Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah

(Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.)

Mas Khoirud Darojat, Ruri Siti Resmisari, M.Si, Ach. Nasichuddin, M.A.
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRAK

Benih kakao merupakan benih rekalsitran, benih rekalsitran adalah benih yang tidak
tahan terhadap suhu tinggi atau dikeringkan, peka terhadap suhu dan kelembaban yang rendah.
Kesulitan dan permasalahan penanganan benih rekalsitran menjadi problem tersendiri dalam
budidaya jenis tersebut. Telah banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan viabilitas benih
rekalsitran, salah satu upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan viabilitas benih, dengan
menggunakan perlakuan zat pengatur tumbuh (ZPT) pada benih rekalsitran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ZPT alami yang terdapat dalam ekstrak bawang merah
(Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.).Penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi ekstrak
bawang merah yang terdiri 5 taraf (0%, 10%, 20%, 30% dan 40%). Sedangkan faktor kedua
yaitu lama perendaman di dalam larutan ekstrak bawang merah yang terdiri atas 3 taraf (3 jam, 6
jam dan 9 jam). Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan analisis variansi
(ANAVA) dan apabila perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5%.Ekstrak bawang merah (Allium cepa L.)
konsentrasi 10% (K1) mampu meningkatkan persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh,
panjang hipokotil dan panjang akar benih kakao (Theobroma cacao L.). sedangkan pada lama
perendaman 6 jam (L2) dalam ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) mampu meningkatkan
persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang hipokotil benih kakao (Theobroma
cacao L.), dan pada panjang akar lama perendaman yang memiliki pengaruh nyata adalah lama
perendaman 9 jam (L3). Namun tidak terdapat pengaruh interaksi konsentrasi dan lama
perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobroma
cacao L.).

Kata Kunci : bawang merah (Allium cepa L.), viabilitas, kakao (Theobroma cacao L.)

PENDAHULUAN Benih kakao merupakan benih


Kakao adalah (Theobroma cacao rekalsitran, benih rekalsitran adalah benih
L.) salah satu hasil perkebunan terbaik di yang tidak tahan terhadap suhu tinggi atau
indonesia yang memiliki peranan yang dikeringkan, peka terhadap suhu dan
sangat penting bagi perekonomian nasional, kelembaban yang rendah (Maemunah,
karena perkebunan kakao mampu 2009).
menyediakan lapangan pekerjaan, sumber Telah banyak upaya dilakukan
pendapatan dan salah satu penyumbang untuk meningkatkan viabilitas benih
devisa negara terbesar dibidang perkebunan rekalsitran, salah satu upaya yang telah
(Sumampow, 2010). dilakukan untuk meninggkatkan viabilitas
benih rekalsitran, dengan menggunakan

1
perlakuan perendaman zat pengatur tumbuh
(ZPT) pada benih. METODE PENELITIAN
Konsep zat pengatur tumbuh Rancangan Penelitian
diawali dengan konsep hormon tanaman. Penelitian ini menggunakan
Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
organik tanaman yang dalam konsentrasi terdiri atas 2 faktor dan 3 kali ulangan .
yang rendah mempengaruhi proses-proses Faktor pertama yaitu konsentrasi ekstrak
fisiologis. Proses-proses fisiologis ini bawang merah yang terdiri 5 taraf
terutama tentang proses pertumbuhan, perlakuan (0%, 10%, 20%, 30% dan 40%).
differensiasi dan perkembangan tanaman Faktor kedua yaitu lama perendaman di
(Salisbury, 1995). dalam larutan ekstrak bawang merah yang
Kusumo (1990) berpendapat bahwa terdiri atas 3 taraf perlakuan (3 jam, 6 jam
salah satu cara perlakuan menggunakan ZPT dan 9 jam).
adalah dengan cara merendam benih.
Perendaman ini memungkinkan benih PROSEDUR PENELITIAN
mengalami inbibisi sehingga kadar air benih Sumber Benih
setelah perendaman akan meningkat dan Benih yang diperoleh adalah benih
menstimulir perkecambahan. yang baru dipanen dari perkebunan di Desa
Salah satu tumbuhan yang dianggap Plosorejo Kecamatan Kademangan
dapat digunakan sebagai zat pengatur Kabupaten Blitar, diamasukkan ke dalam
tumbuh alami adalah bawang merah wadah plastik utuh dengan kulit buahnya,
(Allium cepa L.). karena bawang merah kemudian belah buah lalu ambil bijinya. Biji
memiliki kandungan hormon pertumbuhan dicuci beberapa kali dengan aquades untuk
berupa hormon auksin dan gibberellin, menghilangkan daging buahnya (pulp) yang
sehingga dapat memacu pertumbuhan benih berwarna putih yang menempel pada biji
(Marfirani, 2014). Menurut Sasmitamihardja kakao. Lalu kering anginkan hingga biji
(1996) untuk mempercepat dan benar-benar kering.
memaksimalkan pertumbuhan, maka
dibutuhkan zat pengatur tumbuh berupa Pembuatan ekstrak bawang merah
auksin yang memacu perkembangan akar. (Allium cepa L.)
Selanjutnya Marfirani (2014) Umbi bawang merah diihaluskan
menambahkan, hormon giberelin akan dengan juiser/blender kemudian disaring.
menstimulasi pertumbu han pada daun Larutan ini dijadikan larutan stok dengan
maupun pada batang. konsentrasi 100%. Untuk perlakuan
Penelitian Siswanto (2004) konsentrasi bawang merah yang digunakan,
menyatakan pemberian ekstrak bawang cukup dengan mengencerkan larutan stok
merah mampu meningkatkan pertumbuhan sesuai dengan perlakuan yang dibutuhkan.
bibit lada panjang. Proses ini melibatkan Perendaman dalam larutan ekstrak bawang
proses pemanjangan sel sebagai akibat merah (Allium cepa L.)
pengaruh auksin yang terkandung dalam Benih kakao (Theobroma cacao L.) yang
ekstrak bawang merah. telah dipilih sebagai sampel penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka direndam dalam larutan ekstrak bawang
dilakukan penelitian untuk mengetahui merah (Allium cepa L.) selama 3 jam, 6 jam
pengaruh konsentrasi bawang merah dan 9 jam pada masing-masing konsentrasi
(Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih ekstrak bawang merah (Allium cepa L.)
kakao (Theobroma cacao L.) 10%, 20%, 30% dan 40%.

2
Perkecambahan Benih Berdasarkan Gambar 4.1 diatas
Benih yang telah telah direndam diketahui bahwa perlakuan konsentrasi
kemudian dikecambahkahkan pada bak ekstrak bawang merah (Allium cepa L.)
perkecambahan, adapun langkah-langkah konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%
yang harus dilakukan adalah: (1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Dimasukkan substrat pasir halus yang telah persentasi daya berkecambah dari benih
diayak ke dalam bak perkecambahan, (2) kakao (Theobroma cacao L). Dari semua
Ditanam 25 benih kakao pada substrat pasir hasil daya berkecambah yang telah
secara teratur, (3) Diratakan pasir hingga diperoleh terdapat hasil yang sangat
menutupi benih, (4) Diberi label pada signifikan antara kontrol (K0) dengan
masing-masing ulangan pada bak pasir, (5) perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2),
Dipelihara dengan cara disiram dengan air 30% (K3), 40% (K4). Namun tidak terdapat
secara rutin selama 21 hari. hasil yang signifikan antara perlakuan
Parameter yang diamati adalah: konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 30% (K3),
1. Persentase daya kecambah (%), dihitung 40% (K4) itu sendiri karena hasil yang
pada 21 hari setelah tanam didapatkan tidak berbeda jauh yaitu 81,78%,
2. Kecepatan Tumbuh, dihitung setiap 7 85,33%, 87,11% dan 90,22%. Pada hasil
hari, sampai hari ke 21 setelah tanam persentasi daya berkecambah terlihat
3. Panjang hipokotil, dihitung pada 21 hari perlakuan konsentrasi 40% (K4) memiliki
setelah tanam nilai rata-rata persentase daya berkecambah
4. Panjang akar, dihitung pada 21 hari tertinggi yaitu sebesar 90,22%. Sedangkan
setelah tanam perlakuan 0% (K0) sebagai kontrol memiliki
nilai rata-rata persentase terendah yakni
Analisis data sebesar 53,89%.
Untuk mengetahui pengaruh
100
perlakuan, dilakukan analisis (ANAVA)
Perkecambahan (%)

80
ganda. Apabila perlakuan berpengaruh nyata 60
maka dilanjutkan dengan uji Duncan 40
Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 20
5%. 0
L1 L2 L3
Lama Perendaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Daya Berkecambah
100 Gambar 4.2 Pengaruh Lama Perendaman
Perkecambahan (%)

80 Dalam Ekstrak Bawang Merah Terhadap


60 Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao
40
20
0 Pada gambar 4.2 menunjukkan
K0 K1 K2 K3 K4 bahwa perlakuan perendaman selama 9 jam
Konsentrasi (L3) memberikan nilai rata-rata yang
tertinggi pada variabel persentase daya
Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi bawang berkecambah yaitu sebesar 85,27%, dan
merah terhadap persentase daya hasil rata-rata terendah adalah perlakuan
berkecambah benih kakao perendaman selama 3 jam (L1) dengan nilai
rata-rata 68%. Sedangkan perlakuan
perendaman 6 jam (L2) memperoleh nilai

3
rata-rata 85,27%. Dari data yang didapatkan, (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4) itu
berdasarkan uji DMRT 5% menunjukkan sendiri karena hasil yang didapatkan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara L1 berbeda jauh yaitu 5,6 cm, 5,6 cm, 5,9 cm,
dan L2, sedangkan terdapat pengaruh yang 5,9 cm. Pada hasil uji panjang hipokotil K0
tidak signifikan antara L2 dan L3. sebagai kontrol memiliki nilai panjang
Setiap tanaman memiliki hormon hipokotil yang paling rendah dengan rata-
untuk merangsang perkecambahan, akan rata yaitu sebesar 2,7 cm. sedangkan pada
tetapi hormon yang ada pada benih tersebut konsentrasi 40% (K4) diperoleh hasil rata-
jumlahnya sedikit sehingga pertu ditambah rata panjang hipokotil tertinggi yaitu sebesar
agar pertumbuhan benih akan semakin cepat 5,9 cm
dan baik. Konsentrasi zat pengatur tumbuh
(ZPT) dalam perlakuan akan mempengaruhi 8

Hipokotil (cm)
jumlah dan kecepatan penyerapan yang 6
terjadi pada benih, sehingga akan 4
berpengaruh terhadap daya berkecambah, 2
kecepatan perkecambahan, dan kesuburan 0
benih (Kusumo,1990). L1 L2 L3
Lama Perendaman
Panjang Hipokotil

8
Gambar 4.4 Pengaruh lama perendaman
Hipokotil (cm)

6
dalam ekstrak bawang merah terhadap
4
panjang hipokotil benih kakao
2
0 Pada uji panjang hipokotil
K0 K1 K2 K3 K4 diperoleh hasil rata-rata yang tertinggi pada
konsentrasi perlakuan perendaman 9 jam (L3) yaitu
sebesar 5,8 cm, dan hasil rata-rata panjang
hipokotil terendah adalah pada perlakuan
Gambar 4.3 Pengaruh konsentrasi ekstrak perendaman 3 jam (L1) yaitu sebesar 4,4
bawang merah terhadap panjang hipokotil cm. sedangkan hasil rata-rata yang diperoleh
benih kakao pada perlakuan perendaman 6 jam (L2) yaitu
sebesar 5,3 cm. Dari data yang didapatkan,
Berdasarkan Gambar 4.3 diatas berdasarkan uji DMRT 5% menunjukkan
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi terdapat pengaruh yang signifikan antara L1
ekstrak bawang merah (Allium cepa) dan L2, sedangkan terdapat pengaruh yang
konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% tidak signifikan antara L2 dan L3.
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Giberelin sebagai salah satu
panjang hipokotil dari benih kakao hormon tumbuh yang memiliki fungsi
(Theobroma cocoa L). Dari semua hasil anatara lain meningkatkan pembelahan sel
perhitungan rata-rata panjang hipokotil yang dan pembesaran sel dalam bentuk
telah diperoleh terdapat hasil yang sangat memperpanjang ruas tanaman, memperbesar
signifikan antara kontrol (K0) dengan luas daun berbagai jenis tanaman,
perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), memperbesar bunga, buah dan
30% (K3), 40% (K4). mempengaruhi panjang batang (Heddy,
Namun tidak terdapat hasil yang 1989).
signifikan antara perlakuan konsentrasi 10%

4
Kecepatan Tumbuh

Kecepatan Tumbuh
1.5
Kecepatan Tumbuh(cm)
1.5 1

1 0.5
0.5 0
0 L1 L2 L3
K0 K1 K2 K3 K4 Lama Perendaman
Konsentrasi
Gambar 4.6 Pengaruh lama perendaman
Gambar 4.5 Pengaruh konsentrasi bawang dalam ekstrak bawang merah terhadap
merah terhadap pkecepatan tumbuh kecepatan tumbuh benih kakao
berkecambah benih kakao
Pada perhitungan kecepatan
Berdasarkan Gambar 4.5 diatas tumbuh diperoleh hasil rata-rata yang
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi tertinggi pada perlakuan perendaman 9 jam
ekstrak bawang merah (Allium cepa) (L3) yaitu sebesar 1,3 cm, dan hasil rata-rata
konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% panjang hipokotil terendah adalah pada
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perlakuan perendaman 3 jam (L1) yaitu
kecepatan tumbuh dari benih kakao sebesar 1,0 cm. sedangkan hasil rata-rata
(Theobroma cocoa L). yang diperoleh pada perlakuan perendaman
Dari semua hasil perhitungan 6 jam (L2) yaitu sebesar 1,2 cm. Dari data
koefisien kecepatan tumbuh yang telah yang didapatkan, berdasarkan uji DMRT 5%
diperoleh terdapat hasil yang sangat menunjukkan terdapat pengaruh yang
signifikan antara kontrol (K0) dengan signifikan antara L1 dan L2, sedangkan
perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), terdapat pengaruh yang tidak signifikan
30% (K3), 40% (K4). antara L2 dan L3
Namun tidak terdapat hasil yang
signifikan antara perlakuan konsentrasi 10% Panjang Akar
(K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4) itu
6
Panjang Akar

sendiri karena hasil yang didapatkan tidak


berbeda jauh yaitu 1,33 cm, 1,33 cm, 1,34 4
cm, dan 1,40 cm. Pada hasil kecepatan
2
tumbuh K0 sebagai kontrol memiliki nilai
kecepatan tumbuh yang paling rendah yaitu 0
sebesar 0,59 cm. K0 K1 K2 K3 K4
Konsentrasi
Hal ini dapat dipengaruhi
sedikitnya jumlah hormon pemacu
perkecambahan yang terdapat didalam Gambar 4.7 Pengaruh konsentrasi bawang
benih. Sedangkan pada konsentrasi 40% merah terhadap persentase daya
(K4) diperoleh hasil kecepatan tumbuh berkecambah benih kakao
tertinggi yaitu sebesar 1,40 cm.
Berdasarkan Gambar 4.7 diatas
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
ekstrak bawang merah (Allium cepa)
konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%

5
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Mekanisme kerja auksin akan
panjang akar dari benih kakao (Theobroma mempengaruhi pemanjangan sel-sel pada
cocoa L.). Dari semua hasil perhitungan tanaman. Cara kerja auksin adalah dengan
rata-rata panjang akar yang telah diperoleh cara mempengaruhi pengendoran
terdapat hasil yang sangat signifikan antara /pelenturan dinding sel. Sel tumbuhan
kontrol (K0) dengan perlakuan konsentrasi kemudian memanjang akibat air yang masuk
10% (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4). secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel
Namun tidak terdapat hasil yang signifikan terus tumbuh dan mensintesis kembali
antara perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% material dinding sel dan sitoplasma. Selain
(K2), 30% (K3), 40% (K4) itu sendiri memacu pemanjangan sel yang
karena hasil yang didapatkan tidak berbeda menyebabkan pemanjangan batang dan akar,
jauh yaitu 4,2 cm, 4,6 cm, 4,6 cm, 5,2 cm. peranan auksin lainnya adalah adanya
Pada hasil uji rata-rata panjang akar kombinasi auksin dan giberelin akan
diperoleh K0 sebagai kontrol memiliki nilai memacu perkembangan jaringan pembuluh
rata-rata panjang hipokotil terendah yaitu dan mendorong pembelahan sel pada
sebesar 2,1 cm. sedangkan pada konsentrasi kambium pembuluh sehingga mendukung
konsentrasi 40% (K4) diperoleh hasil rata- pembentukan diameter batang (Rusmin,
rata panjang akar tertinggi yaitu sebesar 5,2 2011).
cm.
KESIMPULAN
6
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
5
Panjang Akar

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


4
1. Ekstrak bawang merah (Allium cepa L.)
3
konsentrasi 10% (K1) mampu
2
meningkatkan persentase daya
1
berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang
0
hipokotil dan panjang akar benih kakao
L1 L2 L3
Lama Perendaman (Theobroma cacao L.).
2. Lama perendaman 6 jam (L2) dalam
Gambar 4.8 Pengaruh lama perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.)
dalam ekstrak bawang merah terhadap mampu meningkatkan persentase daya
persentase daya berkecambah benih kakao berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang
hipokotil benih kakao (Theobroma cacao
Pada perhitungan panjang akar L.), sedangkan pada panjang akar lama
diperoleh hasil rata-rata tertinggi pada perendaman yang memiliki pengaruh
perlakuan perendaman 9 jam (L3) yaitu nyata adalah lama perendaman 9 jam
sebesar 5,0 cm, dan hasil rata-rata panjang (L3).
akar yang paling rendah adalah pada 3. Tidak terdapat pengaruh interaksi
perlakuan perendaman 3 jam (L1) yaitu konsentrasi dan lama perendaman ekstrak
sebesar 3,3 cm. sedangkan hasil rata-rata bawang merah (Allium cepa L.) terhadap
panjang akar yang diperoleh pada perlakuan viabilitas benih kakao (Theobroma cacao
perendaman 6 jam (L2) yaitu sebesar 4,2 L.).
cm. Dari data yang didapatkan, berdasarkan
uji DMRT 5% menunjukkan terdapat SARAN
pengaruh yang signifikan antara L1, L2 dan 1. Pengunaan perlakuan interaksi
L3. konsentrasi 10% dan lama perendaman 6

6
jam ekstrak bawang merah (Allium cepa Sasmitamihardja, D dan Siregar, A. 1996.
L.) mampu meningkatkan viabilitas benih Fisiologi Tumbuhan. Bandung :
kakao (Theobroma cacao L.). yang Institut Teknologi Bandung
ditunjukkan dengan meningkatnya Siswanto, Usman. dkk. 2010. Penggunaan
persentase daya berkecambah benih Auksin dan Sitokinin Alami Pada
kakao. Pertumbuhan Bibit Lada Panjang
2. Diharapkan untuk penelitian yang (Piper retrofractum vah L.). Jurnal
menggunakan ekstrak bawang merah Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3
seperti pada penelitian ini, hendaknya No. 2.
menambahkan parameter lain selain Sumampow, D. M. F. 2011. Viabilitas Benih
persentasi daya berkecambah, kecepatan Kakao ( Theobroma cacao L.) Pada
tumbuh, panjang hipokotil dan panjang Media Simpan Serbuk Gergaji. Soil
akar. Environmen 8 (3) : 102-105
3. Pada penelitian viabilitas benih kakao Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur
dengan perlakuan konsentrasi dan lama Tumbuh Tanaman. Bogor: Pusat
perendaman ekstrak bawang merah agar Antar Universitas Bogor.
lebih mengamati serangan cendawan saat
penyemaian benih

DAFTAR PUSTAKA

Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan.


Jakarta: CV. Rajawali
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh
Tanaman. Bogor: Cv. Jasaguna
Maemunah dan Adelina, Enny.2009. Lama
Penyimpanan dan Invigorasi
Terhadap Vigor Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.). Media
Litbang Sulteng 2 (1) : 56 – 61
Marfirani, Melisa.dkk.2014. Pengaruh
Pemberian Berbagai Konsentrasi
Filtrat Umbi Bawang Merah dan
Rootone-F terhadap Pertumbuhan
Stek Melati “Rato Ebu”.Lentera Bio
3 (1) : 73–76
Rusmin, D. 2011. Pengaruh Pemberian GA3
Pada Berbagai Konsentrasi dan
Lama Inbibisi
Terhadap Peningkatan Viabilitas Benis
Puwoceng (Pimpinella pruatjan
Molk.). Jurnal Littri. Vol: 17. No: 3
Salisbury, F.B. dan Ross, C.V. 1995.
Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Bandung: ITB Press

Anda mungkin juga menyukai