LP Gea

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah/lendir saja. (Sudaryat Suraatmaja.2005)
Gastroenteritis yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan
atau lender dalam feses. (Suharyono,1999)
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan perubahan bentuknya yang encer atau cair.
(Suriadi, 2001)
Gastroenteritis adalah suatu kondisi pada gaster yang ditandai dengan adanya muntah dan
diare yang disebabkan infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna
toksin. (Tucker,1998)
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar.
Kekerapan yang masih di anggap normal adalah sekitar 1-3 kali dan banyaknya 200-250 gram
sehari. Beberapa kasus klien mengalami peningkatan kekerapan dan kenceran buang air besar
walaupun jumlahnya kurang dari 250 mg dalam kuraun waktu sehari (Soeparman 1990)
Dari bebepara pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah buang air
besar yang tidak normal atau bentuk feses encer dengan frekukensi lebih banyak dari biasanya.

B. ETIOLOGI
Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu:
1. Infeksi
a. Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
pada anak yang disebabkan infeksi bakteri (E. Colli, Salmonella,Shigella, Vibrio
dll) parasit (protozoa:E. hystolitica , G. lamblia; cacing:Askaris, trikurus; Jamur
:kandida ) melalui fecal oral : makanan , minuman,yang tercemar tinja atau
kontak langsung dengan tinja penderita
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat pencernaan
seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit : cacing,protozoa,
jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan anak umur dibawah 2 tahun.
2. Malabsorsi
a. Mal absorpsi kalbohidrat, disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa).
Pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b. Mal absorpsi lemak
c. Mal absorpsi protein
3. Makanan
Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan
4. Psikologik
Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada
anak yang telah besar.
C. PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (roba virus, adeno virus enterik,
norwalk virus serta parasit (blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel). Organisme ini menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin yang
merusak sel atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah
organ yang palilng banyak terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang. Beberapa
fasilitas perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas dapat pula merupakan
media penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit ka dalam
usus halus. Sel intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit,
mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga akan menurunkan
area permukaan intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan elektrolit.
Peradangan dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit hal
ini terjadi pada sindrom mal absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari
absorbsi dan sekresi cairan dan elektroli yang berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat
berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi,
kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis metebolik. (Suriadi,2004: 83)
Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi
produk sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga
terjadi peningkatan motiltas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu
yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang. (Corwin,2000:321)
PATHWAY

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan menurun kemudian timbul diare tinja cair, mungkin mengandung darah atau
lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan
sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang
terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah dehidrasi diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.berat
badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor otot kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering.
Gejala klinis sesuai  tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan (kehilangan 2,5% BB) :
Kesadaran komposmentis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa, ubun-
ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9 % BB) :
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar
cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak kurang, mulut kering
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10 % BB) :
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit, pernafasan kusmaul,
ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut kering dan sianosis
Gangguan keseimbangan asam dan basa dan elektrolit :
a. Cairan yang banyak keluar melalui BAB menyebabkan kehilangan bikarbonat, sehingga
PH menurun, PCO2 meningkat, asidosis metabolik yang ditandai pernafasan kusmaul.
b. Terjadi hipo/hipertermi (< 130 atau > 150 mEq/L), hipokalemia (< 3 mEq).
c. Hipoglikemi gangguan gizi
d. Syok hipovolemi.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi Tanda dan Gejala
Tak ada dehidrasi Tak ada tanda dan gejala dehidrasi :
          Keadaan umum baik, sadar
          Tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan)
dalam batas normal
Dehidrasi tak berat Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
          Gelisah, rewel
          Mata cekung
          Air mata kurang
          Haus (minum banyak)
          Mulut dan bibir sedikit kering
          Cubitan kulit perut kembali lambat
          Tangan dan kaki hangat
Dehidrasi berat Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
          Kondisi umum lemas
          Kesadaran menurun – tidak sadar
          Mata cekung
          Air mata tidak ada
          Tidak mampu untuk minum/minum lemah
          Mulut dan bibir kering
          Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( ≥ 2 detik)
          Tangan dan kaki dingin

F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Hipovolemik
3. Kejang
4. Mal nutrisi
5. Hipoglikemia
6. Intoleransi sekunder  akibat kerusakan mukosa usus.
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare  ialah: dehidrasi, hipokalemia,
hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia, dan shock hipovolemik.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang meliputi :
1. Pemeriksaan Feses
 Makroskopis dan mikroskopis.
 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
 Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
 Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
 Kultur fese (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses atau diare yang
berkepanjangan), untuk menentukan patogen
 Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada feses
2. Pemeriksaan Darah
 pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
 Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
 Darah samar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada gastroenteritis
yang berasal dari bakteri)
 Hitung darah lengkap dengan diferensial
3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
 Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
 Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
4. Uji antigen immunoassay enzim, untuk memastikan adanya rotavirus
5. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme Shigella keluar
melalui urine)
H. PENATALAKSAAN MEDIS
Penatalaksaan klien dengan gastroenteritis adalah :
1. Pemberian cairan
2. Dietetik (pemberian makanan)
3. Obat-obatan
4. Education : memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu tentang anak-anak yang
sehat atau makanan untuk anak diare
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui feses dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
Penatalaksanaan :
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang akan digunakan
- Cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah dibandingkan dengan kadar kalium cairan feses.
- Jika tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul
Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.
- Pada keadaan diare akut awal yang ringan, dapat diberikan bubuk oralit sebagai usaha
awal agar tidak terjadi dehidrasi. Atau dapat dengan pengganti oralit : air teh + 1
sendok gula + seujung sendok garam atau air tajin + gula + garam
2) Jumlah cairan yang akan diberikan :
- Pada prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari tubuh.
- Kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai rumus:
- B.D. plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan: BD plasma-1,025 x BB x 4 ml
 0,001
3) Kembali makanan semula secara bertahap, setelah dehidrasi hilang.
Misal : SGM diencerkan 1/3 takaran semula, biasanya makan nasi tim di ganti bubur
dahulu.
- Keperluan cairan
Dehidrasi ringan : 150 cc / kg BB / hari
Dehidrasi sedang : 200 cc / kg BB / hari
Dehidrasi berat : infus RL, nacl, D10 %.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, BB 3 – 10 kg.
 1 jam I : 4 ml / kg BB / jam = 10 tts / kg BB / mnt (jika set infus 1 ml = 15 tts)
 7 jam berikutnya : 12 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB / mnt (jika set infus 1 ml = 15
tts)
 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB, oralit per oral.
Untuk anak umur 2-5 tahun, dengan BB 10 – 15 kg
 1 jam I : 30 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB / mnt. (makro).
 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB oralit per oral
Untuk anak ≥ 5 tahun, dengan BB 15 – 25 kg.
 1 jam I : 20 ml / kg BB / jam = 5 tts / kg BB / mnt (makro)
 7 jam berikutnya : 10 ml / kg BB / jam = 2-3 tts / kg BB / mnt (makro).
 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB, oralit peroral.
b. Memberikan terapi simptomatik
Pemberian terapi simptomatik harus berhati-hati dan perlu pertimbangan karena lebih
banyak kerugiannya daripada keuntungannya :
- Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat
memperbutuk diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan diberikan dalam
jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
- Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu diperhatikan karena dapat
menimbulkan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.
- Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi dapat
diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamiddalam waktu singkat. Pada diare berat,
obat-obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu yang singkat dan
dikombinasikan dengan pemberian obat antimikrobial.
- Pada penderita diare mungkin disertai denganLactose intolerance, oleh karena itu hindari
makanan/ minuman yang mengandung susu sapai diare membaik dan hindari makanan yang
pedas atau banyak mengandung lemak.
c. Memberikan terapi defenitif
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
- Kolera eltor:
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau
Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol. Fluoroquinolon
- S.aureus: Kloramfenikol 4x500 mg/ hari
- Salmonellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari atau
Kortimoksazol 2x2 tab atau
Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
- Shigellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari
- Injeksi Helicobacter jejuni Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari
- Amubiasis:
Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau
Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari
- Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari
- Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari
- Virus : simtomatik dan suportif
d. Therapi
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidarat lain (gula, air, tajin, dan lain-lain).
a. Obat-obatan Anti Sekresi
Asetosal dosis 25 mg / hari dengan dosis minimal 30 mg.
Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b. Obat Spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, tidak boleh di gunakan
c. Obat Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera dibeirkan tetrasiklin 25-50 mg / kg BB /
hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta, spt : OMA, faringitis,
bronkitis atau bronkopneumonia.

I. PENCEGAHAN
Dalam pencegahan penyakit Gastroenteritis dapat dilihat dalam lima tingkat pencegahan
(five levels of prevention) sebagai berikut :
1. Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk daya tahan
tubuh yang lebih baik dan dapat melawan Agent penyakit yang akan masuk kedalam tubuh,
seperti mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik dan
diperlukan oleh tubuh.
2. Pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak mengandung kalori,
protein dan vitamin yang banyak dibutuhkan oleh tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk
membentuk system kekebalan tubuh sehingga terlindung dari berbagai penyakit infeksi
seperti Gastroenteritis.
3. Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
4. Pemberantasan Cacat (Disability Limitation)
Penyakit Gastroenteritis ini jika tidak diobati secara baik dan teratur akan dapat
menyebabkan kematian. Pembatasan kecacatan (Disability Limitation) dalam mencegah
terjadinya penyakitGastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :
- Mencegah proses penyakit lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara
berkesinambungan sehingga tercapai proses pemulihan yang baik.
- Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan kesehatan
yang lebih cepat.
- Mencuci tangan sebelum makan
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi (Rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat
dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat
penyakit Gastroenteritis

Anda mungkin juga menyukai