PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas yang berkepanjangan,
di topang dengan bakteremia tanpa terlibat struktur endotelial atau
endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit
mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch.
Sampai saat ini demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, serta berkaitan dengan sanitasi yang buruk terutama negara-
negara berkembang. Di negara-negara berkembang perkiraan angka
kejadian demam tifoid bervariasi dari 10 sampai 540 per 100.000
penduduk. Meskipun angka kejadian demam tifoid turun dengan adanya
sanitasi pembuangan di berbagai negara berkembang, diperkirakan setiap
tahun masih terdapat 35 juta kasus dengan 500.000 kematian terdapat di
dunia. Di Indonesia demam tifoid masih merupakan penyakit endemik
dengan angka kejadian yang masih tinggi. Di antara penyakit yang
tergolong penyakit infeksi usus, demam tifoid menduduki urutan kedua
setelah gastroenteritis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan typoid ?
2. Apa saja yang termasuk klasifikasi typoid ?
3. Apa saja factor penyebab typoid ?
4. Bagaimana perjalanan patofisiologi typoid ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien typoid ?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah penyakit typoid
2. Untuk mengetahui perjalanan penyakit typoid
3. Untuk mengatahui cara pemberian asuhan keperawatan pada pasien
typoid
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000).
Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus
halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui
makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman
Salmonella thypii (Hidayat, 2006).
Menurut Nursalam et al. (2008), demam tipoid adalah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii
dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran yang ditularkan melalui makanan,
mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii.
B. Klasifikasi
Menurut WHO (2003),ada 3 macam klasifikasi demam typoid dengan
perbedaan gejala klinis :
1. Demam typoid akut non komplikasi
Demam typoid akut dikrakteristikan dengan adanya demam
berkepanjangnan abnormalis, fungsi bowel (konstipasi pada pasien
dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia.
Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode
demam, sampai 25% penyakit menunjukan adanya rose spot pada
dada, abdomen dan punggung.
3
2. Demam typoid dengan komplikasi
Pada demam typoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Tergantung pada kualitas pengobtan dan keadaan
kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari
melena, perforasi,usus dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
3. Keadaan karier
Keadaan karier typoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur
pasien. Karier typoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella
typhi difeses.
C. Etiologi
Salmonella typhi, kuman ini berbentuk batang, bergerak, termasuk dalam
Gram negatif, fakultatif anaerob yang secara khas meragikan glukosa dan
manosa tetapi tidak meragikan laktosa atau sukrosa, tidak berspora, dan
punya flagela peritrih. Kuman ini cenderung menghasilkan hidrogen
sulfida (Budiyanto, 2004).
Kuman ini mempunyai makromolekul lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.
Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor – R yang
berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik (Soedarmo dkk,
2002)
D. Epidemiologi
Demam typoid terjadi di seluruh dunia,terutama pada negara sedang
berkembang dengan sanitasi yang buruk. Endemik di asia, afrika, amerika
latin, karibia, laos, nepal, pakistan, atau vietnam. Di indonesia mengenai
900% / 100.000 penduduk lebih sering pada laki-laki,lebih sering pada
bayi, anak usia sekolah, dan dewasa muda (5-18 tahun). Menginfeksi 21,6
juta orang (3,6/1000 populasi). Moralitas 200.000 orang pertahun di
seluruh dunia
E. Patofisiologi
4
Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada
penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang
yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk
ke lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ
terutama hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ
tersebut membesar (Ngastiyah 2005).
Semula klien merasa demam akibat endotoksin, sedangkan gejala pada
saluran pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus halus. Pada
minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks payers. Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plak pyeri (Suriadi 2006).
F. Manifestasi klinis
Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika
infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejala prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing, dan tidak bersemangat.
Kemudian gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
5
a. Demam lebih dari 7 hari
Pada kasus tertentu, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat
febris remiten dan suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam
minggu ketiga, suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden), lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue,
lidah tifoid), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada
abdomen terjadi splenomegali dan hepatomegali dengan disertai nyeri
tekan. Biasanya didapatkan kondisi konstipasi, kadang diare, mual,
muntah, tapi kembung jarang.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa
dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau
gelisah.
d. Pada punggung terdapat roseola (bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama
demam).
f. Epitaksis
6
g. Bradikardi
BAB III
URAIAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian : 15-05-2011
Jam pengkajian : 20.30 WIB
1. Identitas klien
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur : 4,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia
Dx Medis : Thypoid
No Rekam Medis : 0198092
Orang tua/wali :
Nama ayah/ibu/wali : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar
7
2. Keluhan utama
Pasien panas .
8
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi
demikian juga dengan keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat
alergi.
g. Imunisasi dan tes laboratorium :
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
h. Pengobatan :
Apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter.
5. Riwayat keluarga
Penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga, saudara yang
mempunyai penyakit menular ataupun menurun.
6. Pengkajian pola kesehatan klien
a. Pemeliharaan kesehatan :
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit
maka akan priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter
ataupun di bawa ke rumahsakit
b. Nutrisi :
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan
klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan
sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji ibu
klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien
mengatakan anaknya muntah.
c. Cairan :
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari, selama sakit klien
minum susu 1 gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan
terapi cairan IV RL.
d. Aktivitas :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat
bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien
hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu
oleh ibunya dan perawat.
e. Tidur dan istirahat :
9
Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x
dengan konsistensi 1 jam , pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00
sampai jam 05.00, tidur siang sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam.
f. Eliminasi :
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari
Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-4x/hari
g. Pola hubungan :
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.
h. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan :
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk
bermain bersama teman-temannya asalkan tidak melebihi waktunya
beristirahat.
i. Kognitif dan persepsi :
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan
perabaan, klien berumur 4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,
j. Konsep diri :
Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega
melihat anaknya sakit.
k. Seksual dan menstruasi :
Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami
menstruasi.
l. Nilai :
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.
7. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaaan umum :
1) Tingkat kesadaran : composmentis.
2) S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
3) BB; 11 kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
b. Kulit :
10
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih,
turgor kulit menurun,
c. Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan
bersih.
d. Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
e. Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
f. Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
g. Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),
Lidah kotor/ putih
h. Leher :
JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.
i. Dada :
Paru-paru
I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
j. Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
k. Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
l. Abdomen :
I : terlihat membesar
A : bunyi bising usus 10x/m
P :perut kembung, agak keras
P :bunyi thimpany
11
m. Genetalia :
Tak ada keluhan.
n. Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.
o. Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.
8. Pemeriksaan diagnostik penunjang
a. Lab darah
Tanggl :15-05-2011
Pukul :10.44 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00
Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20
SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l
SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l
Leokosit 12.61 4.80-10.80
Eritrosit 4.52 4.20- 5.40
Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl
MCV 77.2 79-99
MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0
Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0
HbSag Negative negatif
Gol. Darah O -
Widal (+)
b. Terapi
Tanggal Per-oral Per-interal
Paracetamol 250 mg Ceftriaxon 2x 3 mg
Ctm 3x1 Dexa 3 x2 mg
Curliv 2x1 Sotatic 2x 1 ½
N. 500 /drip
Inffus RL 20 tpm
D5 15 tpm
12
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : Proses infekksi Hipertermi
ibu Klien mengatakan anaknya badan salmonella thypi
nya panas
DO :
klien tampak lemas,
akral teraba hangat
Suhu: 3880C
Nadi: 100x/ menit
RR: 20x/ menit
2 DS : Proses inflamasi nyeri
P : ibu pasien mengatakan anak nya
nyeri bila untuk beraktifitas/bergerak
hilang apabila saat beristirahat.
Q : ibu pasien mengatakan nyeri anak
nya seperti ditusuk-tusuk
R: ibu Pasien mengatakan nyeri anak
nya pada perut bagian kanan atas.
S: Skala nyeri 4
T: nyeri timbul hingga 5 menit
DO :
Wajah pasien tampak menahan nyeri
N :100x/mnt
S : 38 C
RR: 20x/mnt
Ps lemah, ps tampak gelisah, ps
merintih kesakitan
Nafsu makan menurun, mual (+)
Konjungtiva anemis
13
Akral hangat
Pasien menangis
3 DS : - ibu klien mengatakan klien Anoreksia ( mual Resiko nutrisi
makan susah hanya 1-3 sendok. dan muntah) kurang dari
Ibu klien mengatakan anaknya muntah kebutuhan
± 2-3x setiap makan
ibu Klien mengatakan anaknya badan
nya panas
DO :
klien muntah
BB : 11 kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan
1-3 sendok
C. PRIORITAS MASALAH
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
b. Nyeri b.d proses inflamasi
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual & muntah)
D. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses Tujuan Intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Mengobserfasi tanda –
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 tanda vital
dengan proses jam diharapkan suhu tubuh 2. Pantau aktifitas kejang
ifeksi salmonella normal engan KH: 3. Pantau hidrasi
thypi Mempertahaankan suhu 4. Berikan kompres air
tubuh dalam batas normal biasa
5. Pemberian terapi 0bat
anti piretik sesuai
program
2 Nyeri b.d prosesSetelah dilakukan tindakan1. monitor KU
14
inflamasi keperawatan selama 2x24 2. kaji tingkat nyeri
jam diharapkan nyeri intensitas dan skala nyeri
berkurang,dengan KH: 3. jelaskan penyebab nyeri
Skala nyeri menjadi 3 4. ajarkan teknik distraksi
Pasien nampak lebih rileks relaksasi(nafas dalam)
Pasien mampu 5. posisikan pasien
mengontrol nyeri senyaman mungkin
6. kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat
analgesik
E. IMPLEMENTASI
1. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
15
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05- Mengukur tanda – S: 37,80 C, N: 100x/m, R:20x/m.
2011 tanda vital
Memantau aktifitas Pasien tidak mengalami kejang
kejang
Menganjurkan Klien sedikit-sedikit mau minum
keluarga untuk
memberikan sedikit
minum tapi sering
Memberikan kompres Pasien dikompres pake air hangat
hangat
memberikan terapi Terapi diberikan
sesuai program
16-05- Mengukur kembali S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.
2011 tanda – tanda vital
Memantau kembali Pasien tidak mengalami kejang
aktifitas kejang
Menganjurkan kembali
Klien sedikit-sedikit mau minum
keluarga untuk
memberikan sedikit
minum tapi sering
memberikan kompres Pasien sudah tidak dikompres
hangat
memberikan kembali Terapi diberikan
terapi sesuai program
16
N : 100 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 37 C
17
program
Mengobservasi kembali adanya
Klien sudah tidak muntah
muntah terus
F. EVALUASI
Hari / tanggal SOAP Ttd
Rabu S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
18-05-2011 panas
O: klien masih tampak lemas,
klien sudah tdak muntah
18
Suhu: 36 C
Nadi: 90x/ menit
RR: 20x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi
Rabu S: ibu Pasien mengatakan ,anak nya sudah
18-05-2011 tidak nyeri perut
O: pasien nampak rileks
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
Motivasi pasien untuk tetap melakukan teknik
relaksasi distraksi (nafas dalam) bila nyeri
timbul
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgesik
Rabu S:
18-5-2011 - S: ibu klien mengatakan ,klien setiap habis
makan sudah berkurang muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
BB : 11kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼
porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tatalaksana kasus demam tifoid pada anak harus didasari strategi yang
sesuai dengan patogenesis penyakti tersebut. Kegagalan pengobatan tidak
selalu berarti antibiotik yang diberikan sudah resisten, dapat juga
merupakan kesalahan strategi sejak awal tata laksana dalam diagnosis
sampai pemantauan
20
DAFTAR PUSTAKA
1. http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-penyebab-dan-
patofisiologi.html
2. http://eprints.ums.ac.id/16125/4/BAB_1.pdf
3. http://referensikedokteran.blogspot.co.id/2010/07/demam-typhoid.html
4. http://araeybaz.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-ant-
dengan.html?m=1
5. https://www.scribd.com/document/320599264/Klasifikasi-Thypoid
6. https://hipermi.wordpress.com/askep-2/dalam/askep-thypoid/
21