Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas dari Mata Kuliah Keperawatan Kritis.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi,18 September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penulisan 3

BAB II TINJAUAN TEORI 4

A. Pengertian 4

B. Manifestasi Klinis 5

C. Klasifikasi 7

D. Patofisiologi 15

E. Pathway 13

F. Manajemen Di Unit Gawat Darurat 14

G. Penatalaksanaan 19

H. Pemeriksaan Penunjang 22

BAB III TINAJAUAN KASUS 24

BAB IV PENUTUP 30

A. Kesimpulan 30

B. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lebih dari 80% penderita trauma yang datang ke rumah sakit selalu disertai cedera
kepala. Sebagaian besar penderita trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas,berupa tabrakan sepeda motor,mobil,sepeda dan penyeberang jalan yang ditabrak.
Sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian,tertimpa benda (ranting pohon,kayu,dll),
olahraga, korban kekerasan (misalnya: senjata api,golok,parang,batang kayu,palu,dll)

Kontribusi paling banyak terhadap trauma kepala serius adalah ada kecelakaan sepeda
motor,dan sebagian besar diantaranya tidak menggunakan helm atau menggunakan helm
yang tidak memadai (>85%). Dalam hal ini dimaksud dengan tidak memadai adalah helm
yang terlalu tipis dan penggunaan helm tanpa ikatan yang memadai,sehingga saat
penderita terjatuh,helm sudah terlepas sebelum kepala membentur lantai.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Cedera Kepala ?
2. Bagaimana bisa terjadi Cedera Kepala ?
3. Apa sajakah jeni-jenis Cedera Kepela ?
4. Bagaimana tindakan pertolongan pada Cedera Kepala ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada Cedera Kepala ?

C. TUJUAN PENILISAN
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian Cedera Kepala
2. Mahasiswa mampu memahami penyebab Cedera Kepala
3. Mahasiswa mampu memahami jeni-jenis Cedera Kepela
4. Mahasiswa mampu memahami tindakan pertolongan pada Cedera Kepala
5. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada Cedera Kepala

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Cedera kepala yang sinonimnya adalah trauma kapitis = head injury= trauma
cranial serebral=traumatic brain injury merupakan trauma mekanik terhadap kepala
baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi
neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik bersifat temporer
maupun permanen, (PERDOSI , 2006).
Trauma serebral merupakan bentuk trauma yang dapat merubah kemampuan
otak dalam menghasilkan aktivitas fisik, intelektual, emosional, social dan pekerjaan.
Atau suatu gangguan traumatik yang menimbulkan perubahan-perubahan fungsi otak.
Cedera Kepala adalah adanya deformitasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelarasi –
decerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan
pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada
kepala yang dirasakan juga oleh otak sebgai akibat perputaran pada kepala dirasakan
juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindsakan pencegahan.
Menurut Pedoman Penanggulangan Gawat Darurat Ems 119 Jakarta (2008),
trauma atau cedera kepala (Brain Injury)adalah salah satu bentuk trauma yang dapat
mengubah kemampuan otak dalm menghasilkan keseimbangan fisik,intelektual,
emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai bagian dari gangguan
traumatic yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan fungsi otak.
Cedera kepala meliputi luka pada kulit kepala, tengkorak, dan otak.
Cederakepala dapat menimbulkan berbagai kondisi, dari gegar otak ringan koma,
sampai kematian; kondisi paling serius di sebut dengan istilah cedera otak traumatic
(traumatic brain injur ) [TBI]. Penyebab paling umum TBI jatuh (28%), kecelakaan
kendaraan motor (20%), tertabrak benda (19%), dan perkelahian (11%). Kelompok
berisiko tinggi mengalami TBI adalah individu yang berusia 15-19 tahun, dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan 2:1. Individu yang berusia 75 tahun atau lebih
memiliki angka rawat inap (hospitalisasi) dan kematian akibat TBI tertinggi.
Cedera kepala ringan adalah Cedera karena tekanan atau kejatuhan benda
tumpul yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi neurology sementara atau

4
menurunnya kesadaran sementara,mengeluh pusing nyeri kepala tanpa adanya
kerusakan lain (smeltzer,2002).
Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS : 15 (sadar penuh)
tidak ada kehilangan kesadaran,mengeluh pusing dan nyeri
kepala,hematoma,abrasi,dan laserasi(mansjoer,2009).
Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 13-15 yang dapat
terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia akan tetapi kurang dari 30 menit.tidak
terdapat fraktur tengkorak serta tidak ada kontusio serebral dan hematoma.
Cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang ditandai dengan
hilangnya kesadaran sementara
Cedera kepala sedang (CKS) adalah kehilangan kesadaran atau amnesia
dengan nilai GCS 9-12 retrograde lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.Pasien
dengan trauma kepala mempunyai resiko untuk terjadinya kerusakan otak dan
kematian.
Cedera kepala berat (CKB) atau trauma kepala berat adalah istilah medis
untuk mengkategorikan kondisi yang parah pada cedera kepala. Tingkat kesadaran
seseorang dinilai dengan memberikan skor melalui panduan dari Glasgow Coma
Scale (GCS), dengan nilai terendah 3 dan nilai tertinggi 15. Seseorang dikatakan
mengalami cedera kepala berat bila memiliki nilai GCS 8 ke bawah.

B. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul bergantung pada tingkat keparahan dan lokasi terjadi trauma.
 Nyeri menetap dan terlokalisasi, biasanya mengidentifikasikan adanya fraktur.
 Fraktur pada kubah tengkorak bisa menyebabkan pembengkakan di daerah
tersebut, tetapi bisa juga tidak.
 Fraktur pada dasar tengkorak yang sering kali menyebabkan perdarahan dari
hidung, faring, dan telinga dan darah mungkin terlihat di bawah konjungtiva.
 Ekimosis terlihat di atas tulang mastoid (tanda Batlle)
 Pengeluaran cairan serebrovinal (CSF) dari telinga dan hidung menunjukan
terjadinya fraktur dasar tengkorak.
 Pengeluaran cairan serebrosvinal dapat menyebabkan infeksi serius (misalnya
meningitis) yang masuk melalui robekan di dura mater.

5
 Cairan spinal yang mengandung darah menunjukan laserasi otak atau memar
otak (kontusi)
 Cedera otak juga memiliki bermacam gejala, termasuk perubahan tingkat
kesadaran (LOC), perubahan ukuran pupil, perubahan atau reflex muntah atau
reflex kornea, defisit neorologis, perubahan tanda vital seperti perubahan pola
napas, hipertensi, brakikardia, hipertemia atau hipotermia serta gangguan
sensorik, penglihatan, dan pendengaran.
 Gejala syndrome pasca-gegar otak dapat meliputi sakit kepala, pusing, cemas,
mudah marah, dan kelelahan
 Pada hematoma subdural akut atau subakut, perubahan tentang LOC, tanda-
tanda pupil, hemiparesis koma, hipertensi, brakikardia dan penurunan
frekuensi pernapasan adalah tanda-tanda perluasan massa.
 Hematoma subdural kronik mengakibatkan sakit kepala hebat, perubahan
tanda-tanda neurologis fokal, perubahan kepribadian, gangguan mental dan
kejang.

Tanda Tekanan Intrakranial :

1. Pusing / sakit kepala, muntah proyektil


2. Tekanan darah sistolik meningkat
3. Nadi kecil melambat (Bradikardi)

Tanda-tanda Lateralisasi :

Tanda lateralisasi merupakan tanda adanya suatu proses pada salah satu sisi otak
mislanya perdarahan intracranial maka akan terjadi suatu perubahan.

a. Pupil
Pupil normalnya 2-3 mm apanila mengalami suatu perubahan
 Keduanya melebar disebut dilatasi
 Keduanya mengecil pupil kontriksi
 Satu kecil dan satunya besar An isokor
 Sama besar dan normal isokor

6
b. Motoric
Dilakukan pemeriksaan kedua lengan dan tungkai apabila salah satu lengan atau
tungkai berkurang atau sama sekali tidak bereaksi maka dapat dikatakan adaya
lateralisasi

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi trauma kapitis berdasarkan kepada :
1. Patologi :
Trauma kapitis berdasarkan patologi dibagi 3 yaitu : komosio serebri (Jejas kepala
tertutup), kontusio serebri dan laserasio serebri.
2. Lokasi lesi
Trauma kapitis berdasarkan kepada lokasi lesi dibagi menjadi : lesi diffuse, lesi
kerusakan vaskuler otak, lesi fokal, kontusio dan laserasi serebri, hematoma
intracranial, hematoma ektradural (hematoma epidural) hematoma subdural,
hematoma intraparenkhimal, hematoma subarachnoid, hematoma intraserebral
serta hematoma intraserebellar.
3. Derajat kesadaran berdasarkan skala koma Glasgow (SKG)
Trauma kapitis berdasarkan SKG dapat terdiri atas : minimal, ringan, sedang dan
berat.

Kategori SKG Gambaran Klinik CT Scan Otak


Minimal 15 Pingsan (-) Deficit Neurology (-) Normal
Ringan 13-15 Pingsan < 10 menit, deficit Normal
Neurologik (-)
Sedang 9-12 Pingsan < 10 menit – 6 Jam, deficit Abnormal
Neurologik (+)
Berat 3-8 Pingsan > 6 jam , deficit Neurologik Abnormal
(+)

7
Catatan :
1) Tujuan klasifikasi ini untuk pedoman triage di gawat darurat
2) Jika abnormalitas CT Scan berupa perdarahan intracranial korban gawat
darurat dimasukan klasifikasi trauma kapitis berat.
4. Menilai Tingkat Kesadaran
Penilaian tingkat kesadaran dapat menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS).
Komponen penilaian GCS meliputi :
 Cedera Kepala Ringan (GCS :13-15) : Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau
amnesia kurang dari 30 menit, tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio
serebral, disorientasi ringan ( bingung ) dan hematoma.
 Cedera Kepala sedang (GCS :9-12) : kehilangan kesadaran atau amnesia lebih
dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak
 Cedera Kepala Berat (GCS :=<8) : Kehilangan kesadaran, terjadi amnesia
lebih dari 24 jam dan kontusio serebri

Response Points
Eye Opening (membuka mata) E
 Spontaneous 4
 To speech 3

 To pain 2

 None 1
Best Monitor Response (reaksi Motorik ) M
 Mengikuti Perintah 6
 Melokalisir Nyeri 5

 Menghindari nyeri 4

 Reaksi fleksi 3
2
 Reaksi ekstensi
1
 Tidak ada reaksi
Verbal Response (Suara) V
 Orientasi baik 5
 Gelisah (Confused) 4

 Kata tidak jelas (INAPPROPRIATE) 3

 Suara yang tidak jelas artinya 2

8
 Tidak ada suara 1

5. Skala Koma Glasgow (SKG)


Skala Koma Glasgow pada orang dewasa :
 Jumlah minimal 1+1+1 = 3 koma dalam
 Jumlah maksimal 4+5+6 = composmentis – normal
Skala Koma Glasgow pada anak :
 < 6 bulan : 12
 6-12 tahun : 12
 1-2 tahun : 13
 2-5 tahun : 14
 >5 tahun : 14

Skala Koma Glasgow (SKG /GCS)

Buka mata
Nilai >1 tahun 0-1 tahun
4 Spontan Spontan
3 Dengan perintah verbal Dengan panggilan
2 Dengan nyeri Dengan nyeri
1 Tidak ada respon Tidak ada respon
1 Tidak ada respon Tidak ada respon
Respon motorik Terbaik
Nilai >1 tahun 0-1 tahun
6 Menurut perintah
5 Dapat melokalisir nyeri Melokalisasi nyeri
4 Fleksi terhadap nyeri Fleksi terhadap nyeri
3 Fleksi abnormalitas (dekortikasi) Fleksi abnormalitas
(dekortikasi)
2 Ekstensi (deserebasi) Ekstensi (deserebasi)
1 Tidak ada respon Tidak ada respon
Respon verbal Terbaik
Nilai >5 tahun 2-5 tahun 0-2 tahun
5 Orientasi baik dan Kata-kata tepat Menangis yang sesuai
berbicara
4 Disoroentasi dan Kata-kata tidak Menangis
berbicara sesuai
3 Kata-kata tidak tepat Berteriak Mennagis yang tidak
dan menangis sesuai atau berteriak
2 Suara yang tidak Merintih Merintih

9
berarti
1 Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon

Berdasarkan mekanisme cedera kepala :

Mekanisme terjadinya trauma digolongkan menjadi 2 bagian yaitu karena trauma tumpul
dan tembus.

 Trauma tumpul biasanya terjadi berkaitan dengan adanya kecelakaan kendaraan


bermotor, jatuh dari ketinggian, pukulan benda tumpul dan lain-lain.
 Sedangkan luka tembus disebabkan oleh adanya penekanan benda-benda yang
sifatnya runcing seperti peluru ( luka tembak ), pisau, (luka tusuk)

Perdarahan yang sering ditemukan :

1. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan durameter akibat
pecahnya pembuluh darah atau cabang-cabang arteri meningeal media yang terdapat
didurameter,pembuluh darah tidak dapat menutup sendiri karena itu sanagt berbahaya
dpaat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu
dilobus Temporalis dan Parietalis.
Hematom epidural adalah suatu keadaan perdarahan yang terjadi diantara
tabula interna-durameter hematom massif. Perdaraha disebabkan oleh pecahnya arteri
meningeal media atau sinus venosus. Tanda diagnostic klinik dapat berupa :
 Penurunan tingkat kesadaran
 Nyeri kepala
 Muntah
 Hemiparesis
 Dilatasi pupil ipsi lateral
 Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irregular
 Penurunan nadi, peningkatan suhu
Hematoma Epidural di Fossa Posterior

10
Gejala dan tanda klinik pada hematoma epidural di fossa posterior adalah : lucid
interval tidak jelas, fraktur kraniii oksipital, kehilangan kesadran cepat, ganguan
serebellum, batang otak dan pernafasan dan pupil isokor.

Pemeriksaan Penunjang :

 CT Scan otak : gambaran hiperdens (ada perdarahan) ditulang tengkorak dan


durameter, umunya didaerah temporal dan tampak bikonveks.

2. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut
dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena atau jembatan vena
(bridging vein) yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan
sedikit.

Jenis hematoma subdural dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

o Akut : Interval Lucid 0-5 hari


o Subakut : Interval Lucid 5 Hari- beberapa minggu
o Kronik : Interval Lucid >3 bulan

Gejala dan tanda klinis pada Hematoma Subdrual akut adalah : Sakit kepala, dan
kesadarn menurun (+/-),bingung, mengantuk,manrik diri,berpikir lambat, kejang dan
oedem pupil.

Pemeriksaan penunjang :

- CT Scan Otak : gambaran Hiperdens (perdarahan) diantara durameter dan


arachnoid, umumnya karena robekan dan bridging vein dan tampak seperti bulan
sabit.

Hematoma Intraserebral

Hematoma intraserebral adalah keadaan dimana perdarahan parenkim otak yang


disebabkan karena pecahnya arteri intraserebral mono atau multiple.(pembuluh darah
arteri,vena,kapiler).

11
Tanda dan gejalanya : nyeri kepala, penurunan kesadaran,komplikasi pernapasan,
hemiplegia kontra lateral,dilatasi pupil dan perubahan TTV.

Penatalaksaan Medis : kita harus berasumsi bahwa seseorang yang mengalami cedera
kepala juga mungkin mengalami cedera servikal sampai tidak di temukan bukti
adanya cedera servikal dari tempat kejadian cedera, pasien di pindahkan
menggunakan papan (long spine board), posisi kepala dan leher di pertahankan sejajar
dengan sumbu tubuh. Pasang kolar servikal dan biarkan terpasang sampai di peroleh
hasil pemeriksaan sinar X servikal yang membuktikan tidak ada cedera servikal.
Semua tindakan di tunjukan untuk menjaga homeotasi otak dan mencegah cedera otak
sekunder.

 Penatalaksanaan mencangkup pengontrolan tekanan intracranial tindakan


pendukung (misalnya dukungan ventilasi, pencegahan kejang, upaya
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dukungan nutrisi,
penatalaksanaan nyeri dan ansietas) atau cranialtomi.
 Peningkatan tekanan intra kranial di kendalikan dengan oksigenasi yang adekuat,
pemberian manitol, dukungan ventilator, hiperventilasi, elevasi kepala tempat
tidur, tindakan mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit, pemenuhan
nutrisi, pengenaan nyeri dan ansietas atau bedah syaraf.

3. Perdarahan Subarachnoid Traumatika


Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah
dan permukaan otak hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.
Gejala dan tanda klinis :
- Kuku kuduk
- Nyeri kepala
- Hemiparise
- Bisa didapati penurunan kesadaran
- Dilatasi pupil ipsilateral

Pemeriksaan Diagnostik :

- CT Scan otak : perdarahan (Hiperdens) di ruang subarachnoid.

4. Fraktur Basis Kranii


12
Fraktur basis kranii terdiri atas : :
o Fraktur Basis Kranii Anterior :
Gejala dan tanda klinis :
- Keluarnya cairan likuor melalui hidung atau rhinorea
- Perdarahan bilateral periorbital eccymhosis/raccon eye
- Anosmia
o Fraktur Basis Kranii Media :
Gejala dan tanda klinis :
- Keluarnya cairan likuor melalui telinga/ottorhea
- Gangguan nervous VII & VIII
o Fraktur Basis Kranii Posterior
Gejala dan tanda klinis :
- Bilateral mastoid eccymosis atau battle’s sign

Pemeriksaan penunjang :

Penunjang diagnostic dilakukan melalui pemeriksaan tes hallo dan scanning


otak. Tes hallo untuk memastikan cairan srebrospinal secara sederhana. Scanning otak
dengan resolusi tinggi dan irisan 3 mm (50%+)(high resolution and thin section), hal
ini untuk memastikan perdarahan atau lesi pada lapisan tertentu.

5. Difuse Axonal Injury (DAI)


Cedera akson difus desebabkan oleh gaya sesar dan gaya rotasi yang
menimbulakan kerusakan di seluruh bagian otak_pada akson di hemisfer serebral,
korpus kolsum, dan batang otak. Area cedera mungkin menyebar, dan lesi fokal tidak
teridentifikasi. Pasien tidak memiliki interval yang jelas, akan segera mengalami
koma, postur dekortikasi dan deserebrasi dan edema serebral yang menyeluruh.
Gejala dan tanda klinis :
 Koma lama pasca trauma kapitis
 Disfungsi saraf otonom
 Demam tinggi

Penunjang diagnostic : CT Scan Otak

- Awal – normal, tidak ada tanda adanya perdarahan, edema,kontusio


- Ulangan setelah 24 jam jam-edema otak luas.

13
Cedera Otak akibat Trauma :

Kerusakan pada otak akibat trauma dapat terjadi oleh karena :

1. Trauma primer (langsung)


Trauma primer yaitu dampak saat ditempat terjadinya trauma itu sendiri
sedangkan trauma sekunder merupakan trauma yang terjadi sebagi hasil trauma
primer.
Kerusakan jaringan otak akibat adanya trauma / benturan secara langsung
yaitu otak membentur bagian dalam tengkorak, sehingga dapat terjadi perdarahan
pada jaringan otak (contusion cerebri) Perdarahan akibat putusnya permbuluh
darah.
2. Trauma sekunder (cedera yang terjadi sesaat )
Merupakan fisiologis lanjutan dari trauma primer misalnya :
a. Hipoksia
Kekurangan oksigen dalam darah akibatnya distribusi ke jaringan otak
menurun dan akan menyebabkan iskemia jaringan otak yang bila tidak teratasi
maka mengakibatkan infark.
b. Hipovolemia (perdarahan)
Hypovolemia biasanya disebabkan oleh karena adanya perdarahan yang
kemudian dapat menimbulkan syok
Kondisi hypovolemia ringan tbuh akan kompensasi, sehingga otak masih tetap
mendapatkan suplai darah (oksigen) namun apabila terjadi hypovolemia cukup
berat, maka darah ke otak pun akan mengalami deficit sehingga terjadi
iskemia otak bahkan infark otak.
c. Hiper dan hipokarbia
Pada kasus trauma kepala pengaruh co2 dalam darah sangat penting karena
peningkatan kadar co2 akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah otak yang kemudian akan menyebabkan terjadinya tekanan intracranial
mneingkat. Dan begitu pula sebaiknya kekurangan kadar co2 dalam darah
(hipokarbia) maka akan menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah otak
sehingga dapat menimbulkan iskemia dan berlanjut menjadi infark.
Sedangkan kadar co 2 pada kasus trauma kepala 26-32 mmHg akan tetapi hal
ini tidak mungkin dideteksi tanpa alat (kapnograf) untuk itu penangann cedera

14
kepala yang penting adalah menjaga jangan sampai penderita mengalami
gangguan ventilasi.

D. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energy yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran
darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula
dengan kebutuhan oksigen sebgai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang
dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga kadar glukosa plasma turun sampai 70%
akan terjadi egjala-gejala permulaan disfungsi serebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolic anerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan
asam laktat akibat metabolisme anerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolic.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50-60 ml/menit/100
gr, jaringan otak, yang merupakan 15% dari cardiac output. Trauma kepala
meneyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial,
perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel
adalah perubahan gelombang T dan P disritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel,
takikardi.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi takanan vaskuler dimana
penurunan tekanan vaskuler meneybabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi.
Pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan
arteriol otak tidak begitu besar.

15
E. PATHWAY

F. MANAJEMEN DI UNIT GAWAT DARURAT


Penanganan harus ditangani sejak dari tempat kecelakaan, selama
transportasi.dituang gawat darurat, kamar Ro, sampai ruang operasi, ruang
perawatan/ICU, monitor : derajat kesadaran,vital sign, kemunduran motorik,reflex
batang otak,monitor tekanan intracranial.

Penanggulangan Trauma Kapitis Akut

Pengelolaan korban gawat darurat diunit emergency sesuai dengan beratnya


trauma kapitis yaitu ringan, sedang atau berat. Pengelolaan korban dilakukan
berdasarkan urutan yaitu :

16
1. Survai Primer : gunanya untuk menstabilkan kondisi korban, meliputi tindakan-
tindakan sebagai berikut :
A : Airway (jalan napas)
Bebaskan jalan napas dengan memeriksa mulut dan mengeluarkan darah,gigi yang
patah, muntahan dsb. Bila perlu lakukan intubasi (waspadai kemungkinan fraktur
tulang leher).
B. : Breathing (Pernafasan)
Pastikan pernapasan adekuat. Perhatikan frekuensi, pola nafas, dan pernafasan dada
atau perut dan kesetaraan pengembangan dada kanan dan kiri (simetris) bila ada
gangguan pernapasan cari penyebab apakah terdapat gangguan pada sentral (otak dan
batang otak) atau perifer (otot pernapasan atau paru-paru)bila perlu berikan oksigen
sesuai dengan kebutuhan dnegan target saturasi O2>92%.
C : Circulation (sirkulasi)
Pertahankan tekanan darah sistolik >90 mmHg
Pasang sulur intravena. Berikan cairan intravena drip, NaCl 0,9% atau Ringer.
Hindari cairan hipotoris bila perlu berikan obat vasopresor dan/inotropik. Konsultasi
ke spesialis bedah saraf berdasarkan indikasi

D : Disability (yaitu untuk mengetahui lateralisasi dari kondisi umum dengan


pemeriksaan cepat status umum dan neurologi)

- Tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu


- Skala koma Glasgow
- Pupil :ukuran, bentuk dan reflex cahaya
- Pemeriksaan neurologi cepat : hemiparesis, reflex patologis
- Luka-luka
- Anamnesa :AMPLE (Allergies,Medications, Past Illness,Last Meal,
Event/Environment related to injury)
2. Survai Sekunder : meliputi pemeriksaan dan tindakan lanjutan setelah kondisi
korban gawat darurat stabil
E (Expossure)
Pemeriksaan lanjut dapat dengan membuka pakaian atau pemeriksaan laboratorium
ataupun radiologi.
- Pemeriksaan laboratorium mencakup :

17
 Darah : Hb,leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit,ureum,kreatinin,gula
darah sewaktu, analisa gas darah dan elektrolit
 Urine perdarahan (+)/(-)
- Pemeriksaan radiologi dilakukan meliputi foto polos kepala, posisi AP, lateral dan
tangensial,CT Scan otak serta foto lainnya sesuai inidkasi (termasuk foto servikal)

F (Farmakoterapi)
Farmakoterapi mencakup manajemen terapi dengan obat-obatan dan atau operasi
sesuai indikasi. Tindakan F mencakup yaitu : siapkan untuk operasi pada korban yang
mempunyai indikasi, menyiapkan untuk masuk ruang gawat darurat, manajemen luka
luka dan pemberian terapi obat obatan sesuai kebutuhan.

G. PENATALAKSANAAN
Indikasi Operasi Korban Gawat Darurat yang Mengalami Trauma Kapitis
Pada korban gadar yangmengalami trauma kaitis beberapa diantaranya
diindikasikan tindakan operasi. Trauma kapitis yang memerlukan tindakan operasi
diantaranya epidural hematom,subdural hematom, perdarahan intraserebral, fraktur
impresi, fraktur basis kranii dan edema serebri. Yang perlu diperhatikan jika
menemukan kkorban dengan kondisi tersebut adalah persiapan operasi.
1. EDH (Epidural hematoma)
a. >40cc dengan medline shifting pada daerah temporal/frontal/parietal/dengan
fungsi batang otak masih baik.
b. >30cc pada daerah fossa posterior dengan tanda tanda penekanan batang otak
atau hidrosefalus dnegan fungsi batang otak masih baik
c. EDH progresif
d. EDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi
2. SDH(subdural Hematom )
a. SDH luas (>40cc />5mm)dengan GCS >6, Fungsi batang otak masih baik
b. SDH tipis dengan penurunan kesadarn bukan indikasi operasi
c. SDH dengan edema serebri /kontusio serebri disertai medlline shift dengan
fungsi batang otak masih baik
3. ICH (perdarahan Intraserebral) pasca trauma
Indikasi :

18
- Penurunan kesadaran progresif
- Hipertensi dan bradikardi dan tanda tanda gangguan napas (chusing reflex)
- Perburukan deficit neurologi fokal.
4. Fraktur impresi melebihi 1 diploe
5. Fraktur kranii dengan laserasi serebri
6. Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi intracranial)
7. Edema sereberi berat yang disertai tanda peningkatan TIK dipertimbangkan
dengan operasi dekompresi.

Trauma kapitis Ringan (simple head injury)

Tindakan yang perlu dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan status umum dan neurologi


2. Perawatan luka-luka
3. Korban dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48 jam
Bila selama diurmah terdapat hal-hal sebagi berikut :
a. Korban cenderung mengantuk
b. Sakit kepala yang semakin berat
c. Muntah proyektil
d. Maka korban harus segera kembali kerumah sakit.
4. Korban perlu dirawat apabila :
a. Ada gangguan orientasi (waktu,tenpat)
b. Sakit kepala dan muntah
c. Tidak ada yang mengawasi dirumah
d. Letak rumah jauh atau sulit untuk kerumah sakit

Perawatan Trauma Kapitis di Unit Gawat darurat

Perawatan trauma kapitis yang tertutup yang paling utama bertujuan untuk
memaksimalkan terhadap peningkatan proses fisiologis sehingga menunjukkan
perbaikan otak yang bermakna (millier,1978).

Kondisi kritis bila skor total SKG 3-4 : Perlu perawatan di Unit intensif Neurologi
atau ICU bila tersedia.

19
Trauma Kapitis Dengan Skor SKG 5-12 Tergolong Sedang Dan Berat : pada
kondisi ini lanjutkan intervensi dengan pendekatan ABC , monitor TTV, pupil, SKG,
gerakan ekstermitas, sampai korban sadar. (memakai lembar pantauan medis atau
observation chart) Monitoring dilakukan setiap 4 jam waktu monitoring sampai
korban mencapai SKG 15. Perhatian khsuus harus diberikan untuk mencegah
terjadinya hipotensi. (miller,1978;Chesnut 1993).

Data dari Traumatik Coma Data Bank (TCDB) memperlihatkan bahwa


hipotensi pada korban dengan trauma kranioserebral berat akan meningkat angka
kematian dari 27% menjadi 50% (wilkins, 1996). Tatalaksana tradisional yang
meliputi pembatasan cairan dalam mengurangi terjadinya terjadinya edema otak,
kemungkinan akan membahayakan korban yang telah mengalami banyak kehilangan
cairan, misalnya pendarahan.

Perlu dipelihara agar jangan sampai terjadi kondisi sebagai berikut : tekanan
darah sistolik <90mmHg, suhu >380 C, dengan frekuensi napas >20x/menit.
Mencegah kemungkinan terjadinya tekanan tinggi intracranial, dengan cara :

a. Posisi kepala ditinggikan 30 derajat


b. Bila perlu dapat diberikan manitol 20% (hati-hati intraindikasi). Dosis awal 1
gr/kg BB
c. Berikan dalam waktu ½ -1 jam, drip cepat dilanjutkan pemberian dengan dosis
0,5gr/Kg
d. BB drip cepat, ½ -1 jam, setelah 6 jam dari pemberian pertama dan 0,25 gr/kg BB
e. Drip cepat, ½ -1 jam setelah 12 jam dan 24 jam dari pemberian pertama
f. Berikan analgetik, dan bila perlu dapat diberikan sedasi jangka pendek.

Mengatasi Komplikasi

Mengatasi komplikasi yang terjadi misalnya:

a. Kejang : profilaksis OAE selama 7 hari untuk mencegah immediate dan early
seizure
b. Pada kasus resiko tinggi, infeksi akibat fraktur basis kranii atau fraktur terbuka
diberikan profilaksis antibiotika sesuai dosis
c. Infeksi intracranial dapat terjadi selama 10-14 hari pertama
d. Gastrointestinal berupa perdarahan lambung

20
e. Demam, dibeirkan antipiretik
f. DIC, korban dengan trauma kapitis tertutup cenderung mengalami koagulopati
akut

Selama perawatan agar supaya diberikan cairan dan nutrisi yang sesuai. Bila perlu
berikan Roboransia, neuroprotektan (citicoline) dan nootropik sesuai indikasi.

Trauma Kapitis Ringan ( komosio serebri)

Pada trauma kapitis ringan korban gawat darurat di rawat selama 2x24 jam,
tidur dengan posisi kepala ditinggikan 30 derajat, di berikan obat-obatan simptomatis
seperti analgetik, antiemetic dan lain-lain sesuai indikasi.

Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi

Neurorestorasi dan neurorehabilitasi dilakukan dalam bentuk :

1. Evaluasi defisit neurologi


a. Parese nervi kraniaslis
b. Parese motorik
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan otonom
e. Koordinasi
f. Neurobehavior ( kognitif dan emosi )
 TOAG (Tes Orientasi dan Anamnesa Galveston ) ( di ruang gawat )
 MMSE ( Minimental State Examination ) : di lakukan setelah nilai TOAG
>75 di ruangan bila ada penurunan nilai (<30 ), ( dilakukan di divisi
Neurobehavior )
g. Status mental Neuro lengkap ( dilakukan di divisi Neurobehavior.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
 MRI : di gunakan sama seperti CT-Scan atau kontras radio aktif.
 Serebral angiography : menunjukan anomali serkulasi cerebral, seperti :
perubahan jaringan otak sekunder menjadi edema perdarahan dan trauma.

21
 Serial EEG : dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis.
 X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
 BAER : mengoreksi batas fungsi cortex dan otak kecil.
 PET : mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
 CSF, lumbal punksi dapat dilakukan jiak diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
 ABGs : mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan ( oksigenasi
) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial.
 Kadar elektrolit : untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagaai akibat
peningkatan tekanan intracranial
 Screen Toxicologi : untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran.

22
BAB III
TINJAUAN KASUS
SKENARIO KASUS

Seorang siswa SMA datang ke UGD diantar oleh temennya. Temannya mengatakan
bahwa setelah pulang sekolah pasien mengikuti balapan liar tanpa menggunakan helm,
kemudian pasien mengalami kecelakaan karena menabrak tugu pembatas jalan. Teman pasien
mengatakan pasien sempat pingsan selama 7 menit ketika sadar ia kembali mengeluh
kepalanya terasa sakit dan merasa sesak, saat dilakukan pemeriksaan fisik di temukan pasien
dapat membuka mata dengan rangsangan suara, saat di rangsang nyeri pasien melokalisir
nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) . Respon verbal pasien
mengacau sambil mengucapkan nyeri. Tekanan darah 140/90 mmHg, RR 30x/menit, Nadi
110x/menit, S : 37,8C. Pupil mengalami dilatasi. Hasil CT Scan terjadi perdarahan parenkim
otak.

23
DOKUMENTASI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

I. Data Pasien
- Nama Klien : Tn.A
- Umur : 18 tahun
- No regmed : 321
- Alamat : Kp.Bolang RT001/RW003
- Tgl/jam datang : 20 Maret 2019
- Diagnosa medis : Cedera kepala Ringan

II. Riwayat sebelum masuk RS :


Seorang siswa SMA datang ke UGD diantar oleh temennya. Temannya mengatakan
bahwa setelah pulang sekolah pasien mengikuti balapan liar tanpa menggunakan helm,
kemudian pasien mengalami kecelakaan karena menabrak tugu pembatas jalan. Teman
pasien mengatakan pasien sempat pingsan selama 7 menit ketika sadar ia kembali
mengeluh kepalanya terasa sakit dan merasa sesak

III. PENGKAJIAN
 Primary Survey
a. Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas
b. Breathing
Frekuensi pernapasan 30x/menit, tidak teratur, gerakan dada simetris. Suara napas
vesikuler pada kedua lapang paru. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah
pola napas tidak efektif.
c. Circulation
Nadi 110x/menit, irama teratur, denyutan kuat. Tekanan darah 140/90 mmHg,
suhu 37,80C. Pupil mengalami dilatasi. CRT < 3 detik, kulit elastis
d. Disability
GCS 12 dengan E3 M5 V4, ektremitas hangat, terjadi perdarahan parenkim otak.
BB 55 kg, TB 160 cm. Aktivitas pasien terbatas, pasien mengeluh nyeri pada
kepalanya. Diagnosa yang muncul adalah Nyeri akut.
e. Explosure
Terjadi perdarahan parenkim otak

24
IV. SECONDARY SURVEY
1. Keadaan Umum
Keadaan umum sakit sedang, pasien terlihat lemah, pasien terlihat mengacau sambil
mengucapkan nyeri sambil memegangi kepalanya, pasien mengatakan nyerinya
terasa terus menerus, skala nyeri 7.

2. Penyakit Lain Yang Diderita/Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, atau
penyakit serius lainnya.

3. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran apatis, GCS 12 dengan E3 M5 V4, TTV : Tekanan darah 140/90
mmHg, RR 30x/menit, Nadi 110x/menit, S : 37,8C. Pupil mengalami dilatasi. Terjadi
perdarahan parenkim otak. Konjungtiva tidak anemis.

4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium :

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


1. CT Scan Hematoma Normal, tidak
Intraserebral terjadi Hematoma
Intraserebral

Hematoma Intraserebral Normal

25
26
TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa
No Analisa Data Waktu Tindakan Keperawatan
Keperawatan
1. DS : Gangguan 09.20 1. Letakkan kepala dan leher pasien
1. Teman pasien mengatakan Perfusi Serebral dalam posisi netral, hindari fleksi
bahwa pasien mengalami Tidak Efektif pinggang yang berlebihan
kecelakaan karena b.d penurunan 09.30 2. Sesuaikan kepala TT untuk
menabrak tugu pembatas aliran darah mengoptimalkan perfusi serebral
jalan dan sempat pingsan serebral 09.40 3. Monitor efek rangsangan
selama 7 menit lingkungan pada TIK
2. Pasien mengeluh 09.45 4. Berikan informasi kepada
kepalanya terasa nyeri keluarga pasien terkait kondisi
pasien
DO : 09.50 Kolaborasi :
1. Tingkat kesadaran apatis, 5. Kolaborasikan agen farmakologi
GCS 12 untuk mempertahankan TIK
2. Hasil CT Scan : dalam jangkauan tertentu (seperti
Hematoma Intraserebral manitol)

2. DS : Pola Napas 10.00 1. Posisikan pasien untuk


1. Pasien mengeluh sesak Tidak Efektif memaksimalkan ventilasi
b.d Gangguan 10.05 2. Monitor suara napas, dan catat
DO : Neurologis pergerakan dada, pengunaan otot
1. GCS: 12 (cedera kepala) bantu pernafasan, kedalaman dan
2. Frekuensi pernapasan kesulitan bernapas
30x/menit, tidak teratur 10.10 3. Monitor pola napas (seperti
3. Pupil mengalami dilatasi bradipnea, takipnea)
4. Hasil CT Scan : 10.15 4. Auskultasi suara nafas, catat area
Hematoma Intraserebral dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan.
10.20 Kolaborasi :
5. Pemberian Terapi Oksigen sesuai

27
Indikasi : Nasal Kanul : 3 lpm
3. DS : Nyeri Akut b.d 10.30 1. Monitor TTV pasien
1. Pasien mengeluh Agen Pecedera 10.35 2. Lakukan pengkajian nyeri
kepalanya terasa nyeri Fisik komprehensif yang meliputi
2. pasien mengatakan lokasi, karakteristik, onset/durasi
nyerinya terasa terus frekuensi kualitas,intensitas, atau
menerus, skala nyeri 7 beratnya nyeri dan factor
DO : pencetus.
1. Pasien terlihat mengacau 10.40 3. Dukung istirahat tidur yang
sambil mengucapkan nyeri adekuat untuk membantu
sambil memegangi penurunan nyeri.
kepalanya 10.45 4. Ajarkan pasien teknik distraksi
2. Tekanan darah 140/90 dan relaksasi untuk pengontrolan
mmHg nyeri sebelum nyeri bertambah
3. Nadi 110x/menit berat.
10.50 5. Kendalikan factor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidak
nyamanan misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara
bising.
11.00 6. Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan di
rasakan, dan antisipasi
kenyaman akibat prosedur.
11.05 Kolaborasi :
7. Berikan obat penurun nyeri atau
analgestik : Ketorolac 30 mg via
IV

EVALUASI KEPERAWATAN

S:

28
- Klien mengatakan masih sesak napas
- Klien mengatakan nyerinya berkurang
- Klien mengatakan merasa lebih nyaman

O:

- Klien tampak masih sesak napas


- Klien terpasang oksigen
- Nyeri klien tampak berkurang

A : Masalah keperawatan teratasi sebagaian

P : Tindakan keperawatan dilanjutkan diruang perawatan (Mawar 3) dengan :

 Pemberian terapi sesuai program


 Terapi Oksigen sesuai anjuran dokter : Nasal Kanul 3 pm
 Terapi analgetik : Ketolorac 30 mg via IV
 Manitol sesuai resep dokter

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cedera kepala yang sinonimnya adalah trauma kapitis = head injury= trauma cranial
serebral=traumatic brain injury merupakan trauma mekanik terhadap kepala baik secara
langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun permanen,
(PERDOSI , 2006).

Cedera Kepala adalah adanya deformitasi berupa penyimpangan bentuk atau


penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelarasi –
decerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan
pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada
kepala yang dirasakan juga oleh otak sebgai akibat perputaran pada kepala dirasakan juga
oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindsakan pencegahan.

Perdarahan yang sering ditemukan :

1. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan durameter akibat
pecahnya pembuluh darah atau cabang-cabang arteri meningeal media yang terdapat
didurameter,pembuluh darah tidak dapat menutup sendiri karena itu sanagt berbahaya
dpaat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu
dilobus Temporalis dan Parietalis.
Hematom epidural adalah suatu keadaan perdarahan yang terjadi diantara
tabula interna-durameter hematom massif. Perdaraha disebabkan oleh pecahnya arteri
meningeal media atau sinus venosus. Tanda diagnostic klinik dapat berupa :
 Penurunan tingkat kesadaran
 Nyeri kepala
 Muntah
 Hemiparesis
 Dilatasi pupil ipsi lateral
 Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irregular
 Penurunan nadi, peningkatan suhu

30
2. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut
dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena atau jembatan vena
(bridging vein) yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan
sedikit.

Jenis hematoma subdural dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

o Akut : Interval Lucid 0-5 hari


o Subakut : Interval Lucid 5 Hari- beberapa minggu
o Kronik : Interval Lucid >3 bulan
3. Hematoma Intraserebral

Hematoma intraserebral adalah keadaan dimana perdarahan parenkim otak yang


disebabkan karena pecahnya arteri intraserebral mono atau multiple.(pembuluh darah
arteri,vena,kapiler).

Tanda dan gejalanya : nyeri kepala, penurunan kesadaran,komplikasi pernapasan,


hemiplegia kontra lateral,dilatasi pupil dan perubahan TTV.

B. Saran
Banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, tetapi penulis berharap makalah ini
mampu memberikan manfaat kepada pembaca dan penulis khususnya. Penulis pun
berharap untuk penulis selanjutnya mampu mengembangkan tulisan makalah ini
selanjutnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC

Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions classification (NIC) (5th
ed.). America: Mosby Elseiver

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., dan Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United state of America: Mosby Elsevier

Sartono dkk,2013. Basic Trauma Cardiac Life Support ( BTCLS ).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indoneia (PPNI)

Yanti Hutabarat Ruly dkk, 2016. Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan.Bogor, In media

Yayasan global training centre.2017.Basic Trauma & Cardiac life support. Jakarta : Global
training centre.

32

Anda mungkin juga menyukai