Anda di halaman 1dari 7

AGROFORESTRY ( PERTANIAN HUTAN ATAU WANATANI )

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Konservasi
Tanah Dan Air

Dosen Pengampu : Dick Dick Maulana, S.P,.M.Si

Disusun oleh :

Ina Ainatul Muparohah

41035003171038

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRONOMI / BUDIDAYA TANAMAN

BANDUNG 2020
Agroforestry ( Pertanian Hutan Atau Wanatani )

1.1 Ruang lingkup agroforestri

Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usahatani) yang


mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan
keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Pada sistem ini, terciptalah
keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan
mengurangirisiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta mengurangi
kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur-ulang sisa
tanaman.

Pada dasarnya agroforestri terdiri dari tiga komponen pokok yaitu


kehutanan, pertanian dan peternakan, dimana masing-masing komponen
sebenarnya dapat berdiri sendiri-sendiri sebagai satu bentuk system penggunaan
lahan. Hanya saja sistem-sistem tersebut umumnya ditujukan pada produksi satu
komoditi khas atau kelompok produk yang serupa. Penggabungan tiga komponen
tersebut menghasilkan beberapa kemungkinan bentuk kombinasi sebagai berikut:

a) Agrisilvikultur : kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan


(pepohonan, perdu, palem, bambu, dll.) Dengan komponen pertanian
b) Agropastura : kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan
komponen peternakan
c) Silvopastura : kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan
peternakan
d) Agosilvopastura : kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian
dengan kehutanan dan peternakan/hewan.

Dari keempat kombinasi tersebut, yang termasuk dalam agroforestri adalah


agrisilvikutur, silvopastura dan agrosilvopastura. Sementara agropastura tidak
dimasukkan sebagai agroforestri, karena komponen kehutanan atau pepohonan
tidak dijumpai dalam kombinasi. Di samping ketiga kombinasi tersebut, nair (1987)
menambah sistem-sistem lainnya yang dapat dikategorikan sebagai agroforestri.
Beberapa contoh yang menggambarkan system lebih spesifik yaitu:

a) Silvofishery : kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan


perikanan.
b) Apiculture : budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam kegiatan
atau komponen kehutanan.
1.2 Manfaat Agroforestry

Beberapa keunggulan agroforestri dibandingkan dengan sistem penggunaan


lahan lainnya menurut hairiah et al. (2003) yaitu :

1. Produktivitas (productivity): dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total


sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada
7monokultur. Hal tersebut disebabkan bukan saja keluaran (output) dari satu
bidang lahan yang beragam, akan tetapi juga dapat merata sepanjang tahun.
Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu
komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis
tanaman lainnya.
2. Diversitas (diversity): adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih
daripada sistem agroforestri menghasilkan diversitas yang tinggi, baik
menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat
mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi
ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat
terjadi pada budidaya tunggal (monokultur).
3. Kemandirian (self-regulation): diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil
dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produkproduk luar.
Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak
memerlukan banyak input dari luar (antara lain: pupuk dan pestisida), dengan
diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokultur.
4. Stabilitas (stability): praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan
produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang
pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan)
pendapatan petani. Ketika tanah langka atau ketika tanah memiliki kesuburan
rendah atau sensitif terhadap erosi, teknik wanatani (agroforestri) menawarkan
manfaat yang cukup besar untuk jangka panjang pertanian yang keberlanjutan.
Pohon dan semak memiliki peran ekologi dan ekonomi penting dalam sistem
pertanian.
1.3 Komponen Sistem Agroforestri
1. Tumpang sari

Tumpang sari merupakan bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak


ditemukan di pulau jawa. Sistem ini dalam versi indonesia dikenal dengan
“ taungya” yang diwajibkan di areal hutan jati di jawa dan dikembangkan dalam
rangka program perhutanan sosial dari perum perhutani. Petani diijinkan untuk
menanam tanaman semusim di antara pohon-pohon jati muda di lahan
tersebut. Hasil tanaman semusim yang diambil oleh petani, namun petani tidak
diizinkan untuk menebang atau merusak pohon jati dan semua pohon tetap menjadi
milik perum perhutani. Bila pohon telah menjadi dewasa, tidak ada lagi pemaduan
dengan tanaman semusim karena adanya masalah naungan dari pohon. Jenis pohon
yang ditanam khusus untuk menghasilkan kayu bahan bangunan, sehingga akhirnya
terjadi perubahan pola tanam dari sistem tumpangsari menjadi perkebunan jati
monokultur. Sistem sederhana tersebut sering menjadi penciri umum pada
pertanian komersial.

2. Strip rumput

Strip rumput merupakan bentuk peralihan dari sistem pertanian tanaman


semusim menjadi sistem agroforestri. Strip rumput adalah barisan rumput dengan
lebar 0,5-1 m dan jarak antar strip 4-10 m yang ditanam sejajar garis ketinggian
(kontur). Pada tanah yang berteras, rumput ditanam di pinggir (bibir) teras. Jenis
rumput yang cocok adalah rumput yang mempunyai sistem perakaran rapat dan
dapat dijadikan hijauan pakan ternak, misalnya rumput gajah (pennisetum
purpureum), rumput bd (brachiaria decumbens), rumput bh (brachiaria humidicola),
rumput pahit (paspallum notatum) dan lain- lain. Adakalanya rumput akar wangi
(vetiveria zizanioides) digunakan juga sebagai tanaman strip rumput. Akar wangi
tidak disukai ternak, tetapi menghasilkan minyak atsiri yang merupakan bahan baku
pembuatan kosmetik.keuntungan strip rumput:mengurangi kecepatan aliran
permukaandan erosimemperkuat bibir terasmenyediakan hijauan pakan
ternakmembantu mempercepat proses pembentukan teras secara alami.

3. Kebun pekarangan

Pekaranga atau kebun merupakan sistem bercocok-tanam berbasis pohon


yang paling terkenal di indonesia selama berabad-abad. Pekarangan atau kebun
biasanya terletak di sekitar tempat tinggal dan luasnya hanya sekitar 0,1-0,3 ha
sehingga sistem ini lebih mudah dibedakan dengan hutan. Sebagai contoh yaitu
kebun talun, karang kitri dsb. Kebun yang umum dijumpai di jawa barat adalah
sistem pekarangan yang diawali dengan penebangan dan pembakaran hutan atau
semak belukun yang kemudian ditanami dengan tanaman semusim selama beberapa
tahun (fase kebun). Pada fase kedua, pohon buah-buahan (durian, rambutan,
pepaya, pisang) ditanam secara tumpangsari dengan tanaman semusim (fase kebun
campuran). Pada tahap ketiga, beberapa tanaman asal hutan yang memungkinkan
untuk membiarkan sehingga terbentuk pola kombinasi tanaman asli setempat
misalnya bambu, pepohonan penghasil kayu lainnya dengan pohon buah-buahan
(fase talun). Pada fase ini tanaman semusim yang tumbuh di bawahnya sangat
terbatas karena banyaknya naungan. Fase perpaduan berbagai jenis pohon sering
disebut dengan fase talun. Dengan demikian, talun memiliki tiga fase yaitu kebun,
kebun campuran dan talun.

4. Agroforest

Agroforest merupakan hutan masif yang merupakan mosaik (gabungan)


dari beberapa kebun berukuran 1-2 ha milik perorangan atau berkelompok, hampir
jauh dari tempat tinggal bahkan terletak pada perbatasan desa, dan biasanya tidak
dikelola secara intensif. Contoh agroforest karet, agroforest damar dsb.

Agroforest biasanya dibentuk pada lahan bekas hutan alam atau semak
belukar yang diawali dengan penebangan dan pembakaran semua
tumbuhan. Pembukaan lahan biasanya dilakukan pada musim kemarau. Lahan
ditanami padi gogo pada awal musim penghujan yang disisipi tanaman semusim
lainnya seperti jagung dan cabe untuk satu sampai dua kali panen. Setelah dua kali
panen tanaman semusim, intensifikasi penggunaan lahan yang ditingkatkan dengan
menanam pepohonan misalnya karet, damar atau tanaman keras lainnya. Periode
awal ini, terdapat perpaduan antara tanaman semusim dengan pepohonan. Saat
pohon sudah dewasa, petani masih bebas memadukan bermacam- macam tanaman
tahunan yang bermanfaat dari segi ekonomi dan budaya, misalnya penyisipan
pohon durian atau duku. Tanaman semusim sudah tidak ada lagi. Tumbuhan asli
hutan yang bermanfaat bagi petani tetap dibiarkan tumbuh secara alami, dan
dipelihara di antara tanaman utama, misalnya pulai, kayu laban, kemenyan dan
sebagainya. Pemaduan berkelanjutan berlangsung pada total masa keberadaan
agroforest. Tebang pilih akan dilakukan bila tanaman pokok mulai tidak terganggu
atau bila pohon terlalu tua sehingga tidak produktif lagi.

5. Pertanaman lorong

Sistem ini merupakan sistem pertanian di mana tanaman semusim ditanam


pada lorong di antara barisan tanaman pagar yang ditata menurut garis kontur. Jenis
tanaman yang cocok untuk tanaman pagar adalah tanaman kacang-kacangan
(leguminosa) seperti, gamal (flemingia congesta gliricidia sepium), lamtoro
(leucaena leucocephala), dan calliandra callothirsus. Jarak antar baris tanaman
pagar berkisar antara 4 sampai 10 m. Semakin curam lereng, jarak antar barisan
tanaman pagar dibuat semakin dekat.

6. Pagar hidup

Pagar hidup adalah barisan tanaman perdu atau pohon yang ditanam pada
batas kebun. Bila kebun berada pada lahan yang berlereng curam, maka pagar hidup
akan membentuk jejaring yang bermanfaat bagi konservasi tanah. Pangkasannya
dapat digunakan sebagai sumber bahan organik atau sebagai hijauan pakan ternak.
Jenis tanaman yang dipakai untuk pagar sebaiknya yang mudah ditanam dan mudah
didapatkan bibitnya, misalnya gamal dengan stek, turi, lamtoro dan kaliandra
dengan biji. Untuk tanaman pagar jenis leguminose perdu (lamtoro, gamal),
ditanam dengan jarak antar batang ± 20 cm. Jarak yang rapat ini untuk menjaga
agar tanaman pagar tidak tumbuh terlalu tinggi.

Keuntungan pagar hidup:


- Melindungi kebun dari ternak pangkasannya dapat dijadikan hijauan pakan
ternak
- Menjadi sumber bahan organik dan hara tanah
- Menyediakan kayu bakar
- Mengurangi kecepatan angin (wind break)
7. Sistem multistrata

Sistem multistrata adalah sistem pertanian dengan tajuk bertingkat, terdiri


dari tanaman tajuk tinggi (seperti mangga, kemiri), sedang (seperti lamtoro, gamal,
kopi) dan rendah (tanaman semusim, rumput) yang ditanam di dalam satu kebun
(lihat gambar di halaman depan). Antara satu tanaman dengan yang lainnya diatur
sedemikian rupa sehingga tidak saling bersaing. Tanaman tertentu seperti kopi,
coklat memerlukan sedikit naungan, tetapi kalau terlalu banyak naungan
pertumbuhan dan produksinya akan terganggu.

Keuntungan sistem multistrata:

- Mengurangi intensitas cahaya matahari, misalnya untuk kopi dan coklat


yang butuh naungan.
- Karena banyak jenis tanaman, diharapkan panen dapat berlangsung secara
bergantian sepanjang tahun dan ini dapat menghindari musim paceklik.
- Tanah selalu tertutup tanaman sehingga aman dari erosi

Pada dasarnya agroforestri mempunyai komponen-komponen pokok yaitu sebagai


berikut :

- Kehutanan, - Peternakan
- Pertanian, - Perikanan.

Sumber :
De foresta, kusworo ha, michon g, djatmiko wa. 2000. Ketika kebun berupa hutan-
agroforest khas indonesia-sebuah sumbangan masyarakat . Bogor: icraf.
Hairiah k, sardjono ma, sabarnurdin s. 2003. Pengantar agroforestri . Bogor: icraf.
Hairiah k, widianto, sunaryo. 2003. Sistem agroforestri di indonesia . Bogor: icraf.
https://www.gurupendidikan.co.id/agroforestri/

Anda mungkin juga menyukai