ABORTUS
ABORTUS
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di
dunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO, aborsi berarti keluarnya janin
dengan berat badan janin <500 gram atau usia kehamilan <22 minggu. Mengingat kondisi
penanganan bayi baru lahir berbeda-beda di berbagai negara, usia kehamilan seperti pada
definisi abortus dapat berbeda-beda pula. Di negara maju, oleh karena teknologi ilmu
kedokteran yang canggih, keguguran saat ini diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi
ketika usia kehamilan < 20minggu atau berat badan janin <400gram.
Di seluruh dunia pelaksanaan gugur kandungan masih banyak di kerjakan oleh dukun
(75 %-80%)sehingga komlikasinya sangat membahayakan jiwa sampai kematian yang di
sebabkan oleh pendarahan dan infeksi.pelaksanaan gugur kandungan oleh dukun tampa
jaminan sterilitas dan pengetahuan anatomi alat kelamin wanita sehingga dapat
menimbulkan bahaya,kematian karna gugur kandungan oleh dukun di perkirakan terjadi
antara 200.000-350.000 setiap tahunnya di seluruh dunia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari abortus?
2. Apa saja penyebab dari abortus?
3. Apa saja klasifikasi dari abortus?
4. Bagaimana patofisiologi dari abortus?
5. Bagaimana pathway dari abortus?
6. Bagaimana gambaran klinis dari abortus?
7. Apa saja komplikasi dari abortus?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari abortus?
9. Bagaimana penanganan abortus?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi dari abortus
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari abortus
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari abortus
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi abortus
1
5. Untuk mengetahui bagaimana pathway abortus
6. Untuk mengetahui gambaran klinis dari abortus
7. Untuk mengetahui komplikasi dari abortus
8. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari abortus
9. Untuk mengetahui bagaimana penanganan dari abortus
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau bauh kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan . (Syaiffudin, Abdul Bari.2002.halaman 145).
Seperti telah diterangkan, lamanya kehamilan yang normal 280 hari atau 40 minggu
dihitung dari hari pertama haid yang terakhir.Kadang-kadang kehamilan berakhir sebelum
waktunya dan ada kalanya melebihi waktu yang normal. (Menurut buku obstetric
patologi, Halaman 7)
Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan berlangsung dapat dibagi sebagai
berikut:
B. ANGKA KEJADIAN
Angka kejadian abortus, sulit ditentukan karena terkadang seorang wanita dapat
mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil dan tidak menunjukan gejala yang
hebat, sehingga hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus memanjang).
Insidens abortus kriminalis sangat sulit ditentukan karena biasanya tidak dilaporkan.
Angka kejadian abortus dilaporkan oleh rumah sakit sebagai rasio jumlah abortus
terhadap jumlah kelahiran hidup.
Di amerika serikat, angka kejadian abortus secara nasional berkisar antara 10-20%,
sementara di RS Hasan Sadikin Bandung, Indonesia angka kejadian abortus berkisar
antara 18-19%. Kebanyakan abortus terjadi ketika usia kehamilan <12minggu; hanya
3
sekitar 4% abortus yang terjadi pada trimester kedua dan hanya sekitar 5% abortus yang
terjadi setelah bunyi jantung janin dapat diidentifikasi.
C. KLASIFIKASI
Menurut waktu, abortus dapat dikelompokan sebagai :
1. Abortus dini – bila terjadi pada trimester pertama (< 12 minggu) ;
2. Abortus lanjut – bila terjadi antara 12-24 minggu (trimester kedua)
Menurut kejadiannya abortus di kelompokan sebagai :
1. Abortus spontan (spontaneous abortion, misscarriage, pregnancy loss)
Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis. Kejadian:
10-20% dari semua kehilan (Amerika). Sebab-sebab: pada hamil muda abortus
selalu didahului oleh kematian janin. Kematian janin ini dapat disebabkan oleh:
- Kelainan telur (kelainan cromosom : trisomi,polyploidi)
- Penyakit ibu (infeksi akut, kelainan endokrin, trauma, Kelainan alat
kandungan)
Pada kehamilan yang lebih tua anak sering lahir masih hidup maka rupa-rupanya
sebab-sebabnya juga berlainan.
Kelainan telur:
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian
rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena factor endogen
seperti kelainan kromosom (trisomy dan polyploidi). Kelainan pertumbuhan
selain oleh kelainan benih dapat juga disebabkan juga oleh kelianan
lingkungan atau factor exogen (virus, radiasi, zat kimia)
Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya:
- Infeksi akut yan berat: pneumonia, typus, dll. Dapat menyebabkan
abortus atau partus praematurus. Janin dapat meniggal oleh toxin-toxin
atau karena penyerbuan kuman-kuman sendiri. Akan tetapi keadaan ibu
yang toxis dapat menyebakan abotus walaupun janin hidup.
- Kelainan endokrin, misalnya kekuranan progesterone atau disfungsi
kelenjar gondok.
- Trauma misalnya laparotomi atau kecelakaan dapat menimbulkan
abortus.
4
- Kelainan alat kandungan:
1. hypoplasia uteri
2. tumor uterus
3. cerviks yang pendek
4. retroflexion uteri incarcerate
5. kelainan endometrium dapat menimbulkan abortus
5
D. ETIOLOGI
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor umunya abortus di
dahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya abortus
antara lain:
1. Faktor janin – kelainan yang paling sering dijumpai adalah gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya merupakan abortus
pada trimester pertama, berupa :
a. Kelainan telur – telur kosong (blighted ovum) kerusakan embrio, kelainan
kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi), merupakan sekitar 50%
penyebab abortus ;
b. Trauma embrio – pasca sampling vili korionik amniosentesis;
c. Kelainan pembentukan plasenta – hipoplasia trofoblas.
2. Faktor maternal, berupa
a. Infeksi – beresiko bagi janin yang sedang berkembang terutama pada akhir
trimester pertama atau awal trimester kedua. Penyebab kematian janin tidak
diketahui secara pasti akibat infeksi janin atau oleh toksin yang di hasilkan
mikroorganisme penyebab infeksi. Penyakit-penyakit yang menyebabkan
abortus antara lain :
Virus – rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia,
campak, hepatitis, polio, ensefalomielitis ;
Bakteri – salmonella thypii
Parasit – toxsoplasma gondii, plasmodium
b. Penyakit vaskular – hipertensi, penyakit jantung ;
c. Kelainan endokrin - abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron
tidak mencukupi, terjadi disfungsi tiroid atau defisiensi insulin
d. Immunologi – ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA (Human
Leucocyte Antigen), SLE (Sistemik Lupus Eritematosus), Lupus Eritematosus
Sistemik ;
e. Trauma – jarang terjadi, umumnya segera setelah trauma, misalnya trauma
akibat pembedahan ;
Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum graviditatum
sebelum minggu ke-8 ;
Pembedahan intra-abdominal dan pembedahan uterus pada saat hamil ;
6
f. Kelainan uterus – hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa),
serviks inkompeten atau retrofleksio uteri gravidi incarcerata ;
g. Psikosomatis – pengaruh faktor ini masih di pertanyakan
3. Faktor eksternal, berupa :
a. Radiasi – dosis 1-10 rad dapat merusak janin berusia 9 minggu ; dosis lebih
tinggi dapat menyebabkan keguguran ;
b. Obat-obatan – antagonis asam folat, antikoagulan, dll. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan ketika usia kehamilan <16 minggu, kecuali obat
terbukti tidak membahayakan janin atau indikasi penyakit ibu yang parah ;
c. Zat kimiawi lain – bahan yang mengandung arsen, benzena, dll.
d. Sosio-ekonomi, pendidikan, konsumsi kafein, dan bekerja ketika sedang hamil –
tidak terbukti merupakan resiko abortus.
E. PATOGENESIS
Umumnya abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin, diikuti oleh
perdarahan kedalam desidua basalis. Selanjutnya, terjadi perubahan nekrotik di daerah
implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan berakhir dengan perdarahan
pervaginam. Pelepasan hasil konsepsi, baik seluruhnya maupun sebagian, diinterpretasi
sebagai benda asing dalam rongga rahim, sehingga uterus mulai berkontraksi untuk
mendorong benda asing keluar rongga rahim ( ekspulsi ). Perlu ditekankan bahwa pada
abortus spontan kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum
perdarahan, sehingga pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika
perdarahan sudah sedemikian banyak karena abortus tidak akan dapat dihindari.
Sebelum minggu ke 10 seluruh hasil konsepsi biasanya dapat keluar dengan lengkap,
karena vili korialis belum menanamkan diir dengan erat ke dalam desidua. Pada
kehamilan 10-12 minggu korion tumbuh cepat dan hubungan antara vili korialis dengan
desidua makin erat, sehingga abortus yang dimulai saat ini sering menyisakan korion
(plasenta).
Pengeluaran hasil konsepsi di dasarkan atas 4 cara :
1. Kantung korion keluar pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desidua :
2. Kantung amnion dan isinya (janin) di dorong keluar, meninggalkan korion dan
desidua ;
3. Pecah amnion disertai putusnya tali pusat dan pendorongan janin keluar, tetapi sisa
amnion dan korion tetap tertinggal ( hanya janin yang di keluarkan ) ;
7
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat keluar secara utuh.
Sebagian besar abortus termasuk kedalam 3 tipe pertama sehingga kuretasi perlu di
kerjakan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi. Terdapat
beberapa bentuk abortus yang istimewa, yakni :
1. Telur kosong (blighted ovum) – hanya terbentuk kantung amnion berisi air ketuban
tanpa embrio atau janin, kantung kuning telur (yolk sac) dapat ada atau tidak ada ;
2. Mola kruenta – telur dibungkus oleh darah kental. Mola kruenta terbentuk bila
abortus berjalan lambat sehingga darah sempat membeku diantara desidua dan
korion. Bila darah beku ini sudah mengeras, konsistensinya seperti daging dan di
sebut mola karnosa.
3. Mola tuberosa – telur memperlihatkan benjolan akibat hematoma diantara amnion
dan korion
4. Nasib janin yang mati bermacam-macam – bila masih sangat kecil, janin dapat
diabsorbsi dan hilang ; bila janin sudah agak besar, cairan amnion akan diabsorbsi
hingga janin terkena (foetus compresus). Terkadang janin menjadi kering dan
mengalami mumifikasi, sehingga menyerupai perkamen (foetus papyraceus) ;
keadaan ini lebih sering terdapat pada kehamilan kembar (vanished twin). Janin yang
sudah agak besar mengalami maserasi.
8
F. PATHWAY
9
G. GAMBARAN KLINIS
Secara klinis abortus dibedakan sebagai berikut :
Secara ikhtisar abortus imminens kita diagnosa kalau pada kehamilan muda terdapat:
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
c. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
10
d. Tidak di ketemukan kelainan pada servixs
Pada abortus imminens masih ada harapan bahwa kehamilan berlangsung terus.
11
Kalau 10 setelah abortus masih ada perdarahan juga,maka abortus incompletus
atau endometritis post aborium harus dipikirkan.
7. Abortus febrilis
Merupakan abortus inkompletus atau abortus insipiens yang disertai infeksi (febrile
abortion, septic abortion) . Manifestasinya berupa demam, lokia yang berbau busuk,
nyeri diats simpisis atau diperut bawah dan distensi atau kembung abdomen yang
merupakan tanda peritonitis . abortus ini dapat menimbulkan syok endotoksin .
Hipotermia umumnya menunjukan keadaan sepsis .
12
H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh : perdarahan yang banyak disebut syok
hemmorhage, dan infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptic.
(Menurut Mochtar, Rustam.1998.halaman 214)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik : pemeiksaan abdomen dan pemeriksaan pelvis ;
2. Tes laboratorium : hitung sel darah lengkap dengan apusan darah, urinalisis, tes
kehamilan untuk gonadotropin korion, ultrasonografi, test golongan darah dan Rh;
J. PENANGANAN
1. Abortus imminens
a. Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara total
13
b. Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual
c. Bila perdarah :
- Berhenti : lakukan asuhan intenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi
perdarahan lagi
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola)
- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan
melalui gejala klinik dan hsil pemeriksaan ginekologik
Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat berlangsung terus, pasien disuruh:
1. Istirahat rebah
2. Diberi sedative, misalnya luminal, codein, morphin
3. Progesterone 10 mg sehari untuk terapi subsitusi dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot rahim (misalnya gastanon).
Istirahat rebah tidak usah melebihi 48 jam. Kalau telur masih baik, pendarahan
dalam waktu ini akan berhenti.
Kalau perdarahan tidak berhenti dalam 48 jam maka kemungkinan bisa terjadi
dan abortus dan istirahat rebah hanya menunda abortus tersebut. Jika perdarahan
berhenti, pasien harus menjaga diri, jangan banyak bekerja dan choitus dilarang
selama dua minggu.
Jika perdarahan disebabkan erosi, maka erosi diberi nitras argentii 5-10%;
kalau sebabnya polyp, maka polyp diputar dengan cunam sampai tangkainya
terputus.
Jika janin telah mati, maka Rahim tidak membesar dna reaksi Galli Mainini
menjadi negative, tapi baiknya dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali berturut-
turut. Baru kalau Galli mainini 2x berturut-turut negative ada artinya.
2. Abortus insipiens
a. Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi bila usia gestasi kurang dari 16
minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual (AVM)
setelah bagian-bagian jadin dikeluarkan . Bila usia gestasi lebih dari 16 minggu,
evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kuretase (D&K).
14
b. Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih
besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :
infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL muali dengan 8 tets/menit
yang dapat dinaikan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi
uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi
ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian
misoprostal 400 mg/oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan
dosis yang sama stelah 4 jam dari dosis awal .
Untuk mempercepat pengosongan Rahim diberi oxytocin 2½ satuan tiap ½
jam sebanyak 6 kali. Untuk mengurangi nyeri karena his boleh diberi
sedative. Jika Pitocin tidak berhasil, dapat dilakukan curettage asal
pembukaan cukup besar
c. Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM
atau D&K (hati-hati resiko perforasi)
3. Abortus inkomplit
a. Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok, infeksi atau sepsis)
b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga
ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu
evaluasi perdarah :
Bila perdarahan berhenti, beri ergometrim 0,2 mg IM atau misoprostom 400
mg/oral
Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan
AVM atau D&K (pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks
dan keberadaan dari bagian janin).
c. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin 100 mg
oral atau doksisiklin 100 mg)
d. Bila terjadi infeksi beri ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam
e. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu, segera
lakukan evakuasi dengan AVM
f. Bila pasien tampak anemik berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu
(anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat)
15
g. Abortus incompletus harus segera dibersihkan dengan curettage atau secara
digital. Selama masih ada sisa-sisa plasenta akan terus terjadi perdarahan.
4. Abortus komplit
a. Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrim 3x1 tablet/hari
untuk 3 hari.
b. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600
mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan
bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan
transfusi darah.
c. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau
apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis.
5. Abortus infeksiosa
a. Kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilits kesehatan setempat
tidak mepunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien ke rumah sakit.
b. Sebelum rujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS atau RL
melalui infus dan berikan antibiotika (misalnya : ampisilin 1 gr dan metronidazol
500 mg).
c. Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT
d. Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotika
berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dan dpat
dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin (lakukan secara hati-hati
karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini).
6. Abortus Febrilitis
Abortus incompletus yang telah disertai infeksi tidak secara di curet, kecuali
kalau perdarahan banyak sekali. Jika abortus febrilis dicuret, pagar leucocyt yang
menghalangi invasi kuman rusak dan pembuluh-pembuluh darah terbuka, hingga
kuman dapat memasuki pembuluh darah tersebut dan terjadilah sepsis. Sedapat-
dapatnya diberi antibiotic dulu curettage baru dikerjakan setelah suhu tenang selama
3 hari.
7. Missed Abortion
Dulu sikap kita menghadapi missed abortion konservatip mengingat:
16
- Kesukaran teknik dalam melakukan dilatasi dan curettage
- Kemungkinan infeksi besar
Kalau tidak terjadi abortus dengan Pitocin infus ini, sekurang-kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan
pemasangan laminalia stift.
8. Abortus habitualis
Yang dinamakan habitualis ialah keadaan dimana telah terjadi 3x abortus yang
spotan berturut-turut. Karena abortus ini berulang-ulang dan berturut-turut,
etiologinya bersifat tetap dan terapinya ditujukan terhadap sebab ini.
Sebab-sebab abortus habitualis dapat dibagi dalam dua golongan
1. Sel benih yang kurang baik: pada saat ini kita belum tahu bagaimana
mengobatinya
2. Lingkungan yang tidak baik: hal-hal yang dapat mempengaruhi lingkungan
adalah:
- Disfungsi glandula thyreidea: hipofungsi kelenjar ini dapat diobati dengan
pemberian thyroid hormone
- Kekurangan hormone-hormon corpus luteum atau placenta. Kekurangan
hormone diatasi dengan terapi substitusi misalnya sering diberi progesterone
- Defisiensi mekanan seperti asam folin
- Kelainan anatomis dari uterus yang kadang-kadang dapat dikoreksi secara
operatif: uterus duplex
- Cervix yang incompetent: cervix yang incompetent sudh membuka pada
bulan ke 4 ke atas: akibatnya ketuban mudah pecah dan terjadi abortus.
Cervix dapat menjadi incompetent setelah portio amputasi atau karena
robekan cervix yang panjang. Abortus karena cervix yang incompetent dapat
dicegah dengan operasi Shirodkar atau Mac Donald
- Hypertensia essentialis
- Golongan darah suami istri yang tidak coco; sistim ABO atau factor Rh
17
- Toxoplasmose
K. PENYULIT ABORTUS
Kebanyakan penyulit dari abortus disebabkan abortus criminalis walaupun dapat
timbul juga pada abortus yang spontan.
1. Perdarahan yang hebat
2. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan
kemandulan
3. Renal failure (faal ginjal ruak); disebabkan karena infeksi dan shock. Pada pasien
dengan abortus diurese selalu harus diperhatikan. Pengobatan ialah dengan
pembatasan cairan dan pengobatan infeksi
4. Shock bakteriil: terjadi shock yang berat, rupa-rupanya oleh toxin-toxin.
Pengobatannya ialah dengan pemberian antibiotica, cairan, corticosteroid dan heparin
5. Perforasi, ini terjadi waktu curettage atau karena abortus criminalis.
18
BAB III
Seorang pasien Ny. A umur 23 tahun dengan riwayat kehamilan G2 P1 A0 datang ke poli
kandungan dengan keluhan hamil pertama kali mengeluh mengeluarkan darah disertai dengan
keluarnya jaringan hasil konsepsi dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan,
didapat keadaan umum tampak lemah, TD 100/80 mmHg, Nadi 70x/menit, RR 16x/menit,
TFU 3 jari diatas simpisi. Dari hasil pemeriksaan inspekulo keluar darah dari OUE dan OUE
sudah tertutup.
SEVEN JUMP
1. G2P1A0
2. Poli kandungan
3. Konsepsi
4. TFU
5. Simpisis
6. Inspekulo
7. OUE
19
1. Apa yang mengakibatkan jaringan hasil konsepsi keluar dari jalan lahir?
1. Yang menyebabkan jaringan hasil konsepsi keluar dari jalan lahir adalah
endometrium yang belum siap meneriama hasil implentasi hasil konsepsi
20
ASUHAN KEPERAWATAN
I. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata Pasien
- Nama : Ny.A
- Usia : 23 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Alamat : Bekasi
- Suku : Sunda
- Status pernikahan : Kawin
- Agama : Islam
- Diagnosa medis : Abortus Kompletus
- No.RM : 1001
- Tanggal masuk : 11-10-2018
- Tanggal pengkajian : 11-10-2018
2. Penanggung jawab Pasien
- Nama : Tn.R
- Usia : 24 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : Karyawan
- Hubungan dengan klien : Suami
21
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit serius seperti hipertensi. Pasien
mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien mengatakan
tidak mempunyai alergi terhadap apapun.
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 15 tahun
b. Haid teratur/tidak : Teratur
c. Lama : 7 hari
d. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
e. Sifat Darah : Encer
f. Siklus Haid : 28 hari
g. Nyeri Haid : Tidak pernah
h. HPHT : 9 Juli 2018
i. TP : 16 April 2019
22
b) Komposisi : 1 piring nasi dan lauk nya
c) Frekuensi minum : 3 gelas
d) Jenis : air mineral
Makan malam : Pukul 18.30 WIB
a) Frekuensi : 1 kali
b) Komposisi : 1 piring nasi dan lauk
c) Frekuensi minum : 3 gelas
d) Jenis : air mineral
2. Perubahan makan : Meningkat
3. BB sebelum hamil : 50 kg
d. Pola Eliminasi
1) Frekuensi : BAB 1x sehari, BAK > 7 x sehari
2) Sifat feses dan urin : Feses lunak, kekuningan, urin putih jernih dan
bau
khas
3) Keluhan yang dirasakan : Tidak ada keluhan
e. Perilaku Kesehatan
1. Pola istirahat dan tidur :Malam ± 7 jam, tidur siang 1 jam
selama
hamil
2. Pekerjaan rutin sehari-hari :Menyapu, mengepel, mencuci baju,
mengurus suami dan anak maupun
sebelum hamil
3. Kebiasaan merokok : Tidak pernah
4. Penggunaan alkohol : Tidak pernah
5. Pengunaan Jamu-jamuan : Tidak pernah
6. Kebersihan diri : Mandi 2x sehari
7. Seksualitas :Tidak pernah selama hamil
23
f. Pemeriksaan Kehamilan
1) Frekuensi ANC : 2 kali kunjungan
Trimester I : 2 kali
Usia kehamilan : 12 minggu
Yang dirasakan : pasien mengeluh mengeluarkan darah disertai
dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi dari jalan
lahir sejak 2 hari yang lalu
Terapi : tidak ada
2) Tempat Pemeriksaan : Poli Kandungan RS Ibu dan Anak
g. Kontrasepsi
1) Kontrasepsi yang pernah digunakan :KB Suntik 3 bulan
2) Keluhan terhadap kontrasepsi :Tidak ada
h. Riwayat Kesehatan
Riwayat sesak nafas : Tidak ada
Riwayat penyakit kuning : Tidak ada
Riwayat penyakit malaria : Tidak ada
Riwayat TBC : Tidak ada
Riwayat penyakit DM : Tidak ada
Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada
Riwayat penyakit turunan : Tidak ada
Riwayat menular seksual : Tidak ada
Riwayat operasi : Tidak ada
i. Cedera selama hamil ini
Jatuh : Tidak pernah
Terbakar : Tidak pernah
24
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu
No Tah Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit JK BB PB Keadaan
un Persalina kehamilan persalinan Anak
Pers
alina
n
1 2015 BPM Aterm Normal Bidan Tidak Laki- 2800 47 cm Sehat
ada laki gr
2 Ham
il ini
7. Riwayat Sosial
a. Perkawinan
1) Status Perkawinan : Sah
2) Jumlah perkawinan : 1 Kali
3) Lama Perkawinan : 5 Tahun
8. Anggota keluarga yang tinggal serumah
No Hubungan Umu Pendidikan Pekerjaan Kebiasaan Keadaan kesehatan
keluarga r hidup yang anggota keluarga
menggangg
u kesehatan
1 Suami 25 SMA karyawan Tidak ada Sehat
tahun
25
b. Reaksi ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan ini
Ibu merasa cemas dengan kondisi kehamilannya saat ini
c. Kecemasan yang paling dirasakan saat ini
Ibu mengatakan merasa cemas dengan kondisi kehamilannya saat ini
d. Tuntutan terhadap jenis kelamin anak
Ibu mengatakan suami dan keluarga tidak menuntut jenis kelamin apapun
e. Kondisi hubungan ibu, suami, keluarga saat ini
Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan harmonis
f. Beban pikiran yang dirasakan saat ini
Ibu mengatakan memiliki beban pikiran terhadap kondisinya
g. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
26
Keterangan :
0 : Mandiri, 1 : Memerlukan alat bantu, 2 : Dibantu orang lain, 3 : Dibantu orang lain
dan memerlukan alat bantu , 4 : Membutuhkan bantuan total
2) Latihan
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas sehari – hari
seperti bekerja,dll.
Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, Pasien
merasa lemah.
27
h. Dada dan Payudara
Pembesaran : Ada
Putting susu : Menonjol
Areola : Kehitaman
Pengeluaran kolostrum : Ada, pada payudara sebelah kanan
Rasa nyeri : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
i. Abdomen
- Inspeksi
Hiperpigmentasi : Ada
Kulit abdomen : Bersih
Bekas luka operasi : Tidak ada
Konsistensi : Lunak
Kontraksi rahim : Belum ada
- Palpasi
TFU : 12 Cm
j. Ekstremitas
Tangan : Bersih, tidak ada luka, tidak ada oedema, Turgor kulit tidak
Elastis, CRT > 3 detik , kulit teraba hangat
Kaki : Bersih, tidak ada luka, tidak ada oedem, Turgor kulit tidak
Elastic, kulit teraba hangat
Varises : Tidak ada
Reflek patella : Kanan (+) Kiri (+)
k. Pemeriksaan Genitalia
- Inspekulo
Tampak pengeluaran darah dari OUE
OUE sudah tertutup
Pengeluaran darah = 100cc
28
l. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Hasil Nilai Normal
3
Leukosit 13.000 sel/mm 6000-10.000 sel/mm3
Haemoglobin 9 gr/dl 12 – 16 gr/dl
29
DATA FOKUS
NamaPasien : Ny.A
No.Rm : 1001
30
11. Pasien tampak gelisah
12. Pasien tampak tegang
13. Leukosit : 13.000 sel/mm3
14. Haemoglobin : 9 gr/dl
31
ANALISA DATA
NamaPasien : Ny.A
No.Rm : 1001
DO :
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmetis
3. Tanda-tanda Vital :
Proses Penyakit
TD : 100/80 mmHg, Hipertermia
( infeksi )
N : 70x/menit
RR : 16x/menit
S : 38 oC
4. kulit teraba hangat
5. Leukosit : 13.000 sel/mm3
6. Haemoglobin : 9 gr/dl
2. DS : Kekurangan Perdarahan
Pasien mengeluh mengeluarkan darah volume cairan
sejak 2 hari yang lalu
Pasien merasa lemah
DO :
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda Vital :
TD : 100/80 mmHg,
N : 70x/menit
32
RR : 16x/menit
S : 38 oC
Bibir kering dan pucat
Konjungtiva anemis
Pemeriksaan Ekstremitas
Tangan: Bersih, tidak ada luka, tidak
ada oedema, Turgor kulit tidak Elastis,
CRT > 3 detik
Kaki: Bersih, tidak ada luka, tidak ada
oedem, Turgor kulit tidak elastis
Pemeriksaan Genitalia
Inspekulo :
Tampak pengeluaran darah dari OUE
OUE sudah tertutup
Pengeluaran darah = 100cc
Haemoglobin : 9 gr/dl
3. DS :
1. Ibu merasa cemas dengan kondisi
kehamilannya saat ini
DO :
1. Tanda-tanda Vital :
TD : 100/80 mmHg, Ancaman terhadap
Ansietas
N : 70x/menit kehamilan
RR : 16x/menit
S : 38 0C
2. Bibir kering dan pucat
3. Pasien tampak gelisah
4. Pasien tampak tegang
33
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia b.d Proses penyakit (Infeksi) d.d suhu tubuh diatas normal (38 0C) dan
kulit teraba hangat , Leukosit meningkat (13.000 sel/mm3)
2. Kekurangan Volume Cairan b.d Perdarahan
3. Ansietas b.d Ancaman Terhadap Kehamilan
34
INTERVENSI KEPERAWATAN
35
liter /hari akan
menggantikan
cairan yang hilang
dan menggantikan
mineral yang keluar
dari tubuh
Kolaborasi : .
6. Digunakan untuk
6. Kolaborasi dalam
mengurangi demam
pemberian antipiretik
dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus,
36
kriteria hasil : jantung,
menurunkan
1. TTV dalam
tekanan darah,
batas normal
dan mengurangi
2. Keseimbangan
volume nadi.
intake dan
output dalam
24 jam terjaga
2. Penurunan
3. Turgor kulit 2. Monitor status
curah jantung
tidak hidrasi (membrane
mempengaruhi
terganggu mukosa lembab,
perfusi atau
4. Membrane denyut nadi
fungsi serebral.
mukosa adekuat)
Kekurangan
lembab
cairan juga
dapat
diidentifikasi
dengan
penurunan
turgor kulit, dan
membrane
mukosa kering
3. Memberikan
3. Jaga intake atau informasi
asupan yang akurat tentang status
dengan cara cairan secara
menganjurkan umum.
pasien untuk Kecenderungan
banyak minum 2 keseimbangan
Liter/hari dan catat cairan negative
output pasien dapat
menunjukkan
terjadinya
defisit
37
4. Jumlah darah
yang keluar saat
4. Anjurkan pasien terjadi
mengenakan perdarahan
pembalut untuk harus dimonitor
memonitor untuk
perdarahan pasien mengetahui
secara ketat tingkat
kekurangan
cairan pasien
5. Mencegah
kelelahan
5. Instruksikan pasien berlebihan dan
untuk pembatasan menyimpan
aktivitas energy untuk
penyembuhan
38
ketakutan, terhadap control
ketegangan, atau diri dan
kegelisahan yang meningkatkan
berasal dari sumber kemandirian
yang tidak dapat 2. Gunakan 2. Meningkatkan
diidentifikasi dapat pendekatan yang perasaan akan
teratasi dengan tenang dan keberhasilan
Kriteria Hasil : meyakinkan dan
kepada pasien penyembuhan
1. Tidak terjadi
3. Identifikasi situasi 3. Dengan
distress
yang memicu mengetahui
2. Tidak ada
kecemasan segala hal yang
perasaan
dapat memicu
gelisah
kecemasan
3. Rasa cemas
dapat mencegah
dan takut
terjadinya
disampaikan
kecemasan
secara lisan
berlanjut
4. Tidak menarik
4. Berada di sisi klien 4. Untuk
diri
untuk memperhatikan
5. Tidak terjadi
meningkatkan rasa kebutuhan
gangguan tidur
aman dan psikologis
mengurangi pasien agar
ketakutan pasien mampu
mengekspresika
n perasaannya
dengan orang
lain
5. Dukung 5. Untuk
penggunaan menciptakan
mekanisme koping kepercayaan
yang sesuai kepada perawat
dalam
menyelesaikan
39
masalah yang
dialami yang
mungkin saja
bisa
menakutkan
bagi pasien
6. Instruksikan klien 6. Dapat
untuk meringankan
menggunakan ansietas dan
teknik relaksasi pasien merasa
jauh lebih
nyaman
7. Bantu pasien untuk 7. Untuk
(melewati proses) meningkatkan
berduka dan atau menyokong
melewati kondisi mekanisme
kehilangan karena koping adaptif
abortus pada pasien
8. Gunakan relaksasi 8. Dapat
sebagai strategi meringankan
tambahan dengan ansietas dan
penggunaan obat- pasien merasa
obatan medic atau jauh lebih
sejalan dengan nyaman
terapi lainnya yang
tepat.
40
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu
Tgl Jam No.DX Implementasi Respon Pasien TTD
08.05 WIB
2. Pantau suhu S :
lingkungan , batasi - Pasien mengatakan
atau tambahkan nyaman dengan suhu
linen tempat tidur lingkungan kamarnya
O:
- Pasien tampak rileks
dan nyaman
08.10 WIB
S:
3. Anjurkan pasien - Pasien mengatakan
untuk mengenakan mengenakan piyama
pakaian yang tipis O:
- Pasien tampak nyaman
dengan pakaiannya.
08.15 WIB
S:
41
Pasien mengatakan
4. Dorong konsumsi mengkonsumsi air
cairan (2 liter /hari ) sebanyak 2 Liter/ hari
O:
- Pasien menghabiskan
minum sebnayak
2liter/hari
08.20 WIB
S:
5. Berikan kompres - Pasien merasa nyaman
mandi air hangat , setelah di berikan
Hindari penggunaan kompres air hangat
alcohol O:
- Perawat melakukan
kompres hangat pada
pasien
- Suhu tubuh pasien
37,8 0 C
42
2. Me-monitor status 09.05 WIB
hidrasi (membrane S :
mukosa lembab, - Pasien mengatakan
denyut nadi adekuat) minum air 2L/ hari
sesuai anjuran dari
perawat
O:
- Mukosa bibir pasien
tidak kering dan pucat
- N : 75x/mnt
09.15 WIB
S:
4. Menganjurkan - Pasien mengatakan
pasien mengenakan sudah mengenakan
pembalut untuk pembalut sesuai
memonitor anjuran perawat
perdarahan pasien O :
secara ketat - Perawat melakukan
penimbangan
pembalut setiap 3 kali
sehari
09.20 WIB
43
S:
5. Meng-instruksikan - Pasien mengatakan
pasien untuk tidak melakukan
pembatasan aktivitas banyak aktivitas
O:
- Pasien tampak
beristirahat dan
tidak melakukan
banyak aktivitas
09.30 WIB
S:
Kolaborasi : - Pasien mengatakan
1. Berkolaborasi dengan sudah minum satu
dokter dalam pemberian tablet plasminex
obat Plasminex O:
- Plasminex masuk
secara oral ,tidak ada
tanda-tanda alergi.
11-10- 10.00 3 Mandiri : Mandiri
2018 WIB 10.00 WIB
1. Mengkaji tanda-
S:
tanda verbal dan non
- Pasien merasa
verbal kecemasan
cemas dengan
2. Menggunakan
kondisi
pendekatan yang
kehamilannya saat
tenang dan
ini
meyakinkan kepada
O:
pasien
- Pasien tampak
3. Mengidentifikasi
cemas dan gelisah
situasi yang memicu
10.05 WIB
kecemasan
S:
4. Berada di sisi klien
- Pasien mengatakan
untuk meningkatkan
merasa cemas setiap
rasa aman dan
kali mengingat
44
mengurangi kondisi
ketakutan kehamilannya
5. Mendukung O:
penggunaan - Pasien tampak
mekanisme koping murung
yang sesuai 10.10 WIB
6. Menginstruksikan S:
klien untuk - Pasien mengatakan
menggunakan teknik merasa lebih
relaksasi nyaman ketika ada
7. Membantu pasien yang
untuk (melewati menemaminya
proses) berduka dan O :
melewati kondisi - Pasien tampak
kehilangan karena ditemani oleh
abortus keluarganya dan
8. Menggunakan juga sesekali
relaksasi sebagai ditemani oleh
strategi tambahan perawat
dengan penggunaan 10.30 WIB
obat-obatan medic S :
atau sejalan dengan - Pasien mengatakan
terapi lainnya yang merasa lebih rileks
tepat. dan tenang setelah
melakukan teknik
relaksasi
O:
- Pasien tampak lebih
rileks
45
EVALUASI
Nama Pasien : Ny.A
No.Rm : 1001
46
pasien
- Suhu tubuh pasien 37,8
0
C
A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
secara mandiri oleh pasien
dan keluarga nomor 4 dan
5
14-10-2018 09.00 WIB Kekurangan volume cairan S :
b.d Perdarahan - Pasien mengatakan
minum air 2L/ hari
sesuai anjuran dari
perawat
- Pasien mengatakan
sudah banyak minum
sesuai anjuran perawat
- Pasien mengatakan
sudah mengenakan
pembalut sesuai
anjuran perawat
- Pasien mengatakan
tidak melakukan
banyak aktivitas
- Pasien mengatakan
sudah minum satu
tablet plasminex
O:
TTV :
TD : 100/80 mmHg,
N : 70x/menit
RR : 16x/menit
S : 37,5oC
47
- Mukosa bibir pasien
tidak kering dan pucat
- N : 75x/mnt
- Input secara oral : 2L
Output melalui urine :
2L
- Perawat melakukan
penimbangan pembalut
setiap 3 kali sehari
- Pasien tampak
beristirahat dan tidak
melakukan banyak
aktivitas
- Plasminex masuk
secara oral ,tidak ada
tanda-tanda alergi.
A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
Intervensi Dilanjutkan
14-10-2018 10.00 WIB Ansietas b.d Ancaman S :
terhadap kehamilan Pasien merasa cemas
dengan kondisi
kehamilannya saat ini
Pasien mengatakan
merasa cemas setiap
kali mengingat
kondisi
kehamilannya
Pasien mengatakan
merasa lebih nyaman
ketika ada yang
menemaminya
Pasien mengatakan
48
merasa lebih rileks
dan tenang setelah
melakukan teknik
relaksasi
O:
Pasien tampak cemas
dan gelisah
Pasien tampak
murung
Pasien tampak
ditemani oleh
keluarganya dan juga
sesekali ditemani
oleh perawat
Pasien tampak lebih
rileks
A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
Intervensi Dilanjutkan
49
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau bauh kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan . (Syaiffudin, Abdul Bari.2002.halaman 145).
Angka kejadian abortus, sulit ditentukan karena terkadang seorang wanita dapat
mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil dan tidak menunjukan gejala yang
hebat, sehingga hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus memanjang).
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor umunya abortus di dahului
oleh kematian janin.
Umumnya abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin, diikuti oleh
perdarahan kedalam desidua basalis. Selanjutnya, terjadi perubahan nekrotik di daerah
implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan berakhir dengan perdarahan
pervaginam. Pelepasan hasil konsepsi, baik seluruhnya maupun sebagian, diinterpretasi
sebagai benda asing dalam rongga rahim, sehingga uterus mulai berkontraksi untuk
mendorong benda asing keluar rongga rahim ( ekspulsi ). Perlu ditekankan bahwa pada
abortus spontan kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum
perdarahan, sehingga pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika
perdarahan sudah sedemikian banyak karena abortus tidak akan dapat dihindari.
B. SARAN
Dalam pembuat makalah kami tidak lepas dari kesalahan dan demi kesempurnaan
makalah kami mengharap kritik dan saran agar pembuatan makalah selanjutnya kami bisa
lebih baik dan cermat.
50
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Elice C. Geisser. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC
Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions classification (NIC) (5th
ed.). America: Mosby Elseiver
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., dan Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United state of America: Mosby Elsevier
Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Tim Pojka SDKI DPP PPNI, (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Dewan
Pengurus Pusat PPNI
51