DOCRPIJM - 86f23cb3a6 - BAB IIBab 2 - Kondisi Umum Daerah PDF
DOCRPIJM - 86f23cb3a6 - BAB IIBab 2 - Kondisi Umum Daerah PDF
BAB - 2
KONDISI UMUM DAERAH
2.1.1 Geografi
Kabupaten Maluku Tenggara Barat tadalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku
dan merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku
Tenggara Barat.
Secara astronomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak pada posisi 60 34’ 24”
– 80 24’ 36” Lintang Selatan dan 1300 37’ 47” – 1330 4’ 12” Bujur Timur.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah yang relatif datar (0-3%),
landai/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam (15–30%), curam (30–
50%) dan sangat curam (>50%). Topografi wilayah terkait dengan faktor lereng dan
ketinggian tempat dari muka laut. Kelas lereng 0-8 persen (datar sampai berombak),
sesuai untuk semua usaha pertanian: tanaman pangan/semusim, tanaman umur
panjang, dan peternakan. Kelas lereng 8-30 persen (bergelombang sampai berbukit),
tidak sesuai untuk tanaman pangan/semusim dan peternakan, hanya sesuai untuk
tanaman tahunan. Di utara Pulau Yamdena terdapat sederet pulau-pulau kecil. Kedua
deretan pulau tersebut terpisah oleh selat yang dangkal dengan kedalaman tidak lebih
dari 20 meter, sehingga apabila terjadi pasang surut, terbentuk daratan kering yang
luasnya bisa mencapai setengah kilometer dari tepi pantai Yamdena. Yamdena utara
umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter, sedang daerah perbukitan
di bagian selatan tingginya melebihi 200 meter. Secara keseluruhan morfologi di
daerah ini dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu perbukitan, dataran
rendah dan teras. Di daerah perbukitan seperti yang terdapat di Pulau Labobar
puncak tertinggi mencapai lebih dari 300 meter di atas muka laut. Di pulau-pulau
lainnya, ketinggiannya kurang dari itu. Umumnya berlereng terjal, bersungai pendek
dan berpola aliran memancar. Di Pulau Yamdena tenggara terdapat pebukitan
bergelombang dengan ketinggian mencapai 260 meter; pola aliran disini hampir
sejajar dengan pantainya terjal. Dataran rendah terdapat mengikuti aliran sungai.
Dataran rendah yang terpanjang terdapat di sepanjang sungai Ranormoye. Undak
batu gamping terdapat disejumlah pulau kecil seperti Pulau Selaru, Larat dan Fordata.
Undak tersebut dibatasi lereng terjal, tetapi puncaknya hampir datar dengan puncak
tertinggi 104 meter.
2.1.3 Geologi
daerah ini secara umum merupakan Perbukitan Sejajar, Perbukitan Bergelombang dan
Pedataran Alluvial.
Dasar stratigrafi yang dipilih dalam penentuan satuan stratigrafi daerah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya adalah litostratigrafi. Penamaan masing-
masing satuan stratigrafi bersendi pada litologi penyusun yang dominan dan memakai
satuan tidak resmi. Penyebaran setiap satuan stratigrafi dalam peta geologi dibuat
berdasarkan penyebaran satuan stratigrafi atau formasi yang sudah diterbitkan
petanya. Batas setiap satuan stratigrafi ditentukan atas dasar hubungan
ketidakselarasan atau keselarasan antara suatu satuan stratigrafi atau formasi dengan
suatu satuan stratigrafi atau formasi yang berdekatan. Umur dan batuan penyusun
setiap satuan stratigrafi, mengikuti umur dan batuan penyusun formasi yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan pada peta geologi yang sudah terbit (Peta Geologi Lembar Kepulauan
Tanimbar, Maluku yang disusun oleh Sukardi dan Sutrisno, 1989) di daerah
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya dapat dibagi menjadi 7 (empat)
Formasi stratigrafi tidak resmi. Berurutan dari umur tua sampai muda terdiri dari:
1. Kompleks Molu (M), terdiri dari batupasir kuarsa, batugamping napalan berfosil
Belemnit dan Moluska, batugamping Kristal, batugamping oolit, batugamping
berfosil Spiriferina, rijang, sekis, andesit piroksen, basal amigdal, diorit
hornblenda, trakit porfir dan tufa.
5. Formasi Batilembuti (QTb), terdiri dari: Napal yang kaya akan fosil plangton dan
bentos, batugamping yang sangat rapuh, yang terbentuk seluruhnya dari fosil
plangton dan bentos, napal kapuran berwarna putih dan ringan.
Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya, dapat di
lihat pada Gambar 2-3 berikut ini.
Gambar 2-3 Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
sekitarnya
Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
sekitarnya dikontrol dan tidak terlepas dari pengaruh struktur besar dan tektonik
regional yang berkembang di Pulau Maluku dan sekitarnya. Kelurusan-kelurusan yang
dianggap sebagai manifestasi struktur geologi relatif berarah Utara - Selatan dan Barat
- Timur. Struktur geologi yang dapat diamati berupa lipatan, sesar naik, sesar geser,
dan kelurusan-kelurusan yang menunjukkan arah utama Utara - Selatan dan
Baratdaya-Timurlaut. Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah Baratlaut -
Tenggara dan Baratdaya - Timurlaut.
Di daerah ini proses tektonik terjadi pada Akhir Paleogen atau bahkan lebih tua.
Gejala ini mengakibatkan perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional derajat
rendah. Tektonik yang dapat diamati terjadi pada Plio-Plistosen, yang mengakibatkan
ketidakselarasan dengan batuan yang lebih tua dan mengaktifkan kembali struktur-
struktur geologi yang terbentuk sebelumnya. Untuk memperoleh data yang lebih
akurat tentang perkembangan struktur geologi ini perlu dilakukan pengamatan yang
lebih detail.
Secara umum kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
sekitarnya, seperti yang telah dibahas di atas relatif harus mendapat perhatian khusus
menyangkut masalah tanah dasar dan batuan maupun struktur geologi. Struktur
geologi yang berkembang di daerah kajian cukup intensif (lihat Peta Geologi, Gambar
2.3), untuk lebih memastikan seberapa besar pengaruh dari struktur geologi ini
terhadap ketersediaan air tanah atau kondisi hidrogeologi secara umum perlu
dilakukan penyelidikan lanjutan.
Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, sehingga ada ilmu pengetahuan
khusus yang membahas tentang air yaitu hidrologi. Hidrologi adalah ilmu tentang air
baik di atmosfer, di permukaan bumi, dan di dalam bumi, tentang terjadinya,
perputarannya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini
(Shiddiqy, 2014).
Keberadaan Air Tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang
dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi
litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan
yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam formasi
batuan. Dan sebaliknya batuan dengan sementasi kuat dan kompak memiliki
kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan
akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya adalah
perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, penebangan hutan
tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi
pada daerah resapan (recharge area).
Pemanfaatan air untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi kuantitas
air yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas air akan
menurun. Air di bumi ini selalu mengalir dan dapat berubah wujud menjadi uap air
sebagai akibat pemanasan oleh sinar matahari dan tiupan angin. Uap air ini kemudian
menguap dan mengumpul membentuk awan. Pada tahap ini terjadi proses
kondensasi yang kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau salju. Sebagian dari air
yang jatuh kebumi meresap kedalam tanah sebagai Air Tanah, sedangkan sebagian
lainya mengalir sebagai air permukaan yang kemudian menguap kembali akibat sinar
matahari. Siklus disebut siklus hidrologi (hydrologic cycle).
1) Air permukaan yang ada di muka bumi ini membentuk kumpulan butir-butir
air sebagai awan, ditiup angin ke arah dataran, kemudian turun sebagai hujan;
2) Air hujan yang turun ke permukaan bumi, sebagian mengalir sebagai air
permukaan, sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian lagi menyerap
3) Air yang masuk kedalam tanah sebagai Air Tanah, sebagian mengisi lapisan
tanah/batuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal,
dan sebagian lagi terus masuk kedalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer
yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama.
Lokasi pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan
airnya (discharge area).
Gambar 2-5 Diagram siklus hidrologi (Dr. Ir. Robert J Kodoatie, 1996)
Keterangan gambar:
7. aliran jaringan sungai (runoff)
1. penguapan (evaporasi) 8. transpirasi
2. evapotranspirasi 9. kenaikan kapiler
3. hujan (air atau salju) 10. infiltrasi
4. air mengalir lewat batang tanaman 11. aliran antara (interflow)
atau jatuh langsung dari tanaman 12. aliran dasar (baseflow)
5. aliran di muka tanah (over land flow) 13. aliran runout
6. banjir (genangan) 14. perkolasi
15. kenaikan kapiler
Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Salah
satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat lubang pori di
antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan bumi ini disebut
akuifer.
Ada beberapa pengertian akuifer berdasarkan pendapat para ahli, Todd (1955)
menyatakan bahwa akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata aqua yang
berarti air dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan
pembawa air. Herlambang (1996) menyatakan bahwa akuifer adalah lapisan tanah
yang mengandung air, di mana air ini bergerak di dalam tanah karena adanya ruang
antar butir-butir tanah. Berdasarkan kedua pendapat, dapat disimpulkan bahwa
akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mampu mengalirkan
air. Hal ini disebabkan karena lapisan tersebut bersifat permeable yang mampu
mengalirkan air baik karena adanya pori-pori pada lapisan tersebut ataupun memang
sifat dari lapisan batuan tertentu. Contoh batuan pada lapisan akuifer adalah pasir,
kerikil, batu pasir, batu gamping rekahan. Akuifer dan aliran air pada pori-pori
ditunjukkan oleh Gambar 2.6 dan Gambar 2.7 pada halaman berikutnya.
Gambar 2-7 Aliran air pada pori-pori antar butir tanah (Shiddiqy, 2014)
Terdapat tiga parameter penting yang menentukan karakteristik akuifer yaitu tebal
akuifer, koefisien lolos atau permeabilitas, dan hasil jenis. Tebal akuifer diukur mulai
dari permukaan air tanah (water table) sampai pada suatu lapisan yang bersifat semi
kedap air (impermeable) termasuk aquiclude dan aquifuge. Permeabilitas merupakan
kemampuan suatu akuifer untuk meloloskan sejumlah air tanah melalui penampang 1
m2. Nilai permeabilitas akuifer sangat ditentukan oleh tekstur dan struktur mineral
atau partikel-partikel atau butir-butir penyusun batuan. Semakin kasar tekstur dengan
struktur lepas, maka semakin tinggi batuan meloloskan sejumlah air tanah.
Sebaliknya, semakin halus tekstur dengan struktur semakin tidak teratur atau semakin
mampat, maka semakin rendah kemampuan batuan untuk meloloskan sejumlah air
tanah. Dengan demikian, setiap jenis batuan akan mempunyai nilai permeabilitas
yang berbeda dengan jenis batuan yang lainnya.
Hasil jenis adalah kemampuan suatu akuifer untuk menyimpan dan memberikan
sejumlah air dalam kondisi alami. Besarnya cadangan air tanah atau hasil jenis yang
dapat tersimpan dalam akuifer sangat ditentukan oleh sifat fisik batuan penyusun
akuifer (tekstur dan struktur butir-butir penyusunnya) (Anonim, 2006).
Menurut Krussman dan Ridder (1970), berdasarkan kadar kedap air dari batuan yang
melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis akuifer, yaitu: Akuifer terkungkung
(confined aquifer), akuifer setengah terkungkung (semi confined aquifer), akuifer
setengah bebas (semi unconfined aquifer), dan akuifer bebas (unconfined aquifer).
Akuifer terkungkung adalah akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh
lapisan yang kedap air. Akuifer setengah terkungkung adalah akuifer yang lapisan di
atas atau di bawahnya masih mampu meloloskan atau dilewati air meskipun sangat
kecil (lambat). Akuifer setengah bebas merupakan peralihan antara akuifer setengah
terkungkung dengan akuifer bebas. Lapisan bawahnya yang merupakan lapisan kedap
air, sedangkan lapisan atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada
lapisan penutupnya masih dimungkinkan adanya gerakan air. Akuifer bebas lapisan
atasnya mempunyai permeabilitas yang tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan
air sama dengan atmosfer. Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas (tidak
terkungkung) dan akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer. Jenis-jenis
akuifer ditunjukkan pada Gambar 2.8 berikut ini.
Todd (1980) menyatakan bahwa tidak semua formasi litologi dan kondisi
geomorfologi merupakan akuifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan,
akuifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
2. Dataran (plain)
Bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari
berbagai bahan induk sehingga merupakan akuifer yang baik.
Lembah yang tersusun oleh material lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.
Aquitard adalah formasi geologi yang semi kedap, mampu mengalirkan air tetap
dengan laju yang sangat lambat jika dibanding dengan akuifer. Meskipun demikian
dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara
akuifer yang satu dengan lainnya. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak
mengandung dan tidak mampu mengalirkan air.
terdapat pada batugamping pasiran. Akifer yang terdapat di daerah kajian dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1). Aquifer Produktif: aquifer ini mempunyai tingkat keterusan yang beragam, muka
air tanah umumnya dalam, setempat dapat dijumpai mata air dengan debit yang
cukup besar.
2). Aquifer Rendah: aquifer ini umumnya mempunyai tingkat keterusan rendah,
setempat pada daerah yang stabil air tanah dapat diperoleh, meskipun debitnya
kecil.
3). Aquifer Sangat Rendah: daerah dengan kondisi Aquifer seperti ini umumnya
merupakan daerah dengan kondisi air tanah langka/ jarang atau dengan kata lain
sulit dijumpai air tanah.
Air adalah sumber daya alam dinamis, yang selalu bergerak melalui daur hidrologi
yang abadi. Bumi banyak sekali memiliki air, tetapi hanya 2,5% yang berupa air
tawar (97,5% adalah air asin). Hanya 0,3% dari air tawar yang terdapat di bumi
berupa air permukaan danau, telaga, waduk, situ, dan air sungai yang dapat langsung
dimanfaatkan oleh manusia.
B. Kondisi Klimatologi
Kabupaten Maluku Tenggara Barat beriklim tropis yang bervariasi antara tiap bagian
wilayah dan sangat dipengaruhi oleh lautan yaitu Laut Banda, Laut Arafura dan
Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di bagian Timur dan Benua
Australia di bagian selatan sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan iklim.
1. Iklim
a. Zona II.3: Curah hujan tahunan 1.500–1.800 mm, tercakup didalamnya zona
D3 (5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Timur;
b. Zona II.4: Curah hujan tahunan 1.800–2. 100 mm, tercakup didalamnya
zona C3 5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Barat;
2. Curah Hujan
Jumlah curah hujan selama tahun 2015 sesuai data dari Stasiun Meteorologi
Saumlaki adalah 1.752 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari yaitu 410 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2015 adalah 190 hari,
dengan hari hujan terbanyak pada bulan Januari dan April, yaitu sebanyak 27
hari. Data mengenai jumlah curah hujan dan hari hujan di wilayah studi
selengkapnya disajikan pada Tabel 2-3 berikut ini.
Tabel 2-3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
3. Musim
Selama periode April – September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat
tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga
kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus dan September.
Selama periode Oktober – Maret, angin pasat timur laut dari lautan pasifik dan
Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju
ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian
selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Angin
tersebut banyak mengandung uap air yang tercurah sebagai hujan di wilayah
Maluku Tenggara Barat. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari,
Februari dan Maret.
Sesuai data dari Stasiun Meteorologi Saumlaki, suhu rata–rata terendah pada
tahun 2015 adalah 25,6 0C yaitu pada bulan Agustus, sedangkan suhu rata-rata
tertinggi pada bulan Desember, sebesar 28,9 0C. Rata-rata Kelembaban Udara
Relatif tertinggi tahun 2015 terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 88%.
Tekanan udara dan kecepatan angin tertinggi pada tahun 2015 terjadi pada bulan
Agustus sebesar 1.015,7 milibar dan 9 knot. Durasi penyinaran matahari tertinggi
terjadi pada bulan September yaitu sebesar 98%. Berikut adalah Tabel 2-4 yang
menyajikan informasi mengenai suhu, kelembaban relatif, tekanan udara,
kecepatan angin dan penyinaran matahari di wilayah studi.
Tabel 2-4 Suhu, Kelembaban Relatif, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran
Matahari Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015
Air limbah domestik (rumah tangga) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, terdiri
dari air kotor (grey water) dan lumpur tinja (black water). Air kotor umumnya
berasal dari kamar mandi, dapur, atau tempat cuci. Lumpur tinja bersumber dari WC
dan urinoir. Umumnya sistem pembuangan air kotor rumah tangga di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat masih menyatu dengan sistem pembuangan air hujan
(drainase), yang dialirkan secara langsung ke saluran terbuka (primer, sekunder), dan
laut. Pembuangan air kotor secara langsung ke saluran drainase tersebut, dilakukan
tanpa pengolahan apapun, sehingga berpotensi mengakibatkan pencemaran
lingkungan.
Pada sisi lain berdasarkan survei EHRA, juga dijumpai pembuangan air kotor
dilakukan secara terbuka saja di halaman dimana air secara gravitasi akan mengalir ke
bagian yang lebih rendah. Pembuangan secara terbuka di halaman ini, menyebabkan
dampak-dampak ikutan yang tidak menguntungkan, seperti kualitas lingkungan
permukiman yang kotor dan tidak sehat, terbentuknya genangan-genangan air yang
memicu endemic malaria, dan erosi/ pengikisan tanah. Sistem pembuangan lumpur
tinja rumah tangga umumnya diteruskan ke tengki septik tunggal melalui masing-
masing jamban keluarga. endapan tinja yang terkumpul didalam tengki septik tidak di
angkut untuk diolah karena tidak ada armada (truk tinja) dan tidak ada Istalasi
Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).
Gambar 2-10 Skematik Pengolahan Air Limbah Domestik di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat
Kondisi seperti ini sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan, karena jika air
limbah yang dihasilkan lebih dari 30 liter/orang/hari, besar kemungkinan tanah tidak
mampu lagi meloloskan air limbah, dan jika volume air limbah yang dihasilkan lebih
rendah maka tanah berpasir masih mampu meloloskan air limbah terolah dari tengki
septik kedalam tanah. Selain itu, Berdasarkan survei EHRA, anggota keluarga dewasa
bila ingin membuang air besar telah 39,32% dilakukan di jamban pribadi. Namun
demikian masih ditemui juga responden yang membuang air besar di
sungai/pantai/laut (340 responden atau 28,38%), MCK/WC umum (289 responden
atau 24,12%), kebun/pekarangan (137 responden atau 11,44%), lainnya (62
responden atau 5,18%), selokan/parit/got (41 responden atau 3,42%), tidak tahu (21
responden atau 1,75%), WC helikopter (15 responden atau 1,25%) dan lubang galian
(6 responden atau 0,5%).
Sumber
Gambar 2-11 Grafik Tempat Anggota Keluarga Bila Ingin Buang Air Besar
memadai, fasilitas persampahan yang disediakan seperti TPS baik yang berupa bak
sampah ataupun tong sampah. Fasilitas yang tersedia ini dilayani oleh armada
sampah berupa dump truk secara bergiliran setiap hari, dalam sehari masing-masing
armada melakukan pengangkutan dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA )
sebanyak 2 (dua) kali rotasi.
Dominan timbunan sampah yang dihasilkan berupa sampah rumah tangga, akan
tetapi dari sumber sampah sampai pada TPS belum diolah dan dipilah oleh
masyarakat. Begitu pun dari TPS menuju ke TPA juga tidak diolah dan dipilah,
sehingga sampah yang dihasilkan belum dapat dimanfaatkan atau didaur ulang.
Tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya cukup
rendah khususnya permukiman yang berbatasan langsung dengan pantai, yang
hampir sebagian besar membelakangi laut sehingga menjadikan pesisir pantai sebagai
media pembuangan sampah.
Berdasarkan survey EHRA, pengelolaan sampah rumah tangga secara umum adalah
dengan membuang sampah ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk
(37,61%). Selain itu cara pengelolaan lain yang banyak dilakukan adalah membuang
sampah ke sungai/kali/laut dan danau (35,64%). Dikumpulkan dan dibuang ke TPS
(12,82%) dan dibakar (10,26%).
Data sarana dan prasarana sampah di tiap kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat dapat dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2-6 Sarana dan Prasarana Sampah di Tiap Kecamatan Kabupaten Maluku
Tenggara Barat
Fasilitas yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk
pengelolaan persampahan di setiap wilayah pelayanannya adalah sebagai berikut:
3. Kecamatan Wermaktian:
2.2.3 Drainase
Saluran drainase yang ada Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi saluran
primer, saluraran sekunder dan saluran tersier. Saluran primer berupa sungaisungai
yang berada di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dan bermuara langsung
ke laut secara terkendali terhadap kondisi pasang surut yang ekstrim.
Saluran sekunder yaitu saluran permanen dan alur-alur sungai yang bermuara pada
sungai utama atau saluran primer selanjutnya bermuara langsung ke laut. Saluran
tersier yaitu saluran tepi jalan dan saluran lingkungan di kawasan perkotaan dan
kawasan pedesaan.
2.2.4 Irigasi
Kriteria sistem irigasi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat mencakup hal-hal sebagai
berikut:
h. Meningkatkan upaya konservasi dan rehabilitasi hutan maupun lahan kritis untuk
meningkatkan debit air pada satuan wilayah sungai yang sedang mengalami
penyusutan.
Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektorsektor
ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur ekonomi yang terbentuk dari
nilai tambah yang diciptakan oleh masing-mangsing sektor dapat menggambarkan
seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari
setiap sektor ekonomi.
Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat sejak tahun 2010 masih
didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian,
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib serta sektor
konstruksi.
Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan salah satu indikator untuk
mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah. Pengertian Produk Domestik Regional
Bruto Perkapita suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto Perkapita
daerah tersebut dibagi jumlah penduduk pertengahan tahunnya.
Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 sudah ada tiga
rumah sakit yang berada pada Kecamatan Tanimbar Selatan (Saumlaki) dan 1 rumah
sakit di Tanimbar Utara.
Banyaknya tenaga kesehatan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.7,
sedangkan banyaknya tenaga kesehatan menurut unit kerja dapat dilihat pada Tabel
2.8. Tabel 2.9 menggambarkan banyaknya kelahiran, balita yang mendapat
imunisasi, sedangkan kegiatan pada Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dapat
dilihat pada tabel pada halaman berikutnya.
Tabel 2-10 Banyaknya Dokter Spesialis, Dokter Umum, dan Dokter Gigi Menurut Sarana
Pelayanan Kesehatan Menurut Unit Kerja di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015
Non Tenaga
Tenaga
No Kecamatan Kesehatan Jumlah
Kesehatan
(Dukun)
1.
Tanimbar Selatan 758 3 761
2.
Wertamrian 222 - 222
3.
Wermaktian 219 58 277
4.
Selaru 303 17 320
5.
Tanimbar Utara 228 - 228
6.
Yaru 105 15 120
7.
Wuarlabobar 126 31 157
8
Nirunmas 116 13 129
9
Kormomolin 119 - 100
10
Molo Maru 62 3 137
Jumlah 2.258 140 2.451
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016
Gereja
No Kecamatan Masjid
Protestan Katolik
1. Tanimbar Selatan 5 21 11
2. Wertamrian - 0 9
3. Wermaktian - 8 1
4. Selaru - 12 1
5. Tanimbar Utara 1 12 5
6. Yaru - 5 3
7. Wuarlabobar 4 12 3
8 Nirunmas - 5 -
9 Kormomolin - 2 8
10 Molo Maru - 2 -
Jumlah 10 79 41
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016
A. Tansportasi Darat
Sedangkan untuk panjang jalan menurut kecamatan dan jenis permukaan jalan di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat yakni jenis permukaan aspal sepanjang 110,26
Km, Kerikil sepanjang 108,96 Km, Tanah sepanjang 84,72 Km dan lainnya
sepanjang 207,71 Km.
Tabel 2-13 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Pemerintah yang Berwenang
Mengelolanya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015
Tabel 2-14 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015
Untuk panjang jalan menurut kecamatan dan kondisi jalan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat yakni jenis permukaan jalan kondisi baik sepanjang 150,81 Km,
kondisi sedang sepanjang 62,51 Km, kondisi rusak sepanjang 39,21 Km dan
kondisi rusak berat sepanjang 259,13 Km.
Tabel 2-15 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat (km), Tahun 2015
B. Transportasi Laut
Pelabuhan laut Saumlaki memiliki luas jembatan 900 meter x 8 meter dengan luas
dermaga 100 m x 8 m. Dermaga sedang dalam pengerjaan perluasan sebesar 50 x
8 m. Pelabuhan ini melayani kapal “Pelni”, kapal “Perintis”, dan kapal
penyeberangan (ferry).
Kapal milik PT. Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia) yang singgah di pelabuhan
Saumlaki sebanyak 2 buah kapal “putih” (karena berwarna putih), yaitu KM
Pangrango dengan jadwal 2 minggu sekali dan KM Kelimutu dengan jadwal 4
minggu sekali. Trayek kapal Pangrango menghubungkan Saumlaki dengan Tepa
dan Kisar (di Kabupaten Maluku Barat Daya), Kupang (Provinsi NTT), Ambon
(ibukota Provinsi Maluku) dan Geser (di Kabupaten Seram Bagian Timur). KM
Kelimutu menghubungkan Saumlaki dengan beberapa kabupaten di Provinsi
Maluku, seperti Kabupaten Maluku Tenggara (menyinggahi Tual), Kepulauan Aru
(Dobo), Maluku Tengah (Banda), dengan ibukota provinsi (Ambon), dan dengan
beberapa provinsi lain, seperti Papua (Timika), Sulawesi Tenggara (Bau-Bau), dan
Jawa Timur (Surabaya).
Kapal Perintis yang melayani pelayaran rakyat dalam provinsi Maluku, tidak
hanya menghubungkan Saumlaki dengan kota kabupaten dan kecamatan-
kecamatan didalam provinsi Maluku dan dengan ibukota provinsi (Ambon),
tetapi juga dengan provinsi lain, yakni NTT (menyinggahi Kupang), Sulawesi
Selatan (Makassar), dan Jawa Timur (Surabaya). Ada 6 buah kapal perintis yang
menyinggahi Saumlaki dengan route yang bervariasi, dua di antaranya
menyinggahi Makassar dan Surabaya melalui Tual tetapi tidak melalui Ambon.
Sedangkan sisanya ada yang menghubungkan Saumlaki dan Larat dengan
rangkaian pulau-pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya (seperti Masela, Dai,
Daweloor, Babar, Sermata, Lakor, Moa, Leti, Kisar) dan dengan Tual dan Ambon,
serta ada yang menghubungkan ke bagian lain di Maluku bagian tengah seperti
Banda dan Geser di Seram timur, bahkan sampai ke provinsi tetangga (Kupang).
Semua kapal perintis ini singgah di Saumlaki kira-kira sekali dalam sebulan dengan
jadwal yang terkadang tidak menentu, terutama pada musim laut berombak yang
biasanya menjadi penyebab pergeseran atau ketidaktepatan jadwal.
Adapun pelayaran penyeberangan dilayani oleh dua ferry. KMP Egron setiap
minggu melayani wilayah MTB bagian barat dengan route Saumlaki – Tepa –
Saumlaki – Seira – Wunlah – Larat - Adodo (Pulau Molu) pp, sedangkan KM
Kormomolin melayari Larat - Tual seminggu sekali.
C. Transportasi Udara
Transportasi udara dari dan ke Saumlaki melalui bandara dilayani oleh dua
maskapai penerbangan yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air. Pesawat Garuda
Indonesia melayani route Ambon-Saumlaki dan Saumlaki-Tual-Dobo-Ambon
beroperasi setiap hari sedangkan pesawat Wings Air yang mulai beroperasi mulai
Juni 2014 melayani route Saumlaki- Ambon beroperasi 4 kali seminggu. Saumlaki-
Tual ditempuh dalam waktu 50 menit, dan Tual-Ambon dalam waktu 85 menit.
Bandar udara Saumlaki yang baru selesai dibangun sudah beroperasi walaupun
belum selesai 100% karena masih banyak fasilitas penunjang lainnya yang masih
dalam tahap konstruksi. Lokasi bandar udara berjarak sekitar 17 km dari Kota
Saumlaki, dengan runway sepanjang 1700 meter dan lebar 30 meter yang
sekarang sedang proses pengembangan.
Kebutuhan listrik di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dipenuhi oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah IX Cabang Tual yang mempunyai 1 ranting dan 3 sub ranting
masing - masing Ranting Saumlaki, Sub Ranting Larat, Adaut, dan Seira.
Tabel 2-16 Daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi Listrik PT. PLN (Persero) pada
Ranting/Sub Ranting di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2015
Tabel 2-17 Kapasitas Satuan Sambungan Telepon (SST) dan Langganan Telepon pada
PT.Telkom Saumlaki, 2010 – 2015
Tabel 2-18 Produksi Pos Menurut Jenis di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011-2015
Tabel 2-19 Nilai Produksi Pos Menurut Jenis di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
(Juta Rupiah), 2011-2015
Taman
SD SMP SMA SMK
No Kecamatan Kanak-Kanak
N S J N S J N S J N S J N S J
1. Tanimbar Selatan 1 25 26 6 17 23 9 5 14 5 6 11 2 2 4
2. Wertamrian - 9 9 1 11 12 4 2 6 2 0 2 1 - 1
3. Wermaktian - 7 7 6 7 13 3 2 5 2 0 2 1 - 1
4. Selaru - 10 10 7 6 13 5 1 6 1 0 1 - - -
5. Tanimbar Utara - 11 11 7 9 16 6 3 9 3 2 5 1 - 1
6. Yaru - 8 8 3 5 8 1 2 3 1 0 1 - - -
7. Wuarlabobar - 11 11 4 9 13 5 1 6 2 0 2 1 - 1
8 Nirunmas - 7 7 4 6 10 5 0 5 2 0 2 - - -
9 Kormomolin - 10 10 1 9 10 3 2 5 1 0 1 - - -
10 Molo Maru - 4 4 - 5 5 2 0 2 1 0 1 - - -
Jumlah 2015 1 102 103 39 84 123 43 18 61 20 8 28 6 2 8
2014 1 101 102 38 85 123 42 20 62 20 5 25 6 1 7
2013 1 98 99 38 85 123 42 20 62 21 5 26 7 1 8
2012 1 95 96 39 84 123 44 19 63 21 5 26 7 1 8
2011 1 80 81 39 83 122 44 19 63 21 6 27 7 1 8
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016. Ket: N=Negeri, S= Swasta, J= Jumlah
b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai
mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;
c. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam
rencana struktur dan rencana pola ruang:
2.2.13 Pariwisata
Tabel 2-21 Objek – Objek Wisata Alam di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Tabel 2-22 Objek – Objek Wisata Sejarah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Tabel 2-23 Objek – Objek Wisata Rohani di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Tabel 2-24 Objek – Objek Wisata Budaya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Tabel 2-25 Objek – Objek Wisata Bahari di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Gambar 2-20 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-
sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur ekonomi yang
terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-mangsing sektor dapat
menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan
berproduksi dari setiap sektor ekonomi. Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku
Tenggara Barat sejak tahun 2010 masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama. Ketiga
sektor tersebut adalah sektor pertanian, administrasi pemerintahan, pertahanan dan
jaminan sosial wajib serta sektor konstruksi. Produk Domestik Regional Bruto
Perkapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu
daerah. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Perkapita suatu daerah adalah
Produk Domestik Regional Bruto Perkapita daerah tersebut dibagi jumlah penduduk
pertengahan tahunnya.
Tabel 2-26 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (juta rupiah), 2010 – 2014
Makin tinggi PDRB Per Kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik.
Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana, jika PDRB per
kapita makin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan
perekonomian makin membaik, sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebasan
memilih pekerjaan dan masa depan, kondisinya makin meningkat.
Pendapatan Regional Bruto Perkapita Kabupaten Maluku Tenggara Barat atas dasar
harga berlaku selama tahun 2010 s/d 2014, terus mengalami kenaikan dari Rp.
980.554.000 pada tahun 2010 menjadi Rp. 1.257.048.000 pada tahun 2014.
Tabel 2-27 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (juta rupiah), 2010 – 2014
NO Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013*) 2014**)
Gambar 2-21 Grafik Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas
Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Miliar
Rupiah), 2011-2015
Tabel 2-28 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Maluku Tenggara
Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen), 2011–2014
NO Lapangan Usaha 2011 2012 2013*) 2014**)
Gambar 2-22 Grafik Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Maluku Tenggara Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen),
2011–2014
Secara umum angka penyerapan tenaga kerja paling banyak ada di sektor pertanian,
diikuti sektor perdagangan dan bangunan/konstruksi. DI sektor pertanian,
peningkatannya per tahun hampir mencapai jumlah kurang lebih 10.000. Hal ini
disebabkan karena pekerjaan pada sektor pertanian tidak membutuhkan tenaga kerja
terampil (bertani tradisional), sedangkan angkatan kerja usia produktif yang tidak
terampil tersebut terus meningkat sehingga terserap dalam sektor pertanian
tradisional (penduduk lokal). Sedangkan, di sektor perdagangan, peningkatannya
yang signifikan diduga berasal dari arus gelombang migrasi dari luar MTB dalam tiga
tahun terakhir ini, dengan orientasi utama pada usaha sektor perdagangan non
formal berskala kecil yang merebak luas di daerah perkotaan MTB saat ini.
Peningkatan sektor bangunan juga terkait dengan maraknya pembangunan
infrastruktur fisik di Kab MTB yang terus dipacu tiga tahun terakhir ini. Dengan
demikian, banyak pula tenaga kerja terserap dalam sektor konstruksi tersebut.
Sejauh ini belum ada industri berskala besar yang dikembangkan di MTB, kecuali
rencana operasi hulu industri Migas Blok Masela oleh INPEX Ltd yang saat ini sedang
berada di fase pra-konstruksi, tahun 2013 dimulai fase konstruksi dan tahun 2016
baru beroperasi. Diduga bahwa fase konstruksi tahun 2013 diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja lokal cukup signifikan disektor konstruksi tersebut.
Tenaga kerja merupakan salah satu modal utama bagi bergeraknya roda
pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan
seiring dengan berlangsungnya proses pembangunan. Jumlah angkatan kerja di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat sampai dengan tahun 2015 sebanyak 53.616
orang, dengan jumlah yang bekerja sebanyak 50.800 orang. Dan penganguran
terbuka yaitu sebanyak 2.816 orang. Dan yang bukan angkatan kerja sebanyak
17.220 orang.
Untuk lebih jelasnya komposisi tenaga kerja yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2-29 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015
Jenis Kelamin
NO Kegiatan Utama
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Angkatan Kerja 28.541 25.075 53.616
Bekerja 26.711 24.089 50.800
Pengangguran Terbuka 1.830 986 2.816
2 Bukan Angkatan Kerja 6.710 10.510 17.220
Sekolah 3.701 4.151 7. 852
Mengurus Rumah Tangga 1.012 5.127 6.139
Lainnya 1.997 1.123 3.229
Jumlah 35.251 35.585 70.836
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 80.97 70,47 75,69
Tingkat Pengangguran 6,41 3,93 5,25
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016
Masyarakat Kabupaten MTB hidup dalam adat-istiadat yang disebut Duan Lolat.
Duan Lolat merupakan satu hukum adat tertinggi yang lahir, dan hidup berdasarkan
hak dan tanggung-jawab timbal-balik antara keluarga pemberi, dan keluarga
penerima anak dara, dalam berbagai aspek kehidupan multidimensional masyarakat
warga MTB dimana saja berada yang aktual dan konseptual.
Selain Duan Lolat, dikenal juga Budaya SASI yang menjadi norma dalam pengelolaan
sumber-sumber daya atau potensi alam yang ada di Desa. Inti dari Budaya SASI
adalah, pengaturan masa panen atas sumber daya alam yang ada di Desa pada hak
ulayat desa masing-masing.
Kearifan lokal dari Budaya SASI secara tidak langsung mendukung kelestarian sumber
daya atau potensi alam yang dimiliki oleh Desa, seperti sumber daya kelautan dan
perikanan, sumber daya perkebunan dan lain-lain sesuai dengan potensi yang ada di
masing-masing Desa.
Sebagian besar Desa di Pulau Selaru, Matakus, dan beberapa desa di Kecamatan lain,
memiliki kebiasaan unik dalam menangkap ikan di laut yang dinamakan “Tarik Tali”
atau “Talikoor”. Tarik Tali hanya dilakukan pada bulan-bulan tertentu, yang diawali
dengan upacara adat. Proses Talikoor dilakukan dengan menggunakan janur kelapa
untuk menjerat ikan dan digiring ke tepi laut untuk kemudian langsung ditangkap.
Banyaknya Pelanggan pada akhir Tahun 2015 adalah 5.386 pelanggan dengan
jumlah air yang disalurkan sebesar 875.906 m3 dan Nilai air minum yang diproduksi
sebanyak 4.548.328 seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2-30 Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2010 – 2015
No Kategori 2011 2012 2013 1014 2015
1. Sosial
Umum 4 3 6 9 8
Khusus 4 5 7 7 8
2. Non Niaga
Rumah Tangga 1.613 2.575 3.146 3.958 4.701
Instansi Pemerintah 65 95 106 135 171
3. Niaga
Kecil 248 277 350 361 403
Besar 33 41 42 74 83
4. Industri
Kecil - - - - -
Besar - - - - -
5. Khusus
Pelabuhan 2 2 1 5 6
Lainnya 2 4 5 5 6
Jumlah 1.971 3.002 3.663 4.554 5.386
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016
Tabel 2-31 Banyaknya Air Minum yang Disalurkan Menurut Jenis Konsumen di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat (m3), 2010 – 2015259
No Kategori 2011 2012 2013 1014 2015
1. Sosial
Umum 2.551 1.884 3.201 1.763 2.603
Khusus 5.157 3.171 4.724 8.018 18.643
2. Non Niaga
Rumah Tangga 278.776 336.674 429.793 486.800 535.128
Instansi Pemerintah 31.893 32.023 63.805 97.542 216.019
3. Niaga
Kecil 51.675 56.504 67.836 71.174 79.010
Besar 6.509 7.509 8.645 11. 17.598
4. Industri
Kecil - - - - -
Besar - - - - -
5. Khusus
Pelabuhan 2.836 5.568 8.129 4.320 1.615
Lainnya 1.983 1.623 3.492 3.507 5.290
Jumlah 381.380 444.956 589.625 684.383 875.906
Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016
Tabel 2-32 Nilai Air Minum yang Diproduksi Menurut Jenis Konsumen di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat (ribu Rupiah), 2010 – 2015
d. Melestarikan dan meningkatkan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan keseimbangan ekosistem, keanekaragaman hayati, dan warisan
budaya dengan mengedepankan mitigasi bencana.
Penentuan BWK didasarkan pada kriteria fungsional, dengan batas-batas berupa batas
fisik yang diperkirakan dapat menjadi pembatas bagi orientasi penduduknya. Jumlah
BWK sangat ditentukan oleh jumlah penduduk kota dan kondisi topografisnya.
Pembagian wilayah kota menjadi beberapa BWK pada dasarnya bertujuan untuk
memudahkan pelayanan kepada penduduk.
Pembagian kawasan perkotaan di sini merupakan langkah lebih rinci dari penyusunan
rencana struktur tata ruang Kota Saumlaki. Adapun prinsip dalam pembagian
kawasan perkotaan ini adalah bahwa:
1. Setiap bagian wilayah kota merupakan satu kesatuan fungsional. Jadi satu bagian
wilayah kota atau sub bagian wilayah kota dapat dideliniasi berdasarkan adanya
suatu kegiatan utama di suatu wilayah. Oleh karena itu seharusnya terdapat
pusat-pusat bagian wilayah kota atau sub bagian wilayah kota yang merupakan
aglomerasi dari fasilitas-fasilitas pelayanan.
a. Komersial;
c. Pelabuhan Laut/Fery;
d. Permukiman;
e. Bandara;
f. Pariwisata;
g. Konservasi;
a. Perumahan/Permukiman;
c. Pertanian/Perkebunan;
a. Perumahan/ Permukiman;
c. Dermaga PPI;
d. Kawasan Konservasi.
Prinsip dari pengembangan BWK secara administrasi berhimpitan dengan batas desa.
Hal ini terkait dengan karakteristik, fungsi, dan ketersediaan sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh masing-masing desa. Masing-masing desa memiliki karakteristik
yang berbeda-beda menurut kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan budaya. Berdasarkan
karakteristik yang dimiliki maka fungsi yang dapat dikembangkan di masing-masing
desa akan berbeda satu dengan yang lainnya yang kemudian diterjemahkan dengan
pembentukan BWK.
Gambar 2-24 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan komponen
dalam penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan wilayah administratif,
kegiatan kawasan, maupun nilai strategis kawasan. Yang termasuk dalam kawasan
lindung adalah:
3. Kawasan suaka alam dan cagar alam, antara lain, kawasan suaka alam, kawasan
suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa
serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
4. Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung
berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan
rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir; dan
a. Penetapan kawasan sempadan sungai- sungai di Pulau Yamdena dengan jarak 100
Meter untuk wilayah diluar permukiman terutama di Kecamatan Nirunmas,
Kormomolin, Wertamrian, dan Wuarlabobar;
b. Penetapan kawasan sempadan pantai di Pesisir pantai dengan 100 meter dari titik
pasang tertinggi terutama di Pesisir Pantai Timur Pulau Yamdena;
c. Penetapan Kawasan Sempadan pantai dengan jarak yang disesuaikan pada pantai
pesisir barat serta pantai pulau Yaru, Selaru dan Molo Maru;
d. Penetapan kawasan sekitar mata air dengan radius minimal 200 meter dari lokasi
mata air di kawasan mata air Desa Bomaki, kawasan mata air Desa Olilit Baru
dan Desa Latdalam (Kec. Tanimbar Selatan), serta kawasan mata air di Kecamatan
Kormomolin.
Pemerintahan;
Pelayanan Umum;
Perkantoran;
Perumahan.
Selain dalam bentuk kawasan fungsional di atas, termasuk dalam kawasan terbangun
adalah sarana/fasilitas perkotaan (pendidikan, kesehatan dan peribadatan) yang
perkiraan kebutuhannya akan diuraikan pada rencana pengembangan sarana dan
prasarana perkotaan. Pada bagian berikut akan diuraikan satu persatu komponen dari
setiap peruntukan pemanfaatan ruang beserta arahan lokasi yang akan
dikembangkan.
3. Perkantoran
4. Perumahan
5. Pelayanan Umum
Kegiatan untuk pelayanan umum saat ini berpusat di Kota Saumlaki. Untuk
Rumah Sakit Umum berada di desa Lauran namun tidak difungsikan karena akses
dan dukungan energi yang belum tersedia.
Gambar 2-25 Peta Rencana Kawasan Lindung Kabupaten Maluku Tenggara Barat
2.6 KEPENDUDUKAN
Tabel 2-33 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Sex Ratio dan
Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015
Gambar 2-26 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat Tahun 2015
Tabel 2-36 Realisasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2009-2013
Tahun
No Uraian
2009 2010 2011 2012 2013
A. PENDAPATAN
1 Pendapatan Asli Daerah 11,740,976,680.01 22,605,878,800.05 9,173,314,616.86 10,745,908,136.64 13,410,308,995.28
2 Dana Pembangunan Transfer 374,104,230,759.64 346,924,795,203.00 485,375,367,463.00 462,946,065,342.57 509,595,247,882.00
3 Lain-lain Pendapatan yang sah 6,983,325,000.00 37,349,102,780.00 44,635,193,000.00 40,552,354,336.00
Jumlah Pendapatan 392,828,532,439.65 406,879,776,783.05 494,548,682,079.86 518,327,166,479.21 563,557,911,213.28
B. BELANJA
1 Belanja Tidak Langsung 274,605,527,467.00 296,360,800,421.90 268,477,852,873.60 270,851,066,766.00 290,222,132,357.28
2 Belanja Langsung 165,573,539,618.00 145,623,198,624.00 254,816,065,587.00 259,597,323,146.64 243,915,717,340.00
Jumlah Belanja 440,179,067,085.00 441,983,999,045.90 523,293,918,460.60 530,448,389,912.64 534,137,849,697.28
C. PEMBIAYAAN
1 Penerimaan Pembiayaan 86,623,026,065.77 30,732,778,944.42 20,778,109,476.57 22,322,230,933.43 18,920,553,372.00
2 Pengeluaran Pembiayaan 7,790,057,476.00 3,133,789,250.00 14,665,692,450.00 25,575,937,500.00 48,340,641,888.00
Pembiayaan Netto 78,832,968,589.77 27,598,989,694.42 6,112,417,026.57 (3,253,706,566.57) (29,420,088,516.00)
SILPA/Surplus/Defisit Anggaran 30,732,778,944.42 20,778,109,476.57 22,322,230,933.43 38,138,531,581.47 -
Sumber: Buku Putih Sanitasi, Tahun 2013