Di Susun Oleh :
1. Lilik Muflikah (2041A0222)
2. Sri Wahyuni (2041A0233)
3. Eti Suharti (2041A0217)
4. Berliaci (2041A0144)
5. Reski Fauzianti (2041A0229)
6. Erlinda Oktaria (2041A0216)
7. Adela Putri Susanto (2041A0140)
8. Wahyu Fuji Astuti (2041A0234)
Kelas 9B Surabaya
Nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor
fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu
yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti
adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi sangat penting bagi
manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi
nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi
racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di dalamnya yaitu sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran pencernaan dimulai
dari mulut sampai usu halus bagian distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong
empedu dan pankreas. Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi
maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk
oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam
jumlah tetentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka
waktu lama alan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan enegri dan zat-zat gizi
bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik.
Oleh karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai untuk rata-rata
penduduk yang yang hidup di daerah tertentu. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan
sebagai standar guba mencapai status gizi optimal bagi penduduk.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali ditetapkan tahun 1968 melalui
Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). AKG ini kemudian ditinjau diselengarakan kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara
berkala tiap lima tahun sekali,
Angka Kecukupan Gizi yang dianjukan (AKG) atau Recommended Dietary Allowances (RDA)
adalah taraf komsumsi zat-zat gizi eswnsial, yang berdasarkan pengetahuan Ilmiah dinilai cukup
untuk memenuhi kebutuhan hamper semua orang sehat. Angka Kecukupan Gizi berbeda dengan
angka kebutuhan gizi (Dietary requirement). Angka Kecukupan adalah banyaknya zat-zat gizi
minimal yang dibutuhkan seseorang untuk memepertahankan status gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan berdasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok
umur,gender,aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui.
Dalam penggunaanya, bila kelompok penduduk yang dihadapi. Mempunyai rata-rata berbeda
dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan kelompok
penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdassarkan berat idealnya.AKG yang
dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.
1 .Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk.
Untuk itu perlu diketahui pola pangan dan distribusi penduduk. Karena AKG yang dianjurkan
adalah angka kecukupan pada tingkat faali, maka dalam merancang produksi pangan tertentu
perlu diperhitungkan bahwa pangan yang digunakan pada masing-masing tahap pascapanen.
2. Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan atau kelompok. Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa dalam menentukan berat badan, misalnya pria dewasa 62 kg dan perempuan
dewasa 55 kg. Bila hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari berat
badan yang sedang, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap angka kecukupan. Demikian pula
penyesuaian angkan kecukupan perlu dilakukan bila nilai asam amino dan nilai kecernaan
hidangan yang berbeda dengan nilai yang dalam penetapan AKG yang dianjurkan. Peneyesuaian
perlu dilakukan dalam hal kecukupan energi dan vitamin yang berkaitan dengan penggunaan
energi kelompok sebenarnya.
3.Perencanan pemberian makanan di instirusi, seperti rumah sakit, sekolah, industri / per-
kantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga pemasyarakatan. Juga dalam hal ini
perlu diperhatikan beban rata-rata, kegiatan yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan
gizi untuk penyembuhan. Institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap yang
membutuhkan perhatian yang diperlukan untuk melalui penyedian makanan.
4. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat: membantu para
transmigran dan penduduk yang ditimpa bencana alam dan memberikan makanan untuk balita,
anak-anak sekolah, dan ibu hamil. Pertimbangan yang dikemukakan pada butir 2 perlu
diperhatikan.
8. Menetapkan agenda untuk keperluan pelabelan gizi pangan. Biasanya dicukupkan untuk
mengukur AKG yang dapat diakses oleh sari makanan tertentu.
AKG adalah jumlah zat-sat giai yang hendaknya dikomsumsi untuk jangka wakru
sebagai bagian dari diet normal rata-rata orang sehat. Karena itu, pernu memperlengkapi semua
faktor yang berhubungan dengan absorpsi zat-zat gizi atau efisien dalam tubuh. Untuk sebagian
zat giti, sebagian dari kebutuhan mungkin dapat dilakukan dengan mengkomsumsi suatu zat
menjadi zat gini esensial. Misalnya. Karotenoid tertentu merupakan prekursor vitamin A ;
karena sebagian atau seluruh kecukupan akan vitamin A dapat dipecahkan oleh karoten- oid
yang perlu diposisikan zat yang di dalam tubuh yang kemudian dapat diekstrak oleh vitamin
yang berasal dari makanan, yang kemudian digantikan oleh vitamin A perlu ditimbangkan .
AKG untuk protein menjadi jumlah kebutuhan yang berbeda akan asam. amino yang ada dalam
pilihan yang berbeda dalam berbagai zat, pencernaan dan atau absorpsinya tidak komplit, tein
makanan. Pada kondisi AKG yang mengalami harus memperishungkan bagian zat gizi yang
tidak diabsorpsi ini. Misalnya absorpsi zat besi hem dan nonhem yang berbeda, yaitu oleh
makanan yang perlu diperhitungkan dalam zat AKG. Sampai sejauh mana AKG seharusnha
melebihi yang dibutuhkan faal ntuk berbeda antar berbagai zat gizi.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, zat-zat gizi dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu golongan makromolekul (karbohidrat, protein dan lemak) serta mikromolekul
(vitamin dan mineral). Meskipun merupakan komponen yang paling vital untuk kehidupan, air
tidak akan dibahas lebih lanjut. Yang merupakan sumber semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh adalah makanan dan minuman (pangan) yang dlikonsumsi. Umumnya bahan pangan dapat
diperoleh dari hasil tanaman maupun hewan, karena itu dikenal bahan pangan nabati dan bahan
pangan hewani.
Bahan pangan nabati dapat berupa serealia (beras, jagung gandum/terigu, sorgum, barley
oats, millets dan lain-lain); kacang kacangan dan bij-bijian berminyak (kedelai, kacang tanah,
kacang tunggak, kacang hijau, kacang babi, kacang jogo, kelapa, dan lain- lain); serta sayur-
sayuran dan buah-buahan. Sedangkan bahan pangan hewani dapat berupa daging (sapi, kerbau,
kambing, babi, ayam dan unggas lainnya, kelinci, dan lain-lain); ikan (ikan darat ikan laut,
termasuk juga udang, kepiting, lain-lain); susu (sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain).
Tergantung dari komposisi kimianya, bahan pangan tersebut digolongan juga sebagai
sumber karbohidrat (pati), misalnya serealia dan umbi-umbian; sumber protein, misalnya
kacang- ngan dan semua bahan pangan hewani; sumber lemak isalnya kacang-kacangan, bij-
bijian, berminyak, dan beberapa bahan hewani serta sumber vitamin dan mineral misalnya bahan
makanan hewani; dan juga vitamin dan mineral bahan makanan hewani, sayur-sayuran dan buah-
buahan.
KARBOHIDRAT
Meskipun karbohidrat (pati, gula) sebagai energi yang dapat diganti oleh, protein atau
lemak, seperti yang tidak diinginkan akan muncul karena tidak tersedia dalam makanan yang
dikonsumsi. Gejalanya sama dengan terjadi pada penderita kelaparan. Terjadi kehilangan jumlah
besar natrium (Na) dan udara dari tubuh, yang tidak dapat mengeluarkan dengan jelas sebab-
sebabnya. Hal ini yang sangat berat dengan diet orang-orang yang menerapkan diet yang
memiliki kandungan karbohidrat yang sama sekali.
Kehilangan natrium (Na) Biasa dikuti oleh rugi kalium (K) dari sel-sel tubuh, dan hal ini
akan dikuti oleh gejala lemah badan. Pada saat yang sama, tubuh tidak mampu lagi menahan
protein tubuh, kecuali jika orang tersebut mengonsumsi protein dalam jumlah banyak; hal ini
juga menyebabkan penuruna berat badan. Hal yang lebih gawat adalah bahwa penggunaan lemak
sebagai energi yang terblokir pada proses, menghasilkan produk terakumulasinya antara
(intermediet) lemak yang dikenal sebagai "senyawa keton" (badan keton)
Karena senyawa keton menumpuk, senyawa ini akan menjadi komponen abnormal darah
dan air seni. Karena senyawa inilah yang mengubah konsentrasi ion hidrogen atau keseimbangan
asam dalam jaringan, maka fungsi tubuh yang normal akan terganggu. Orang-orang yang
menderita hal ini disebut penderia "ketosis", yang biasanya memiliki gejala alami, dehidrasi dan
kehilangan energi. Semua pengaruh yang tidak diinginkan tersebut dapatt dihilangkan apabila
kepada penderita diberikan karbohidrat(pati, gula); yang memberikan indikasi bahwa karbohidrat
(pati, gula) ebut merupakan zat gizi esensial.
Meskipun disebutkan bahwa karbohidrat (pati, gula) tersebut esensial bagi tubuth,
namun kita tidak mengetahui berapa jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, karena sulit untuk
menentukannya Seperti telah disebutkan sebelumnya, glukosa dapat dibentuk dalam tubuh dari
sumber bukan pati atau glikogen, tetapi dari lemak atau protein, melalui proses yang disebut
sebagai glukoneogenesis.
Terdapat jenis karbohidrat lain yang digolongkan sebaga karbohidrat yang tidak dapat
dicerna (misalnya selulosa hemiselulosa, lignin, pektin dan lain-lain). Meskipun nilai gizinya nol
(karena tidak dapat dicerna dan diserap, sehingga tidak digunakar oleh tubuh), namun golongan
karbohidrat ini berguna untuk melancarkan pembuangan kotoran (feses) dan mencegah
timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif .
Individu yang tidak atau kurang mengkonsumsi golongan karbohidrat ini akan
mengalami sembelit (konstipasi) atau sulit buang air besar. Selain itu, golongan karbohidrat ini
dapat memodifikasi sirkulasi enterohepatik asam empedu, karena dapat mengikat sebagian asam
empedu dan membuangnya bersama feses. Karena itu, golongan karbohidrat ini (dikenal dengan
sebutan "dietary fiber atau serat pangan) dapat membantu menurunkan kadar kolesterol darah.
Sampai saat ini kecukupan konsumsi serat pangan belum ditetapkan pihak yang berwenang,
tetapi anjuran konsumsi enetapkan konsumsi serat pangan untuk orang dewasa sehat h sekitar
20-30 g per hari. Perbandingan serat larut dan serat plasma adala tidak larut yang dikonsumsi
sebaiknya satu banding tiga (1:3).
Selain itu, terdapat pula golongan karbohidrat lain yang tidak t dicerna oleh sistem
pencernaan manusia, yaitu golongan ligosakarida (panjang rantai kabon antara tiga sampai 10).
Tetapi osakarida tersebut terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan dan ah mikroba "baik"
dalam saluran pencernaan. Sekarang igosakarida tersebut banyak dikonsumsi sebagai
"prebiotik", karena dapat meningkatkan populasi bakteri Lactobacillus sp dan Bifidus sp dalam
usus. Belum diketahui secara pasti berapa jumla oligosakarida yang sebaiknya dikonsumsi agar
dapat berfungsi sebagai pre-biotik di dalam usus. Konsumsi oligosakarida yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya "kembung perut" (flatulensi).
PROTEIN
Di atas telah disebutkan bahwa protein dapat berfungsi sebagai salah satu sumber energi
bagi tubuh. Hal ini akan terjadi bila sumber utama energi, yaitu karbohidrat (pati, gula) atau
lemak, tidak terdapat dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi bagi tubuh.
Fungsi protein sebagai zat pembangun tubuh adalah karena protein merupakan bahan pembentuk
jaringan baru yang selalu terjadi di dalam tubuh. Pada bayi dan anak-anak yang sedang dalam
masa pertumbuhan, pembentukan jaringan baru tersebut terjadi secara besar-besaran; demikian
pula pada ibu hamil dan yang sedang menyusui dan orang yang baru sembuh dari sakit Oleh
karena itu, kebutuhan akan protein bagi golongan ini lebih besar dibandingkan dengan orang
dewasa sehat (Tabel 28). Tabel 28.
Nilai gizi protein yang dikomsumsi akan menentukan jumlah yang harus di komsumsi.
Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan protein, protein dengan nilai gizi rendah harus di
komsumsi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan protein yang bernilai gizi
tinggi. Nilai gizi protein dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1) daya cernanya, serta (2) jumlah
dan komposisi asam-asam amino esensial. Pada umurnnya nilai gizi protein nabati lebih rendah
dibandingkan dengan protein hewani.
Meskipun secara teoritis dapat disusun campuran protein nabati sehingga nilai gizinya
sama dengan protein hewani, namun konsumsi protein hewani memberikan beberapa keuntungan
tambahan, antara lain: membantu penyerapan zat gizi lain (misalnya zat besi), dan dapat
mencukupi kebutuhan tubuh akan vitamin dan mineral, karena produk pangan hewani juga
merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik.
Kebutuhan akan protein bagi orang dewasa telah dihitung berdasarkan studi mengenai
jumlah nitrogen yang hilang dari subyek yang mengonsumsi makanan yang tidak mengandung
protein atau mengandung sedikit sekali protein. Metode ini dikenal sebagai "metode faktorial"
(factorial method atau factorial approach). Dalam metode ini kehilangan nitrogen dari tubuh
diduga dengan cara menghitung jumlah nitrogen yang terdapat dalam urine, feses dan keringat
serta saluran minor lainnya, setelah subyek memperoleh ransum bebas protein (lihat Tabel 29).
Jumlah nitrogen yang hilang tersebut menunjukkan jumlah minimum protein yang diperlukan
oleh tubuh.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa rata-rata jumlah nitrogen yang hilang
tersebut adalah seba berikut: 37 mg/kg berat badan per hari dalam urine, 12 mg/kg b badan per
hari dalam feses, 3 mg/kg berat badan per hari pada (terkelupas), dan sekitar 2 mg/kg berat badan
per hari dalam salur minor lainnya. Sehingga jumlah nitrogen yang hilang adalah seki 54 mg/kg
berat badan per hari; dengan kata lain sekitar 0,34 g protein/kg berat badan per hari diperlukan
untuk kompensasi nitro yang hilang tersebut, agar terdapat keseimbangan nitrogen da tubuh.
Tesis tersebut di atas telah diuji dengan cara memberikan an nitrogern. protein telur utuh
atau albumin telur pada subyek oreing dewasa dalam jumlah yang cukup untuk memberikan
keseimbang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, meskipun dengan memberikan protein
bermutu tinggi seperti telur, lebih banyak protein diperlukan untuk memperoleh keseimbangan
nitrogen daripada estimasi 54 mg nitrogen/kg berat badan per hari. Untuk subyek yang diberi
ransum protein bermutu tinggi seperti telur, susu, kasein atau ransum campuran protein hewani,
jumlah nitrogen yang diperlukan untuk memperoleh keseimbangan adalah sekitar 70 mg/kg berat
badan per hari, atau sekitar 0,44 g protein/kg berat badan per hari .
Kebutuhan akan protein dan asam-asam amino untuk dapat diestimasi dari jumlah protein
dan pola asam-asam amino yang terdapat dalam air susu ibu (ASI). Nilai yang diperoleh
dianggap sesuai untuk pertumbuhan bayi yang optimal. Untuk anak-an biasanya digunakan
metode faktorial yang menyangkut estima jumlah semua nitrogen yang dengan hilang melalui
urine, feses, kulit dan saluran minor lainnya, ditambah dengan kebutuhan untuk pertumbuhan.
Untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, diperlukan jumlah konsumsi
protein per kg berat badan per hari yang lebih tinggi dari orang dewasa. Misalnya, untuk bayi
sampai kehamilan 3 bulan diperlukan rata-rata 2,4 g protein / kg berat badan per hari; 1,85 g
protein / kg berat badan / hari untuk bayi 3-6 bulan; 1,6 g protein / kg berat badan / hari untuk
bayi berdiri 6-9 bulan, dan 1,4 g protein / kg berat badan / hari untuk bayi berdiri 9 - 11 bulan.
Hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan bayi dan anak kecil akan protein, selain
nutrisi protein (daya cerna dan kelengkapan asam-asam amino esensial), juga status gizi dan
kesehatan bayifanak tersebut. Karena penyakit infeksi atau diare misalnya, akan meningkatkan
kebutuhan tubuh akan protein. Protein kecukupan per orang per hari yang dianjurkan untuk
orang Indonesia. Dalam angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2004 (Tabel 30). Kecukunan protein
vana unggul di Indonesia
Kelebihan komsumsi protein tidak baik untuk kesehatan ginjal, karena apabila proses
protein digunakan sebagai sumber energi, maka grup NH3^- nya harus dilepaskan melalui proses
deaminasi, dan kemudian disintesis menjadi urea. Urea yang berlebih dalam darah akan
membahayakan kesehatan, sehingga harus dibuang dalam bentuk urin. Makin banyak protein
yang dikonsums banyak urea yang terbentuk, dan meningkatkan jumlah urea yang terbentuk, dan
makin keras kerja ginjal untuk membuang urea tersebut.
Kekurangan komsumsi protein terjadi di kalanham bayi dan anak anak kecil terutama
akibat kemiskinan. Kekurangan kalori-protein (KKP) yang muncul dalam bentuk "marasmus
kwasiorkor" pada bayi dan anak-anak kecil masih dilarang di negara lain. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan otak dan anak-anak terhambat tetapi juga otaknya, maka akan berakiba
terbentuknya daya manusia dengan kualitas rendah.
LEMAK
Di samping untuk kebutuhan tubuh asam linoleat dan linolenat, manusia tidak
membutuhkan lemak. Hal ini dapat dilakukan karena setiap kelebihan atau protein yang
dikonsumsi, dapat menjadi lemak di dalam tubuh. Suatu ransum yang dapat memberikan 2% dari
jumlah total kebutuhan energi, yang terdiri dari asam linoleat dan linolenat, dapat memenuhi
kebutuhan tubuh.
Akan tetapi, karena lemak atau minyak dapat meningkatkan palatabilitas makanan, maka
minyak atau lemak yang banyak dikonsumsi Selain itu, lemak atau minyak dalam makanan dapat
digunakan sebagai pelarut (pembawa) vitamin alami lemak (vitamin A, D, E, K) dan pro-vitamin
lemak lemak (misalnya karotenoid) dan antioksidan alami (misalnya karotenoid, klorofil dan
lain-lain).
VITAMIN
Sudah terbukti sebelum kekurangan atau kelebihan -konsumsi vitamin tidak baik untuk
kesehatan tubuh Kekurangan asupan vitamin akan menyebabkan defisiensi, sedangkan kelebihan
vitamin akan menyebabkan keracunan, meskipun berupa vitamin larut udara. Kecukupan asupan
vitamin alami lemak (vitamin A, D, E dan K) diberikan pada Tabel 31, sedangkan kecukupan
asupan vitamin nutrisi udara .
Vitamin A
Gejala defisiensi akan nampak jika cadangan vitamin A dalam hati telah berkurang.
Kekurangan asupan protein dan seng (Zn) akan mengurangi pelepasan vitamin A dari hati,
kemudian timbu gejala yang sama seperti defisiensi vitamin A. Penyebab defisiensi vitamin A
antara lain: (a) menambah vitamin A (karoten, pro-vitamin A) rendah, ( b) gangguan dalam
proses penyerapan dalam usus,(c) gangguan proses penyimpanan dalam hati, dan (d) gangguan
dalam konversi pro-vitamin A (karoten) menjadi vitamin A. Gejala yang muncul dari peran
vitamin A dalam kesehatan sel -sel epitel, serta dalam proses penglihatarn sebagai berikut:
(1) Rabun Senja. Dampak yarg terjadi akibat defisiensi vitamin A adalah Rendahnya penyaluran
vitarmin A akan menurunkan jumlah vitamin A dalam hati kadar Vitarnin A dalam darah
dan menurun. Hal ini akan mengubah jumlah vitamin A yang tersedia untuk retina (untuk
pembentukan rhodopsin, yang menggunakan dalam proses penglihatan).
Vitamin A merupakan vitamin anti infeksi, antara lain untuk mencegah infeksi pada saluran
pernafasan bagian atas (ISPA).
Kulit, terutama pada bahu, menjadi kasar dan kaku. Selain itu dapat terjadi foliculosis, yaitu
benjolan-benjolan kecil pada dasar kantong rambut yang kemudian mengeras (keratinisasi)
Keracunan vitamin A Sehat dapat terjadi pada tingkat konsumsi 16.000 RE / hari.
Namun, ada juga yang disebut keracunan pada tingkat konsumsi lebih rendah, yaitu 6.000 RE /
hari. Pada orang lain baru terjadi keracunan ketika tingkat konsumsi vitamin A mencapai 40.000-
55.000 RE / hari. Pada semua golongan umur, periode awal mulailah dosis tinggi sampai
timbulnya keracunan antara 6 sampai 15 bulan. Penulis keracunan pada orang dewasa adalah:
sakit kepala, mengantuk, mual-mual, rambut rontok, kulit mengering dan diare. Pada anak-anak,
gejala yang timbul adalah: dermatitis, berat badan menurun, dan sakit pada tulang rangka. Anak
kecil (bayi) dapat menderita keracunan pada doses 8000 RE/hari, dalam periode komsumsi.
Gejalanya adalah: kepala yang terkemuka dan berair, tekanan di dalam tengkorak meningkat dan
mudah marah.
Vitamin D
Tiga jenis keadaan yang dapat dialami oleh penderita defisiensi vitamin D, adalah
sebagai berikut: (a) Riketsia, diderita oleh anak-anak yang ditandai dengan kaki bengkok (bentuk
O): (b Tetani, yang ditandai oleh bengkoknya tangan dan sendi, aki D atau rusaknya gangguan
paratiroid; dan (c) Osteomalasia, yang diderita oleh orang dewasa akibat defisiensi vitamin D
dan Ca Terjadi pada penderita sakit ginjal kronis.
Vitamin E
Pada bayi prematur, defisiensi terjadi akibat kesulitan vitamin E. Dalam kasus seperti ini,
vitamin E dapat diberikan secara lisan atau oral dalam bentuk air-miscible bentuk ini merupakan
vitamin yang siap diserap. Berdasarkan kadar vitamin E di dalam plasma, katakan defisiensi jika
kadar vitamin E kurang dari 6,5 ug / ml, defisiensi margatif bila kadar vitamin dalam plasma
sekitar 6,5 8,6 ug / ml, kadar vitamin saat normal dalam plasma sekitar 8, 6 10,8 ug / ml dan
optimum jika kadar vitamin dalam plasma sama dengan 10,8 ug / ml .
Vitamin E dianggap relatif aman untuk orang sehat, namun asupan vitamin E dosis tinggi tidak
disarankan untuk pasien yang sedang mengonsumsi vitamin K (untuk pembekuan darah ata
pengobatan antikoagulan). Suplemen vitamin E juga tidak disarankan dikonsumdi selama 1-2
minggu sebelum dan setelah operasi, karenadarah Vitamin K nkan dikonsumsi selama 1 2
minggu sebelum dan setelah rasi, karena dikhawatirkan akan mengganggu kerja koagulan.
Vitamin K
Manifasi defisensi adalah lamanya proses pembekuan (koagulasi) darah, oleh karena itu
orang yang mengalami defisiensi vitamin K mudah terkena hemorrhage (pendarahan). Pada
orang normal jarang terjadi defisien vitamin K Defisiensi vitamin K dapat terjadi pada orang
yang mengonsumsi antibiotik, antara lain akibat efek antibiotik pada kinerja enzim karboksilase
yang memerlukan vitamin K.
Defisiensi vitamin K pada orang dewasa antara lain ditandai oleh lamanya pembekuan
darah, rendahnya kadar vitamin K dalam plasma, rendahnya ekskresi y-carboxy glutamyl residue
(Gla) dalam urin serta rendahnya aktivitas faktor VIl (yang terkait dengan agregasi keping-
keping darah).
Apabila asupan vitamin K hanya berasal dari makanan sehari- hari, maka tidak akan
terjadi kelebihan vitamin K dan tidak akan terjadi efek samping. Pemberian vitamin K dengan
dosis 10 20 mg (beberapa ratus kali kecukupan) di klinik, diamati tidak memberikan efek
samping. Namun konsumsi vitamin K berlebihan sebaiknya dihindari. Kelebihan vitamin K
(sebagai menadione) yang diberikan ada bayi menyebabkan meningkatnya kejadian anemia
hemolitik, erbilirubinemia dan kerusakan hati, terutama pada bayi premature hip yang menderita
erythroblastosis
Apabila terjadi detisiensi vitamin B, maka selera makan akan sistem syarat
(neuromusculan turun, depresi dan gangguan pada Bila defisiensi berlanjut akan timbui penyakit
beri-beri. Gejala beri- beri adalah sebagai berikut: (a) sistem syaraf dan kardiovaskuler
terpengaruh, (b) mental confusion, (c) lemah otot, (d) hilangnya "sentakan" lutut dan sikut, (e)
nyeri pada otot kepala, (f) kelumpuhan,(g) oedema( wet beri-beri), (h) otot mengerut ( dry beri-
beri), dan (i) jantung membesar. Gejala neurologis disebabkan oleh sintesis asetilkollin menurun,
karena menurunya produksi asetil-koA sebagai akibat dari menurunnya aktivitas enzim piruvat
dehidrogenase.
Riboflavin merupakan vitamin yang relatif tidak toksik. Jumlah yang bisa diserap sangat
terbatas. Menahan, manusia untulk nyerap vitamin B2 secara lisan tidak lebih dari 20 mg dosis
tungga Segera setelah diserap, ribofiavin diekskresikan melalui urine. Oleh sebab itu asupan
yang tinggi tidak dapat menyebabkan risiko kesehatan .
Niasin
Defisiensi niasin menyebabkan timbulnya pellagra. Istilah pellagra berasal dari bahasa
Italia, pelle (kulit) dan agra (kasar). Penyakit pellagra stadiurm lanjut dicirikan oleh tiga d's
pellagra yaitu: dermatitis, diare dan depresi. Gejala awal defisiensi niasin adalah: Gangguan
seperti terbakar, lidah merah dan bengkak yang sering terjadi dengan defisiensi riboflavin. Gejala
neurologik berhubungan dengan degenerasi jaringan syaraf, dan gejalanya adalah: insomnia,
iritasi, vertigo, nanah dan halusinasi (pada kondisi kronis).
Niasin sebenarnya tidak toksik. Asam nikotinat sebagai vasodilator, sehingga komsumsi
50-100 mg dapat menyebabkan kemerahan pada kulit, tetapi reaksi ini hanya berlangsung sekitar
20 menit.. Bentuk nikotinamid yang biasa digunakan sebagai suplemen tidak menyebabkan
reaksi tersebut.
Asam Folat
Defisiensi asam folat dapat disebabkan oleh asupan yang tidak cukup, tidak sempurna,
tinggi badan atau badan selama proses penggunaan makanan asam folat. Defisiensi vitamin ini
dapat menyebabkan toksemia kehamilan, infeksi, scurvy dan meumatoid arthritis. Toxemia
kehamilan adalah kondisi yang terjadi saat akhir kehamilan, termasuk juga curah darah tinggi,
proteinuria, dan edema. Konsumsi alkohol yang dapat membantu menghilangkan asam folat.
Individu yang beresiko defisiensi asam folat antara lain wanita hamil, orang lanjut usia,
alkoholik, dan orang yang minum obat-obatan tertentu dan oralepsi oral.
Piridoksin
Kelebihan piridoksin jarang terjadi.Apabila terjadi, gejala yang timbul ialah sensory
neuropathy dan ataxia pada dosis yan sangat tinggi (1000 mg).Dilaporkan bahwa asupan 100
mg/hari tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
Vitamin B12
Defisiensi vitamin B12 menimbulkan pernicious anemia sebagai akibat dari: konsumsi
rendah atau gangguan dalam proses penyerapan (misalnya defisiensi intrinsic factor).Anemia
pernicious dicirikan oleh terbentuknya megaloblast (macrocytes).Erythroblast merupakan cikal
bakal sel darah merah, dibentuk di dalam sumsum tulang belakang.Vitamin Bi2 sebagai koenzim
menyediakan grup metil untuk sintesis DNA.Apabila defisiensi vitamin B12, maka DNA tidak
dapat diproduksi sehingga sel tidak dapat membelah diti Sedangkan produksi RNA tetap normal,
dan sintesis protein berlanjut terus, sehingga ukuran sel darah merah bertambah besar, menjadi
megaloblast (macrocytes)
MINERAL
Seperti halnya pada vitamin, kekurangan atau kelebihan pemberian mineral tidak baik
untuk kesehatan tubuh. Kekurangan konsumsi akan menyebabkan konsumsi akan menghasilkan
keracunan. Kecukupan konsums bermacam-macam makro-mineral (Ca, P dan Mg) ditampilkan
pada Tabel 33, sementara kecukupan memasok beberapa macam mikro-mineral (Fe, I, Zn, Se
dan F) .
Kalsium (Ca)
Magnesium
Defisiensi Mg dapat terjadi akibat kelaparan, muntah-muntah luka akibat operasi, transit
time makanan dalam usus singkat, sehingga penyerapan magnesium rendah. Hal-hal berikut ini
dapat timbul bila terjadi defisiensi magnesium: (a) low magnesium tetany gejala awal yang
timbul pada kondisi tersebut adalah uncontrol neuro muscular tremors (gemetaran) dan kejang-
kejang; (b) kalsifikasi yang tidak diinginkan pada jaringan lunak, yang merupakan manifestasi
dari peningkatan penyerapan kalsium, jika terjadi defisiensi magnesium, dan pada saat yang
sama terjadi mobilisasi kalsium dari tulang; dan (c) vasodilatasi (pelebaran diameter pembuluh
darah) dan perubahan kulit.
Tubuh sangat efisien dalam mengkonservasi asupan zat besi sehingga defisiensi zat besi
hanya terjadi dalam masa pertumbuhan kekurangan asupan zat besi setelah kehilangan darah atau
ketika wanita hamil atau melahirkan. Detisiensi zat besi dalam waktu lama akan mengakibatkan
terjadinya anemia (anemia gizi besi).
Siderosis atau hemosiderosis adalah kondisi kelebihan zat besi cadangan (hemosiderin) di dalam
hati. Biasanya hal ini terjadi karena individu tersebut gagal dalam mengatur jumlah Fe yang telah
diserap. Hal lain yang dapat terjadi adalah hemochromatosis, yaitu kondisi di mana tingkat
penyerapan zat besi oleh individu sangat tinggi.
Iodium
Defiensi iodium dapat menyebabkan timbulnya gondok , yaitu kondisi yang ditandai
dengan membesarnya bagian leher akibat pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid
merupakan kompensasi terhadap keterbatasan jumlah iodium yang penting untuk sintesis hormon
tiroksin.
Kritinisme dapat terjadi pada anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan iodium, dan
hidup di daerah endemic golter, anak penderita kritinismne terganggu pert8umbuhan
fisiknya(kerdil) dan mengalami gangguan mental.
Myxedema merupakan kondisi yang terjadi akibat kekurangan hormon tiroksin dalam jangka
waktu lama.Myxedema ditandai oleh rambut yang menipis dan kasar;kulit kering dan
kekuningan;tidak tahan kedinginan;suara parau dan lemah.Hal ini dapat terjadi sebagai akibat
adanya kerusakan pada kelenjar tiroid atau kelenjar pituitary.
Hipertiroidisme adalah kondisi di mana laju metabolik basal meningkat hingga 100 % di
atas normal , disebut juga sebagai exophthalmic goiter atau penyakit Graves.Orang yang
mengalami aktivitas kelenjar tiroid berlebihan terlihat gugup, kehilangan berat badan, tidak
toleran terhadap panas, gemetaran (tremor) dan bola matanya menonjol.
Seng (Zn)
Kelebihan Zn menimbulkan gejala mirip dengan kekurangan Zn, yaitu menurunnya status
tembaga (Cu), anemia dan menurunnya imunitas.Kelebihan Zn juga dapat menyebabkan
gangguan syaraf dan kelemahan otot
Selenium (Se)
Fluor (F)
Defisiensi fluor sangat jarang terjadi. Bila terjadi defisiensi fluor akan menyebabkan
karies (membawa) gigi dan jumlah gigi yang tumbuh tidak mencapai jumlah normal. Kelebihan
fluor disebut sebagai fluorosis, yang mulai terlihat pada awal tahun 6 tahun. Laki-laki lebih
sering terkena fluorosis dari wanita. Enamel gigi yang menjadi burik atau kehitamar adalah
tanda-tanda awal fluorosis, mengalami lebih banyak lagi gangguan, kesabaran, sakit persendian,
deformasi tulang belakang (bungkuk) dan betis bengkok. Asupan kalsium yang rendah dan
Molibdenum yang tinggi akan memperparah sindroma Asupan fluor yang tinggi juga akan
mempengaruhi metabolisme, yang menyebabkan timbulnya hipotroidisme.
2.6. Masalah Gizi di Indonesia
Pada saat ini, Indonesia menghadapi dapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang
dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan;
kurangnya persediaan pangan; kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi); kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan; dan adanya daerah miskin
gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan
masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan.
Kurang Energi Protein (KEP) yang disebabkan oleh kekurangan energi. Pada anak-anak,
KEP dapat mendorong gangguan, kerentanan terhadap gangguan. Pada orang dewasa, KEP
mengurangi produktivitas dan kesehatan tubuh yang rentan terhadap penyakit. KEP
diklarisifikasi dalam gizi buruk, gizi kurang dan gizi baik.
KEP berat pada orang dewasa yang disebabkan oleh kelaparan, pada saat ini su ada lagi.
KEP berat pada orang dewasa yang dikenal sebagai honger oedeem. KEP saat ini terutama pada
anak balita. Hasil analisis data antro melalui Susenans di seluruh provinsi pada tahun 1989
sampai dengan tahun 20 pada Tabel 13.3. Analisis data dilakukan oleh Direktorat Bina Gi
partemen Kesehatan dengan pria yang dikenal dengan istilah Z.score.
Prevalensi gizi buruk (<-3,0 SB) mencari peningkatan dari tahun 1989 hingga tahun 1989
untuk tahun 1995 dan meningkat pada tahun 2002 dan 2003. Prevalensi gizi kurang (-3,0 SB
hingga -2,0 SB) cenderung menurun dari tahun 2002 sampai tahun 2003, untuk sedikit
meningkat pada tahun 2001 dan pada tahun 2002 dan 2003. Prevalensi gizi buruk / KEP berat
tertinggi (> 10%) pada tahun 1999 ter- dapat di 5 propinsi yaitu DI Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, NTB, NTT dan Kalimantan Selatan. KEP lebih banyak jumlahnya di daerah
pedesaan daripada perkotaan. Di samping kemiskinan, faktor yang lain adalah, pengetahuan
tentang faktor-faktor yang diperlukan yaitu, pengetahuan masyarakat tentang makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dan / atau memberikan makanan setelah bayi disapih juga tentang
pemeliharaan lingkungan yang sehat.
Menurunnya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara rata-rata, meskipun Indonesia
mengalami krisis ekonomi sejak tahun 1997, dan sebagai program diselenggarakannya Jaringan
Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang dikembangkan sejak tahun 1998, antara lain dengan
tambahan makanan tambahan (PMT) untuk balita bermasalah melalui rumah sakit-rumah sakit
dan Puskesmas.
Anemia Gizi Besi (AGB)
Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berhubungan dengan kekurangan zat
besi (AGB). Angka nasional anemia gizi pada tahun 1989 melalui survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) untuk ibu hamil, yaitu sebesar 70%. SKRT tahun 1992 mencatat prevalensi
AGB untuk ibu hamil sebesar 63,5% dan balita 55,5%.
Data tersebut menunjukan bahwa tahun 1995 Angka AGB tinggi untuk semua golongan,
yaitu untuk semua umur serta Ibu hamil dan menyusui, sedangkan SKRT tahun 2001, hanya
mencatat prevalensi AGB untuk balita dan ibu hamil, yaitu meningkat dari 40,5% pada tahun
1995 menjadi 48,1% pada balita, dan menurun dari 50,9% pada tahun 1995 menjadi 40,1% pada
ibu hamil. Data tersebut menunjukan bahwa pada tahun 1995 angka AGB untuk semua
golongan, yaitu berkisar sekitar 40,5%-57,9% Prevalensi AGB tertinggi (remaja) dan pendapatan
pada usian > 64 tahun (setengah tua), yaitu masing-masing sebesar 57,9%, berikutnya pada usia
10-14 tahun (remaja) dam usia 55-64 tahun( setengah tua), yaitu masing masing sekitar 57,7 dan
51,1%. Prevalensi AGB tinggi tersedia baik pada laki-laki dan perempuan.Prevalensi GB untuk
ibu hamil pada tahun 1995 turun bila di bandingkan dengan tahun 1992, yaitu dari 63.5%
menjadi 50.9%.
Penyebab masalah AGB adalah orang-orang yang suka untuk mengisi makanan, terutama
dengan masalah biologik tinggi (asal hewan), dan pada wanita ditambah dengan uang melalui
haid atau pada persalinan . langannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi untuk
kelompok sasaran.
Kekurangan iodium terutama terjadi di daerah pegunungan, dimana daerah tanah kurang
mengandung iodium. Daerah GAKI merentang sepanjang Bukit dibarisan Sumatera, daerah
pegunungan di Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Di daerah
tersebut GAKI ada secara endemik. Pada pemetaan GAKI pada anak-anak sekolah yang
dilakukan secara periodik sejak tahun 1989 melalui Survei Nasional GAKI oleh Departemen
Kesehatan, tampak kecenderungan turun rata-rata prevalensi total gondok / Total Goitre Rate
(TGR). Bila pada tahun 1989 rata-rata angka TGR adalah sebesar 37,2%, pada tahun 1992 turun
menjadi 27,7%, pada tahun 1995 turun menjadi 18,0%, pada tahun 1998 turun menjadi 9,8% ,
dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 11,1%. Aneka gondok nyata Visible Goitre Rate (VGR)
pada tahun 1989 tercatat sebesar 9,3% dan pada tahun 1992 turun menjadi 6,8%. Prevelensi
GAKI berat (TGR 30%) pada survey tercacat tahun 1998 di NTT dan Maluku, GAKI sedang
(TGR 20,0% -29,9%) di Sumatera Barat dan Sulawesi Tenggara. GAKI tidak merupakan
masalah lagi ( TGR < 5%) di 9 provinsi, yaitu Riau,Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Provinsi
selebihnya menunjukan prevalensi GAKI ringan ( TGR 5%-19,9%).
Kurang Vitamin A
Kekurangan vitamin A yang menyebabkan kebutaan. Pada akhir pembangunan jangka
panjang PJP I sudah hamper tidak ada lagi. Hasil Susenans di 15 provinsi rawan defesiensi
vitamin A menunjukan, bahwa prevalensi KVA dengan indicator beercak Bitot (X1B), yang
pada tahun 1978 ada sekitar 1,3%. Namun sejak tahun 1992 sudah tidak ditemukan lagi. Survey
ulang dilakukan 4 bulan kemudian menunjukan perlakuan penurunan prevalensi bercak bitot
(X1B) hingga 0%. Hal ini dilakukan karena memberikan dosis tinggi di daerah-daerah kantong
rawan
Upaya penanggulangan masalah gizi yang dilakukan secara terpadu antara (1) upaya
pemenuhan persiapan berancka ragam pangan; (2) peningkaran usaha perbaikan giai kcluarga
(UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga: (3) Peningkatan
pelayanan gizi dan sistem kesehatan dari tingkat Posyandu, hingga Puskcsmas dan. Rumah Sakit;
(4) Peningkatan daya tarik pangan dan gizi melalui Sistern Kewaspadaan Panigan dan Gizi
(SKPG): (5) Peningkatan komunikasi, infotmasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat: (6) peningkaran teknologi pangan untuk mengsmbangkan berbugai produk pangan
yang tepat dan terjangkau oleh masyarakat luas, (7) intervensi langsung terhadap makanan
tambahan (PMT), penyeberangan vitanitasi Sebuah dosis tinggi, rabler dan sirop besi serra
menjaga minyak beriodium; (8) balik keschatan lingkungan; (9) upaya fortifikasi bahan pangan
dengan vitamin A, zat asam dan zat besi; (10) upaya pengawasan makanan dan makanan
kesehatan nasional terutama melalui peningkatan produicsi uman; dan (11) upaya penelitian dan
pengembangan pangan dan gizi.
Melalui Intruksi Presiden No. 8 tahun 1999 telah dicanangkan Gerakan N nanggulangan
Masalah Pangan dan Gizi, yang diarahkan pada: (1) pemberdaraan keluarga untuk meningkatkan
ketahanan pangan tingkat rumah tangga; (2) pemberdayaan masya rakat untuk meningkatkan
ruang, kualitas pencegahao dan penanggulangan masalah pangan dan gizi di masyarakat; (3)
pemantapan kerjasama lintas sektor dalam pemantauan dan penanggulangan masalah gizi
melalui SKTG; dan (4) Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan keschatan (Azwar, A. 2000)
Banyak Masalah yang lebih baru muncul pada tahun-tahun terakhir PJP I, yaitu pada
awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu terutama
dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan. Pola makan tradisional yang tinggi tinggi, tinggi
serat kasar, dan berat lemak berubah, sangat rendah, kasar, kasar, dan berat. Tingkat kualitas
tidak bisa seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya
nakanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Di
samping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifiras fisik masyarakat tertentu.
Perubahan pola makan dan aktivitas fisik ini berakibat semakin banyak penduduk yang
mengalami masalah gizi lebih seperti kegemukan dan obesitas. Makanan sehat dengan tekanan
hidup atau stress.
Data antropometri anak balita (BB / U) yang dianalisis melalui Susenas dan dianalisis
oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat (BGM) Depkes dengan menggunakcan kriteria + 2,0 SB
sebagai ambang batas gizi lebih / kegemukan, menunjukkan yaitu dalam 10 tahun yaitu dari
tahun 1989 sampai 1999 prevalensi gizi lebih pada balita meningkat dari 0,77% menjadi 4,48% .
( Dit BGM Depkes,1999). Hasil pemantauan oleh Dirrektora BGM Dekpes pada tahun l996 /
1997 terhadap 10,949 orang dewasa terdiri dari 3,661 laki-laki (34,9%) dan 6.833 perempuan
(65,1% ) sepanjang 19-65 tahun yang dipilih secara acak 14 kota menunjukkan bahwa prevalensi
kegemukan pada laki-laki adalah sebesar 12,8% dan pada wanita 20,0% dengan rata-rata 17,5%
(Saroto dkk 1998). Prevalensi obesitas Pada laki - laki adalah sebesar 2,5% dan pada wanita
5,9% dengan rata - rata 4,7% . Kriteria kegemukan adalah Indeks Masa Tumbuh (IMT) 25, I-
30,0, sedang obesitas IMT> 30,0 .Data ini menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan dan
ketepatan waktu pada 19-65 tahun lebih besar pada laki-laki laki-laki
Dampak Masalah Lebih Sehat dengan penyakit degeneratif, seperti jantung koroner,
diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit hati. Data BPS tahun 1992 dan 1995 menunjukkan
loncatan besar penyebab kematian. Bila tahun 1972, penyakit jantung dan lingkaran darah ke-11
set penyebab kematian dengan morbidicas 1,1 per 1000 penduduk, pada tahun 1992 dan 1995
nyakit ini telah imenduduki urutan pertama dalam penyebab kematian, yaitu masing-masing
sebesar 15,5 % dan 18,9%. Penyakit inu menonjol pada orang-orang dewasa dan di seluruh dunia
di Sumatera, Jawa, dan Bali. Selain itu, penyakit endokrin dan terutama diabetes melicus dan
neoplasma (tumor dan kanker) menonjol di perkotaan, terutama di antara pasien yang lebih
tinggi.
Masalah gizi lebig disebabkan oleh kebanyakan masukan enegeri dengan pengekuran
energy. Penangulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan dan output energi.
Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan mengurangi meminum konsumsi dan lemak
serta menghilangkan konsumis alkohol. Untuk inu diperlukan upaya penyuluhan ke masyarakat
luas. Di samping itu, diperlukan peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional
Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih sehat ini disajkan dengan cara-
cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan yang dapat menyaingi cara
penyajian dan kemasan makanan Barat.
Pengkajian
a. Status kesehatan.
b. Kultur dan kepercayaan.
c. Status social dan ekonomi.
d. Faktor psikilogis.
e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
3. pemeriksaan fisik
4. Laboratorium
a. Anoraksi nervosa.
b. Pembedahan.
c. Kehamilan.
d. Kanker.
e. Anemia.
f. AIDS.
g. Marasmus.
Intervensi rasional
1. Jaga kebersihan mulut 1. Mulut yang bersih
meningkatkan nafsu
makan
2. Bantu pasien makan jika tidak mampu. 2.membantu pasien
makan.
3. Sajikan makanan yang mudah dicerna, 3.meningkatakan selera
dalam keadaan hangat, tertutup, dan makan dan intake makan.
diberikan sedikit sedikit tapi sering.
4. Selingi makanan dengan minum. 4.Memudahkan
makanan masuk.
5. Hindari makanan yang banyak 5.mengurangi rasa
mengandung gas. nyaman.
6. Lakukan latihan aktif dan pasif. 6.mencegah nafsu
makan.
7. Monitor hasi lab, seperti 7.memonitor status
glukosa,elektrolit,hemoglobin,kolaborasi nutrisi
dengan dokter.
a. Obesitas .
b. Hipotiroidesme.
c. Paisen dengan pemakaian kortikostreroid.
d. Imobilisasi yang lama.
e. Cushing syndrome.
f. Bumilia.
intervensi Rasional
1.Lakukan pengkajian kembali pada 1.informasi dasar untuk merencanakan
pola makan pasien. awal dan validasi data.
2.Diskusikan dengan pasien tentang 2.membantu mencapai tujuan.
kelebihan makan.
3. diskusikan motivasi untuk 3.membantu memecahkan masalah.
menurunkan berat badan.
4.kolaborasi dengan ahli diet yang 4.menetukan makanan yang sesuai
tepat. dengan pasien.
5.ukur intake makanan selama 24 jam. 5. mengetahui jumlah kalori yang
masuk.
BAB III
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat
badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat
badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat badan menggambarkan jumlah dari
protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat,
dan protein otot menurun. Berat badan merupakan ukuran antometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa
bayi normal.
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Lingkar lengan atas merupakan salah
satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan
data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak
berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan
pertumbuhan.
4. Lingkar Kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak
dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala
normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan
pertama atau menjadi + 44cm. Pada bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat
dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah
tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah +
10 cm.
5. Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang
Xifoidius (insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri
pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.
Cara pengukuran lingkar dada adalah :
6. Panjang Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan didapatkan
dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia digunakan tinggi lutut
karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang, bertambah bungkuk, sehimgga bertambah
sukar untuk mendapatkan data tinggi badan akurat. Data tinggi badan lansia dapat menggunakan
formula atau nomogram bagi orang yang berusia >59 tahun.
7. Lingkar Perut
Pengukuran lingkar erut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/
sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler dan
diabetes mellitus.
Cara pengukuran :
8. Tekanan Darah
Pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan darah tinggi pada penduduk yang
berumur lebih dari 15 tahun.
a. Pasang manset pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2-3 cm dari lipat siku dan
perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat diatas denyutan arteri di lipat siku.
e. Bukalah katup manset dan tekanan manset dibiarkan turun perlahan dengan kecepatan 2-3
mmHg/detik
9. Suhu
Nilai suhu tubuh dipengarui metabolism tubuh dan aliran darah, serta hasil pengukuran akan
berbeda sesuai dengan tempat pengukuran. Suhu tubuh dapat diketahui dengan menggunakan
alat thermometer. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan cara :
1. Axiler
2. Oral
Cara pengukurannya
3. Rectal
Adapun rumus hitungan untuk mengetahui kebutuhan kalori tubuh per hari adalah = BMR x
nilai level aktivitas. Sebelum bisa menghitung kebutuhan kalori tubuh per hari, Ada hal yang
harus bisa dulu mengetahui berapa BMR (basal metabolic rate) . BMR itu adalah energi/kalori
yang dibutuhkan selama sehari, dalam kondisi istirahat .
Keterangan :
Rumus BMI (Body Mess Index) atau biasa juga disebut IMT (Indek Massa Tubuh) sering kali di
jadiak acuan untuk mengetahui berat badan seseorang. Rumus ini memadukan perhitungan
antara tinggi dan berat badan seseorang. Sehingga hasilnya akan menjadi berat badan ideal orang
tersebut. Berukut ini rumusnya:
Rekomendasi IOM 2009 tidak membedakan derajat obesitas. Diperkirakan, obesitas derajat II
2 2
(IMT 35–39,9 kg/m ) dan derajat III (IMT ≥40 kg/m ) sebaiknya mengalami penambahan berat
badan lebih sedikit dari kisaran yang disarankan (5–9 kg).
Laju peningkatan berat badan
Berat badan sebelum
pada trimester 2 dan 3
kehamilan Peningkatan berat (kg/minggu)
badan total (kg)
Kategori 2 Rata-rata Kisaran
IMT (kg/m )
Underweight <18,5 12,5–18,0 0,51 0,44–0,58
Normal 18,5–24,9 11,5–16,0 0,42 0,35–0,50
Overweight 15–29,9 7,0–11,5 0,28 0,23–0,33
Obesitas ≥30,0 5,0–9,0 0,22 0,17–0,27
Kehamilan dengan >1 janin tentunya menyebabkan peningkatan berat badan yang lebih banyak
dibandingkan kehamilan 1 janin. IOM 2009 juga mencantumkan rekomendasi penambahan
berat badan untuk kehamilan kembar (2 janin). Namun, belum ada bukti yang memadai untuk
membuat rekomendasi peningkatan berat badan untuk kategori underweight pada kehamilan
>2 janin
Kategori 2
IMT (kg/m )
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kita telah melihat dan mempelajari tentang kebutuhan nutrisi kita bisa simpulkan bahwa
kebutuhan nutrisi pada manusia sangatlah penting. Banyak sekali risiko jika tidak terlalu
memperhatikan nutrisi bagi tubuh kita. Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek
yang lain daandapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan aspek aspek yang lain. Nutrisi
berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu,
fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan
nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.Permasalahan
kebutuhan Nutrisi harus segera diselesaikan dengan tindakan-tindakan yang tepat.
Selain pemenuhan Nutrisi untuk orang yang sehat, kebutuhan Nutrisi untuk oorang sakit
sangat dibutuhkan, dengan memberikan makanan secara oral pada pasien yaitu NGT diharapkan
kebutuhan Nutrisi untuk pasien dengan keadaan tertentu tetap dapat mendapat asupan Nutrisi
untuk kebutuhan yang dibutuhkan tubuh.
4.1. Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya
untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-makanan
dengan gizi seimbang dengan diimbangi dengan keadaan hidup bersihn untuk setiap individu.
Hal tersebut harus dilakukan setiap hari,karena jika tidak dilakukan setiap hari maka tubuh kita
bias terserang penyakit akibat immune tubuh yang menurun.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA