lintasan air (water course)

Bentuk lahan di mana materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di


sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam.
Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan kerikil.

2. Dataran (plain)

Bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari
berbagai bahan induk sehingga merupakan akuifer yang baik.

3. Lembah antar pegunungan (intermontane valley)

Merupakan lembah yang berada di antara dua pegunungan dan materialnya


berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.

4. Lembah terkubur (burried valley)

Kondisi Umum Daerah | 2-12


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Lembah yang tersusun oleh material lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.

Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah, terdapat lapisan-lapisan batuan selain


akuifer yang berada di bawah permukaan tanah. Lapisan-lapisan batuan tersebut
dapat dibedakan menjadi: Aquiclude, aquitard, dan aquifuge. Aquiclude adalah
formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi alami tidak
mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung, serpih, tuf halus, lanau. Untuk
keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air. Letak aquiclude
ditunjukkan pada Gambar 2.9 berikut ini.

Gambar 2-9 Letak Aquiclude (Shiddiqy, 2014)

Aquitard adalah formasi geologi yang semi kedap, mampu mengalirkan air tetap
dengan laju yang sangat lambat jika dibanding dengan akuifer. Meskipun demikian
dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara
akuifer yang satu dengan lainnya. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak
mengandung dan tidak mampu mengalirkan air.

Berdasarkan pembahasan di atas dan Peta Hidrogeologi Lembar Kepulauan Maluku


dengan skala 1 : 250.000, lembar VI, yang disusun oleh Ucu Takhmat Akus, 2008,
diketahui bahwa di daerah kajian terdapat sedikitnya 10 (sepuluh) CAT (Cekungan Air
Tanah) dan batuan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki kelulusan air kecil
sampai tinggi. Kelulusan kecil terdapat pada batulempung napalan, kelulusan rendah
sampai sedang pada batugaping kristalin yang masif, sedangkan kelulusan tinggi

Kondisi Umum Daerah | 2-13


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

terdapat pada batugamping pasiran. Akifer yang terdapat di daerah kajian dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1). Aquifer Produktif: aquifer ini mempunyai tingkat keterusan yang beragam, muka
air tanah umumnya dalam, setempat dapat dijumpai mata air dengan debit yang
cukup besar.

2). Aquifer Rendah: aquifer ini umumnya mempunyai tingkat keterusan rendah,
setempat pada daerah yang stabil air tanah dapat diperoleh, meskipun debitnya
kecil.

3). Aquifer Sangat Rendah: daerah dengan kondisi Aquifer seperti ini umumnya
merupakan daerah dengan kondisi air tanah langka/ jarang atau dengan kata lain
sulit dijumpai air tanah.

Air adalah sumber daya alam dinamis, yang selalu bergerak melalui daur hidrologi
yang abadi. Bumi banyak sekali memiliki air, tetapi hanya 2,5% yang berupa air
tawar (97,5% adalah air asin). Hanya 0,3% dari air tawar yang terdapat di bumi
berupa air permukaan danau, telaga, waduk, situ, dan air sungai yang dapat langsung
dimanfaatkan oleh manusia.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kabupaten kepulauan yang hampir


sebagian besar desa–desa di setiap Kecamatan di wilayah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat berbatasan langsung dengan pesisir pantai, tetapi ada beberapa desa
yang di lewati sungai. Berikut adalah Tabel 2-2 yang menyajikan nama-nama sungai
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Tabel 2-2 Nama-nama Sungai Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Kecamatan DAS Luas (Km2)


1 Nirunmas Watmuri 68,74
2 Nirunmas Ngun 37,55
3 Nirunmas Arma 149,71
4 Wertamrian Arui 17,45
5 Kormomolin Batimaffudi 0,54
6 Kormomolin Watmuri 12,08
7 Kormomolin Meyonadas 47,33
8 Kormomolin Ueswan 23,39
9 Kormomolin Ngun 286,78
10 Molo Maru Maru 21,69
11 Molo Maru Wayangan 4,53
12 Molo Maru Kalbur 0,48
13 Molo Maru Molu 73,11
14 Selaru Anggarmasa 7,37

Kondisi Umum Daerah | 2-14


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

No Kecamatan DAS Luas (Km2)


15 Selaru Nurianat 0,80
16 Selaru Selaru 340,42
17 Selaru Riama 1,40
18 Tanimbar Selatan Asutubun 0,01
19 Tanimbar Selatan Asutubun 3,13
20 Tanimbar Selatan Lermatang 42,26
21 Tanimbar Selatan Lolan 67,49
22 Tanimbar Selatan Kebiarat 12,02
23 Tanimbar Selatan Saumlaki 19,06
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum Dirjen Sumber Daya Air
Satker Balai Wilayah Sungai Maluku, 2011.

B. Kondisi Klimatologi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat beriklim tropis yang bervariasi antara tiap bagian
wilayah dan sangat dipengaruhi oleh lautan yaitu Laut Banda, Laut Arafura dan
Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di bagian Timur dan Benua
Australia di bagian selatan sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan iklim.

1. Iklim

Iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh


sirkulasi angin masim yang bergerak dari dan ke arah ekuator. Sehingga, pola
iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah pola ekuatorial yang
dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bomodal (dua puncak hujan) yaitu
pada bulan Desember/Januari dan April/Mei.

Selama periode April-September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat


tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga
kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus, dan September,
sedangkan selama periode Oktober-Maret, angin pasat timur dari lautan pasifik
dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju
ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian
selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Curah hujan
cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret Kondisi data
historis curah hujan menunjukkan bahwa wilayah Maluku Tenggara Barat
merupakan daerah terkering dengan curah hujan tahunan rata-rata antara 1500 –
2000 mm.

Berdasarkan peta zona agroklimat Provinsi Maluku (LTA-72,1986) dan klasifikasi


iklim Oldeman (1980), Iklim Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada gugus
Pulau Tanimbar termasuk tiga zonaagroklimat, yaitu:

Kondisi Umum Daerah | 2-15


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

a. Zona II.3: Curah hujan tahunan 1.500–1.800 mm, tercakup didalamnya zona
D3 (5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Timur;

b. Zona II.4: Curah hujan tahunan 1.800–2. 100 mm, tercakup didalamnya
zona C3 5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Barat;

c. Zona IV.1: Curah hujan tahunan 3.000–4.800 mm, tercakup didalamnya


zona A2 (> 9 BB, >2BK) meliputi Bagian Barat Yamdena.

2. Curah Hujan

Jumlah curah hujan selama tahun 2015 sesuai data dari Stasiun Meteorologi
Saumlaki adalah 1.752 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari yaitu 410 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2015 adalah 190 hari,
dengan hari hujan terbanyak pada bulan Januari dan April, yaitu sebanyak 27
hari. Data mengenai jumlah curah hujan dan hari hujan di wilayah studi
selengkapnya disajikan pada Tabel 2-3 berikut ini.

Tabel 2-3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Curah Hujan Hari Hujan


No Bulan
(mm) (Hari)
1 Januari 410 27
2 Februari 226 20
3 Maret 122 20
4 April 239 27
5 Mei 278 20
6 Juni 212 25
7 Juli 47 19
8 Agustus 7 13
9 September - 1
10 Oktober - -
11 November - -
12 Desember 211 18
JUMLAH 2015 1.752 190
2014 1.887 166
2013 2.369 198
2012 1.801 134
2011 2.121 178
Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

3. Musim

Selama periode April – September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat
tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga
kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus dan September.

Kondisi Umum Daerah | 2-16


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Selama periode Oktober – Maret, angin pasat timur laut dari lautan pasifik dan
Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju
ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian
selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Angin
tersebut banyak mengandung uap air yang tercurah sebagai hujan di wilayah
Maluku Tenggara Barat. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari,
Februari dan Maret.

4. Suhu, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari

Sesuai data dari Stasiun Meteorologi Saumlaki, suhu rata–rata terendah pada
tahun 2015 adalah 25,6 0C yaitu pada bulan Agustus, sedangkan suhu rata-rata
tertinggi pada bulan Desember, sebesar 28,9 0C. Rata-rata Kelembaban Udara
Relatif tertinggi tahun 2015 terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 88%.

Tekanan udara dan kecepatan angin tertinggi pada tahun 2015 terjadi pada bulan
Agustus sebesar 1.015,7 milibar dan 9 knot. Durasi penyinaran matahari tertinggi
terjadi pada bulan September yaitu sebesar 98%. Berikut adalah Tabel 2-4 yang
menyajikan informasi mengenai suhu, kelembaban relatif, tekanan udara,
kecepatan angin dan penyinaran matahari di wilayah studi.

Tabel 2-4 Suhu, Kelembaban Relatif, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran
Matahari Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015

Kelembaban Kecepatan Penyinaran


Suhu udara Tekanan udara
No Bulan relatif rata-rata angin rata- matahari
rata-rata (0c) rata-rata (mb)
(%) rata (knot) rata-rata (%)
1 Januari 27,5 88 1.009,60 6 41
2 Februari 27,8 84 1.010,40 6 69
3 Maret 28,0 84 1.011,80 6 71
4 April 27,8 84 1.011,50 5 60
5 Mei 27,3 80 1.013,60 7 68
6 Juni 26,8 81 1.013,50 8 76
7 Juli 25,9 81 1.015,30 8 73
8 Agustus 25,6 76 1.015,70 9 94
9 September 26,3 77 1.015,10 7 98
10 Oktober 26,9 76 1.015,30 7 97
11 November 28,8 77 1.011,40 4 90
12 Desember 28,9 80 1.010,30 6 58
RATA-RATA 27,3 81 1.012,79 7 75
Sumber: Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-17


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.2 SARANA DAN PRASARANA


2.2.1 Pengelolaan Air Limbah Domestik

Air limbah domestik (rumah tangga) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, terdiri
dari air kotor (grey water) dan lumpur tinja (black water). Air kotor umumnya
berasal dari kamar mandi, dapur, atau tempat cuci. Lumpur tinja bersumber dari WC
dan urinoir. Umumnya sistem pembuangan air kotor rumah tangga di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat masih menyatu dengan sistem pembuangan air hujan
(drainase), yang dialirkan secara langsung ke saluran terbuka (primer, sekunder), dan
laut. Pembuangan air kotor secara langsung ke saluran drainase tersebut, dilakukan
tanpa pengolahan apapun, sehingga berpotensi mengakibatkan pencemaran
lingkungan.

Pada sisi lain berdasarkan survei EHRA, juga dijumpai pembuangan air kotor
dilakukan secara terbuka saja di halaman dimana air secara gravitasi akan mengalir ke
bagian yang lebih rendah. Pembuangan secara terbuka di halaman ini, menyebabkan
dampak-dampak ikutan yang tidak menguntungkan, seperti kualitas lingkungan
permukiman yang kotor dan tidak sehat, terbentuknya genangan-genangan air yang
memicu endemic malaria, dan erosi/ pengikisan tanah. Sistem pembuangan lumpur
tinja rumah tangga umumnya diteruskan ke tengki septik tunggal melalui masing-
masing jamban keluarga. endapan tinja yang terkumpul didalam tengki septik tidak di
angkut untuk diolah karena tidak ada armada (truk tinja) dan tidak ada Istalasi
Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).

Gambar 2-10 Skematik Pengolahan Air Limbah Domestik di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat

Kondisi Umum Daerah | 2-18


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Kondisi seperti ini sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan, karena jika air
limbah yang dihasilkan lebih dari 30 liter/orang/hari, besar kemungkinan tanah tidak
mampu lagi meloloskan air limbah, dan jika volume air limbah yang dihasilkan lebih
rendah maka tanah berpasir masih mampu meloloskan air limbah terolah dari tengki
septik kedalam tanah. Selain itu, Berdasarkan survei EHRA, anggota keluarga dewasa
bila ingin membuang air besar telah 39,32% dilakukan di jamban pribadi. Namun
demikian masih ditemui juga responden yang membuang air besar di
sungai/pantai/laut (340 responden atau 28,38%), MCK/WC umum (289 responden
atau 24,12%), kebun/pekarangan (137 responden atau 11,44%), lainnya (62
responden atau 5,18%), selokan/parit/got (41 responden atau 3,42%), tidak tahu (21
responden atau 1,75%), WC helikopter (15 responden atau 1,25%) dan lubang galian
(6 responden atau 0,5%).

Sumber

Gambar 2-11 Grafik Tempat Anggota Keluarga Bila Ingin Buang Air Besar

2.2.2 Pengelolaan Persampahan

Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat cukup serius dalam penanganan


masalah persampahan di daerah, ini di wujudkan dalam bentuk program Jumat
Bersih, Semua Pegawai maupun Masyarakat terlibat dalam pelaksanaan pembersihan
sampah. Pelayanan persampahan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat lebih di
pusatkan pada Ibu Kota Kabupaten maupun Ibu Kota Kecamatan dengan tetap
mengacu pada RTRW Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dengan
mempertimbangkan luasnya wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, maka
pengelolaan sampah diarahkan di Ibu Kota Kecamatan dengan penyediaan media
Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Kondisi eksisting persampahan di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dilakukan pelayanan pada wilayah Kota Saumlaki dan Kota
Larat dengan masing-masing difasilitasi sarana prasarana persampahan yang cukup

Kondisi Umum Daerah | 2-19


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

memadai, fasilitas persampahan yang disediakan seperti TPS baik yang berupa bak
sampah ataupun tong sampah. Fasilitas yang tersedia ini dilayani oleh armada
sampah berupa dump truk secara bergiliran setiap hari, dalam sehari masing-masing
armada melakukan pengangkutan dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA )
sebanyak 2 (dua) kali rotasi.

Dominan timbunan sampah yang dihasilkan berupa sampah rumah tangga, akan
tetapi dari sumber sampah sampai pada TPS belum diolah dan dipilah oleh
masyarakat. Begitu pun dari TPS menuju ke TPA juga tidak diolah dan dipilah,
sehingga sampah yang dihasilkan belum dapat dimanfaatkan atau didaur ulang.
Tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya cukup
rendah khususnya permukiman yang berbatasan langsung dengan pantai, yang
hampir sebagian besar membelakangi laut sehingga menjadikan pesisir pantai sebagai
media pembuangan sampah.

Hal ini sementara menjadi perhatian penting di daerah dengan program-program


sosialisasi serta pelaksanaan regulasi yang membuat jerah bagi setiap orang yang
membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga menyebabkan pencemaran dan
penyebaran bibit penyakit.

Berdasarkan survey EHRA, pengelolaan sampah rumah tangga secara umum adalah
dengan membuang sampah ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk
(37,61%). Selain itu cara pengelolaan lain yang banyak dilakukan adalah membuang
sampah ke sungai/kali/laut dan danau (35,64%). Dikumpulkan dan dibuang ke TPS
(12,82%) dan dibakar (10,26%).

Gambar 2-12 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Kondisi Umum Daerah | 2-20


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Pengelolaan persampahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat ditangani oleh Dinas


Kebersihan, dimana daerah yang dilayani hanya 3 Kecamatan yaitu Kecamatan
Tanimbar Selatan, Tanimbar Utara dan Kecamatan Wermaktian. Adapun sarana dan
prasarana Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dilihat pada
Tabel berikut ini.

Tabel 2-5 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Kabupaten Maluku


Tenggara Barat

No Daerah Jumlah (Unit) Kondisi Kapasitas


1 Gerobak Sampah 4 rusak ringan 4 m2
2 Motor Sampah 3 rusak berat
3 Kontainer 12 baik 8 m2
4 Dump Truck 4 baik 6 m3
5 Arm Roll Truck 1 baik 3 m3
6 TPA 3.000 m3
7 Excavator 1
Sumber: Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2016

Data sarana dan prasarana sampah di tiap kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat dapat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2-6 Sarana dan Prasarana Sampah di Tiap Kecamatan Kabupaten Maluku
Tenggara Barat

Sarana & Prasarana


NO Daerah TPS
TPS PRIBADI TPA
UMUM
1 Kec. Kormomolin - 15 -
2 Kec. Nirunmas - - -
3 Kec. Selaru - 863 -
4 Kec. Tanimbar Selatan - 7,521 -
5 Kec. Tanimbar Utara 12 6 -
6 Kec. Warmaktian 6 - -
7 Kec. Wartamrian - 1,836 1
8 Kec. Wuarlabobar - - -
9 Kec. Yaru - - -
10 Kec. Molu Maru 22 - 2
Total 40 10,241 3
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-21


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Fasilitas yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk
pengelolaan persampahan di setiap wilayah pelayanannya adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Tanimbar Selatan:

 TPA (Control Land Fill);

 Dump Truck (5 unit);

 Arm Roll (1 unit);

 Alat Berat di TPA (1 unit).

2. Kecamatan Tanimbar Utara:

 TPA (Open Dumping);

 Dump Truck (1 unit).

3. Kecamatan Wermaktian:

 TPA (Open Dumping);

 Kendaraan roda 3 (3 unit).

Adapun pengelolaan persampahan di daerah pedesaan dilakukan secara individual


yaitu dengan cara membuang sampah di belakang rumah atau ada pula yang
membuang sampah secara komunal yaitu dengan cara membuang sampah ke lokasi
yang telah disediakan oleh pemerintah desa.

2.2.3 Drainase

Saluran drainase yang ada Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi saluran
primer, saluraran sekunder dan saluran tersier. Saluran primer berupa sungaisungai
yang berada di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dan bermuara langsung
ke laut secara terkendali terhadap kondisi pasang surut yang ekstrim.

Saluran sekunder yaitu saluran permanen dan alur-alur sungai yang bermuara pada
sungai utama atau saluran primer selanjutnya bermuara langsung ke laut. Saluran
tersier yaitu saluran tepi jalan dan saluran lingkungan di kawasan perkotaan dan
kawasan pedesaan.

Kondisi Umum Daerah | 2-22


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Saluran tersier di sepanjang jalan raya dan lingkungan pemukiman di kawasan


perkotaan umumnya sudah dibuat dengan konstruksi pasangan batu, sedangkan di
kawasan pedesaan sebagian masih berupa saluran alam. Saluran tersier lingkungan
pemukiman di kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan umumnya berfungsi juga
sebagai saluran air limbah rumah tangga bekas cuci dan mandi.

Saluran drainase di Kabupaten Maluku Tenggara Barat khusunya di daerah perkotaan


seperti di Kota Saumlaki sudah terbangun di sebagian besar ruas jalan raya dengan
kondisi relatif baik, hanya saja perawatanya masih kurang baik, terutama saluran
drainase yang ada dibawah trotoar, dimana pada saluran drainase tersebut sering
terjadi penyumbatan akibat endapan lumpur dan sampah.

Gambar 2-13 Kondisi Saluran Drainase

2.2.4 Irigasi

Kriteria sistem irigasi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat mencakup hal-hal sebagai
berikut:

a. Membatasi perubahan fungsi pertanian untuk kegiatan budidaya lain;

b. Mengontrol dan mengendalikan penetrasi kegiatan budidaya ke kawasan


pertanian;

c. Meningkatkan kualitas jaringan irigasi;

d. Melakukan rekayasa teknologi untuk menjamin tersedianya air dalam jumlah


yang memadai pada lahan pertanian tadah hujan;

e. Mengembangkan prasarana irigasi untuk mempertahankan ketersediaan air untuk


pertanian;

Kondisi Umum Daerah | 2-23


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

f. Merekondisi lahan-lahan kritris untuk meningkatkan ketersediaan air bawah


tanah;

g. Mengupayakan teknologi ramah lingkungan untuk pemanfaatan air bawah tanah


pada lahan-lahan kering;

h. Meningkatkan upaya konservasi dan rehabilitasi hutan maupun lahan kritis untuk
meningkatkan debit air pada satuan wilayah sungai yang sedang mengalami
penyusutan.

2.2.5 Sarana Perekonomian

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektorsektor
ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur ekonomi yang terbentuk dari
nilai tambah yang diciptakan oleh masing-mangsing sektor dapat menggambarkan
seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari
setiap sektor ekonomi.

Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat sejak tahun 2010 masih
didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian,
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib serta sektor
konstruksi.

Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan salah satu indikator untuk
mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah. Pengertian Produk Domestik Regional
Bruto Perkapita suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto Perkapita
daerah tersebut dibagi jumlah penduduk pertengahan tahunnya.

2.2.6 Sarana Sosial dan Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat


sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2-7 pada halaman berikutnya.

Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 sudah ada tiga
rumah sakit yang berada pada Kecamatan Tanimbar Selatan (Saumlaki) dan 1 rumah
sakit di Tanimbar Utara.

Puskesmas yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat berjumlah 12 buah


tersebar di 10 Kecamatan, selain itu juga terdapat 4 buah Klinik/ Balai Kesehatan serta
9 buah Poliklinik Desa.

Kondisi Umum Daerah | 2-24


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Banyaknya tenaga kesehatan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.7,
sedangkan banyaknya tenaga kesehatan menurut unit kerja dapat dilihat pada Tabel
2.8. Tabel 2.9 menggambarkan banyaknya kelahiran, balita yang mendapat
imunisasi, sedangkan kegiatan pada Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dapat
dilihat pada tabel pada halaman berikutnya.

Tabel 2-7 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten


Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

Rumah Rumah Klinik/Balai


No Kecamatan Puskesmas Posyandu Polindes
Sakit Bersalin Kesehatan
1. Tanimbar Selatan 3 - 1 27 1 1
2. Wertamrian - - 1 12 2 3
3. Wermaktian - - 1 17 - -
4. Selaru - - 3 19 - -
5. Tanimbar Utara 1 1 1 14 1 1
6. Yaru - - 1 8 - 2
7. Wuarlabobar - - 1 14 - 2
8 Nirunmas - - 1 5 - -
9 Kormomolin - - 1 10 - -
10 Molo Maru - - 1 7 - -
Jumlah 2015 4 1 12 133 4 9
2014 4 1 12 128 4 9
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Gambar 2-14 Sarana Kesehatan

Kondisi Umum Daerah | 2-25


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-8 Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten


Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

Tenaga Medis Tenaga Nonmedis


No Kecamatan Ahli Teknisi Kesehatan Kesehatan
Dokter Perawat Bidan Farmasi
Gizi Medis*) Lingkungan Masyarakat
1. Tanimbar Selatan 5 28 12 2 4 - 1 4
2. Wertamrian 1 24 5 1 1 2 1 1
3. Wermaktian 1 11 3 1 2 2 - -
4. Selaru 2 32 5 1 3 - 2 -
5. Tanimbar Utara 1 12 1 1 3 4 1 -
6. Yaru - 7 4 - 1 4 2 -
7. Wuarlabobar 1 11 2 - 3 1 1 1
8 Nirunmas 1 9 5 - 2 3 1 -
9 Kormomolin 1 22 2 - 3 - 2 -
10 Molo Maru 1 8 3 - 2 1 2 -
Jumlah 2015 14 183 34 6 22 17 13 6
2014 15 158 37 3 20 17 11 6
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-9 Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di Kabupaten


Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

Tenaga Medis Tenaga Nonmedis


No Unit Kerja Ahli Teknisi Kesehatan Kesehatan
Dokter*) Perawat Bidan Farmasi
Gizi Medis*) Lingkungan Masyarakat
1. Rumah Sakit 13 61 14 3 4 4 4 4
2. Rumah Bersalin - - - - - - - -
3. Puskesmas 14 183 34 6 24 11 11 6
4. Posyandu - - - - - - - -
5. Klinik/Balai Kesehatan - - - - - 1 1 -
6. Polindes - - - - - - - -
7. Instalasi Farmasi - - - - - - - -
8 Labkesda - - - - - - - -
9 Dinkes 4 2 4 3 4 15 2 9
Jumlah 31 246 52 12 32 36 18 19
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-26


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-10 Banyaknya Dokter Spesialis, Dokter Umum, dan Dokter Gigi Menurut Sarana
Pelayanan Kesehatan Menurut Unit Kerja di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

Dokter Dokter Dokter


No Unit Kerja/Sarana
Spesialis Umum Gigi
1. Puskesmas - 19 -
2. Rumah Sakit 5 8 2
3. Institusi Diknakes/Diklat - - -
4. Sarana Kesehatan Lain - - -
5. Dinkes 5 3 -
Jumlah 5 27 2
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-11 Banyaknya Kelahiran Menurut Kecamatan dan Penolong Kelahiran di


Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

Non Tenaga
Tenaga
No Kecamatan Kesehatan Jumlah
Kesehatan
(Dukun)
1.
Tanimbar Selatan 758 3 761
2.
Wertamrian 222 - 222
3.
Wermaktian 219 58 277
4.
Selaru 303 17 320
5.
Tanimbar Utara 228 - 228
6.
Yaru 105 15 120
7.
Wuarlabobar 126 31 157
8
Nirunmas 116 13 129
9
Kormomolin 119 - 100
10
Molo Maru 62 3 137
Jumlah 2.258 140 2.451
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.2.7 Sarana Peribadatan

Kondisi sarana peribadatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat berdasarkan data


BPS Tahun 2016, dimana jumlah Masjid sebanyak 10 buah, gereja prostestan
sebanyak 79 buah dan gereja katolik sebanyak 41 buah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikutnya:

Kondisi Umum Daerah | 2-27


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-12 Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Kabupaten


Maluku Tenggara Barat, 2015

Gereja
No Kecamatan Masjid
Protestan Katolik
1. Tanimbar Selatan 5 21 11
2. Wertamrian - 0 9
3. Wermaktian - 8 1
4. Selaru - 12 1
5. Tanimbar Utara 1 12 5
6. Yaru - 5 3
7. Wuarlabobar 4 12 3
8 Nirunmas - 5 -
9 Kormomolin - 2 8
10 Molo Maru - 2 -
Jumlah 10 79 41
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Gambar 2-15 Sarana Peribatan

2.2.8 Sarana Transportasi

A. Tansportasi Darat

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk


memperlancar kegiatan perekonomian, tersedia jalan yang berkualitas akan
meningkatkan usaha pembangunan khususnya dalam upaya memudahkan
mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke
daerah lain.

Kondisi Umum Daerah | 2-28


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Pemerintah yang Berwenang


Mengelolanya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015 sepanjang
779,13 Km, diaman panjang Jalan menurut kecamatan dan jenis permukaan jalan
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015 sepanjang 511,64 Km.

Sedangkan untuk panjang jalan menurut kecamatan dan jenis permukaan jalan di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat yakni jenis permukaan aspal sepanjang 110,26
Km, Kerikil sepanjang 108,96 Km, Tanah sepanjang 84,72 Km dan lainnya
sepanjang 207,71 Km.

Tabel 2-13 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Pemerintah yang Berwenang
Mengelolanya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015

Pemerintah yang Berwenang Mengelola Jumlah


No Kecamatan
Negara Provinsi Kabupaten
1. Tanimbar Selatan 13,30 - 190,86 204,16
2. Wertamrian 46,69 - 47,04 93,73
3. Wermaktian - 41,50 45,20 86,70
4. Selaru 22,00 - 59,10 81,10
5. Tanimbar Utara 48,00 - 9,70 57,70
6. Yaru - - 16,30 16,30
7. Wuarlabobar - - 106,25 106,25
8 Nirunmas 45,00 - 6,00 51,00
9 Kormomolin 51,00 - 6,20 57,20
10 Molo Maru - - 25,00 25,00
Jumlah 225,99 41,50 511,64 779,13
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-14 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015

Jenis Permukaan Jalan Jumlah


No Kecamatan
Aspal Kerikil Tanah Lainnya
1. Tanimbar Selatan 84,95 29,08 22,02 54,81 190,86
2. Wertamrian 15,01 10,83 14,00 7,20 47,04
3. Wermaktian - 22,20 - 23,00 45,20
4. Selaru - 16,50 42,60 - 59,10
5. Tanimbar Utara 9,70 - - - 9,70
6. Yaru - 4,10 - 12,20 16,30
7. Wuarlabobar - 13,25 2,00 91,00 106,25
8 Nirunmas - 3,00 - 3,00 6,00
9 Kormomolin 0,60 1,50 4,10 - 6,20
10 Molo Maru - 8,50 - 16,50 25,00
Jumlah 110,26 108,96 84,72 207,71 511,64
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-29


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Untuk panjang jalan menurut kecamatan dan kondisi jalan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat yakni jenis permukaan jalan kondisi baik sepanjang 150,81 Km,
kondisi sedang sepanjang 62,51 Km, kondisi rusak sepanjang 39,21 Km dan
kondisi rusak berat sepanjang 259,13 Km.

Tabel 2-15 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat (km), Tahun 2015

Jenis Permukaan Jalan


No Kecamatan Jumlah
Baik Sedang Rusak Rusak Berat
1. Tanimbar Selatan 78,78 21,99 18,26 71,85 190,88
2. Wertamrian 10,03 20,02 3,50 13,48 47,04
3. Wermaktian 12,00 - - 33,20 45,20
4. Selaru 25,00 10,00 2,00 22,10 59,10
5. Tanimbar Utara 3,20 6,50 - - 9,70
6. Yaru 10,30 - - 6,00 16,30
7. Wuarlabobar - - 13,25 93,00 106,25
8 Nirunmas 3,00 - - 3,00 6,00
9 Kormomolin - 4,00 2,20 - 6,20
10 Molo Maru 8,50 - - 16,50 25,00
Jumlah 150,81 62,51 39,21 259,13 511,66
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Gambar 2-16 Transportasi Darat

B. Transportasi Laut

Pelabuhan laut Saumlaki memiliki luas jembatan 900 meter x 8 meter dengan luas
dermaga 100 m x 8 m. Dermaga sedang dalam pengerjaan perluasan sebesar 50 x
8 m. Pelabuhan ini melayani kapal “Pelni”, kapal “Perintis”, dan kapal
penyeberangan (ferry).

Kondisi Umum Daerah | 2-30


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Kapal milik PT. Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia) yang singgah di pelabuhan
Saumlaki sebanyak 2 buah kapal “putih” (karena berwarna putih), yaitu KM
Pangrango dengan jadwal 2 minggu sekali dan KM Kelimutu dengan jadwal 4
minggu sekali. Trayek kapal Pangrango menghubungkan Saumlaki dengan Tepa
dan Kisar (di Kabupaten Maluku Barat Daya), Kupang (Provinsi NTT), Ambon
(ibukota Provinsi Maluku) dan Geser (di Kabupaten Seram Bagian Timur). KM
Kelimutu menghubungkan Saumlaki dengan beberapa kabupaten di Provinsi
Maluku, seperti Kabupaten Maluku Tenggara (menyinggahi Tual), Kepulauan Aru
(Dobo), Maluku Tengah (Banda), dengan ibukota provinsi (Ambon), dan dengan
beberapa provinsi lain, seperti Papua (Timika), Sulawesi Tenggara (Bau-Bau), dan
Jawa Timur (Surabaya).

Kapal Perintis yang melayani pelayaran rakyat dalam provinsi Maluku, tidak
hanya menghubungkan Saumlaki dengan kota kabupaten dan kecamatan-
kecamatan didalam provinsi Maluku dan dengan ibukota provinsi (Ambon),
tetapi juga dengan provinsi lain, yakni NTT (menyinggahi Kupang), Sulawesi
Selatan (Makassar), dan Jawa Timur (Surabaya). Ada 6 buah kapal perintis yang
menyinggahi Saumlaki dengan route yang bervariasi, dua di antaranya
menyinggahi Makassar dan Surabaya melalui Tual tetapi tidak melalui Ambon.
Sedangkan sisanya ada yang menghubungkan Saumlaki dan Larat dengan
rangkaian pulau-pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya (seperti Masela, Dai,
Daweloor, Babar, Sermata, Lakor, Moa, Leti, Kisar) dan dengan Tual dan Ambon,
serta ada yang menghubungkan ke bagian lain di Maluku bagian tengah seperti
Banda dan Geser di Seram timur, bahkan sampai ke provinsi tetangga (Kupang).
Semua kapal perintis ini singgah di Saumlaki kira-kira sekali dalam sebulan dengan
jadwal yang terkadang tidak menentu, terutama pada musim laut berombak yang
biasanya menjadi penyebab pergeseran atau ketidaktepatan jadwal.

Adapun pelayaran penyeberangan dilayani oleh dua ferry. KMP Egron setiap
minggu melayani wilayah MTB bagian barat dengan route Saumlaki – Tepa –
Saumlaki – Seira – Wunlah – Larat - Adodo (Pulau Molu) pp, sedangkan KM
Kormomolin melayari Larat - Tual seminggu sekali.

Kondisi Umum Daerah | 2-31


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-17 Transportasi Laut

C. Transportasi Udara

Transportasi udara dari dan ke Saumlaki melalui bandara dilayani oleh dua
maskapai penerbangan yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air. Pesawat Garuda
Indonesia melayani route Ambon-Saumlaki dan Saumlaki-Tual-Dobo-Ambon
beroperasi setiap hari sedangkan pesawat Wings Air yang mulai beroperasi mulai
Juni 2014 melayani route Saumlaki- Ambon beroperasi 4 kali seminggu. Saumlaki-
Tual ditempuh dalam waktu 50 menit, dan Tual-Ambon dalam waktu 85 menit.
Bandar udara Saumlaki yang baru selesai dibangun sudah beroperasi walaupun
belum selesai 100% karena masih banyak fasilitas penunjang lainnya yang masih
dalam tahap konstruksi. Lokasi bandar udara berjarak sekitar 17 km dari Kota
Saumlaki, dengan runway sepanjang 1700 meter dan lebar 30 meter yang
sekarang sedang proses pengembangan.

Gambar 2-18 Transportasi Udara

Kondisi Umum Daerah | 2-32


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.2.9 Sarana Listrik

Kebutuhan listrik di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dipenuhi oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah IX Cabang Tual yang mempunyai 1 ranting dan 3 sub ranting
masing - masing Ranting Saumlaki, Sub Ranting Larat, Adaut, dan Seira.

Tabel 2-16 Daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi Listrik PT. PLN (Persero) pada
Ranting/Sub Ranting di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2015

Ranting Sub Ranting Sub Ranting Sub Ranting


No Nama Komponen Satuan
Saumlaki Seira Adaut Larat
1. Jumlah Mesin Unit 10 3 7 8
2. Kapasitas Terpasang Kw 6.960 430 1.280 2.150
3. Daya Mampu Kw 4.591 170 920 1.150
4. Produksi Listrik Kwh 17.174.410 476.314 817.840 1.823.032
5. Pemakaian Sendiri Kwh 237.205 - 20.400 21.000
6. Susut % 1.038.031 12.550 32.989 422.210
7. Listrik Terjual Kwh 16.136.379 463.764 784.851 1.400.822
8 Nilai Terjual Rp 10.791.955 679.549 1.020.720 1.908.269
9 Jumlah Pelanggan Plgn 8.345 978 1.387 2.317
10 Terpasang VA 10.578.369 666.100 1.000.519 1.870.502
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.2.10 Sarana Telekomunikasi/Pos

Kapasitas Satuan Sambungan Telepon (SST) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat


tahun 2015 sebesar 1.224 SST. Jika dilihat dari pelanggan, ada kenaikan jumlah
langganan telepon di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Pada tahun 2014 ada
sebanyak 602 pelanggan sedangkan pada tahun 2015 menjadi 669 pelanggan.

Tabel 2-17 Kapasitas Satuan Sambungan Telepon (SST) dan Langganan Telepon pada
PT.Telkom Saumlaki, 2010 – 2015

No Tahun Kapasitas SST Langganan Telepon


1. 2010 516 518
2. 2011 1.263 657
3. 2012 1.263 428
4. 2013 1.224 649
5. 2014 1.224 602
6. 2015 1.224 669
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-33


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-18 Produksi Pos Menurut Jenis di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011-2015

No Unit Kerja/Sarana Satuan 2011 2012 2013 2014 2015


1. Surat Pos
a. Dalam Negeri
 Biasa Lembar - - - - 521
 Tercatat Lembar - - - -
 Kilat Biasa Lembar - - - -
 Kilat Khusus Lembar 169 1.461 1.637 2.725 1.741
 Kilat Tercatat Lembar - - - -
 Facsimile Lembar - - - -
b. Luar Negeri
 Biasa Lembar - -
 Tercatat Lembar 120 126 - -
2. Paket Pos Kg 20 57 98 181 181
3. Wesel Pos
a. Dikirim Lembar 1.043 3.078 3.825 3.452 2.286
b. Dibayar Lembar 861 204 5.039 4.022 2.850
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-19 Nilai Produksi Pos Menurut Jenis di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
(Juta Rupiah), 2011-2015

No Unit Kerja/Sarana 2011 2012 2013 2014 2015


1. Surat Pos
a. Dalam Negeri
 Biasa - - - -
 Tercatat - - - -
 Kilat Biasa - - - - 9,0
 Kilat Khusus 4,1 36,68 22,58 39,27 37,41
 Kilat Tercatat 3,91 9,71 - 24,39 40,83
 Facsimile - - - -
b. Luar Negeri
 Biasa - -
 Tercatat 3,29 9,71 24,39 53,84 40,83
2. Paket Pos
3. Wesel Pos
a. Dikirim 1.093,84 3.964,41 5.025,92 4.326,63 3.313,64
b. Dibayar 760,86 198,91 30.227,88 7.337,73 3.277,97
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.2.11 Sarana Pendidikan

Kondisi sarana pendidikan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat berdasarkan data


BPS Tahun 2015 dapat dilihat pada table berikut ini:

Kondisi Umum Daerah | 2-34


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-20 Banyaknya Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku


Tenggara Barat, Tahun 2011 – 2015

Taman
SD SMP SMA SMK
No Kecamatan Kanak-Kanak
N S J N S J N S J N S J N S J
1. Tanimbar Selatan 1 25 26 6 17 23 9 5 14 5 6 11 2 2 4
2. Wertamrian - 9 9 1 11 12 4 2 6 2 0 2 1 - 1
3. Wermaktian - 7 7 6 7 13 3 2 5 2 0 2 1 - 1
4. Selaru - 10 10 7 6 13 5 1 6 1 0 1 - - -
5. Tanimbar Utara - 11 11 7 9 16 6 3 9 3 2 5 1 - 1
6. Yaru - 8 8 3 5 8 1 2 3 1 0 1 - - -
7. Wuarlabobar - 11 11 4 9 13 5 1 6 2 0 2 1 - 1
8 Nirunmas - 7 7 4 6 10 5 0 5 2 0 2 - - -
9 Kormomolin - 10 10 1 9 10 3 2 5 1 0 1 - - -
10 Molo Maru - 4 4 - 5 5 2 0 2 1 0 1 - - -
Jumlah 2015 1 102 103 39 84 123 43 18 61 20 8 28 6 2 8
2014 1 101 102 38 85 123 42 20 62 20 5 25 6 1 7
2013 1 98 99 38 85 123 42 20 62 21 5 26 7 1 8
2012 1 95 96 39 84 123 44 19 63 21 5 26 7 1 8
2011 1 80 81 39 83 122 44 19 63 21 6 27 7 1 8
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016. Ket: N=Negeri, S= Swasta, J= Jumlah

Gambar 2-19 Sarana Pendidikan

2.2.12 Kawasan Strategis

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis
kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan
ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis.

Kondisi Umum Daerah | 2-35


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Kawasan strategis kabupaten berfungsi:

a. Mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengkoordinasikan


keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kota;

b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai
mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;

c. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam
rencana struktur dan rencana pola ruang:

d. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW


kabupaten; dan

e. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:

a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi


penanganan kawasan;

c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan


terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada
kawasan yang akan ditetapkan;

d. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan

e. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.13 Pariwisata

Definisi kegiatan kepariwisataan menurut WTO adalah suatu kegiatan


perjalanan/bepergian dan menetap disuatu tempat tertentu yang dilakukan oleh
seseorang diluar dari tempat-tempat atau lingkungan yang diasa mereka datangi
dalam kegiatan sehari-hari. Berbagai obyek wisata yang ada di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat diperlihatkan pada tabel-tabel berikut:

Kondisi Umum Daerah | 2-36


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-21 Objek – Objek Wisata Alam di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi


1 Pantai Weluan
2 Kolam Ikan / Goa Ibang Desa Olilit (Timur)
3 Pantai Astubun
4 Pantai Kelyaar Desa Olilit (Barat)
5 Pantai Matakus Desa Matakus
6 Tanjung Yebori Desa Lermatan
7 Air Bomaki Desa Bomaki
8 Air Wuturlely
Desa Latdalam
9 Kewas Batar
10 Susterar Nir Weye
Desa Kabiarat
11 Goa Toke Dengar
12 We Momolin
13 Tanjung Nguswain
Desa Wowonda
14 Pantai Cinta Kasih
15 Bang Ruti
16 Tanjung Delapan
17 Pantai Tumbur Desa Tumbur
18 Hutan Lindung Salir
19 Tanjung Tutun Desa Lorulun
20 Tanjung Bwairin
Desa Arui Bab
21 Pantai Pasir Panjang
22 Pantai Ngur Situli Pulau Selaru
23 Sumber Air Dalam Goa Desa Fursui
24 Pantai Limiang
Desa Namtabung
25 Sumur Tua Wermasar
26 Wer Enus
27 Wer Iniu
Desa Lingat
28 Pulau Adana
29 Sumur Tua
30 Pantai Tutu Desa Maktian
31 Bukit Kristal Desa Batu Putih
32 Pantai Koloon
33 Pantai Nama
Desa Romean
34 Pantai Wetir
35 Pantai Nukaha
36 Pantai Awear Pulau Fordata
37 Air Pusaka
38 We Momorip
Desa Watmuri
39 We Aryatu
40 Tanjung Nirunmas
41 Pantai Beliau (Soekarno)
42 We Kelyarit Desa Alusi Krawain
43 Tanjung Yempori
Sumber: Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif, Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-37


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-22 Objek – Objek Wisata Sejarah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi


1 Monumen Pembaptisan Pertama
2 Kampung Tua
3 Meriam Maresendu
Desa Olilit (Timur)
4 Meriam Selangur
5 Bati Umput
6 Goa Jepang
7 Batngil Larwona (Batu Bersejarah)
Desa Sifnana
8 Goa Jepang
9 Parigi Tua Desa Lermatan
10 Bangkai Kapal Portugis
Desa Lauran
11 Meriam Tua
12 Steleng Jepang
13 Goa Jepang Desa Kabiarat
14 Rantai Kapal
15 Jangkar Kapal
16 Rantai Kapal
Desa Wowonda
17 Guci Tua
18 Meriam (Minak a Kriti)
19 Situs Yempori (Yebori)
20 Situs Fanoir
Desa Latdalam
21 Situs Asite Ni Awain
22 Batlosa
23 Kampung Tua Desa Lorulun
24 Natar Sori Sangliat
25 Lutur Sori Desa Sangliat Dol
26 Fint Batu
27 Natar Sori Arui
Desa Arui Bab
28 Tangga Batu
29 Tipa Mas Desa Maktian
30 Batu Asa / Gosok
Desa Seira
31 Patung Sudara
32 Batu Pemali
33 Piring Tua Desa Batu Putih
34 Tempayan Tua
35 Patung Tua (Yamden Duan) Desa Marantutul
36 Rumah Tua Pulau Selaru
37 Tengkorak Besar Bangsawan Enos
Desa Fursui
38 Sesarmas (Bangsawan Enos yang menjadi batu)
39 Sumur Tua Wermasar Desa Namtabung
40 Goa Jepang
41 Situs Kerajaan Enos
42 Usus (Patok/Tapal Batas) Kerajaan Enos
43 Situs Weslety (Kampung Tua)
Desa Lingat
44 Sumur Tua
45 Meriam Tua
46 Goa Persembunyian Tentara Jepang
47 Lapangan Terbang Kolonial
48 Parigi Tua Masopa
49 Bunker Peninggalan Jepang Desa Kandar
50 Batu Pusaka Karbaudun
51 Situs Bersadi Desa Adaut

Kondisi Umum Daerah | 2-38


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

No Objek Wisata Lokasi


52 Perahu Batu Seram
Desa Werain
53 Bangkai Kapal
54 Patung Atuf Desa Lamdesar
55 Batu Tutruga/Bat Feni Desa Tutukembong
56 Ndramdum Ulun Desa Watmuri
57 Tangga Farano
Desa Alusi Krawain
58 Tangga Batu ke Air Kalyarit
59 Pnue Lose Desa Meyano
Sumber: Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif, Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-23 Objek – Objek Wisata Rohani di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi


1 Wisata Finduar
Desa Olilit (Timur)
2 Patung Pater Matias Neyens
3 Monumen Pendaratan Pertama Misionaris dan Kapal Desa Sifnana
4 Lourdes Tua Desa Kabiarat
5 Gereja Tua Desa Lorulun
6 Goa Hati Kudus Desa Arui Bab
7 Gereja Tua Desa Kandar
8 Gereja Tua Hati Kudus Desa Alusi
Sumber: Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif, Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-24 Objek – Objek Wisata Budaya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi


1 Kerajinan Gerabah dan Anyaman Desa Lauran
2 Ukiran Kayu
Desa Tumbur
3 Anyaman
4 Rumah Adat Desa Lorulun
5 Situs Budaya (Natar Resitalu) Desa Alusi
6 Tarian Daerah
Seluruh Desa Di Kab. MTB
7 Tenunan Ikat
Sumber: Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif, Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-25 Objek – Objek Wisata Bahari di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi


1 Pulau Matakus
Desa Matakus
2 Pulau Nustabun
3 Kepulauan Astubun Desa Olilit
4 Tanjung Tual Desa Lermatang
5 Taman Laut Tutun Desa Lorulun
6 Pulau Angwarmas Desa Adaut
Sumber: Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif, Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-39


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-20 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Kondisi Umum Daerah | 2-40


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.3 SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


2.3.1 PDRB

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-
sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur ekonomi yang
terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-mangsing sektor dapat
menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan
berproduksi dari setiap sektor ekonomi. Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku
Tenggara Barat sejak tahun 2010 masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama. Ketiga
sektor tersebut adalah sektor pertanian, administrasi pemerintahan, pertahanan dan
jaminan sosial wajib serta sektor konstruksi. Produk Domestik Regional Bruto
Perkapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu
daerah. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Perkapita suatu daerah adalah
Produk Domestik Regional Bruto Perkapita daerah tersebut dibagi jumlah penduduk
pertengahan tahunnya.

Tabel 2-26 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (juta rupiah), 2010 – 2014

NO Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013*) 2014**)

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 226.876 251.693 283.378 315.271 358.005


2 Pertambangan dan Penggalian 15.545 18.100 20.740 23.039 28.068
3 Industri Pengolahan 14.691 17.010 19.448 22.719 25.813
4 Pengadaan Listrik dan Gas 507 487 496 447 628
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.374 9.113 10.156 10.826 11.955
6 Konstruksi 132.898 160.294 190.389 222.500 258.817
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 88.721 101.409 117.620 131.330 146.601
8 Transportasi dan Pergudangan 30.212 33.422 36.537 42.577 50.028
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 18.421 20.888 24.994 29.119 32.554
10 Informasi dan Komunikasi 24.122 25.849 28.004 30.963 34.388
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 23.941 31.676 38.066 44.910 52.213
12 Real Estate 3.245 3.518 3.923 4.341 4.856
13 Jasa Perusahaan 6.628 7.365 7.874 9.047 10.094
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 293.434 363.959 434.153 487.484 558.837
15 Jasa Pendidikan 37.764 41.959 48.803 52.370 62.340
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 41.164 47.538 53.755 57.438 60.851
17 Jasa lainnya 14.009 15.425 16.201 17.996 19.477
Produk Domestik Regional Bruto 980.554 1.149.704 1.337.536 1.502.378 1.715.524
Catatan: *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Makin tinggi PDRB Per Kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik.
Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana, jika PDRB per
kapita makin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan
perekonomian makin membaik, sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebasan
memilih pekerjaan dan masa depan, kondisinya makin meningkat.

Kondisi Umum Daerah | 2-41


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Pendapatan Regional Bruto Perkapita Kabupaten Maluku Tenggara Barat atas dasar
harga berlaku selama tahun 2010 s/d 2014, terus mengalami kenaikan dari Rp.
980.554.000 pada tahun 2010 menjadi Rp. 1.257.048.000 pada tahun 2014.

Tabel 2-27 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (juta rupiah), 2010 – 2014
NO Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013*) 2014**)

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 226.876 232.491 241.950 249.153 263.687


2 Pertambangan dan Penggalian 15.545 16.907 18.516 19.582 21.014
3 Industri Pengolahan 14.691 15.562 16.505 17.741 18.961
4 Pengadaan Listrik dan Gas 507 544 574 592 790
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.374 8.591 8.993 9.355 10.193
6 Konstruksi 132.898 143.910 154.904 169.054 183.607
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 88.721 96.159 105.786 114.027 118.835
8 Transportasi dan Pergudangan 30.212 31.908 33.718 35.893 39.363
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 18.421 19.414 21.281 22.743 23.866
10 Informasi dan Komunikasi 24.122 25.836 27.828 30.472 32.886
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 23.941 30.267 32.394 37.609 41.160
12 Real Estate 3.245 3.301 3.539 3.642 3.775
13 Jasa Perusahaan 6.628 6.992 7.186 7.557 7.784
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 293.434 322.453 352.491 364.428 381.803
15 Jasa Pendidikan 37.764 38.880 41.321 42.752 46.821
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 41.164 43.464 46.251 46.616 47.874
17 Jasa lainnya 14.009 14.061 14.193 14.275 14.626
Produk Domestik Regional Bruto 980.554 1.050.741 1.127.429 1.185.489 1.257.048
Catatan: *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Gambar 2-21 Grafik Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas
Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Miliar
Rupiah), 2011-2015

Kondisi Umum Daerah | 2-42


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-28 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Maluku Tenggara
Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen), 2011–2014
NO Lapangan Usaha 2011 2012 2013*) 2014**)

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,47 4,07 2,98 5,83


2 Pertambangan dan Penggalian 8,76 9,52 5,76 7,31
3 Industri Pengolahan 5,93 6,06 7,49 6,88
4 Pengadaan Listrik dan Gas 7,32 5,38 3,15 33,50
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2,58 4,69 4,03 8,96
6 Konstruksi 8,29 7,64 9,14 8,61
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,38 10,01 7,79 4,22
8 Transportasi dan Pergudangan 5,61 5,67 6,45 9,67
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,39 9,62 6,87 4,94
10 Informasi dan Komunikasi 7,11 7,71 9,50 7,92
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 26,42 7,03 16,10 9,44
12 Real Estate 1,71 7,19 2,91 3,68
13 Jasa Perusahaan 5,49 2,77 5,16 3,01
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9,89 9,32 3,39 4,77
15 Jasa Pendidikan 2,96 6,28 3,46 9,52
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,59 6,41 0,79 2,70
17 Jasa lainnya 0,37 0,94 0,58 2,46
Produk Domestik Regional Bruto 7,16 7,30 5,15 6,04
Catatan: *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Dimana untuk laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten


Maluku Tenggara Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
juga menunjukkan tren menurun, dimana pada tahun 2011 sebesar 7,16% menjadi
6,04% pada tahun 2014.

Gambar 2-22 Grafik Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Maluku Tenggara Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen),
2011–2014

Kondisi Umum Daerah | 2-43


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.3.2 Mata Pencaharian Penduduk

Secara umum angka penyerapan tenaga kerja paling banyak ada di sektor pertanian,
diikuti sektor perdagangan dan bangunan/konstruksi. DI sektor pertanian,
peningkatannya per tahun hampir mencapai jumlah kurang lebih 10.000. Hal ini
disebabkan karena pekerjaan pada sektor pertanian tidak membutuhkan tenaga kerja
terampil (bertani tradisional), sedangkan angkatan kerja usia produktif yang tidak
terampil tersebut terus meningkat sehingga terserap dalam sektor pertanian
tradisional (penduduk lokal). Sedangkan, di sektor perdagangan, peningkatannya
yang signifikan diduga berasal dari arus gelombang migrasi dari luar MTB dalam tiga
tahun terakhir ini, dengan orientasi utama pada usaha sektor perdagangan non
formal berskala kecil yang merebak luas di daerah perkotaan MTB saat ini.
Peningkatan sektor bangunan juga terkait dengan maraknya pembangunan
infrastruktur fisik di Kab MTB yang terus dipacu tiga tahun terakhir ini. Dengan
demikian, banyak pula tenaga kerja terserap dalam sektor konstruksi tersebut.

Sejauh ini belum ada industri berskala besar yang dikembangkan di MTB, kecuali
rencana operasi hulu industri Migas Blok Masela oleh INPEX Ltd yang saat ini sedang
berada di fase pra-konstruksi, tahun 2013 dimulai fase konstruksi dan tahun 2016
baru beroperasi. Diduga bahwa fase konstruksi tahun 2013 diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja lokal cukup signifikan disektor konstruksi tersebut.

Tenaga kerja merupakan salah satu modal utama bagi bergeraknya roda
pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan
seiring dengan berlangsungnya proses pembangunan. Jumlah angkatan kerja di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat sampai dengan tahun 2015 sebanyak 53.616
orang, dengan jumlah yang bekerja sebanyak 50.800 orang. Dan penganguran
terbuka yaitu sebanyak 2.816 orang. Dan yang bukan angkatan kerja sebanyak
17.220 orang.

Untuk lebih jelasnya komposisi tenaga kerja yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Kondisi Umum Daerah | 2-44


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-29 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

Jenis Kelamin
NO Kegiatan Utama
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Angkatan Kerja 28.541 25.075 53.616
 Bekerja 26.711 24.089 50.800
 Pengangguran Terbuka 1.830 986 2.816
2 Bukan Angkatan Kerja 6.710 10.510 17.220
 Sekolah 3.701 4.151 7. 852
 Mengurus Rumah Tangga 1.012 5.127 6.139
 Lainnya 1.997 1.123 3.229
Jumlah 35.251 35.585 70.836
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 80.97 70,47 75,69
Tingkat Pengangguran 6,41 3,93 5,25
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.3.3 Adat Istiadat, Tradisi dan Budaya

Masyarakat Kabupaten MTB hidup dalam adat-istiadat yang disebut Duan Lolat.
Duan Lolat merupakan satu hukum adat tertinggi yang lahir, dan hidup berdasarkan
hak dan tanggung-jawab timbal-balik antara keluarga pemberi, dan keluarga
penerima anak dara, dalam berbagai aspek kehidupan multidimensional masyarakat
warga MTB dimana saja berada yang aktual dan konseptual.

Selain Duan Lolat, dikenal juga Budaya SASI yang menjadi norma dalam pengelolaan
sumber-sumber daya atau potensi alam yang ada di Desa. Inti dari Budaya SASI
adalah, pengaturan masa panen atas sumber daya alam yang ada di Desa pada hak
ulayat desa masing-masing.

Kearifan lokal dari Budaya SASI secara tidak langsung mendukung kelestarian sumber
daya atau potensi alam yang dimiliki oleh Desa, seperti sumber daya kelautan dan
perikanan, sumber daya perkebunan dan lain-lain sesuai dengan potensi yang ada di
masing-masing Desa.

Sebagian besar Desa di Pulau Selaru, Matakus, dan beberapa desa di Kecamatan lain,
memiliki kebiasaan unik dalam menangkap ikan di laut yang dinamakan “Tarik Tali”
atau “Talikoor”. Tarik Tali hanya dilakukan pada bulan-bulan tertentu, yang diawali
dengan upacara adat. Proses Talikoor dilakukan dengan menggunakan janur kelapa
untuk menjerat ikan dan digiring ke tepi laut untuk kemudian langsung ditangkap.

Kondisi Umum Daerah | 2-45


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.4 KESEHATAN LINGKUNGAN

Ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan merupakan ujung tombak


pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu maka dari tahun ke
tahun pemerintah melalui dinas kesehatan telah membangun sarana kesehatan yang
dilengkapi dengan fasilitas dan sumber daya manusi yang diperlukan.

Banyaknya Pelanggan pada akhir Tahun 2015 adalah 5.386 pelanggan dengan
jumlah air yang disalurkan sebesar 875.906 m3 dan Nilai air minum yang diproduksi
sebanyak 4.548.328 seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2-30 Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2010 – 2015
No Kategori 2011 2012 2013 1014 2015
1. Sosial
 Umum 4 3 6 9 8
 Khusus 4 5 7 7 8
2. Non Niaga
 Rumah Tangga 1.613 2.575 3.146 3.958 4.701
 Instansi Pemerintah 65 95 106 135 171
3. Niaga
 Kecil 248 277 350 361 403
 Besar 33 41 42 74 83
4. Industri
 Kecil - - - - -
 Besar - - - - -
5. Khusus
 Pelabuhan 2 2 1 5 6
 Lainnya 2 4 5 5 6
Jumlah 1.971 3.002 3.663 4.554 5.386
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-31 Banyaknya Air Minum yang Disalurkan Menurut Jenis Konsumen di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat (m3), 2010 – 2015259
No Kategori 2011 2012 2013 1014 2015
1. Sosial
 Umum 2.551 1.884 3.201 1.763 2.603
 Khusus 5.157 3.171 4.724 8.018 18.643
2. Non Niaga
 Rumah Tangga 278.776 336.674 429.793 486.800 535.128
 Instansi Pemerintah 31.893 32.023 63.805 97.542 216.019
3. Niaga
 Kecil 51.675 56.504 67.836 71.174 79.010
 Besar 6.509 7.509 8.645 11. 17.598
4. Industri
 Kecil - - - - -
 Besar - - - - -
5. Khusus
 Pelabuhan 2.836 5.568 8.129 4.320 1.615
 Lainnya 1.983 1.623 3.492 3.507 5.290
Jumlah 381.380 444.956 589.625 684.383 875.906
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-46


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-32 Nilai Air Minum yang Diproduksi Menurut Jenis Konsumen di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat (ribu Rupiah), 2010 – 2015

No Kategori 2011 2012 2013 1014 2015


1. Sosial
 Umum 8.291 6.360 12.028 6.372 7.815
 Khusus 21.274 12.323 19.267 38.330 79.852
2. Non Niaga
 Rumah Tangga 1.287.983 1.637.535 1.927.190 2.132.013 2.359.368
 Instansi Pemerintah 186.046 181.815 457.674 721.726 1.403.937
3. Niaga
 Kecil 325.597 373.781 513.355 479.882 513.608
 Besar 58.384 65.139 87.639 103.853 109.110
4. Industri
 Kecil - - - - -
 Besar - - - - -
5. Khusus
 Pelabuhan 31.585 60.410 98.173 54.000 19.971
 Lainnya 25.677 18.292 42.994 41.154 54.669
Jumlah 1.944.837 2.355.654 3.158.319 3.577.329 4.548.328
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.5 RUANG DAN LAHAN


2.5.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah


mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai Beranda
Depan NKRI yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berbasis pada
agribisnis lahan kering dan kelautan melalui pengembangan masyarakat kepulauan,
budaya lokal dan IPTEK dengan mengedepankan mitigasi bencana dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat meliputi:

a. Meningkatkan fungsi kawasan sebagai Beranda Depan NKRI untuk kegiatan


pertahanan dan keamanan negara;

b. Mendorong pengembangan ekonomi wilayah dan pusat-pusat pertumbuhan yang


merata dan berbasis pada agribisnis lahan kering dan kelautan melalui
pengembangan masyarakat kepulauan, budaya lokal, dan IPTEK;

c. Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah dalam rangka meningkatkan


perekonomian wilayah, kesejahteraan masyarakat, dan mengurangi kesenjangan
tingkat perkembangan antarkawasan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat;

Kondisi Umum Daerah | 2-47


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

d. Melestarikan dan meningkatkan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan keseimbangan ekosistem, keanekaragaman hayati, dan warisan
budaya dengan mengedepankan mitigasi bencana.

2.5.2 Penggunaan Lahan Dan Tata Guna Lahan

Penetapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi


kawasan hutan lindung, kawasan suaka alam/konservasi serta kawasan lindung
laut/terumbu karang. Wilayah yang menjadi kawasan lindung terdapat di Pulau
Yamdena dan Pulau Fordate. Kawasan Suaka Alam yang ditetapkan adalah kawasan
pantai berhutan bakau.

Perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dikatakan


relatif rendah. Hal ini tercermin dari perkembangan lahan non pertanian yang tidak
mencapai 5% dari total kawasan budidaya di wilayah tersebut. Perkembangan yang
cukup mengkhawatirkan adalah perubahan tutupan lahan kawasan hutan yang cukup
signifikan. Dari intepretasi terhadap citra satelit landsat tahun 2001 dan 2005, terlihat
perubahan lahan hutan yang sangat signifikan. Perubahan kawasan hutan menjadi
semak belukar, pertanian lahan kering dan savana merupakan perkembangan yang
paling menonjol. Demikian pula dengan perubahan pada luasan lahan terbuka yang
cukup signifikan perubahannya.

Kondisi Umum Daerah | 2-48


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-23 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Kondisi Umum Daerah | 2-49


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.5.3 Rencana Pengembangan Tata Kota

Penentuan BWK didasarkan pada kriteria fungsional, dengan batas-batas berupa batas
fisik yang diperkirakan dapat menjadi pembatas bagi orientasi penduduknya. Jumlah
BWK sangat ditentukan oleh jumlah penduduk kota dan kondisi topografisnya.
Pembagian wilayah kota menjadi beberapa BWK pada dasarnya bertujuan untuk
memudahkan pelayanan kepada penduduk.

Pembagian kawasan perkotaan di sini merupakan langkah lebih rinci dari penyusunan
rencana struktur tata ruang Kota Saumlaki. Adapun prinsip dalam pembagian
kawasan perkotaan ini adalah bahwa:

1. Setiap bagian wilayah kota merupakan satu kesatuan fungsional. Jadi satu bagian
wilayah kota atau sub bagian wilayah kota dapat dideliniasi berdasarkan adanya
suatu kegiatan utama di suatu wilayah. Oleh karena itu seharusnya terdapat
pusat-pusat bagian wilayah kota atau sub bagian wilayah kota yang merupakan
aglomerasi dari fasilitas-fasilitas pelayanan.

2. Suatu bagian wilayah kota dapat pula dibentuk berdasarkan kesamaan


karakteristik fisik dasar atau lingkungannya: seperti wilayah pantai, kepadatan
tinggi, sepanjang sungai dan sebagainya.

3. Setiap bagian kota dibatasi oleh pembatas–pembatas fisik yang mudah


diidentifikasi seperti sungai, jalan, jalur hijau dan lain-lain yang dapat berfungsi
sebagai pengendali perkembangan dan orientasi pergerakan penduduknya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka wilayah perencanaan Kota Saumlaki akan


dikembangkan menjadi 3 (tiga) Bagian Wilayah Kota, yaitu:

 SWP I (Pusat Kota) secara umum fungsinya terdiri dari:

a. Komersial;

b. Pemerintahan dan Fasilitas Umum;

c. Pelabuhan Laut/Fery;

d. Permukiman;

e. Bandara;

f. Pariwisata;

g. Konservasi;

Kondisi Umum Daerah | 2-50


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

 SWP II dengan fungsinya adalah:

a. Perumahan/Permukiman;

b. Dermaga Khusus Perekonomian;

c. Pertanian/Perkebunan;

d. Industri non polutan.

 SWP III yang berfungsi:

a. Perumahan/ Permukiman;

b. Kawasan Radar TNI;

c. Dermaga PPI;

d. Kawasan Konservasi.

Pada dasarnya untuk mewujudkan fungsi-fungsi yang diarahkan pada masing-masing


BWK, maka perlu didukung oleh penyediaan dan peningkatan sarana/fasilitas kota
dengan skala pelayanan yang lebih luas baik itu secara mikro di lingkup Kota
Kecamatan, maupun dalam skala regional untuk Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Prinsip dari pengembangan BWK secara administrasi berhimpitan dengan batas desa.
Hal ini terkait dengan karakteristik, fungsi, dan ketersediaan sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh masing-masing desa. Masing-masing desa memiliki karakteristik
yang berbeda-beda menurut kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan budaya. Berdasarkan
karakteristik yang dimiliki maka fungsi yang dapat dikembangkan di masing-masing
desa akan berbeda satu dengan yang lainnya yang kemudian diterjemahkan dengan
pembentukan BWK.

Kondisi Umum Daerah | 2-51


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-24 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Kondisi Umum Daerah | 2-52


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.5.4 Rencana Pemanfaatan Ruang

Rencana umum pemanfaatan ruang merupakan kebijakan yang menetapkan lokasi


kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta diprioritaskan
pengembangannya dalam jangka waktu perencanaannya. Rencana pola pemanfaatan
ruang perkotaan merupakan bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan
ukuran, fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan kegiatan alam. Penentuan lokasi
dan luas lahan disesuaikan dengan skala pelayanannya yaitu untuk kegiatan primer
dengan jangkauan regional ataupun untuk kegiatan sekunder dengan jangkauan
pelayanan lokal/kota.

Pemanfaatan ruang di Kota Saumlaki diarahkan pengembangannya sesuai dengan


pola pemanfaatan ruang sebagai kawasan budidaya perkotaan dengan tetap
memperhatikan kawasan lindung. Hal ini untuk mendukung kebutuhan Kota
Saumlaki sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang membutuhkan
perbaikan atau pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan
perkotaan di Kota Saumlaki.

Kawasan budidaya perkotaan meliputi perumahan dan permukiman, perdagangan


dan jasa, industri, pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi, olah raga,
perkantoran pemerintah dan niaga, sarana transportasi, lahan untuk kegiatan
pertanian, pemakaman, hingga tempat pembuangan sampah. Kawasan budidaya
perkotaan dapat dikelompokkan menjadi kawasan terbangun dan kawasan/ruang
terbuka hijau. Sedangkan untuk kawasan lindung berupa kawasan resapan air,
sempadan pantai/sungai/mata air, cagar alam, taman hutan raya dan wisata alam,
kawasan cagar budaya, hingga kawasan rawan bencana gempa/banjir/gelombang
pasang/tanah longsor.

2.5.5 Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan komponen
dalam penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan wilayah administratif,
kegiatan kawasan, maupun nilai strategis kawasan. Yang termasuk dalam kawasan
lindung adalah:

1. Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memberikan pelindungan kawasan


bawahannya, antara lain, kawasan hutan lindung, kawasan bergambut dan
kawasan resapan air;

Kondisi Umum Daerah | 2-53


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2. Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai,


kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan sekitar mata air;

3. Kawasan suaka alam dan cagar alam, antara lain, kawasan suaka alam, kawasan
suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa
serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

4. Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung
berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan
rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir; dan

5. Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan


perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa dan terumbu karang.

Rencana pengembangan Kawasan Lindung setempat di wilayah Maluku Tenggara


Barat antara lain meliputi:

a. Penetapan kawasan sempadan sungai- sungai di Pulau Yamdena dengan jarak 100
Meter untuk wilayah diluar permukiman terutama di Kecamatan Nirunmas,
Kormomolin, Wertamrian, dan Wuarlabobar;

b. Penetapan kawasan sempadan pantai di Pesisir pantai dengan 100 meter dari titik
pasang tertinggi terutama di Pesisir Pantai Timur Pulau Yamdena;

c. Penetapan Kawasan Sempadan pantai dengan jarak yang disesuaikan pada pantai
pesisir barat serta pantai pulau Yaru, Selaru dan Molo Maru;

d. Penetapan kawasan sekitar mata air dengan radius minimal 200 meter dari lokasi
mata air di kawasan mata air Desa Bomaki, kawasan mata air Desa Olilit Baru
dan Desa Latdalam (Kec. Tanimbar Selatan), serta kawasan mata air di Kecamatan
Kormomolin.

2.5.6 Laju Perubahan Tata Guna dan Fungsi Lahan

Pengembangan pemanfaatan ruang kawasan terbangun yang akan dikembangkan di


Kota Saumlaki sebagai Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat hingga tahun 2029
meliputi bangunan kantor pemerintahan dan bangunan umum, perumahan,
pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, dan bangunan sarana pendukung
lainnya. Secara spasial pemanfaatan ruang kawasan terbangun di Kota Saumlaki

Kondisi Umum Daerah | 2-54


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

mempunyai beberapa pola yang berbeda. Berdasarkan jenis kegiatan fungsionalnya,


rencana pemanfaatan ruang kawasan terbangun di Kota Saumlaki meliputi:

 Pemerintahan;

 Pelayanan Umum;

 Perdagangan dan jasa;

 Perkantoran;

 Perumahan.

Selain dalam bentuk kawasan fungsional di atas, termasuk dalam kawasan terbangun
adalah sarana/fasilitas perkotaan (pendidikan, kesehatan dan peribadatan) yang
perkiraan kebutuhannya akan diuraikan pada rencana pengembangan sarana dan
prasarana perkotaan. Pada bagian berikut akan diuraikan satu persatu komponen dari
setiap peruntukan pemanfaatan ruang beserta arahan lokasi yang akan
dikembangkan.

1. Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Kantor pemerintahan dan kantor administrasi untuk lingkup kabupaten


dipusatkan di Timur, yang direncanakan akan berlokasi di desa Olilit. Luas dari
kawasan perkantoran pemerintahan kabupaten ini direncanakan akan mendiami
lahan seluas 44 Ha Di samping itu terdapat juga kantor pelayanan umum
setingkat kecamatan yang di Desa Saumlaki dan Desa Olilit. Sedangkan untuk
kantor pelayanan tingkat desa yang berlokasi di setiap desanya masing-masing.

2. Perdagangan dan Jasa

Kegiatan perdagangan dengan skala kecamatan pusat kegiatannya berlokasi di


sekitar Desa Olilit dan Sifnana. Sedang lokasi perdagangan regional diarahkan di
pusat Kota, yaitu di Desa Saumlaki. Lokasi perdagangan di di sekitar Desa Olilit
dan Sifnana ini dinilai sangat strategis karena dilalui oleh jalur jaringan jalan. Di
samping itu tingkat aksesibilitas lokasi ini dengan BWK lainnya maupun desa-desa
lainnya dinilai cukup mudah. Kegiatan jasa profesional seperti bank, asuransi,
kantor dagang, biro jasa dan sebagainya yang mempunyai derajat hubungan yang
tinggi dengan perdagangan lokasinya perlu berdekatan atau tercampur (mixed)
dengan kawasan perdagangan.

Kondisi Umum Daerah | 2-55


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

3. Perkantoran

Keberadaan dari aktivitas perkantoran ini untuk membedakan arahan


pemanfaatan ruangnya dengan aktivitas pelayanan umum (kantor pemerintahan)
yang diarahkan di BWK. Aktivitas perkantoran swasta ini diarahkan berada di
BWK, tepatnya berlokasi di Desa Olilit .

4. Perumahan

Lokasi perumahan pada dasarnya sesuai dengan kecenderungan eksisting yang


menyebar di beberapa pusat permukiman setingkat desa. Namun pengembangan
kawasan permukiman ini akan difokuskan untuk dikembangkan di desa Sifnana.
Desa Lauran dan di semua desa yang terlingkupi dalam BWK ini.

5. Pelayanan Umum

Kegiatan untuk pelayanan umum saat ini berpusat di Kota Saumlaki. Untuk
Rumah Sakit Umum berada di desa Lauran namun tidak difungsikan karena akses
dan dukungan energi yang belum tersedia.

Kondisi Umum Daerah | 2-56


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-25 Peta Rencana Kawasan Lindung Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Kondisi Umum Daerah | 2-57


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.6 KEPENDUDUKAN

2.6.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat berdasarkan proyeksi penduduk tahun


2015 sebanyak 110.425 jiwa yang terdiri atas 55.507 jiwa penduduk laki-laki dan
54.918 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk
tahun 2014, penduduk Maluku Tenggara Barat mengalami pertumbuhan sebesar 0,76
persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar
0,71 persen dan penduduk perempuan sebesar 0,82 persen. Sementara itu besarnya
angka rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan sebesar 101.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 mencapai


10,93 jiwa/km2. Distribusi Penduduk di 10 kecamatan cukup beragam dengan
distribusi penduduk tertinggi terletak di kecamatan Tanimbar Selatan dengan
persentase sebesar 29,97% dan terendah di Kecamatan Molu Maru sebesar 2,63%.
Selengkapnya informasi demografi Kabupaten Maluku Tenggara Barat disajikan pada
berikut ini.

Tabel 2-33 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Sex Ratio dan
Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan


Sex
No Kecamatan Penduduk
Laki-Laki Perempuan Total Ratio
(Jiwa/Km2)
1 Tanimbar Selatan 16.767 16.327 33.094 103 40
2 Wertamrian 5.060 5.117 10.177 99 8
3 Wermaktian 5.820 5.611 11.431 104 4
4 Selaru 6.390 6.451 12.841 99 16
5 Tanimbar Utara 6.888 6.977 13.865 99 13
6 Yaru 2.495 2.547 5.042 98 63
7 Wuarlabobar 3.821 3.655 7.476 105 11,42*)
8 Nirunmas 3.651 3.733 7.384 98 5
9 Kormomolin 3.114 3.093 6.207 101 7
10 Molu Maru 1.501 1.407 2.908 107 -
JUMLAH 55.507 54.918 110.425 101 10,93
Catatan/Note : *) Termasuk Kecamatan Molu Maru
Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-58


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-26 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat Tahun 2015

Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara


Barat pada tahun 2015 didominasi oleh penduduk yang berumur 0 – 4 tahun sebesar
13,14%. Jumlah penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat berdasarkan
kelompok umur selengkapnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2-34 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat, Tahun 2015

Kelompok Umur Jumlah Penduduk (Jiwa)


No Persentase (%)
(Tahun)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0-4 7.289 7.221 14.510 13,14
2 5-9 6.780 6.355 13.135 11,89
3 10 - 14 6.253 5.821 12.074 10,93
4 15 - 19 5.024 4.630 9.654 8,74
5 20 - 24 4.091 4.071 8.162 7,39
6 25 - 29 4.046 4.085 8.131 7,36
7 30 - 34 3.895 4.188 8.083 7,32
8 35 - 39 3.763 3.533 7.296 6,61
9 40 - 44 3.019 3.033 6.052 5,48
10 45 - 49 2.771 2.771 5.542 5,02
11 50 - 54 2.553 2.709 5.262 4,77
12 55 - 59 2.216 2.279 4.495 4,07
13 60 - 64 1.342 1.416 2.758 2,50
14 65+ 2.465 2.806 5.271 4,77
JUMLAH 55.507 54.918 110.425 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

Kondisi Umum Daerah | 2-59


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.6.2 Penyebaran Penduduk

Kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 mencapai


10,93 jiwa/km2. Distribusi Penduduk di 10 kecamatan cukup beragam dengan
distribusi penduduk tertinggi terletak di kecamatan Tanimbar Selatan dengan
persentase sebesar 29,97% dan terendah di Kecamatan Molu Maru sebesar 2,63%.

Tabel 2-35 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten


Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015
No Persentase Kepadatan Penduduk
Kecamatan
Penduduk (Jiwa/Km2)
1 Tanimbar Selatan 29,97 40,08
2 Wertamrian 9,22 7,84
3 Wermaktian 10,35 3,89
4 Selaru 11,63 15,54
5 Tanimbar Utara 12,56 12,89
6 Yaru 4,57 63,49
7 Wuarlabobar 6,77 11,42*)
8 Nirunmas 6,69 5,03
9 Kormomolin 5,62 6,65
10 Molu Maru 2,63 -
JUMLAH 100,00 10,93
Catatan/Note : *) Termasuk Kecamatan Molu Maru
Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

Gambar 2-27 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten


Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

2.7 KEUANGAN DAERAH


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Maluku Tenggara
Barat dalam 5 tahun belakangan terus menunjukan peningkatan. Realisasi APBD
Kabupaten Maluku Tenggara Barat selama tahun 2009-2013 adalah sebagaimana
tergambar pada tabel 2.36 pada halaman berikutnya.

Kondisi Umum Daerah | 2-60


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-36 Realisasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2009-2013

Tahun
No Uraian
2009 2010 2011 2012 2013
A. PENDAPATAN
1 Pendapatan Asli Daerah 11,740,976,680.01 22,605,878,800.05 9,173,314,616.86 10,745,908,136.64 13,410,308,995.28
2 Dana Pembangunan Transfer 374,104,230,759.64 346,924,795,203.00 485,375,367,463.00 462,946,065,342.57 509,595,247,882.00
3 Lain-lain Pendapatan yang sah 6,983,325,000.00 37,349,102,780.00 44,635,193,000.00 40,552,354,336.00
Jumlah Pendapatan 392,828,532,439.65 406,879,776,783.05 494,548,682,079.86 518,327,166,479.21 563,557,911,213.28
B. BELANJA
1 Belanja Tidak Langsung 274,605,527,467.00 296,360,800,421.90 268,477,852,873.60 270,851,066,766.00 290,222,132,357.28
2 Belanja Langsung 165,573,539,618.00 145,623,198,624.00 254,816,065,587.00 259,597,323,146.64 243,915,717,340.00
Jumlah Belanja 440,179,067,085.00 441,983,999,045.90 523,293,918,460.60 530,448,389,912.64 534,137,849,697.28
C. PEMBIAYAAN
1 Penerimaan Pembiayaan 86,623,026,065.77 30,732,778,944.42 20,778,109,476.57 22,322,230,933.43 18,920,553,372.00
2 Pengeluaran Pembiayaan 7,790,057,476.00 3,133,789,250.00 14,665,692,450.00 25,575,937,500.00 48,340,641,888.00
Pembiayaan Netto 78,832,968,589.77 27,598,989,694.42 6,112,417,026.57 (3,253,706,566.57) (29,420,088,516.00)
SILPA/Surplus/Defisit Anggaran 30,732,778,944.42 20,778,109,476.57 22,322,230,933.43 38,138,531,581.47 -
Sumber: Buku Putih Sanitasi, Tahun 2013

Kondisi Umum Daerah | 2-61


NASKAH AKADEMIK
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Kondisi Umum Daerah | 2-62

Anda mungkin juga menyukai