Anda di halaman 1dari 4

ْ‫سنَا َو ِمن‬ ِ ُ‫ش ُر ْو ِر أَ ْنف‬

ُ ْ‫ َو نَ ُع ْو ُذ بِ ِه ِمن‬. ُ‫ستَ ْغفِ ُره‬ ْ َ‫ نَ ْح َم ُدهُ َو ن‬. ِ ‫إن ا ْل َح ْم َد هلِل‬


ْ َ‫ست َِع ْينُهُ َو ن‬
‫ش َه ُد أَنْ اَل‬
ْ َ‫ أ‬.ُ‫ي لَه‬ َ ‫ضلِ ْل فَاَل َها ِد‬
ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َمنْ ي‬ِ ‫ َمنْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬.‫ت أَ ْع َمالِنَا‬ ِ ‫سيِّئَا‬
َ
‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫س ْولُه‬
َ ‫ص ِّل َعلَى‬ ُ ‫سيِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َ َّ‫ش َه ُد أَن‬ْ َ‫إِلَهَ إِاَّل هللاُ َو ا‬
‫سلِ ْي ًما َكثِ ْي ًرا أَ َّمابَ ْع ُد‬
ْ َ‫سلِّ ْم ت‬
َ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد و‬ ِ ‫َو َعلَى‬
َ ‫آل‬

‫اوصي نفسي اوال واياكم بتقواهللا‬.

‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن‬


ْ ِ‫ ب‬.‫ان ال َّر ِج ْي ِم‬ َّ ‫قَا َل هللاُ تَ َعالَى فِ ْي ِكتَابِ ِه ا ْل َك ِر ْي ِم أَع ُْو ُذبِاهللِ ِم َن ال‬
ِ َ‫ش ْيط‬
‫ال َّر ِح ْي ِم‬.

ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُم ْوتُنَّ إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم‬


‫ صدق هللا‬.‫سلِ ُم ْو َن‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها ال ِذ ْي َن أَ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح‬
‫العظيم‬

Ma’syiral muslimin rahimakumullah


Ketahulilah bahwasanya kita hidup di dunia ini tidak bisa lepas dari ujian dan cobaan. Hidup
yang tanpa ujian dan cobaan adalah hidupnya binatang dan tumbuh-tumbuhan. Kehidupan
manusia tidak bisa lepas dari suka maupun duka, ketawa dan menagis, lapang dan sempit.
Berpuluh puluh ayat Al qur’an menyatakan bahwasanya hidup iniadalah untuk di uji, jadi kita
ingin menjadi orang yang baik segala ujian dan cobaan itu harus kita hadapi tidak boleh tidak.
Allah berfirman :
“Maha suci allah yang di tangan-nya segala kerajaan, dan dia Maha kuasa atas segala sesuatu
[1] yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya [2].”( Q.S Al mulk 1-2).
Jadi, jelas kit hidup untuk di uji, untuk di nilai siapa di antara kita yang masih tetap bertahan
menjadi orang baik, sekalipun di timpa berbagai cobaan dan ujian. Mampukah kita
meneladani Nabi Ayub AS, sewaktu kita dirudung kesedihan dan kemelaratan? Mampukah
kita meneladani Nabi Yunus AS yang begitu rajin bertasbih dan beribadah padahal ia diliputi
dengan bahaya? Mampukah kitameneladani Nabi Isa AS yang tetap tegar pengabdiannya
terhadap Allah padahal ia tak punya apa-apa?

Ma’syiral muslimin rahimakumullah

Ternyata yang di namakan ujian dan cobaan itu, bukan hanya kesedihan dan kemelaratan
saja, kesenangan dan kekayaan itupun juga ujian.

Allah SWT berfirman :

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mti, Kami menguji mu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.”(Qs. Al-
Anbiyaa : 35)

Jadi kesusahan dan kemelaratan, kesenangan dan kebahagiaan itu semua adalah ujian dan
tidak bisa kita hindari. Dan agar kita tidak larut dalam ujian itu serta tidak mudah putus asa
maka Allah memberikan petunjuk atas jalan untuk mengatasi ujian itu. Dan jalan tersebut
adalaah ibadah.

Segala bentuk ibadah dari yang sunat sampai yang wajib mana kala kita kerjakan dengan
ikhlas dan sungguh-sungguh maka akan meninggalkan bekas pada diri kita, iman akan
bertambah lebih kuat dan tebal daya tahan tubuh semakin tangguh dalam menghadapi
berbagai cobaan dan ujian tang silih berganti.

Orang yang sudah melatih dirinya dengan memperbanyak ibadah ia tak akan sombong atau
pun lupa daratan jika ia sedang jaya serta tidak mudah putus asa dan patah semangat, jika ia
sedang menderita disini letak pentingnya kita beribadah itu.
Aapun orang yang jauh dengan Allah, maka ia akan mudah di ombang-ambing oleh ujian
yang menimpa dirinya. Allah melukiskan sifat orang yang belum berlatih dan orang yang
sudah berlatih ini dengan firmannya :

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-nya dan diberi-nya
kesenangan, maka dia akan berkata:”Tuhanku telah memuliakan ku”. Adapun bial tuhannya
mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia akan berkata:”Tuhanku menghinakanku”.(QS.
Al Fajr: 15-16).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sikap kita sebagai seorang muslim dalam menghadapi ujian hendaklah bersyukur kepada
Allah jika ujian itu berupa kesenangan, jangan keburu sombong. Kita harus ingat seluruh
kekayaan yang kita miliki adalah titipan dari Allah dan hendaknya kita pergunakan hanya
untuk kepentingan yang di ridhainya saja.

Dalam hal ini kita harus meneladani Nabi Sulaiman AS yang memiliki kesadaran yang amat
tinggi terhadap kerajaan dan seluruh kekayaannya, ia berkata :

“Ini termasuk kurnia tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari
(akan nikmatnya).”.(An Naml 40).
Dan kita bersabar dan tidak putus asa jika uian itu berupa kemelaratan dan kesedihan.

Ketahuilah bahwasanya kekayaan seseorang bukan jaminan bahwa ia di cintai oleh Allah
SWT. Bukankah Firaun dan Abu Lahab yang di muekai Allah itu adalah orang yang kaya
raya dan berkedudukan?.

Begitu pula kemiskinan bukan suatu tanda kalau orang itu di benci Allah. Bukankah Nuh
AS, dan Nabi Muhamad SAW yang menjadi kekasih Allah itu adalah orang yang melarat?.

Jelasnya segala ujian baik yang berupa kesenangan atau kesedihan itu untuk menilai kita
apakah bertambah baik dengan ujian tersebut ataukah bertambah jahat.

Semoga kita semua di berikan oleh Allah kesabaran, kekuatan lahir dan batin untuk
menghadapi segala ujian dan cobaan Allah di dunia dan Akhirat.

ٓ ‫ٓان ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم ِمنَ ْا‬


ِّ‫أليَ ِة َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َو قُلْ الرَّب‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬ َ ‫ار‬
َ َ‫ب‬
ِ ‫َوارْ َح ْم َوأَ ْنتَ خَ ْي ُر الر‬
َ‫َّاح ِم ْين‬

Anda mungkin juga menyukai